DISUSUN OLEH
DOSEN PEMBIMBING
Sulastri,.M.Kep;Sp.Jiwa
A. ETIOLOGI
Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011) dan Pratami (2016) penyebab
anemia dalam kehamilan adalah :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding dengan
peningkatan volume plasma.
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb),dimana zat besi
adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan ketidaktahuan
tentang pola makan yang benar.
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak dan
perdarahan akibat luka.
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan.
f. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan.
g. Hamil saat masih remaja.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12. Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah
tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital.Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan
obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak
memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
C. PATOFISIOLOGI
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain kurang
zat besi kehilangan darah yang berlebihan proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama kehamilan,
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropenin.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb
(Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit(Ht), konsentrasi
hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau
eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan
bertujuan untuk viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan
membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo,2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum
pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada
titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan
hematokrit,konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada
minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22
ketika titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo,2010).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun .
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik);MCV(molumekorpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).Jumlah trombosit : menurun caplastik;meningkat
(DB); normal atau tinggi (hemolitik).
8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.Bilirubin
serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).Folat serum dan vitamin B12
membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi.
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan
GI (Doenges, 1999).
E. PENATALAKSANAAN
A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
a. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
b. Kaji riwayat keluarga.
B. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
1. Morfologi
Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang.
SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi.
SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa.
3. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal
dan sehat.
Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah,
namun masih normal.
Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time
release, seperti Slow-Fe setiap hari
Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per
oral, 2 atau 3 kali/hari.
Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
(b) Kadar kosentrasizat besi serum
(c) Kapasitas pegikat zat besi
(d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f) Hitung trombosit
(g) ujiguaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat)
bila klien keturunan Afika-Amerika.
4. Konsultasikan dengan dokter
5. Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28
minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
2. Konsultasikan ke dokter bila:
Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil
sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
G. DIAGNOSA
1. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis,penyakit
kronis,anemia,malnutrisi).
2. Risiko cidera pada janin berhubungan dengan pola makan yang tidak sehat.
3. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengobsorbsi
nutrien.
https://www.academia.edu/8075960/LP_kehamilan_dengan_anemia_PKM_harapan_raya
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.Jakarta:EGC
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI