BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat
secara jasmani dan rohani. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari
kesehatan gigi keseluruhan. Banyak penelitian membuktikan bahwa prevalensi
penyakit yang terkait dengan personal hygiene (pemeliharaan kebersihan
perorangan) pada anak pra sekolah cukup tinggi, dimana salah satunya adalah
karies gigi.
Kesehatan gigi pada anak usia dini merupakan salah satu bagian penting
dalam meningkatkan status kesehatan secara keseluruhan karena gigi mempunyai
peranan penting dalam membantu fungsi bicara untuk berkomunikasi dan sebagai
penyangga struktur wajah. Tanpa adanya gigi geligi yang sehat akan menghambat
proses pengunyahan sehingga akan mempengaruhi sistem pencernaan yang pada
akhirnya akan berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. Oleh sebab itu
menjaga kesehatan gigi menjadi suatu hal yang penting agar didapatkan kualitas
hidup yang baik pula.
Kerusakan gigi atau karies gigi adalah penyakit tunggal kronis yang paling
umum di seluruh dunia, 5 kali lebih umum daripada asma, 7 kali lebih umum
daripada demam, 4 kali lebih umum daripada obesitas pada anak, dan 20 kali lebih
umum daripada diabetes remaja. Menurut American Academy of Pediatric
Dentistry, saat ini bahaya publik internasional di negara berkembang dan maju
saat ini adalah penyakit menular dari mulut dan gigi yang dapat dimulai sejak gigi
tumbuh, biasanya sekitar 6 bulan, dan dapat berkembang dengan cepat yang
menyebabkan rasa sakit luar biasa dan ketidaknyamanan pada anak (Tungare,
2019).
Karies gigi, juga dikenal sebagai kerusakan gigi atau rongga, merupakan
infeksi yang berasal dari bakteri yang menyebabkan demineralisasi jaringan keras
(enamel, dentin dan sementum) dan perusakan materi organik gigi denan produksi
2
asam oleh hidrolisis dari akumulasi sisa-sisa makanan pada permukaan gigi
(Hongini, 2017).
Early Childhood Caries (ECC) atau Karies Anak Usia Dini didefinisikan
sebagai adanya satu atau lebih lesi yang membusuk (lesi yang tidak beravitasi atau
berlubang), hilang (karena karies) atau permukaan gigi yang terisi pada gigi
primer pada anak usia prasekolah antara kelahiran dan 71 bulan. Usia (Tungare,
2019).
Early Childhood Caries (ECC) adalah bentuk kerusakan gigi yang
disebabkan oleh anak-anak tidur dengan botol susu. Ini juga disebut pembusukan
botol bayi atau botol susu. Ini disebabkan ketika seorang anak tidur dengan botol
berisi susu atau jus atau apa pun kecuali air. Ini biasanya menyerang anak-anak
antara usia satu dan dua tahun. Bayi yang disusui yang tertidur saat menyusui juga
berisiko.
Prevalensi Early Childhood Caries (ECC) juga sangat bervariasi dengan
beberapa faktor seperti ras, budaya, dan etnis, status sosial ekonomi, gaya hidup,
pola makan, dan praktik kebersihan mulut dan juga sesuai dengan berbagai faktor
dari satu negara ke negara dan dari satu daerah ke daerah lainnya. Tinjauan
literatur menunjukkan bahwa dalam sebagian besar negara maju tingkat prevalensi
Early Childhood Caries (ECC) adalah antara 1 dan 12%. Di negara-negara
berkembang dan di antara kelompok-kelompok yang kurang beruntung di negara-
negara maju, prevalensinya telah dilaporkan setinggi 70% Early Childhood
Caries (ECC) telah ditemukan lebih umum pada kelompok sosial ekonomi
rendah. Prevalensi berkisar antara 11,4% di Swedia hingga 7-19,0% di Italia.
Prevalensi tinggi Early Childhood Caries (ECC) telah dilaporkan di beberapa
negara Timur Tengah, seperti Palestina (76%) dan Uni Emirat Arab (83%). Survei
nasional dari beberapa negara, seperti Yunani (36%), Brasil (45,8%), India
(51,9%), dan Israel (64,7%), menunjukkan prevalensi Early Childhood Caries
(ECC) yang tidak konsisten (Anil, et.al, 2017).
Data Riskesdas 2018 menujukkan bahwa hanya 2,8% masyarakat berusia
tiga tahun ke atas yang sudah memiliki perilaku menyikat gigi dua kali sehari,
yaitu pagi dan malam. Hal ini yang antara lain menyebabkan 90,2% anak
3
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan Pemberian
Susu Formula dengan kejadian Early Childhood Caries (ECC) di Anak
Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pemberian susu formula pada
Anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi waktu pemberian susu
formula Anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penambahan gula pada susu
formula yang diberikan pada Anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah 19
Sukarami Palembang.
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian Early Childhood
Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah 19 Sukarami
Palembang
e. Untuk Menganalisis hubungan Pemberian Susu Formula dengan
kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di
TK ‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang.
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan Keperawatan Anak yang bertujuan untuk
mengetahui Hubungan Pemberian Susu Formula dengan kejadian Early
Childhood Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah 19
5
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
kejadian Early Childhood Caries (ECC) yang berkaitan dengan
Pemberian Susu Formula pada Anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah 19
Sukarami Palembang. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
digunakan sebagai sumber informasi bagi orang tua maupun tenaga
pendidik untuk meningkatkan pengetahuan mengenai Early Childhood
Caries (ECC) dan pola pemberian susu formula yang baik untuk
mencegah terjadinya Early Childhood Caries (ECC).
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kejadian
kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di TK
‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang, sehingga pihak sekolah dapat
memahami salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian Early
Childhood Caries (ECC) yang berkaitan dengan Pemberian Susu
Formula yang menjadi penyebab terjadinya Early Childhood Caries
(ECC).
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang sangat
luas mengenai hubungan Pemberian Susu Formula dengan kejadian
Early Childhood Caries (ECC) pada anak pra sekolah dan sebagai
6
F. Penelitian Terkait
N Judul/Penulis/ Metodologi Persamaan Perbedaan
Hasil
o Tahun Penelitian terkait Penelitian saat ini
1. Hubungan antara Penelitian ini Hasil penelitian - Menggunakan variabel - Penelitian ini - Penelitian ini
Penggunaan menggunakan menunjukan bahwa 66,7% yang sama yaitu dilakukan di Desa dilakukan di
Botol Susu pendekatan batita memiliki pola pemberian susu formula Candirejo Anak Pra
dalam penelitian cross penggunaan botol susu - Metode yang digunakan Sekolah di TK
Pemberian Susu sectional dalam pemberian dalam penelitian ini ialah ‘Aisyiyah 19
Formula dengan susu formula yang desain cross sectional Sukarami
Kejadian Karies buruk, sedangkan dengan pendekatan Palembang
Gigi pada Batita data karies gigi kuantitatif - Variabel dalam - Hanya
di Desa didapati 68,3% - Sampel sama-sama penelitian ini menggunakan
Candirejo batita menggunakan usia pra ditambahkan variabel
Kecamatan mengalami karies gigi. Uji sekolah penggunaan susu pemberian susu
Ungaran Barat Chi Square menunjukan botol formula.
Kabupaten nila p value (0,000).
Semarang /
Linda Shaliha
Afzagi/2015
2. Hubungan Jenis penelitian ini Ada hubungan antara cara - Menggunakan variabel - Penelitian ini - Penelitian ini
Pemberian Susu adalah analitik pemberian susu yang sama yaitu dilakukan di TK dilakukan di
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Perkembangan Kognitif
Pemikiran Prakonseptual (2-4 tahun), Pada periode ini persepsi
masih terbatas dimana penilaian terhadap sesuatu hanya mampu
dinilai dari luar mereka atau yang tampak terjadi (Piaget, 1952).
Artifisialisme, Pada periode ini sering timbul pertanyaan dari mereka;
siapa yang membangun gunung?. Animisme, kesalahan konsep yang
sering terjadi “pohon menangis pada saat dahan mereka patah”.
Kesalahan konsep ketiga adalah tipe memberi alasan penilaian alami
(Potter & Perry, 2005).
Kelompok usia pada tahap ini, ketakutan merupakan hal yang
paling besar muncul dan menjadi sesuatu yang membahayakan tubuh,
misalnya ketakutan anak pada petugas kesehatan. Ketakutan ini
sering bertentangan dengan kesediaan mereka untuk membiarkan
pemberian tindakan keperawatan. Perkembangan moral usia
prasekolah yaitu mereka mulai ada pemahaman akan kesadaran
terhadap penilaian secara sosial benar atau salah.
c. Perkembangan psikososal
Dunia prasekolah meluas di luar keluarga; yaitu anak sudah
banyak bergaul dengan lingkungan tetangga.
B. Anatomi Gigi
Struktur gigi pada manusia terbagi dalam dua bagian yaitu bagian
mahkota dan bagian akar. Pada bagian mahkota merupakan bagian gigi yang
terlihat dalam mulut, sedangkan pada bagian akar merupakan bagian yang
tertanam di dalam tulang rahang (Tarigan, 2016).
Menurut Tarigan (2016), pada bagian gigi manusia terstruktur / tersusun
atas 4 (empat) jaringan yakni :
1. Mahkota
Merupakan bagian yang menonjol dari rahang.
2. Leher
Merupakan bagian yang terletak antara mahkota dengan bagian akar gigi.
3. Akar
Merupakan bagian yang tertanam di dalam rahang.
4. Email
Dikenal juga dengan istilah "Enamel", merupakan jaringan yang
berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat yang sangat keras
yang berada di bagian paling luar gigi manusia. Warna email gigi pun
sebenarnya tidak putih mutlak, kebanyakan lebih mengarah keabuabuan
dan semi translusen. Kecuali pada kondisi enamel yang abnormal
seringkali menghasilkan warna yang menyimpang dari warna normal
enamel dan cenderung mengarah ke warna yang lebih gelap.
5. Dentin/ Tulang
Dikenal juga dengan istilah "Dentin" yaitu tulang merupakan lapisan
yang berada pada lapisan setelah email yang dibentuk dari zat kapur.
Dentin juga merupakan bagian yang terluas dari struktur gigi, meliputi
seluruh panjang gigi mulai dari mahkota hingga akar. Dentin pada
mahkota gigi dentin dilapisi oleh enamel, sedangkan dentin pada akar
gigi dilapisi oleh semen.
6. Rongga Gigi
Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah
kapiler dan serabut-serabut syaraf.
14
7. Semen
Dikenal juga dengan istilah "Sementum", merupakan bagian dari akar
gigi yang berdampingan dan berbatasan langsung dengan bagian tulang
rahang di mana gigi manusia tumbuh. Seperti halnya pada bagian email
yang melapisi dentin, semen juga melapisi dentin namun untuk dentin
pada bagian akar gigi.
8. Rongga Pulp
Pulp adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah kapiler
dan serabut-serabut saraf.
yang hilang (akibat karies gigi) atau permukaan gigi yang penuh pada gigi
primer antara kelahiran dan usia 71 bulan (Tungare, 2019).
Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi
yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email
(permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian
dalam gigi. Jika tidak diobati oleh seorang dokter gigi, karies akan terus
tumbuh dan pada akhirnya menyebabkan gigi tinggal (Nirmala,2015).
3. Etiologi
Bakteri (hadir dalam plak) yang disebut Streptococcus mutans (S.
mutans, atau strep mutans) dianggap sebagai penyebab utama kerusakan
gigi. Bakteri ini menggunakan gula makanan untuk menghasilkan asam -
asam ini secara langsung menyebabkan pembusukan. Strep mutans
tumbuh subur dalam kombinasi gula, jumlah air liur yang rendah dan
tingkat ph dalam air liur yang rendah. Sebagian dari populasi (sekitar
20%) diperkirakan telah meningkatkan kadar bakteri penghasil asam tinggi
ini, menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi untuk
mengembangkan kerusakan gigi. Setelah bayi mulai tumbuh gigi, ia bisa
mendapatkan bakteri ini melalui air liur untuk kontak air liur dari ibu (atau
pengasuh lainnya) kepada bayi, berbagi sendok & cangkir, ciuman basah
di mulut, mengunyah makanan untuk bayi, atau memasukkan dot bayi ke
dalam mulut.
Karies gigi adalah penyakit multifaktorial yang dimulai dengan
perubahan mikrobiologis dalam biofilm kompleks dan dipengaruhi oleh
aliran dan komposisi saliva, paparan fluoride, konsumsi gula makanan,
dan dengan pencegahan perilaku. Penyakit ini awalnya bersifat reversibel
17
dan bisa jadi terhenti pada tahap apa pun, bahkan ketika beberapa kavitasi
terjadi, asalkan cukup biofilm yang bisa dihilangkan.
ECC adalah bentuk agresif karies gigi yang dimulai pada permukaan
gigi yang biasanya tidak terpengaruh oleh kerusakan, seperti permukaan
labial gigi seri rahang atas, berbeda dengan karies gigi yang biasanya
melibatkan retensi plak area. Dengan demikian diperkirakan ada risiko
tersendiri faktor yang terlibat dalam perkembangan ECC. ECC secara
historis dikaitkan dengan tidak pantas dan penggunaan botol yang lama
atau menyusui. Penggunaan botol, terutama pada waktu tidur, diyakini
terkait dengan peningkatan risiko karies, tetapi ini mungkin bukan satu-
satunya faktor dalam perkembangan karies pada anak usia dini.
Carious lesi dihasilkan dari interaksi kariogenik mikroorganisme,
karbohidrat yang dapat difermentasi, dan permukaan gigi yang rentan.
Mengingat waktu yang tepat, ini faktor-faktor menginduksi lesi karies
yang baru jadi faktor-faktor risiko juga ditemukan bervariasi dari populasi
ke populasi.
4. Klasifikasi Early Childhood Caries (ECC)
Menurut Zafar (2016) klasifikasi Early Childhood Caries (ECC) yaitu:
a. ECC tipe I (ringan hingga sedang)
Adanya lesi karies terisolasi yang melibatkan molar dan / atau gigi
seri. Penyebabnya biasanya kombinasi makanan semi-padat atau padat
kariogenik dan kurangnya kebersihan mulut. Jumlah gigi yang terkena
biasanya meningkat seiring dengan tantangan kariogenik masih ada.
Jenis ECC ini biasanya ditemukan pada anak-anak yang berusia 2
hingga 5 tahun.
b. Tipe II (sedang hingga berat) ECC
Lesi karies labiolingual yang mempengaruhi gigi seri maksila, dengan
atau tanpa karies molar tergantung pada usia anak dan stadium
penyakit, dan mandibula yang tidak terpengaruh gigi seri.
Penyebabnya terkait dengan penggunaan yang tidak tepat dari botol
susu, saat menyusui atau kombinasi dari keduanya, dengan atau tanpa
18
1) d = decay :
a) Jumlah gigi susu yang karies yang masih dapat ditambal
b) Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan
2) e = extracted :
a) Jumlah gigi susu yang dicabut karena karies
b) Gigi karies dengan indikasi pencabutan
3) f = filling :
Jumlah gigi yang ditambal
Menurut Herijulianti, (2012) extracted seharusnya dapat
menunjukkan jumlah gigi yang dicabut karena karies. Pada gigi susu
kadang-kadang gigi yang tidak ada disebabkan lepas dengan
sendirinya, karena faktor fisiologis, bukan karena karies.
c. Status Penilaian Indeks Karies
Berikut ini adalah status penilaian indeks karies gigi dengan DMF-T
maupun def-t:
E. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diketahui bahwa faktor risiko terjadinya Early Childhood Caries (ECC) pada
remaja disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu tingkat
pengetahuan, status Gizi, konsumsi Makanan, pola menstruasi dan riwayat
Penyakit. Maka kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu konsep yang dapat di jelaskan dan
membentuk suatu teori yang berkaitan dengan variabel yang membantu
peneliti menghubungkan antara variabel yang diteliti dengan teori
(Nursalam, 2016). Sehingga setiap konsep harus di jelaskan ke dalam
variabel agar setiap konsep dapat diamati dan diukur (Notoadmojo, 2010).
Dalam penelitian ini berdasarkan kerangka teori yang ada, faktor risiko
terjadinya Early Childhood Caries (ECC) pada anak pra sekolah diantaranya
adalah pemberian susu formula yang meliputi frekuensi, waktu minum dan
komposisi penambahan gula. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
27
Komposisi penambahan
gula pada susu formula
B. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Definisi
N Cara Alat Skala
Variabel Operasiona Hasil Ukur
o Ukur Ukur Ukur
l
1. Frekuensi Perilaku Checklist Kuesione 1. Buruk, Nomina
Pemberian pemberian r apabila l
Susu susu diberika
Formula formula n≥3
pada anak kali
pra sekolah sehari
(Lombo, 2. Baik
2015) apabla
diberika
n<3
kali
sehari
2. Waktu Lama Checklist Kuesione 1. Beresiko Nomina
28
Definisi
N Cara Alat Skala
Variabel Operasiona Hasil Ukur
o Ukur Ukur Ukur
l
pemberian pemberian r apabila l
susu susu diberika
formula formula n≥6
bulan
2. Beresiko
apabila
diberika
n<6
bulan
Definisi
N Cara Alat Skala
Variabel Operasiona Hasil Ukur
o Ukur Ukur Ukur
l
prasekolah
sehingga
memerlukan
perhatian
khusus.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sementara (Riyanto, 2011). Adapun
hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
1. Ha : Ada hubungan Frekuensi Pemberian Susu Formula dengan kejadian
Early Childhood Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah
19 Sukarami Palembang
H0 : Tidak ada hubungan Frekuensi Pemberian Susu Formula dengan
kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di TK
‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang
2. Ha : Ada hubungan Waktu Pemberian Susu Formula dengan kejadian
Early Childhood Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah
19 Sukarami Palembang
H0 : Tidak ada hubungan waktu Pemberian Susu Formula dengan
kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di TK
‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang
3. Ha : Ada hubungan Penambahan gula pada Susu Formula dengan
kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di TK
‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang
H0 : Tidak ada hubungan Penambahan gula pada Susu Formula dengan
kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada Anak Pra Sekolah di TK
‘Aisyiyah 19 Sukarami Palembang
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dan menggunakan
rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian deskriftif koleratif untuk
mendeskripsikan hubungan Pemberian Susu Formula dengan kejadian Early
Chilhood Caries (ECC). Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok A
dan kelompok B TK ‘Aisyiyah 19 Palembang Tahun Pelajaran 2019/2020
yang berjumlah 109 siswa.
2. Sampel
1. Jumlah Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Arikunto (2016)
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Untuk metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian
ini adalah menggunakan teknik Purposive sampling yaitu peneliti
mengambil sampel dari populasi yang sesuai dengan kebutuhan atau
keinginan peneliti (Nursalam, 2013). Dari masing-masing kelompok
diambil sampel dari populasi kelompok. Dalam mengambil
sampel kelompok dari populasi kelompok digunakan rumus solvin
dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
N
n= 2
1+ N ( d )
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = tingkat kesalahan 10% (0,1)
sampel dalam penelitian ini yaitu :
109
n= 2
1+ 109 ( 0,1 )
109
n= =52,15 52
2,09
Jumlah sampel dalam penelitian ini 52 respoden
2. Teknik sampling
32
3. Ekskavator
4. Pinset
b. Bengkok untuk meletakkan alat diagnostik.
c. Alkohol 70 % sebagai desinfektan.
d. Kapas untuk mengoleskan alkohol.
e. Sarung tangan dan masker sebagai alat pelindung dari infeksi (kontrol
infeksi).
4. Cara Pengumpulan Data
a. Mengurus perizinan untuk melakukan sebuah penelitian.
b. Memberi pengarahan kepada anak pra sekolah untuk diperiksa
keadaan rongga mulut kemudian diukur def (t).
c. Pengisian informed consent oleh orang tua atau wali.
d. Mengukur indeks def (t) pada anak TK.
e. Membagikan kuisioner kepada orang tua atau wali dan
diinstruksikan untuk mengisi poin-poin yangtersedia secara
lengkap dan jujur.
f. Mengumpulkan kuisioner untuk kemudian diolah berdasarkan data
yang ada.
5. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas ini diadakan di TK ‘Aisyiyah 19 pada
Bulan Januari dengan menggunakan 30 responden, dinyatakan valid dan
reliabel. Juliandi dkk. (2014) menyatakan bahwa uji validitas dan
reliabilitas dapat menggunakan analisis Korelasi Pearson. Kriteria
menarik kesimpulan untuk menentukan valid tidaknya suatu instrument
adalah dengan melihat probabilitas kesalahan dari korelasi (disimbolkan
dengan Sig). Nilai kesalahan (Sig) tersebut dibandingkan dengan
probabilitas kesalahan yang ditetapkan oleh peneliti yang disimbolkan
dengan alpha (α). Umumnya penelitian sosial nilai α yang dipilih adalah
0,05. Jika nilai Sig < 0,05 maka suatu instrument yang diuji korelasinya
adalah valid.
35
Pada tahap ini data yang ada ditandai dan diperiksa kembali untuk
mengoreksi kemungkinan suatu kesalahan yang ada (Hidayat, 2008).
F. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan dengan menganalisa variabel-
variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi
frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui karakteristik responden,
frekuensi pemberian susu formula, waktu pemberian susu formula,
penambahan gula dan kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada anak
pra sekolah di TK ‘Aisyiyah 19 Palembang.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya
hubungan antara masing-masing variabel bebas yaitu tingkat
Pemberian Susu Formula dengan variabel terikat yaitu kejadian Early
Childhood Caries (ECC) pada anak Pra Sekolah di TK ‘Aisyiyah 19
Palembang dengan menggunakan uji Chi Square.
Cara untuk memutuskan apakah ada hubungan yang
bermakna significant) antara variabel bebas dan variabel terikat, maka
enggunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan (Alpha)
yaitu sebesar 5% atau 0,05. Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak,
yang berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen
dan variabel independen, apabila p value > 0,05 maka Ho diterima
yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel
dependen dan independen.
G. Etika Penelitian
Etika dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar Persetujuan Responden ( Inform concent )
37