Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan hewan yang paling unik dan paling
sempurna yang melata di muka bumi ini. Perbedaan manusia
dengan makhluk lain itu sangat tampak dan jelas. Manusia
memiliki akal, berbudi luhur dan dapat memilih dan memilah
sesuatu yang ingin diperbuatnya. Akan tetapi asal usul manusia
hingga saat ini masih misteri bagi kalangan ilmuan sehingga
Alexis

Carrel

berkebangsaan

(1873-1944)
Perancis

dan

seorang
telah

ilmuan

meraih

dua

dan
kali

dokter
nobel

perdamaian menulis buku yang berjudul Manusia adalah Makhluk


yang Belum Dikenal .1
Berbicara masalah manusia, yang segera terlintas adalah
sesosok makhluk terdiri dari jasad dan jiwa. Makhluk yang paling
indah bentuk dan kejadiannya. Makhluk yang diberi kebebasan
untuk memilih antara yang baik dan yang buruk. Juga makhluk
yang diberi kemampuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
serta dibekali dengan alat-alat pendukung yang mampu untuk
meraihnya.
Dari pengetahuan yang ia miliki, pantaslah kalau manusia
ditunjuk oleh Allah SWT sebagai wakil-Nya di muka bumi untuk
memelihara, memimpin dan menyebarkan keadilan di atasnya.
Tetapi Allah Ta'ala juga tidak segan-segan menurunkan derajat
manusia dari kedudukan yang demikian mulia menjadi serendahrendahnya

(asfala

safilin),

apabila

manusia

lalai

dalam

mengemban amanah langit.


1M. Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana (Cet. IV; Jakarta: Lentera
Hati, 2006), h. 111.

Pengetahuan

tentang

manusia

sedemikian

sulit,

sebagaimana yang dibahas dalam buku Manusia adalah Makhluk


yang Belum Dikenal. Salah satu penyebabnya adalah karena
manusia merupakan satu-satunya makhluk yang dalam unsur
penciptaannya terdapat ruh ilahi.2 Sedang manusia tidak diberi
pengetahuan yang banyak tentang ruh seperti yang terdapat
dalam Q.S. al-Isra>/17: 85:

.



Terjemahnya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit.3
Dengan demikian, penting kiranya untuk mengkaji tentang
manusia, terutama ciri ciri manusia itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah hakikat manusia yang membedakannya
dengan makhluk lain?
b. Bagaimana

karakter

manusia

menurut

pandangan

ilmuan dan al Quran?

2M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Cet. XVI; Jakarta: Mizan,


2005), h. 278.
3Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya (al-Madi>nah alMunawwarah: Mujamma al-Malik Fahd, 1418 H.), h.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Definisi
beragam

manusia

tergantung

yang

dari

dikemukakan

aspek

mana

ia

ilmuan

sangat

meneliti

dan

mengkajinya. Sebagian ilmuan berpendapat bahwa manusia


adalah makhluk sosial karena ia melihat dari aspek sosialnya.
Sebagian lagi berkomentar bahwa manusia adalah binatang
cerdas yang menyusui atau makhluk yang bertanggung jawab
atau makhluk membaca dan tertawa,4 dan lain-lain sebagainya.
Jika

diamati lebih mendalam

sifat-sifat dan karakter

manusia, khususnya bahwa manusia itu mempunyai bahasa


yang teratur, mempunyai keahlian untuk berbicara, berfikir,
mamiliki kepekaan sosial, mempunyai apresiasi estetika dan rasa
yang tinggi serta mampu melakukan ritual ibadah kepada sang
pencipta maka wajarlah jika para filosof agama (Yahudi, Kristen

4M. Quraish Shihab, Dia...., h. 111.

dan Islam) mendefinisikan manusia sebagai makhluk yang unik


dari asal yang suci, bebas dan dapat memilih.5
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia diartikan
sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain).6 Dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa
Anglo Saxon, man). Apa arti dasar kata ini tidak jelas, tetapi pada
dasarnya bisa dikaitkan dengan mens (Latin), yang berarti ada
yang berpikir. Demikian halnya arti kata anthropos (Yunani) tidak
begitu jelas. Semua antrophos berarti seseorang yang melihat ke
atas. Namun saat ini, kata itu dipakai untuk mengartikan wajah
manusia.7
Pembahasan hakekat manusia dengan indikasi bahwa ia
merupakan makhluk ciptaan di atas bumi sebagaimana semua
benda duniawi, hanya saja ia muncul di atas bumi untuk
mengejar dunia yang lebih tinggi. Manusia merupakan makhluk
jasmani

yang

tersusun

dari

bahan

meterial

dan

organis.

Kemudian manusia menampilkan sosoknya dalam aktivitas


kehidupan jasmani. Selain itu, sama halnya dengan binatang,
manusia memiliki kesadaran indrawi. Namun, manusia memiliki

5H.M. Rasjidi, Persoalan-Persoalan Filsafat (Cet. I; Jakarta: Bulan


Bintang, 1984), h. 54.
6TPKP3B (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdikbud dan Balai
Pustaka, 1997), h. 629.
7Loren Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 564-565.

kehidupan

spiritual-intelektual

yang

secara

intrinsik

tidak

tergantung pada segala sesuatu yang material.8


Banyaknya definisi yang ditawarkan ilmuan, mendorong
pada kesimpulan bahwa definisi tentang manusia yang dapat
disepakati

dan

diterima

secara

menyuluruh

dan

dapat

menggambarkan manusia secara utuh hingga saat ini belum ada.


B. Konsep Manusia Menurut Ilmuan dan al Quran
a. Manusia Berbicara
Perbuatan berbicara itu adalah perbuatan khusus manusia
untuk mengisayaratkan

perasaan - perasaan atau pikirannya,

dengan cara mengeluarkan serta membentuk suara - suara


dengan perantaraan sejumlah alat alat tubuh yang disebut
pangkal tenggorokan dan mulut.
Berbicara adalah suatu gejala yang sudah dikenal dengan
baik dan jelas, sehingga secara relative mudah dipelajari oleh
setiap orang, baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain.
Berbicara di sini menurut penulis merupakan keunggulan
dari manusia itu sendiri, karena hal inilah yang membedakan
dengan binatang. Karena dalam dunia binatang dikenal juga
dengan istilah bahasa binatang yang mana dalam hal ini sesuatu
yang diberikan bersama sama dengan kelahirannya, yang
bukan

hasil

perkembangan

pelajaran

yang

organismenya.

berkembang
Sedangkan

sejalan
anak

dengan
mannusia

memerlukan seseorang untuk mengajarinya untuk berbicara.


b. Manusia Sebagai Makhluk Hidup
Sebagai makhluk hidup, manusia memang termasuk di
dalamnya suatu kelompok besar sekali yang mengandung
tumbuh-tumbuhan dan binatang- binatang.9
8Ibid.,h. 629

Salah satu cirri khas makhluk hidup adalah berkembang


dan mengembangkan diri dengan mengubah apa yang dimakan
dan dicerna menjadi substansinya sendiri. Selain membentuk
dan

mengembangkan

memperbaiki

dan

dirinya,

memulihkan

makhluk
luka

hidup

juga

lukanya.

dapat

Dan

dia

mengerjakan itu dari substansinya sendiri, dari dalamnya sendiri,


dari apa yang dibuat oleh organismenya sendiri. Dan makhluk
hidup mempunyai suatu kemampuan lagi yang luar biasa, yaitu
mereproduksikan dirinya dan melipatgandakan dirinya, membuat
dalam dirinya bibit bibit tunas yang akan menjadi suatu
makhluk hidup yang baru, suatu makhluk hidup yang menjadi
gambarannya, dan menjadi penerus spesiesnya.
c. Manusia Memiliki Pengetahuan
Sebenarnya pengetahuan itu dimiliki oleh semua makhluk
hidup,

apakah

dia

manusia,

malaikat,

sekalipun. Karena pengetahuan binatang -

ataukah

binatang

binatang dikatakan

lebih tinggi daripada tumbuhan. Dan karena manusia dapat


mengetahui segala galanya, maka ia menguasai semua
binatang.
d. Manusia Diperlengkapi Dengan Afektivitas
apa yang membedakan binatang dan khususnya manusia
dari tumbuh tumbuhan adalah bukan hanya kemampuan untuk
mengenal tetapi juga afektivitas. Sebab karena afektivitas inilah
yang membuat kita

berada secara

aktif di dunia

ini,

berpartisipasi dengan orang lain. Andaikata kita makhluk hidup


yang hanya bisa mengenal tanpa rasa, kita sebetulnya hanya
akan memantulkan dunia seperti cermin cermin yang sadar dan
netral saja.
e. Manusia Mengerti

9Sarlito Wirawan Sarwono,Pengantar Umum Psikologi ( Jakarta: Bulan


Bintang, 1982), h.27.

Menurut penulis, dalam pandangan dan tindakan manusia


itu bukan hanya seputar melihat dan menyentuh tapi mereka itu
mengerti.
f. Manusia Mempunyai Kebebasan
Manusia itu menyatakan dan mempertimbangkan , tetapi
dia juga berhak untuk memilih. Manusia adalah secara esensial
berkehendak. Tetapi, dia mempunyai kemampuan menghendaki
yang disukainya, memilih apa yang dikehendakinya.
Dengan

begitu

secara

eksplisit

manusia

mempunyai

kebebasan dalam bertindak dan memilih yang hal ini di pandang


semu oleh kaum Jabariyah dan bahkan Asyariyah begitu juga
oleh

sebagian

orang-orang

sufi.

Dimana

manusia

diberi

kebebasan penuh dalam memilih (ikhtiya>r) jalan mana yang


mau mereka pilih sebagai jalan hidupnya. Dan barangkali ini
adalah sebagai konsekuensi logis dari kekhalifahannya di muka
bumi. Tetapi di balik itu Allah juga mempunyai rencana lain.
Sebab, Allah swt. menciptakan manusia tidak hanya dibiarkan
begitu saja tanpa pertanggungjawaban sebagaimana penjelasan
dalam Q.S. al-Qiya>mah/75: 36:

Dengan demikian, dalam jejak kehidupan manusia secara


dogmatis ataupun de fakto, manusia mempunyai dua jalan yang
harus dipilihnya untuk mengarungi roda kehidupannya di muka

bumi ini. Mereka harus bisa memilih salah satu diantara jalan
tersebut sebagai jalur kehidupannya kelak, karena jika tidak
maka

akan

terjadi

diskontinuitas

di

sepanjang

kehidupannya. Dalam hal ini


g. Manusia Sebagai Makhluk Historis

sejarah

Segala yang berinteraksi di dunia ini, hanya manusialah


yang satu satunya makhluk yang bersejarah, sebab dialah satu
satunya makhluk yang menjadi pokok penulisan sejarah, sebab
dialah satu satunya yang membuat sejarah. 10 Kesejarahan atau
historis manusia, yakni kekhasan yang menjadikan manusia
pembuat dan pelaku sejarah, bukanlah sebuah fakta kebetulan
dan sampingan melainkan hakiki.
h. Manusia, Makluk Berbudaya
Kebudayaan harus didapatkan dan diraih oleh tiap manusia
yang sedang berkembang, melalui suatu proses perkembangan
yang

mempunyai

prinsip

batind

di

dalam

inteligasi

dan

kebebasan tiap pribadi, itulah prolehan yang terkandung di


dalam lingkungan sosial.
i.Manusia dan Kematian
Manusia sebagai makhluk hidup, menurut penulis bukanlah
sebagai sesuatu yang hidup selamanya. Akan tetapi,manusia
punya batas waktu untuk hidup di dunia ini, dan kelak akan
dihadapkan dengan kehidupan baru, yakni alam akhirat.
Sedangkan menurut para ilmuan. Sarlito Wirawan Sarwono
(1983) dalam bukunya Pengantar Umum Psikologi, ciri perilaku
manusia yang membedakan dari makhluk lain adalah kepekaan
social, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan
perjuangan, tiap individu adalah unik. Secara singkat dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Kepekaan Sosial
Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan
perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang lain.
10Hardono Hadi, Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme
Whiteread, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), H.109.

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu


kawan dan bekerja sama dengan orang lain. Perilaku manusia
adalah situasional, artinya perilaku manusia akan berbeda pada
situasi yang berbeda.11
Contoh :
1. Perilaku manusia pada saat membesuk orang yang sedang
sakit di rumah sakit, berbeda dengan perilaku pada saat
menghadiri resepsi.
2. Perilaku pada saat taziah (melayat) berbeda dengan
perilaku pada saat mengikuti pesta.
3. Perilaku manusia akan berbeda pada saat menghadapi
orang yang sedang marah, sedang bersenang senang,
sedang

tertimpa

musibah,

sedang

belajar,

mengikuti

seminar dan sebagainya.


b. Kelangsungan Perilaku
Artinya antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan
perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku
sekarang

adalah

kelanjutan

perilaku

yang

baru

lalu,

dan

seterusnya. Dalam kata lain, bahwa perilaku manusia terjadi


secara berkesinambungan bukan secara serta merta.
Jadi, sebenarnya perilaku manusia tidak pernah berhenti
pada suatu saat. Perilaku pada masa lalu merupakan persiapan
bagi perilaku kemudian dan perilaku kemudian merupakan
kelanjutan perilaku sebelumnya.

Fase fase perkembangan

manusia bukanlah suatu fase perkembangan yang berdiri sendiri,


terlepas dari perkembangan lain dalam kehidupan manusia.
Contoh :
Seorang mahasiswa Tafsir Hadis yang setiap hari mengikuti
kuliah,

akhirnya

lulus

dan

memiliki

kepandaian

serta

keterampilan di bidang tafsir dan hadis, kemudian mendapat


11Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan (Cet.I; Jakarta : Buku
Kedokteran EGC, 2004), h. 4.

pekerjaan, memeroleh penghasilan, berumah tangga, memiliki


keturunan, mendapatkan cucu dan seterusnya.
c. Orientasi Pada Tugas
Artinyan bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki
orientasi pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang
rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah untuk dapat
menguasai ilmu pengetahuan tertentu. Demikian juga individu
yang bekerja, berorientasi untuk menghasilkan sesuatu.
Contoh :
1. Seorang mahasiswa yang sedang giat giatnya belajar
untuk menghadapi ujian semester, pada malam hari
perlu tidur agar besok paginya badan terasa segar dan
mampu mengerjakan soal dengan baik.
2. Seorang pegawai/pekerja yang seharian bekerja perlu
beristirahat

dan

perlu

berekreasi,

perilaku

itu

sebenarnya berorientasi pada tugas dan harus dipenuhi


agar ia dapat menghimpun tenaga atau energy kembali
sehingga dapat bekerja dengan semangat.
d. Usaha Dan Perjuangan
Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilihdan
ditentukan sendiri, serta tidak akan memperjuangkan sesuatu
yang

memang

manusia

itu

tidak

memiliki

ingin
cita

diperjuangkan.jadi,

cita

(aspiration)

sebenarnya,
yang

ingin

diperjuangkannya, sedangkan hewan hanya berjuang untuk


mendapatkan sesuatu yang sudah tersedia di alam.12
e. Tiap Tiap Individu Adalah Manusia Yang Unik
Unik di sini mengandung arti bahwa manusia yang satu
berbeda dengan manusia yang lainnya dan tidak ada dua
manusia yang sama persis di muka bumi ini, walaupun ia
dilahirkan kembar. Manusia mempunyai cirri ciri, sifat,watak,
tabiat, keperibadian, motivasi tersendiri yang membedakannya
dengan manusia lainnya. Perbedaan pengalaman yang dialami
12Sunaryo, op.cit. h. 5.

individu pada masa silam dan cita citanya kelak di kemudian


hari, menentukan perilaku individu di masa kini yang berbeda
beda pula.13
Sebagai umat Islam, tentu yang menjadi pedoman hidup
kita adalah al Quran. Walaupun al Quran bukan kitab ilmiah,
dalam pengertian umum. Namun, Kitab Suci ini banyak sekali
berbicar tentang manusia. Hal ini disebabkan karena fungsi
utama Kitab Suci ini, adalah mendorong lahirnya perubahan
perubahan positif dalam diri manusia. Atau dalam istilah al
Quran ; litukhrija an nas minazh zhulumati ilan nur
(mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju alam yang
terang benderang).
Sejak manusia pertama diciptakan yakni Adam as, Allah
sudah menetapkan ciri cirri manusia itu, dalam karakter
kepribadian Adam itu sendiri. Sehingga dalam hal ini, penulis
menyimpulkan karakter manusia itu sendiri dalam beberapa hal,
yakni :
1. Keimanan akan adanya Allah. Keberadaan Adam dan Hawa
di surga lalu melakukan pelanggaran atas larangan Allah,
dan

tobat

mereka

yang

di-terima

Allah

hingga

diturunkannya mereka ke bumi membuktikan bahwa Adam


dan Hawa ber-iman kepada Allah. Keimanan kepada Allah
meru-pakan ciri-ciri manusia yang diwariskan kepada kita
melalui gena-gena berbarengan dengan ciri-ciri lainnya.
Simak QS AI-Araf:23 dan QS AI-Araf:172-173.
2. Pengetahuan. Adam diberi anugerah pengetahuan oleh
Allah sehingga praktis semua umat manusia memiliki
potensi untuk memiliki dan mengembangkan pengetahuan,
13Sunaryo, op.cit. h. 6.

dan

dituntut

untuk

mencan

oengetahuan

dan

mengajarkannya. Pada sejumlah orang potensi itu bersifat


aktif, sedangkan pada orang-orang lain tertekan. Simak QS
Al-Baqarah : 31-33.
3. Ketergesa-gesaan dan keingintahuan. Adam dan Hawa
melakukan eksperimen pertama dengan mendekati pohon
terlarang dan memakan buah-nya. Barangkali ide itu timbul
dari keingintahuan mereka pada janji setan, bahwa jika mereka makan buah pohon terlarang itu akan menjadi
malaikat dan kekal. Mereka pun tergesa-gesa mengiyakan
rayuan setan dan melalaikan pesan Tuhan, hingga mereka
menyadari kesalahan mereka dan malu, karena tiba-tiba
bagian-bagian

tertentu

dari

tubuh

mereka

terlihat,

Keingintahuan pada anak cucu Adam secara praktik


mendorong mereka melakukan segala eksperimen dalam
berbagai ma-cam bidang, sedangkan ketergesa-gesaan
menye-babkannya

ingin

berjalan

lebih

cepat,

dan

memperoleh segala sesuatu lebih cepat, sebagai sisi positif


keberhasuan-keberhasilanilmiah.

Suatukebetulan

yangmenarik, bahwa banyak eksperimen dilaku-kan para


ilmuwan dengan tujuan tertentu, tetapi dalam banyak
kasus menghasilkan hal yang ber-beda. Dan sejarah sains
penuh dengan penemuan-penemuan yang tidak terduga
semacam itu. Lihat QS Al-Anbiaya:37.
4. Status. Adam diberi

status

sebagai khalif ah untuk

menguasai burni. Karena itulah praktis semua manusia


tergoda dan tergila-gila mengejar status (kekuasaan).
Keinginan mengejar status, kekuasa-an dan supremasi
inilah yang sering menimbulkan gangguan stabilitas, baik

dalam

lingkup

bertetangga,

kepen-tingankehidupan

bersuku,

berbangsa

dan

berpribadi,
bernegara.

Renungkan QS AI-Baqarah:30, QS Shad:26, dan QS AIAnam : 165.


5. Penguasaan energi. Manusia cenderung menggali dan
hingga

batas

tertentu

mengeksploitasi

energi

alam

semesta untuk memenuhi kebutuhan dan ketamakan hidup


mereka. Salah satu perolehan ilmiah utama manusia
adalah kemampuan untiik menguasai dan memanfaatkan
berbagai energi, seperti hidrotermal, tenaga nuklir, tenaga
surya, dan sebagainya.
6. Kenikmatan.

Adam

dan

Hawa

diperintahkan

Allah

bertempat tinggal di surga dan menikmati segala macam


makanan dan minuman yang tersedia di sana sesuka hati,
kecuali mengkonsumsi makanan dari pohon terlarang.
Adam dan Hawa diberi ke-hidupan ideal yang penuh
kenikmatan.

Banyak

upaya

ilmiah

ditujukan

untuk

mendatangkan ke-nikmatanyang dikejar kepada manusia.


Sebagian

dari

hasil

temuan

yang

mendatangkan

kenikmatan itu membawa manfaat, namun tidak sedikit


hal-halyang

dianggap

mendatangkan

kenikmatan

itu

membawa mudarat.Perhatikan QS Al-Araf:19 dan QSAIBaqarah:219.


7. Panjang umur. Kematian adalah unsur yang meng-hantui
manusia. Adam dan Hawa ingin melepaskan diri dari rasa
takut akan kematian ini, dan ingin hidup selama-lamanya
dengan memakan buah dari pohon keabadian. Ketakutan
akan kematian praktis dimiliki oleh semua umat manusia,

dan kebanyakan dari manusia ingin menjalani kehidup-an


selama mungkin. Kalau bisa seribu tahun! Se-bagian besar
penelitian ilmiah tanpa disadari barangkali ditujukan untuk
mendapatkan sarana-sarana meningkatkan rentang umur
manusia. Banyak di antara kita mentaati perintah Tuhan
karena ingin sekali berumur panjang dan memper-oleh
kenikmatan selama-lamanya dalam surga.Sebagaimana
disinyalir dalam QS AI-Baqarah:96 dan QSAI-Araf:20.
8. Pakaian dan rasa malu. Ketika melakukan pelanggaran,
tersingkaplah kemaluan Adam dan Hawa, sehingga mereka
berusaha

mermtupi

organ

tubuh

mereka

dengan

dedaunan. Barangkali karena adanya rasa malu inilah


manusia mengenakan kain untuk menyembunyikan dan
menutup bagian-bagian tubuh mereka yang sangat pribadi,
di sam-ping adanya faktor lain, untuk menghias dan melindungi tubuh dari panas dan dingin.Simak penjelasan
Allah dalam QS AI-Araf:22, 26-27.
9. Tergoda. Adam dan Hawa tergoda setan memakan buah
terlarang, kemudian insaf atas kesalahan mereka dan
bertobat memohon ampun kepada Allah. Sebagian besar
umat

manusia

sehingga

terjerumus

melanggar

dalam

aturan

Allah

perangkap
dan

setan,

melakukan

perbuatan dosa, tetapi cepat atau lambat, banyak di


antara mereka lantas bertobat dan memohon ampunanNya. Gena-gena yang membawa warisan berbagai ciri
tersebut di atas tampaknya bersifat aktif pada sejumlah
orang dan/atau tertekan pada orang lain dengan kadar
yang berbeda-beda. Perhatikan QS AI-Baqarah:35-36 dan
QSAI-lsra:85.

Dari banyaknya pendapat yang dipaparkan ilmuan dan di


cantumkan di dalam Kitab Suci al Quran, penulis menggaris
bawahi salah satu ciri atau karakter manusia yang paling utama
yakni manusia memilikin akal untuk digunakan berpikir.
Manusia dikarunia akal adalah sebagai perangkat agar kelak
mereka bisa memahami makna hakekat penciptaannya dan yang
lainnya bukan untuk mengingkari makna tersebut. Al-Gaza>li>
(w. 1111) menganologikan akal sebagai wazi>r yang perintahperintahnya harus diikuti oleh hawa nafsunya, yaitu nafsu
syahwat

yang

gad}abiyah

bertugas

yang

sebagai

bertugas

tax

sebagai

collector,
polisi.

dan

Hanya

nafsu

dengan

mengikuti instruksi-instruksi sang wazi>r maka keadaan negara


akan berjalan lancar dan memperoleh kemajuan.
Allah swt. pun telah menyediakan hadiah yang sudah
disediakan di dua ujung jalan tersebut bagi manusia.14
Dan manusia akan meraih kesempurnaan dirinya melalui
jalan ibadah dan beramal, dan di dalam ibadah dan amal itu
sendiri mengandung sifat kesempurnaan, dan kesempurnaan ini
akan dicapai manusia setelah kematian menjemputnya. Yang
merupakan kehidupan yang terbaik dari sisi jasmani dan rohani.
Dengan kata lain, dunia tempat bercocok tanam dan akhirat
tempat memetik hasilnya.

14Muh}ammad bin Ali bin Muh}ammad al-Syauka>ni>, Fath} alQadi>r, Juz VII (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 1414 H./1994 M.), h.
370.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebagian ilmuan berpendapat bahwa manusia adalah
makhluk sosial karena ia melihat dari aspek sosialnya.
Sebagian lagi berkomentar bahwa manusia adalah
binatang cerdas yang menyusui atau makhluk yang
bertanggung

jawab

atau

makhluk

membaca

dan

tertawa,15 dan lain-lain sebagainya.


2. Karakter manusia dalam al-Quran dapat dilihat sebagai
berikut
a. Keimanan akan adanya Allah
b. Pengetahuan
c. Ketergesa-gesaan dan keingintahuan
d. Status
e. Penguasaan energi
f. Kenikmatan
g. Panjang umur
h. Pakaian dan rasa malu
i. Tergoda

15M. Quraish Shihab, Dia...., h. 111.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Loren Kamus Filsafat , Jakarta: Gramedia, 1996.


Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya , al-Madi>nah
al-Munawwarah: Mujamma al-Malik Fahd, 1418 H.
Hadi, Hardono. Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme
Whiteread, Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Rasjidi, H.M., Persoalan-Persoalan Filsafat , Cet. I; Jakarta: Bulan
Bintang, 1984.
Shihab, M. Quraish. Dia Ada Dimana-mana . Cet. IV; Jakarta:
Lentera Hati. 2006.
Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Quran. Cet. XVI; Jakarta: Mizan.
2005.
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan , Cet.I; Jakarta : Buku
Kedokteran EGC, 2004.
Sarwono,Sarlito Wirawan . Pengantar Umum Psikologi , Jakarta:
Bulan Bintang. 1982.
al-Syauka>ni>, Muh}ammad bin Ali bin Muh}ammad. Fath} alQadi>r. Juz VII . Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah. 1414
H./1994 M.
TPKP3B

(Tim

Penyusun

Kamus

Pusat

Pembinaan

dan

Pengembangan Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Depdikbud dan Balai Pustaka, 1997.

Anda mungkin juga menyukai