Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK

IBU HAMIL BERESIKO

DISUSUN OLEH

NAMA : Alifa Al Hammami


NIM : 1914301050
KELAS : D4 REGULER 1 (SATU)

DOSEN PEMBIMBING
Sulastri,.M.Kep;Sp.Jiwa

POLITKENIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI D4 KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigen dari paru-paru ke
jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh
difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang
tidak jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi
ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5
gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan
karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang
tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

A. ETIOLOGI
Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011) dan Pratami (2016) penyebab
anemia dalam kehamilan adalah :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding dengan
peningkatan volume plasma.
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb),dimana zat besi
adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan ketidaktahuan
tentang pola makan yang benar.
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak dan
perdarahan akibat luka.
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan.
f. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan.
g. Hamil saat masih remaja.

B. TANDA DAN GEJALA,KLASIFIKASI


Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejalah anemia pada ibu hamil sebagai berikut:
a. Kelelahan
b. Penurunan energi
c. Sesak nafas
d. Tampak pucat dan kulit dingin
e. Tekanan darah rendah
f. Frekuensi pernapasan cepat
g. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah
h. Sakit kepala
i. Tidak bisa berkonsentrasi
j. Rambut rontok
k. Malaise
KLASIFIKASI ANEMIA PADA IBU HAMIL
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1.   Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan
adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan
kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per
oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada
gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada
pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
 Hb 11 gr% : Tidak anemia
 Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
 Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
 Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta
serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.
Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat
besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar
20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu
hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12. Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah
tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.

4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital.Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan
obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak
memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

C. PATOFISIOLOGI
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain kurang
zat besi kehilangan darah yang berlebihan proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama kehamilan,
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropenin.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb
(Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit(Ht), konsentrasi
hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau
eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan
bertujuan untuk viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan
membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo,2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum
pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada
titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan
hematokrit,konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada
minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22
ketika titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo,2010).

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun .
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik);MCV(molumekorpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4.  Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).Jumlah trombosit : menurun caplastik;meningkat
(DB); normal atau tinggi (hemolitik).
8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.Bilirubin
serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).Folat serum dan vitamin B12
membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi.
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan
GI (Doenges, 1999).
E. PENATALAKSANAAN
A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
a. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
b. Kaji riwayat keluarga.
B. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan  awal.
1. Morfologi
 Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang.
 SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat  besi.
 SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa.
3. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
 Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
 Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal
dan sehat.
 Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar  yang rendah,
namun masih normal.
 Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2)   Berikan suplemen zat besi  1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time
release, seperti Slow-Fe setiap hari
 Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan  Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2)   Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per
oral, 2 atau 3 kali/hari.
 Kadar Hb <9g/dl dengan  Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan  di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1)   Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2)   Pertimbangkan  untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a)    Hb dan Ht (untuk meyingkirkan  kesalahan laboratorium)
(b)   Kadar kosentrasizat besi serum
(c)    Kapasitas pegikat zat besi
(d)   Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e)    Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f)    Hitung trombosit
(g)   ujiguaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h)   Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i)     Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat)
bila klien keturunan Afika-Amerika.
4. Konsultasikan dengan dokter
5.  Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28
minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1.   Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
2.   Konsultasikan ke dokter bila:
 Terdapat penurunan Ht yang menetap  walaupun sudah mendapat terapi
 Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil
sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
 Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
 Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

F. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG


MASALAH DATA PENDUKUNG
Keletihan berhubungan dengan kondisi DS :
fisiologis (mis,penyakit - Merasa energi tidak pulih walaupun telah
kronis,anemia,malnutrisi) tidur
- Merasa kurang tenaga
-mengeluh lelah
DO :
-Tidak mampu mempertahankan aktivitas
rutin
-tampak lesu

Intoleransi Aktivitas berhubungan DS :


dengan ketidakseimbangan antara -Mengeluh lelah
suplai dan kebutuhan oksigen DO :
-pasien terlihat lesu dan pucat. Hb
menurun
Resiko Defisit Nutrisi berhubungan DS :
dengan ketidakmampuan mengobsorbsi -Tidak tersedia
nutrien DO :
-Tidak tersedia

G. DIAGNOSA
1. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis,penyakit
kronis,anemia,malnutrisi).
2. Risiko cidera pada janin berhubungan dengan pola makan yang tidak sehat.
3. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengobsorbsi
nutrien.

H. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL


DX TUJUAN KRITERIA HASIL
Keletihan berhubungan Setelah dilakukan  Kemampuan melakukan
dengan kondisi fisiologis intervensi keperawatan aktivitas rutin meningkat
(mis,penyakit selama 1x24 jam maka  Lelah, lesu,sakit kepala
kronis,anemia,malnutrisi). tingkat keletihan menurun menurun
 Selera makan dan pola
nafas membaik
Risiko cidera pada janin Setelah dilakukan  Toleransi aktivitas
berhubungan dengan pola intervensi keperawatan meningkat
makan yang tidak sehat. selama 1x24 jam maka
tingkat cedera menurun  Nafsu makan meningkat
 Ketegangan otot menurun
 Frekuensi nafas membaik
Resiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan  Porsi makanan yang
berhubungan dengan intervensi keperawatan dihabiskan meningkat
ketidakmampuan selama 1x24 jam maka  Pengetahuan tentang
mengobsorbsi nutrien. status nutrisi membaik makanan dan minuman
yang sehat meningkat
 Nyeri abdomen menurun
 Nafsu makan dan
membran mukosa
membaik
 BB&IMT membaik

I. INTERVENSI DAN RASIONAL


DX INTERVENSI RASIONAL
Keletihan berhubungan Menajemen energi  Meningkatkan
dengan kondisi fisiologis Observasi : istirahat,mencegan
(mis,penyakit  Identifikasi gangguan kelelahan.
kronis,anemia,malnutrisi). fungsi tubuh yang  Anjurkan pasien untuk
mengakibatkan tidur siang bila diperlukan
kelelahan  Bantu pasien
 Monitor kelelahan menjadwalkan periode
fisik dan emosional tidur
 Monitor pola dan jam  Monitor intake/asupan
tidur nutrisi untuk mengetahui
Terapeutik : sumber energi yang
 Sediakan lingkungan adekuat
nyaman dan rendah
stimulus
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan, jika perlu
Risiko cidera pada janin Pemantauan denyut  factor yang mempengaruhi
berhubungan dengan pola jantung janin dan atau menurunkan sirkulasi/
makan yang tidak sehat. pencegahan cedera oksigenasi ibu mempunyai
Observasi : dampak yang sama pada
 Identifikasi status kadar oksigen janin/
obstetrik plasenta.
 Identifikasi riwayat  jika janin tidak bergerak
obstetrik perlu diwaspadai terjadi
 Identifikasi riwayat cedera pada janin akibat
kehamilan sebelumnya kekurangan nutrisi.
 Monitor tanda vital ibu
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

Resiko Defisit Nutrisi Manajemen nutrisi  untuk mengetahui status


berhubungan dengan
ketidakmampuan Observasi : nutrisi pasien
mengobsorbsi nutrien. •Identifikasi status nutrisi  untuk mengetahui alergi
•Identifikasi alergi yang di derita pasien
•Identifikasi makanan  untuk mengetahui
yang disukai kebutuhan kalori dan jenis
•Identifikasi kebutuhan nutrient pasien
kalori dan jenis nutrien  kesejahteraan janin dan ibu
•Monitor asupan tergantung pada nutrisi ibu
makanan&BB selama kehamilan.
Terapeutik :
•Berikan makanan tinggi
kalori tinggi protein
Edukasi :
•Anjurkan posisi
duduk,jika mampu
Kolaborasi :
•Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.

https://www.academia.edu/8075960/LP_kehamilan_dengan_anemia_PKM_harapan_raya

Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.Jakarta:EGC

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.

Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.

PPNI (2016). Standar DIagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


DIagnostik,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan


Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai