Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

AKDR atau IUD merupakan salah satu metode KB yang banyak

digunakan. Tingkat kepuasan yang tertinggi terhadap metode ini diantaranya

karena metode jangka panjang, efekivitas kontraseptif dan kembalinya

kesuburan yang sangat tinggi (Affandi, 2011). Meskipun memiliki banyak

keunggulan, metode kontrasepsi IUD juga memiliki Efek samping yang sering

timbul pada pemakaian AKDR adalah erosi portio, kejang/kram, perdarahan,

keputihan, translokasi(pindanya benang AKDR), adanya pengeluaran cairan dari

vagina. menyebabkan pemakainya tidak nyaman dan menjadi alasan untuk

menghentikan pemakaiannya (Sarwono, 2011).

Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Didapatkan jumlah akseptor

AKDR baru di Indonesia tahun 2015 sebanyak 145.520 (7,20%) akseptor dengan

total akseptor AKDR aktif sejumlah 2.020.490 akseptor. Berdasarkan data Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) maret tahun 2020

pengguna KB IUD sebanyak 23.383, implan sebanyak 51.526, suntik sebanyak

341.109, pil sebanyak 146.767, dan kondom sebanyak 19.583.

Berdasarkan Badan Pustaka Statistik Provinsi Maluku tahun 2016

pengguna kontrasepsi IUD sebanyak 1.916, implan sebanyak 10.028, suntik

sebanyak 26.329, pil sebanyak 15.766.

Purwoastuti mengatakan bahwa Erosi portio adalah suatu proses

peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah portio serviks uteri (mulut

rahim). Erosi portio merupakan peradangan pada mulut rahim yang disebabkan

oleh manipulasi atau keterpaparan oleh benda yang dapat mengakibatkan

radang dan lama-lama menjadi infeksi. Apabila pengobatan tidak dilakukan

1
2

secara tuntas dan benar maka, erosi portio bisa berlanjut kearah keganasan

pada portio (Susilo dan Imawan, 2010).

Timbulnya erosi portio pada akseptor KB IUD dapat disebabkan beberapa

faktor, salah satunya pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan

tidak steril dan dapat menyebabkan infeksi dan terjadinya gesekan benang IUD,

Kemudian selain itu kurangnya personal hygiene menjadi penyebab terjadinya

erosi portio yang sering dijumpai pada perempuan usia lanjut. Dari semua

kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai

kronis menyebabkan kanker servik (Dewi, 2013).

Komplikasi dari erosi portio mengakibatkan terjadinya perdarahan diluar

siklus menstruasi, dengan portio berwarna merah, perdarahan post-coitus dan

lendir berwarna kecoklatan. Maka untuk mencegah terjadinya erosi portio

disarankan setiap wanita untuk menjaga kebersihan kelamin, pola hidup sehat,

olahraga untuk menjaga berat badan agar tidak terjadi obesitas dan

keseimbangan emosional (Prawirohardjo, 2011).

Sebanyak 4.8% pengguna IUD yang mengalami permasalahan salah

satunya erosi portio terdapat 2.0%.dan pendarahan terdapat 0.5%. Namun

66,3% yang sudah mengetahui tentang efek samping iUD tetap memilih IUD

sebagai kontrasepsi jangka panjang ( BKKBN, 2013).

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Ida Susila dan Eka Junia tentang

Faktor-faktor yang mempengaruhi Erosi Portio di Puskesmas Lamongan terdapat

sebanyak 339 (9,74%) akseptor IUD, yang mengalami efek samping erosi portio.

Sebanyak 47 (13,8%) perempuan mengalami erosi portio akibat kurangnya

personal hygiene. Kondisi yang sama juga dilakukan pada Studi pendahuluan

yang dilakukan di RSUD Kabupaten Ciamis pada tahun 2016 dari bulan Januari
3

sampai bulan Maret 2016 terdapat 21 wanita (0,12%) yang mengalami erosi

portio dikarenakan infeksi akibat kurangnya personal hygiene. (Rekam Medik

RSUD Kabupaten Ciamis 2015-2016).

Solusi dari masalah ini adalah memberikan promosi kesehatan sebagai

proses untuk meningkatkan pengetahuan tentang efek amping dari akseptor

AKDR. Berdasarkan uraian dan data di atas penulis tertarik mengambil judul “

manajemen asuhan kebidanan pada Akseptor KB AKDR dengan erosi portio.

Dalam penulisan laporan ini mengunakan 7 langkah varney.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai

berikut “Bagaimanakah manajemen asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR

dengan erosi portio?”

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Membahas tentang manajemen asuhan kebidanan pada akseptor

KB AKDR dengan erosi portio.

2. Tujuan khusus

a. Membahas pengajian/pengumpulan data pada manajemen

asuhan kebidana pada akseptor KB AKDR dengan erosi portio.

b. Membahas interprestasi data dasar pada manajemen asuhan

kebidanan pada akseptor KB AKDR dengan erosi portio.

c. Membahas diagnosa dan masalah pontensial pada manajemen

asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR dengan erosi portio.


4

d. Membahas dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera, konsultasi dan kolaborasi pada manajemen

asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR dengan erosi portio.

e. Membahas rencana asuhan yang menyeluruh pada manajemen

asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR dengan erosi portio.

f. Membahas pelaksanan asuhan pada manajemen asuhan

kebidanan pada akseptor KB AKDR dengan eriso portio.

g. Membahas keefetifan asuhan pada manajemen asuhan kebidanan

pada akseptor KB AKDR dengan eriso portio.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Mampu menjelaskan asuhan pada manajemen asuhan kebidanan

pada akseptor KB AKDR dengan erosi portio.

2. Manfaat Praktis

a. Pendidikan

Sebagai literature atau bahan kepustakaan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan kebidanan dan terkhususnya dalam

penanganan pada akseptor KB AKDR dengan erosi portio

b. Institusi

Sebagai masukan untuk pengembangan materi yang telah

diberikan baik dalam perkuliahan maupun praktik lapangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KASUS

1. Pengertian

a. AKDR atau IUD(Intra Uterine Device) adalah suatu alat atau

benda yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif,

reversible, dan berjangka panjang dapat di pakai oleh semua

perempuan berusia reproduktif. IUD merupakan alat kecil

berbentuk seperti huruf T yang lentur dan diletakkan dalam rahim

untuk mencegah kehamilan, efek kontrasepsi didapatkan dari

lilitan tembaga yang ada di badan IUD ( Elisabeth,2015).

b. Purwoastuti mengatakan Erosi portio adalah suatu proses

peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah portio

serviks uteri (mulut rahim). Erosi portio merupakan peradangan

pada mulut rahim yang disebabkan oleh manipulasi atau

keterpaparan oleh benda yang dapat mengakibatkan radang dan

lama-lama menjadi infeksi. Apabila pengobatan tidak dilakukan

secara tuntas dan benar maka, erosi portio bisa berlanjut kearah

keganasan pada portio (Susilo dan Imawan, 2010).

2. Etiologi

Erosi pada akseptor KB IUD dapat terjadi karena benang IUD,

perlekatan logam polyetilen dengan posisi IUD yang tidak benar

sehingga mempermudah terjadinya pengelupasan sel superfisialis, di

mana sifat dasarnya mudah terkelupas. Apabila lapisan silinder

terkelupas, maka terjadilah erosi portio yang akan terjadi kronis jika

tidak didapatkan penanganan secara segera, karena pengelupasan

5
6

sel superfisialis berakibat hilangnya sumber makanan borderline

sehingga tidak mampu memproduksi asam laktat yang menyebabkan

pH vagina meningkat, naiknya pH vagina akan mempermudah kuman

pathogen tumbuh (Ekayani,2014).

Menurut Winkjosastro dalam febriana (2013) etiologi dari erosi

portio antara lain.

a. Keterpaparan suatu benda pada saat pemasangan IUD

b. Pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak

steril yang dapat menyebabkan infeksi.

c. IUD juga mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid

penyebab terjadi infeksi.

d. Infeksi pada masa reprodusi menyebabkan batas antara epitel

canalis cervicalis dan epitel portio berpindah.

e. Pada masa reproduksi batas berpindahan karena adanya infeksi.

f. Rangsangan luar, maka epitel gepeng berlapis banyak dan

portio mati dan diganti dengan epitel silindris canalis cervicalis.

3. Tanda dan gejala

Menurut Endang & Elisabeth (2015) tanda dan gejala erosi portio

adalah sebagai berikut :

a. Gatal, nyeri dan ketidak nyamanan pada vagina.

b. Portio berwarna merah muda.

c. Perdarahan diluar haid.

d. Perdarahan post-coitus.

e. Lendir berwarna kecoklatan.


7

f. Bisa berlangsung hanya beberapa jam atau bertahan selama

berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

4. Patofisiologi erosi portio

Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya

rangsangan dari luar, misal IUD yang mengandung polyethilien yang

sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel

sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi atau koagulasi membran sel

dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang

menyebabkan iritasi terjadilah erosi portio (Ferry, 2007 ).

Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non

spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat

dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi

portio. Dari semua kejadian erosi portio ini menyebabkan timbulnya

bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan matastase

keganasan leher rahim. Selain personal hygiene yang kurang, IUD

juga dapat menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid

(Ferry,2007).

Darah merupakan media subur untuk masuknya kuman dan

menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapat menyebabkan

epitel portio menipis sehingga mudah mengalami erosi portio, yang

ditandai dengan sekret bercampur darah setelah senggama, sekret

bercampur nanah, metrorhagia, ostium uteri eksternum tampak

kemerah-merahan yang sulit dipisahkan secara jelas dengan epitel

portio, (Winkjosastro dalam Febriana, 2013).


8

5. Komplikasi Erosi Portio

Menurut Endang & Elisabeth (2015) kompliaksi erosi portio adalah

sebagai berikut :

a. Ketidak nyamanan yang tidak hilang.

b. Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti infeksi karena

bakteri, virus, parasit dan kurangnya personal hygiene).

6. pencegahan erosi portio

a. Memberikan penyuluhan mengenai menjaga kebersihan dirir

terutama daerah genetalia dengan cara mengganti celana dalam

setiap kali lemba atau minimal 2x/hari. Dan konseling tentang

erosi portio sebagai efek samping dari KB AKDR.

b. Saat berhubungan seks imbau pasanga untuk menggunakan

kodom jika pasangan memiliki infeksi luka atau tunda hubungan

seks dulu.

c. Tanyakan pada dokter apakah pasangan harus mendapatkan

perawatan penyakit menular seksual yang sama.

d. Hindari menggunakan produk pembersih wanita yang dimasukan

langsung ke liang rahim hal ini mampu menimbulkan iritasi vagina

maupun leher rahim.

7. Penatalaksanaan erosi portio

Menurut Anggreni (2011) penatalaksanaan dari erosi portio

antara lain :

a. Memberi KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

1) Menjelaskan efek samping dan komplikasi dari

pemakaian KB IUD.
9

2) Menjelaskan sebab terjadinya erosi portio terjadi

karena infeksi atau karena adanya rangsangan pada

kanalis servikalis oleh benang IUD.

3) Memberikan informasi tentang vulva hygiene.

4) Memberi informasi tentang hubungan seksual, bahwa

melakukan hubungan seksual setelah erosi portio

benar-benar sembuh dan tidak merasa nyeri perut lagi.

b. Memberi terapi

1) Albothyl konsentrasi 36% atau nitras argenik 10% yang

dioleskan pada lokasi portio. Dan Albothyl sup vagina

5x1.

2) Doxycyline 100 mg 2x1 (5 hari). Doxycline adalah obat

antibiotik yng digunakan untuk mengatasi berbagai

penyakit yang di akibatkan infeksi.

3) pemberian obat oral berupa tablet amoxicillin dan asam

mefenamat

4) Menganjurkan untuk kontrol ulang seminggu sekali

sampai erosi sembuh.

5) Menganjurkan ibu untuk melakukan Pap Smear

(Yuhedi, Titik, 2015)

B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

1. Pengertian manajemen asuhan kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasrkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam


10

rangkaian/ tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan

yang terfokus pada klien.

Proses manajemen kebidanan adalah pendekatan yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan

masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data dasar dan

berakhir dengan evaluasi (Jannah 2013).

2. Langkah- langkah manajemen asuhan kebidanan

Adapun langkah manajemen Varney yaitu :

a. Langkah Pertama: Pengumpulan Data Dasar

1) Biodata

Mengumpulkan semua data yang di kumpulkan

untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan yang

terdiri atas data nama ibu dan suami, umur, pernikahan

keberapa dan lamanya, suku, agama, pendidikan,

pekerjaan, dan alamat.

2) Alasan kunjungan dan kaluhan utama

Alasan ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan

dan keluhan yang dirasakan ibu sekarang. dalam kasus

erosi portio keluhan yang dirasakan ibu yaitu nyeri perut di

bagian bawah sebelah kiri, nyeri saat berhubungan.

3) Riwayat menstruasi

Data ini digunakan nuntuk mendapatkan gambaran

tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien.

Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat

menstruasi antara lain yaitu menarche (usia pertama kali


11

mengalami menstruasi yang pada umumnya wanita

Indonesia mengalami menarche pada usia sekitar 12

sampai 16 tahun), siklus menstruasi (jarak antara

menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya

dalam hitungan hari yang biasanya sekitar 21 sampai 34

hari), volume darah data ini menjelaskan seberapa banyak

darah menstruasi yang dikeluarkan biasanya acuan yang

digunakan berupa kriteria banyak atau sedikitnya, keluhan,

beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan

ketika mengalami menstruasi dan dapat merujuk kepada

diagnosa tertentu.

4) Gangguan kesehatan alat reproduksi

Data ini sangat penting untuk kita karena akan

memberikan petunjuk bagi kita tentang organ reproduksi

pasien. Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang

berkaitan erat dengan personal hygine pasien, atau

kebiasaan lain yang tidak mendukung kesehatan

reproduksinya.

5) Riwayat Kontrasepsi

Riwayat kontrasepsi sangat diperlukan karena

kontrasepsi hormonal

6) Riwayat kesehatan keluarga

Informasi tentang keluarga pasien penting untuk

mengidentifikasi wanita yang beresiko menderita penyakit


12

menular, genetik yang dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan.

7) Pola kehidupan sehari-hari

Data pola kehidupan sehari-hari yang perlu untuk

dikaji adalah pola makan ibu, pola minum, pola istirahat,

dan aktivitas sehari-hari (Romauli, 2011).

8) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui

kondisi pasien secara menyeluruh. Langkah-langkah

pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara sistematis,

meliputi:

a) Keadaan umum pasien

b) Kesadaran (komposmentis, somnolen, apatis, dan

lainnya)

c) Pemeriksaan tanda-tanda vital

(1) Tekanan darah normal 120/80mmHg.

(2) Nadi, dalam keadaan santai denyut nadi ibu

sekitar 60-100 x/m. Denyut nadi akan

meningkat dan melebihi 100 x/m jika ibu dalam

keadaan tegang, ketakutan dan cemas,

demam, gangguan jantung.

(3) Pernapasan, untuk mengetahui fungsi sistem

pernapasan. Normalnya 16-24 x/m.

(4) Suhu tubuh, normalnya adalah 36,5-37,50C


13

d) Pemeriksaan fisik

(1) Mata

Bentuk simetris, konjungtiva normal warna

merah muda, bila pucat menandakan anemia.

Sklera normal berwarna putih, bila kuning

menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis,

bila merah kemungkinan ada konjugtivitis,

kelopak mata yang bengkak kemungkinan

adanya preeklampsia.

(2) Wajah

Tampak kloasma sebagai akibat deposit

pigmen, tidak sembab, bentuk simetris, ada

odema, tidak ada cloasma gravidarum.

(3) Leher

Normal tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan

tidak ada benjolan pada vena jugularis.

(4) Abdomen

Bentuk, bekas luka operasi, tidak ada

pembesaran perut, tidak teraba benjolan, ada

nyeri tekan pada bagian bawah kiri perut.

(5) Ektremitas atas dan bawah

Normal tidak oedema dan tidak ada varises,

bentuk simetris tidak dan ada kelainan.


14

e) Pemeriksaan Obstetri

Inspekulo : Terdapat benang IUD, flour albus, portio

tampak kemerahan dan ada luka di sekitar mulut

rahim.

f) Pemeriksaan Penunjang

(1) Test IVA : dilakukan ketika sudah melakukan

pengobatan atau sudah sembuh

(2) Hb : 12 g/dL

b. Langkah kedua: Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : Akseptor KB AKDR dengan Erosi

Portio.

Masalah : gangguan rasa nyaman karena kluar flek

darah dan keputihan.

Kebutuhan : suport mental, menjelaskan efek samping

Dan komplikasi KB AKDR, menjelaskan

tentang kebersihan (vulva higyene).

c. Langkah Ketiga: Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah

Potensial.

Diagnosa pontensial : infeksi pada portio

Menurut Endang & Elisabeth (2015) kompliaksi erosi portio

adalah sebagai berikut :

1) Ketidak nyamanan yang tidak hilang.


15

2) Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti infeksi

karena bakteri, virus, parasit dan kurangnya personal

hygiene).

d. Langkah Keempat:  Mengidentifikasi Kebutuhan Yang

Memerlukan Penanganan Segera.

Membutuhkah tindakan segera yaitu, kolaborasi dan

konsultasi dengan dokter tentang terapi obat yang akan di

berikan.

e. Langkah Kelima: Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh.

1) Memberitahu hasil pemeriksaan, memberikan KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) (efek samping

dari pemakaian kontrasepsi IUD AKDR.

Rasional : Agar ibu mengetahui kondisinya dan tidak

merasa cemas lagi, Mencegah kekhawatiran ibu bila

terjadi efek samping.

2) menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiener.

Rasional : Agar klien lebih memperhatikan dan

menjaga kebersihan dirinya terutama daerah

kemaluannya.

3) pemberian terapi albothyl, albothyl sup vagina,

antibiotik.

Rasional : diberikan untuk mengurangi atau mencegah

terjadinya infeksi.

4) pemberian obat oral berupa tablet amoxicillin dan

asam mefenamat, Fe
16

Rasional : mengurangi rasa nyeri dan mengantisipasi

terjadinya anemia

5) menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol ulang

seminggu sekali sampai perdarahan dan erosi portio

sembuh.

Rasional : Agar bisa diketahui apakah keluhan klien

sudah teratasi atau belum.

6) Mengajurkan ibu untuk test IVA atau pap smear

Rasional : untuk mengetahui kelainan yang terjadi

pada leher rahim

f. Langkah Keenam : Melaksanakan Perencanaan.

1) Memberitahu hasil pemeriksaan, memberikan KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) (efek samping dari

pemakaian kontrasepsi IUD AKDR.

2) menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiener.

3) pemberian terapi albothyl, albothyl sup vagina, antibiotik

4) pemberian obat oral berupa tablet amoxicillin dan asam

mefenamat, Fe.

5) menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol ulang

seminggu sekali sampai perdarahan dan erosi portio

sembuh.

g. Langkah Ketujuh: Evaluasi.

1) Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang telah

diberikan.
17

2) Ibu sudah mengerti dan paham tentang efek samping dan

komplikasi IUD dan sudah tidak merasa cemas lagi.

3) Ibu sudah mengerti setelah diberi konseling tentang vulva

hygiene dan bersedia menjaga kebersihan genitalnya.

4) Ibu mengerti tentang aturan meminum obat yang telah di

berikan.

5) Ibu telah datang untuk mengontrol ulang

6) Ibu bersedia melakukan test IVA atau Pap smear

Pendokumentasian asuhan kebidanan ( SOAP)

a) Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesis

sebagai langkah pertama

b) Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboraturiu, dan uji

diagnosis. Lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai

langkah kedua.

c) Analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil

analisis dan interprentasi data subjektif dan

objektif dalam suatu indentifikasi

(1) Diagnosis atau masalah

(2) Antisipasi diagnosis atau masalah potensial


18

(3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter, konsultasi atau kolaborasi dan rujuk

sebagai langkah II, III, dan IV

d) Penatalaksanan

Mencatat seluruh perencanaan dan pelaksaan

yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segara, penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up

dari rujukan.

3. Kerangka teori

Efek samping

1. Keputihan
AKDR/IUD
2. Pendarahan
3. Erosi portio
4. Kejang/ kram
5. Translokasi

Erosi Portio

Penyebab Tanda dan gejala Penatalaksanan


a. bergesernya a. Pendarahan di luar 1. Memberi KIE
benang AKDR haid dan Pendarahan (Komunikasi, Informasi
b. Faktor Usia. setelah melakukan dan Edukasi)
c. Kadar estrogen hubungan seksual. 2. Memberi terapi
yang sangat b. Lendir berwarna 3. Menganjurkan untuk
rendah. kecoklatan. kontrol ulang seminggu
d. Kekurangan c. Portio berwarna merah sekali sampai erosi
personal Hygiene menyala. sembuh.
d. Keputihan yang tidak 4. Menganjurkan ibu untuk
kunjung sembuh. melakukan Pap Smear.

Gambar 1.1
Kerangka teori
(sumber: Endang & Elisabeth, Anggreni)
BAB III
METODE PENULISAN

A. JENIS PENULISAN

Jenis penulisan yang digunakan adalah studi literatur. Metode

studi literatur merupakan ikhtisar konprehensif tentang penulisan yang

sudah dilakukan mengenai topik yang spesifik untuk menunjukkan

kepada pembaca yang sudah diketahui tentang topik tersebut dan apa

yang belum diketahui untuk mencari rasional dari penulisan yang sudah

digunakan atau untuk ide penulisan selajutnya (Denney & Tewksbury,

2013).

B. PROSEDUR PENULISAN

sebelum proses pembuatan laporan tugas akhir (LTA) ini,

dilakukan pengundian judul. Dan judul yang dapatkan penulis adalah

“manajemen asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR dengan erosi

portio. Selanjutnya penulis mengumpulkan referensi-referensi pada 10

tahun terakhir untuk pembuatan laporan penulisan dan referensinya

berasal dari buku dan website, setelah terkumpulnya referensi. penulis

mulai mengerjakan laporan dengan menggunaka laptop,setelah selesai

pengetikan kemudian di print out kemudian pergi untuk konsultasi dengan

dosen pembimbing. Dan penulis melakukan beberapa kali konsultasi

sapai akhirnya penulis di ijinkan untuk melakukan ujian.

C. PENGUMPULAN DATA

Data yang digunakan berasal dari textbook, jurnal, artikel ilmiah,

literatur review yang berisikan tentang konsep yang di tulis.


BAB IV
TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR


KB AKDR DENGAN EROSI PORTIO

1. PENGUMPULAN DATA DASAR

Tanggal : 22-04-2021

a. Data subjektif

1) Indentitas

Nama Ibu : Ny.A Nama suami : Tn. R

Umur : 30 tahun Umur : 34 tahun

Suku/bangsa : Buton/indonesia Suku/bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta

Alamat : laha Alamat : laha

2) Keluhan Utama

Ibu mengatakan adanya perdarahan di luar haid.

Perdarahan tersebut berupa flek darah yang berwarna

kecoklatan dan keputihan sejak 2 hari yang lalu, Ibu

merasakan nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri, Ibu

mengatakan merasa nyeri saat berhubungan.

3) Riwayat Kesehatan yang lalu

Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,

asma, DM dan penyakit lainnya. Ibu tidak pernah menderita

penyakit menular, ibu tidak pernah menderita penyakit


21

menurun( jantung, diabetes melitus dan asma), tidak ada

riwayat alergi dan ketergantungan obat-obatan lainnya.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan keluarganya tidak ada menderita penyakit

menurun seperti hipertensi, asma, diabetes melitus, kanker,

ataupun penyakit jantung.

5) Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28-31 hari

Durasi : 7 hari

Disminorhea : Tidak ada

6) Riwayat Obstetrik

Ibu memiliki 1 orang anak, umur 4 tahun . Ibu tidak pernah

keguguran.

7) Riwayat Ginekologi

Ibu mengatakan tidak pernah menderita Penyakit Menular

Seksual (PMS), HIV/AIDS, serta keputihan abnormal.

8) Riwayat KB

a) Ibu pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan selama ±3

tahun.

b) Efek samping yang pernah di derita ibu dari pemakain

kontrasepsi suntik adalah spotting (bercak darah) dan

kenaikan berat badan.


22

c) Alasan ibu mengganti alat kontrasepsi karena berat

badannya naik terus dan ibu ingin menggunakan

kontrasepsi jangka panjang.

d) Ibu menjadi akseptor KB IUD sejak tahun 2020

e) Ibu menggunakan KB IUD selama 1 tahun.

9) Riwayat Kebiasaan sehari-hari2

a) Pola Nutrisi

Ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi

makan yang cukup (nasi, lauk pauk dan sayur) serta

minum air putih ±7-8 gelas air putih.

b) Pola eliminasi

Ibu mengatakan BAB 1-2 kali sehari dan BAK 3-4

kali sehari.

c) Personal hygiene

Ibu selalu menjaga kebersihan dirinya dengan cara

mandi dan sikat gigi 2 kali sehari dan ibu mencuci

rambutnya sebanyak 2-3 kali dalam seminggu.

d) Pola istirahat dan tidur

Ibu mengatakan tidur siang ± 1-2 jam dan tidur

malam ±7-8 jam.

e) Pola aktivitas

Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah

seperti memasak membersihkan rumah, mencuci pakaian

dan lain-lain.
23

f) Pola hubungan seksual

Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2-3

kali dalam seminggu, tetapi pada saat ibu merasa tidak

nyaman dan merasa sakit saat berhubungan.

10) Data Psikologis dan Spiritual

a) Hubungan dengan keluarga : Ibu mengatakan bahwa

hubungan ibu, suami, dan keluarganya terjalin dengan

baik.

b) Hubungan dengan tetangga : Ibu mengatakan bahwa

hubungan dengan tetangganya baik-baik saja.

c) Ibadah : Ibu mengatakan selalu melaksanakan shalat 5

waktu. Dalam seminggu sekali ibu selalu menyempatkan

untuk membaca Al-Qur’an, mendengarkan ceramah dan

mengikuti acara pengajian.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum ibu baik : Baik

Kesadaran : Komposmentis

Berat badan sekarang : 62 kg

Tinggi badan : 155 cm

Pemeriksaan tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Suhu : 37,5°C

Pernafasan : 20 x/menit
24

2) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah : Tidak pucat, tidak ada cloasma,Tidak ada oedema.

b) Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tampak pucat,

sklera putih.

c) Mulut dan Gigi : Bibir lembab, tidak pucat, tampak bersih,

tidak ada caries.

d) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar

limfe dan vena jugularis.

e) Payudara : Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol,

Tidak benjolan dan nyeri tekan.

f) Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, tidak striae alba,

Tidak ada pembesaran uterus.

g) Genitalia : Tidak ada varices, tampak pengeluaran darah

berwarna kecoklatan dan keputihan yang banyak.

h) Ekstrimitas : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices,

Tidak ada oedema.

3) Pemeriksaan Obstetri

a) Inspekulo : Terdapat benang IUD, flour albus, portio

tampak kemerahan dan ada luka di sekitar mulut rahim.

4) Pemeriksaan Penunjang

a) Test IVA : dilakukan ketika sudah melakukan pengobatan

atau sudah sembuh

b) Hb : 12 g/dL
25

2. Langkah II. Indentifikasi Data Dasar

Tanggal : 22-04-2021

Diagnosis : Akseptor akseptor AKDR dengan Erosi Portio

Data subjektif :

1) Ibu pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan selama ±3

tahun,

2) Ibu mengatakan adanya perdarahan di luar haid.

3) Perdarahan tersebut berupa flek darah berwarna

kecoklatan dan keputihan sejak 2 hari yang lalu, Ibu

merasakan nyeri perut bagian bawah sebelah kiri, Ibu

merasakan nyeri saat berhubungan.

Data objektif :

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran komposmentis

3) Tanda-tanda vital dalam batas normal

4) Pemeriksaan inspekulo : Terdapat benang IUD, flour albus,

darah kecoklatan pada portio dan terdapat erosi pada

daerah mulut rahim (portio) yang sebagian berwarna

kemerahan.

5) Hb : 12 g/dL

Masalah : ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang di

alami, dan tidak nyaman kerena keluar flek-flek

darah dan keputihan

Kebutuan : penyuluhan tentang

1) Konseling tentang efek samping AKDR


26

2) vulva higyene

3) Membatasi hubungan suami istri selama

pengobatan.

4) Perawatan dan pengobatan untuk

penyembuhan erosi portio

3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Diagnosis potensial : infeksi pada portio

Ds : ibu mengatakan keluar flek- flek darah sejak 2 hari yang

Lalu.

Do : Inspecula : daerah portio tampak kemerahan dengan

batas tidak jelas

Antisipasi masalah

1) Membatasi hubungan suami istri selama pengobatan

2) Vulva higyene

4. Langkah IV. Tindakan Segera atau Kolaborasi

Memerlukan tidakan segera dan konsultasi/kolaborasi dengan

dokter untuk Memberi obat yaitu : Albothyl konsentrasi 36% atau

nitras argenik 10% yang dioleskan pada lokasi portio, Albothyl sup

vagina 5x1, Doxycyline 100 mg 2x1 (5 hari), pemberian obat oral

berupa tablet amoxicillin dan asam mefenamat

5. Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Tanggal : 22-04-2021

a. Memberitahu hasil pemeriksaan, memberikan KIE (Komunikasi,

Informasi dan Edukasi) (efek samping dari pemakaian kontrasepsi

AKDR.
27

b. Berikan KIE tentang vulva hygiene dan untuk tidak berhubungan

seksual.

c. Berikan asam asetat atau asam cuka dengan kadar 3-5 % yang

diusapkan pada leher rahim secara inspekulo. Hal ini bertujuan

untuk mendeteksi adanya gejala awal dari kanker serviks.

d. Berikan terapi obat oral berupa asam mefenamat 500 mg 3x1

untuk mengurangi rasa nyeri, amoxicillin 500 mg 3x1 untuk

mencegah atau mengurangi infeksi dan tablet Fe 1x1 sebagai

penambah darah.

e. Anjurkan kepada ibu untuk datang kapan saja apabila ada

masalah atau gangguan kesehatan lainnya.

f. Mengajurkan ibu untuk melakukan Pap smear

6. LANGKAH VI : MELAKSANAKAN PERENCANAN ASUHAN

Tanggal : 22-04-2021

a. Memberitahu hasil pemeriksaan, memberikan KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dan menjelaskan efek

samping dari pemakaian kontrasepsi AKDR.K/u: baik, TD:

120/80mmHg, Nadi: 78x/m, suhu: 37,5ºc, Pernafasan:

20x/menit, Hb: 12g/dl, klien mengerti Apa yang di jelaskan

oleh bidan tentang efek samping AKDR.

b. Memberikan KIE tentang personal hygiene dan untuk tidak

berhubungan seksual. ibu dan suami mengerti untuk tidak

melakukan hubungan seksual selama pengobatan

c. Memberikan asam asetat atau asam cuka dengan kadar 3-5 %

yang diusapkan pada leher rahim. Hal ini bertujuan untuk


28

mendeteksi adanya gejala awal dari kanker serviks secara

inspekulo.

d. memberikan obat-obatan per oral yaitu amoxicillin 500 mg 3x1

untuk mencegah atau mengurangi infeksi, asam mefenamat

500mg 3x1 untuk mengurangi rasa nyeri, tablet Fe 1x1

sebagai penambah darah. ibu mengerti dan meminum obat

dengan teratur

e. Menganjurkan kepada ibu untuk datang kapan saja apabila

ada masalah atau gangguan kesehatan lainnya.

f. Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan IVA atau Pap

smear ketika sudah selesai melakukan pengobatan atau sudah

sembuh

7. LANGKAH VII : EVALUASI

Tanggal : 22-04-2021

a. Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang telah diberikan.

b. Ibu sudah mengerti dan paham tentang efek samping dan

komplikasi IUD dan sudah tidak merasa cemas lagi.

c. Ibu sudah mengerti setelah diberi konseling tentang vulva

hygiene dan bersedia menjaga kebersihan genitalnya.

d. Ibu sudah paham tentang penjelasan hubungan seksual yang

tidak boleh dilakukan selama proses penyembuhan dan akan

memberi pengertian pada suaminya untuk tidak melakukan

hubungan seksual selama proses

e. Ibu bersedia untuk datang kontrol ulang.


29

f. Ibu bersedia melakuan tes IVA atau Pap smear karena ibu

sudah mulai melakukan pengobatan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

Diagnosis : Akseptor KB AKDR dengan erosi portio.

S : Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan .

O : Keadaan umum : Baik, Kesadaran :

Composmentis, Tanda-tanda Vital : Tekanan

Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 82x/menit,

Respirasi : 18x/menit, Suhu : 37,50C

A : Akseptor KB AKDR dengan erosi portio K/U baik.

P : Ajurkan untuk minum obat secara teratur,

anjurkan ibu untuk control tepat waktu atau

sewaktu-waktu ada keluhan.

B. PEMBAHASAN

Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan

kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik,

psikososial dan spiritual. Informasi yang diperoleh mengenai data-

data tersebut penulis dapat dengan mengadakan wawancara

langsung dari klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari

pemeriksaan fisik yang di mulai dari kepala sampai ke kaki dan

pemeriksaan penunjang/laboratorium, pemeriksaan inspeculo

(Mangkuji dkk, 2012).

Pada kasus akseptor KB AKDR dengan erosi portio, data subjektif

didapatkan yaitu ibu berumur 30 tahun, keluar flek-flek darah.


30

Sedangkan Data objektif diperoleh dari pemeriksaan yang telah

dilakukan oleh petugas kesehatan. yaitu keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, BB 62 kg, TB 155 cm, TD 120/80 mmHg,

Nadi 78x/menit dan teratur, Suhu 36,7°c, Pernapasan 20 x/menit,

palpasi tidak ada pembesaran uterus, tidak ada benjolan, tidak ada

bekas operasi pada perut bagiaan bawah, pemeriksaan inspeculo

portio lunak, portio berwarna merah menyala, terlihat benang AKDR

±3cm.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan studi kasus pada manajemen

asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR dengan erosi portio

ditemukan banyak persamaan dengan tinjauan teoritis dan studi

kasus sehingga penulis tidak menemukan perbedaan dan

kesenjangan yang terjadi antara teori dan studi kasus.

Mengidentifikasi data dasar merupakan identifikasi diagnosa

kebidanan, masalah dan kebutuhan berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Nurhayati dkk, 2013)

Diagnosa kebidanan yaitu Akseptor KB AKDR dengan erosi portio.

Masalah : ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang di alami,

dan tidak nyaman kerena keluar flek-flek darah. Dari masalah yang

timbul maka kebutuhan yang diberikan yaitu, penyuluhan

tentang:Konseling tentang efek samping AKDR, Personal vulva

higyene, Membatasi hubungan suami istri selama pengobatan, Beri

terapi untuk penyembuhan erosi portio.Pada dalam kasus ini

penulisan tidak menemukan adanya kesengjangan antara teori dan

studi kasus
31

Identifikasi diagnosa/masalah potensial yang dapat terjadi adalah

keganasan pada portio Sehingga apa yang dijelaskan pada tinjauan

pustaka dengan studi kasus tidak ada kesenjangan antara teori dan

studi kasus.

Identifikasi tindakan segerah dalam kasus ini memerlukan

tindakan segera dan kolaborsi/konsultasi dengan dokter atau tenaga

kesehatan lainnya (Walyani, 2015). Dengan demikian penerapan

tinjauan pustaka dan studi kasus pada manajemen asuhan kebidanan

pada akseptor KB AKDR dengan erosi portio secara garis besar

tampak tidak ada perbedaan.

Rencana tindakan yang di anjurkan dalam kasus ini berdasarkan

kondisi klien, rencana tindakan harus di setujui klien dan semua

tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan

diakui kebenarannya (Nurhayati dkk, 2013).Pada tahap ini penulis

tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

Rencana asuhan kebidanan yang diberikan yaitu meberikan konseling

tentang personal hygiene dan KIE.

Perencanaa asuhan dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan

ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta kerja sama dengan tim

petugas kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah

direncanakan. Pada kasus manajemen asuhan kebidanan pada

akseptor KB AKDR dengan erosi portio . Pada tahap pelaksanaan

asuhan kebidanan pada Akseptor KB AKDR dengan erosi portio dari

tinjauan pustaka penulis melaksanakan tindakan asuhan kebidanan

sesuai dengan perencanaan. Sehingga pada tahap ini penulis tidak


32

menemukan hambatan dan tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

kasus.

Evaluasi dari kasus ini adalah ibu mengerti tentang kondisinya

saat ini, ibu mengerti setelah diberikan KIE tentang vulva hygiene dan

efek samping AKDR. Dalam hal ini, juga tidak ditemukan adanya

hambatan ataupun komplikasi yang dapat membahayakan

keselamatan ibu. Hal ini terjadi karena asuhan yang diberikan sesuai

dengan teori dan perencanaan yang sudah disusun sebelumnya.


BAB V
PENUTUP

Setelah mempelajari teori, konsep dan prinsip-prinsip serta tinjauan

pustaka dari hasil pengkajian manajemen asuhan kebidanan pada Akseptor KB

AKDR dengan erosi portio. Maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran

sebagai berikut

A. KESIMPULAN

1. Pada pengkajian akseptor KB AKDR dengan erosi portio dengan

data subjektif yaitu keluar flek-flek darah. data objektif yaitu

keadaan umum cukup, kesadaran composmentis, vital sign TD:

120/80 mmHg, N: 82 x/menit, R: 18 x/menit, S: 37,5ºC,

2. Pada interpretasi data didapat diagnosa kebidanan akseptor KB

AKDR dengan erosi portio Masalah ibu mengatakan cemas

dengan keadaan yang di alami, dan tidak nyaman kerena keluar

flek-flek darah.

3. Diagnosa potensial yang terjadi adalah infeksi pada portio

4. Pada kasus ini perlu dilakukan tindakan segerah untuk dilakukan

kolaborasi bersama dokter dalam pemberian obat

5. Pada kasus ini, perencanaan yang diberikan sesuai dengan

keadaan Klien yang meliputi penjelasan tentang kondisinya,

memberi nasehat pada ibu untuk mengurangi berhubungan

seksual, beri terapi obat analgetik seperti asam mefenamat 500

mg 2x1 tablet, Fe 20 mg 1x1 tablet.

6. Pelaksanaan yang dapat penulis lakukan adalah sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat.


34

7. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah asuhan yang

dilakukan berhasil atau tidak.

8. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik pada kasus

ini.

B. SARAN

Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagi pasien

Diharapkan mampu mendeteksi dini tanda-tanda erosi portio dan

menganjurkan untuk segera membawa ke petugas kesehatan yang

terdekat bila mengalami tanda erosi portio

2. Bagi intitusi

Referensi bacaan tentang pengetahuan efek samping dari akseptor

KB AKDR masih kurang lengkap, diharapkan karya tulis ini bisa

menjadi referensi yang baik untuk bahan bacaan.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi B, Baharuddin dkk, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta :Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011.

Denney, A. S., & Tewksbury, R. (2013). How to write a literature review. Journal
of criminal justice education, 24(2),218-234.

Dyah Ayu Novita (2012-2014). Kejadian Erosi Porsio Pada Akseptor KB IUD Di
RSUD DR. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto. Diambil tgl 21-04-2021

Ida Susila dan Eka Junia Imawan (2010). Asuhan Kebidanan Konprehensif
Akseptor Aktif IUD Pada Ny ”R” P2002 Dengan Erosi portio Di Puskesmas
Lamongan Tahun. Diambil tgl 21-04-2021.

Jannah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: CV Andi


Offset.

Kementerian Kesehatan RI.Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Indonesia, 2017.

Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/ProfilKesehatan-
Indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.Pdf

Kumalasari I.2015. Panduan Praktik Laboratoriu dan Klinik Perawatan Antenatal,


nternatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Akseptor

Manuaba. Ilmu Kebidanan, dan Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGG;
2013. H. 602

Mangkuji, Betty. Dkk. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta : EGC, 2012.

Maritalia,Dewi, Asuhan kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar, 2021.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, 2014.

Purwoastuti th.E, Elisabeth S.W. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan


keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2015.

Romauli, Suryati. Buku Ajar ASKEB I Konsep. Yogyakarta Nuha Medika, 2011.

Suryani R, Rosmauli T. Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta timur


Dunia Cerdas,2014

Tiara Aulia Mufidah (2016). Asuhan Kebidanan Kejadian Erosi Portio Pada
Akseptor IUD Di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. Program Studi
Kebidanan Jenjang Diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Aisyiyah . Diambil tgl 21-04-2021
36

Taufika, Yuhedi Lucky dan Titik Kurniawati.Buku Ajar Kependudukan Pelayanan


KB. Jakarta : EGC. 2015.”.

Taufika, Yuhedi Lucky dan Titik Kurniawati.Buku Ajar Kependudukan Pelayanan


KB. Jakarta : EGC. 2015.”.

Walyani, ES. (2015) Asuhan Kebidanan . Yogyakarta: Pustaka Press

Anda mungkin juga menyukai