Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMK


MUHAMMADIYAH 2 SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
DESI TRI WULANDARI
070201050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMK
MUHAMMADIYAH 2 SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh :
DESI TRI WULANDARI
070201050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU MEROKOK
PADA REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 SLEMAN
YOGYAKARTA¹

Desi Tri Wulandari², Ida Nurjayanti³

Intisari

Latar Belakang: Remaja cenderung untuk mencoba hal-hal yang baru tanpa
memikirkan dampaknya pada diri sendiri atau orang lain dan keluarga. Maka dari itu
remaja sangat rentan untuk melakukan perilaku merokok. Pola asuh orang tua sangat
penting dalam memajukan anaknya agar tidak terjerumus dalam perilaku merokok.
Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
merokok pada remaja di SMK Muhammadiyah 2 Sleman Yogyakarta. Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non experimental dengan menggunakan
desain penelitian deskriptif korelatif dan rancangan cross sectional. Responden adalah
siswa SMK Muhammadiyah 2 Sleman dengan jumlah sampel 36 yang diambil
menggunakan purposive sample. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis chi
square. Hasil: Pola asuh orangtua mayoritas dalam kategori demokratis (80,6%).
Perilaku merokok remaja paling banyak dalam kategori ringan (72,2%). Hasil
perhitungan diperoleh nilai chi square antara pola asuh orangtua dengan perilaku
merokok remaja sebesar 3,492 dan nilai signifikan (p) yang diperoleh adalah 0,479.
Kesimpulan dan Saran: Tidak ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan
perilaku merokok pada remaja di SMK Muhammadiyah 2 Sleman. Orang tua sebaiknya
memberikan pengarahan tentang bahaya merokok kepada remaja melalui komunikasi
yang terbuka, karena orang tua sangat berperan penting dalam menumbuhkan nilai-nilai
positif pada remaja.

Kata kunci : Pola asuh orang tua, Perilaku merokok pada remaja
kepustakaan : 25 buku (tahun 2000-2009), 8 website, 4 jurnal
Halaman : xiv, 62 halaman, 4 tabel, 11 buah gambar

1
Judul skripsi
² Mahasiswa Prodi Keperawatan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta
³ Dosen Pembimbing Skripsi STIKES „Aisyiyah Yogyakarta
THE RELATION BETWEEN PARENTS’ REARING MODEL AND SMOKING
HABIT AMONG TEENAGERS
IN MUHAMMADIYAH 2 VOCATIONAL SCHOOL SLEMAN,
YOGYAKARTA1

Desi Tri Wulandari2, Ida Nurjayanti3

Abstract

Background: Teenagers tend to try new thing without considering its impact either for
himself/herself or for his/her family. As a consequence, teenagers are in a risky position
of conducting smoking habit. Parents‟ rearing model is very crucial in preventing their
children from smoking habit. Objective: To find out the relation between parents‟
rearing model and smoking habit among teenagers in Muhammadiyah 2 Vocational
School Sleman, Yogyakarta.Method: This research is a non experimental quantitative
research with descriptive correlative and cross sectional designs. The respondents were
students of Muhammadiyah 2 Vocational School Sleman and the writer took 36
students as the sample with purposive sampling technique. Statistical data was
examined under chi square analysis. Result: The most dominant rearing model emerged
in this research is under democratic category (80.6%). Meanwhile, the most prominent
smoking habit among teenagers is in low rate (72.2%). The result shows the chi square
value on the relation between parents‟ rearing model and smoking habit among
teenagers as 3.492 and significant value (p) as 0.479. Conclusion and
recommendation: There is no relation between parents‟ rearing model and smoking
habit among teenagers in Muhammadiyah 2 Vocational School Sleman. Parents should
provide guidance about the dangers of smoking to young people through open
communication, because parents are particularly important role in cultivating positive
values in adolescents.

Keywords : Parents‟ Rearing Model, Smoking Habit among Teenagers


References : 25 books ( year 2000-2009), 8 website, 4 journal
Pages : xiv, 70 pages, 4 tables, 11 figures

1
Title of Final Paper
2
Student, Department of Nursing, „Aisyiyah School of Health Sciences, Yogyakarta
3
Lecturer, Department of Nursing, „Aisyiyah School of Health Sciences, Yogyakarta
PENDAHULUAN cenderung sensitif terhadap efek dari
nikotin (Barker, 2004).
Masyarakat dunia sepakat untuk
Remaja yang sering diistilahkan
membuat perjanjian internasional dalam
masa adolescence diartikan sebagai
pengendalian rokok yang dimulai secara
masa perkembangan transisi antara
sistematik oleh WHO sejak tahun 1999
masa anak dan masa dewasa yang
dan perumusannya selesai pada tahun
menyangkut perubahan biologis,
2003 (Prihatiningsih, 2007). Perjanjian
kognitif, dan sosial-emosional
internasional tersebut adalah
(Santrock, 2003). Dalam kehidupan
Framework Convention on Tobacco
masa remaja cenderung untuk mencoba
Control (FFTC). FFTC telah diadopsi
hal-hal yang baru tanpa memikirkan
oleh 192 negara dan Indonesia adalah
dampaknya pada diri sendiri atau orang
satu-satunya negara di Asia Pasifik
lain dan keluarga. Hal ini didorong oleh
yang belum menandatangani FCTC.
rasa ingin tahu yang besar namun
Upaya pemerintah dalam
mereka hanya memiliki sedikit
mengamankan masyarakat dari bahaya
pengalaman dan pengetahuan. Remaja
rokok yaitu dengan mengeluarkan
memiliki motivasi untuk melakukan
peraturan pemerintah (PP) No 19 tahun
kenakalan di masa remaja antara lain
2003, PP ini mengeluarkan aturan
untuk mendapatkan pengakuan,
tentang kandungan kadar nikotin dan
menghilangkan kekecewaan, dan
tar, persyaratan dan produksi penjualan
menganggap perbuatannya itu tidak
rokok, persyaratan iklan dan promosi
melanggar norma (Yusuf, 2007).
rokok, serta penerapan kawasan bebas
Pada umumnya remaja yang
rokok (Anonim, 2003).
beresiko tinggi (high-risk youth) untuk
Angka kejadian merokok pada
melakukan kenakalan berpartisipasi
remaja-remaja di Amerika Serikat pada
dalam perilaku-perilaku yang sama
tahun 2000 melebihi 25% dari angka
dengan frekuensi yang lebih rendah.
kejadian merokok pada orang dewasa.
Mereka adalah pengguna rokok,
Lebih dari 80% perokok mulai sebelum
alkohol, dan obat-obatan terlarang
umur 18 tahun serta diperkirakan sekitar
(Santrock, 2003).
3000 remaja mulai merokok setiap hari.
Perilaku merokok pada remaja
Angka kejadian merokok pada remaja
umumnya semakin lama akan semakin
lebih tinggi dipedesaan dibanding
meningkat sesuai dengan tahap
perkotaan (Soetjiningsih, 2004).
perkembangan yang ditandai dengan
Pada tahun 2004 Survei Ekonomi
meningkatnya frekuensi dan intensitas
Nasional melaporkan bahwa prevalensi
merokok, dan perilaku merokok ini
perokok anak usia 13-15 tahun
mengakibatkan mereka mengalami
mencapai 26,8% dari total populasi
ketergantungan nikotin (Gee, 2005).
Indonesia. Perilaku inisiasi merokok
Efek dari merokok hanya
pada usia 5 hingga 9 tahun mengalami
meredakan kecemasan selama efek dari
lonjakan dari 0,4% pada tahun 2001
nikotin masih ada, malah
menjadi 1,8% pada tahun 2004 (Triana,
ketergantungan nikotin dapat membuat
2008). Hasil survei tersebut juga
seseorang menjadi tambah stres (Parrot,
menunjukkan bahwa lebih dari 43 juta
2004). Pengaruh nikotin dalam merokok
anak Indonesia berusia 0-14 tahun
dapat membuat seseorang menjadi
tinggal dengan perokok di
pecandu atau ketergantugan pada rokok.
lingkungannya sehingga mengalami
Remaja yang sudah kecanduan merokok
pertumbuhan paru yang lambat dan
pada umumnya tidak dapat menahan
mudah terkena infeksi saluran
keinginan untuk tidak merokok. Mereka
pernafasan, infeksi telinga, dan asma sekaligus membentuk sikap dan
(Prihatiningsih, 2007). perilaku. Orang tua sangat memegang
Saat ini usia remaja yang merokok tanggung jawab utama dalam
semakin dini. Akibatnya, angka pembinaan remaja. Pola asuh orang tua
kematian karena rokok pun terbilang sangat mempengaruhi perkembangan
besar, mencapai 5 juta per tahun dan dan masa depan anak. Jika peran orang
separuhnya berada pada usia produktif. tua gagal cenderung mengakibatkan;
Bila tidak ada upaya penanggulangan, Broken Home (perpecahan keluarga),
WHO memperkirakan pada tahun 2030 kurang perhatian dan waktu pada anak,
akan terjadi 10 juta kematian akibat rapuhnya nilai-nilai atau norma-norma
rokok pertahun, dimana 70% terjadi di keluarga termasuk sopan santun, hal ini
Negara berkembang termasuk akan berpengaruh terhadap sikap dan
Indonesia. Menyadari adanya ancaman perilaku remaja. Sehingga remaja bisa
yang besar terhadap kesehatan generasi melakukan perilaku yang menyimpang
penerus bangsa, sekaligus yaitu merokok (Wahyudi, 2000).
memperingati Hari Tanpa Tembakau Meskipun semua orang tahu
Sedunia yang jatuh pada tanggal 31 Mei bahaya yang ditimbulkan oleh rokok,
2009 yang mengangkat tema “Tobacco perilaku merokok tidak akan pernah
Health Warning”, Komnas surut dan tampaknya perilaku yang
Pengendalian Tembakau dan Gerakan masih dapat ditolerir oleh masyarakat.
Remaja Sehat Indonesia menggelar Hal ini tampak dalam kehidupan sehari-
berbagai macam kegiatan dengan 2000 hari kita di rumah, di jalan-jalan, di
siswa/siswi perwakilan dari berbagai angkutan umum ataupun di kantor,
sekolah tingkat SMP dan SMA di hampir setiap saat dijumpai dan
Wilayah Propinsi DKI Jakarta. disaksikan orang yang sedang merokok.
(Yayasan Jantung Indonesia, 2009). Hal yang lebih memprihatikan lagi
Keluarga merupakan komunitas adalah banyak remaja yang merokok
terdekat dengan para remaja. Keluarga, tetapi ini hanya dianggap suatu hal yang
terutama orangtua, memiliki peran biasa (Mu‟tadin, 2002).
penting dalam pembentukan pribadi Maka dari itu pola asuh orang tua
anak-anaknya. Salah satu tujuan sangat penting dalam memajukan
pembangunan keluarga adalah untuk anaknya agar tidak terjerumus dalam
meningkatkan kualitas keluarga agar perilaku kenakalan remaja, contohnya
dapat timbul rasa aman, tenteram, dan merokok. Jika perilaku merokok remaja
harapan masa depan yang lebih baik ini dibiarkan maka akan merusak moral
dalam mewujudkan kesejahteraan lahir bangsa, karena remaja merupakan calon
dan kebahagiaan batin (Anonim, 2009). generasi penerus pemimpin bangsa. Dan
Salah satu penyebab munculnya generasi penerus yang berkualitas
kenakalan dan tindak penyimpangan diidam-idamkan mampu membawa
pada remaja adalah akibat komunikasi bangsa menuju kesejahteraan (Hawari,
orangtua yang tidak memuaskan, tanpa 2007).
memandang status ekonomi keluarga Berdasarkan studi pendahuluan
itu. Orangtua dapat memahami bahwa yang dilakukan di SMK
perilakunya dapat menjadi faktor Muhammadiyah 2 Sleman Yogyakarta
pencetus bagi perilaku anak-anaknya pada tanggal 22 November 2010,
yang tidak dikehendaki (Hawari, 2007). didapatkan jumlah siswa kelas X
Perubahan-perubahan dari nilai sebanyak 165 siswa. Ketika dilakukan
atau norma pada lingkungan tertentu wawancara dengan 12 siswa didapatkan
akan mempengaruhi perkembangan, data 10 orang merokok dan 2 siswa
pertumbuhan anak atau remaja dan tidak merokok. 4 siswa merokok dengan
alasan bahwa orang tua mereka juga tua, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh
merokok dan orang tua juga tidak permisif, dan pola asuh demokratis.
pernah melarang mereka merokok. Perilaku merokok adalah
Selain itu 3 siswa merokok dengan tindakan menghisap rokok yang
alasan ikut-ikutan teman mereka. Dan 3 mempengaruhi faktor psikologi
siswa mengatakan sembunyi-sembunyi diantaranya kebiasaan, reaksi emosi
saat merokok karena takut dengan orang yang positif, reaksi untuk penurunan
tua mereka. emosi, alasan sosial, kecanduan atau
Berdasarkan latar belakang di atas ketagihan dan faktor biologi yang
maka peneliti tertarik untuk meneliti dilakukan oleh remaja kelas X di SMK
tentang hubungan antara pola asuh Muhammadiyah 2 Sleman yang
orang tua dengan perilaku merokok diperoleh dari jawaban kuesioner
remaja di SMK Muhammadiyah 2 dengan 18 item pertanyaan. Skala data
Sleman Yogyakarta. yang digunakan adalah ordinal yang
hasil jawabannya dikelompokkan dalam
METODE PENELITIAN berat, sedang dan ringan.
Jenis penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini
kuantitatif non experimental dengan adalah siswa kelas X di SMK
menggunakan desain penelitian Muhammadiyah 2 Sleman Yogyakarta.
deskriptif korelatif, yaitu penelitian Jumlah sampel adalah 42 siswa yang
yang diarahkan untuk mendeskripsikan diambil menggunakan tehnik purposive
atau menggambarkan hubungan antara sampling.
pola asuh orang tua dengan perilaku Alat pengumpulan data
merokok pada remaja di SMK menggunakan kuesioner yang dibagikan
Muhammadiyah 2 Sleman Yogyakarta. kepada responden. Kuesioner terdiri
Pendekatan waktu yang digunakan dari dua kuesioner meliputi kuesioner
adalah cross sectional yaitu suatu untuk mengukur pola asuh orang tua
penelitian dimana tiap subyek penelitian sebanyak 19 item pertanyaan dan
hanya dilakukan satu kali pengukuran perilaku merokok pada remaja sebanyak
terhadap variabel bebas dan terikat 18 item pertanyaan.
dalam waktu yang bersamaan Pengukuran uji validitas dan uji
(Notoatmodjo, 2002). reliabilitas kuesioner dilakukan pada
Dengan menggunakan variabel tanggal 27 Januari 2011 di SMK
bebas pola asuh orang tua dan variabel Muhammadiyah 1 Sleman Yogyakarta
terikat perilaku merokok remaja. Dan sebanyak 26 siswa dan didapatkan dua
tiga variabel pengganggu dalam item pertanyaan gugur pada kuesioner
penelitian ini tidak dikendalikan. pola asuh orang tua karena nilai r hitung
Pola asuh orang tua adalah kurang dari r tabel (0,444). Dan hasil uji
bentuk mendidik dan merawat anak reliabilitas diperoleh nilai Alpha sebesar
yang meliputi pola asuh otoriter (tertib 0,887 untuk kuesioner pola asuh orang
tanpa kebebasan), pola asuh permisif tua dan nilai 0,888 untuk kuesioner
(bebas tanpa ketertiban) dan pola asuh perilaku merokok.
demokratis (tertib dengan kebebasan) Untuk mengetahui hubungan
sehingga seorang remaja mempunyai dua variabel, menggunakan chi square.
kecenderungan untuk mengikutinya. Tehnik ini digunakan untuk menghitung
Skala data yang digunakan adalah hubungan antar variabel bila datanya
nominal yang diukur dengan kuesioner berbentuk nominal (Sugiyono, 2006).
dengan 19 item pertanyaan, dengan
kategori 3 (tiga) tipe pola asuh orang
HASIL DAN PEMBAHASAN bekerja sebagai buruh/ tani yaitu
Gambaran Lokasi Penelitian sebanyak 16 responden (44,0%).
SMK Muhammadiyah 2 Sleman f. Karakteristik responden
Yogyakarta. SMK Muhammadiyah 2 berdasarkan perilaku merokok
Sleman Yogyakarta merupakan salah orangtua
satu sekolah menengah kejuruan yang Dari gambar 4.6. dapat diketahui
terletak di jalan D Ronggowarsito 2 orangtua responden paling
Medari, kecamatan Sleman. Di SMK banyak adalah orangtua yang
Muhammadiyah 2 Sleman terdiri dari 3 merokok yaitu sebanyak 19
kelas dengan rincian, kelas X 3 kelas, responden (53,0%).
kelas XI 3 kelas dan kelas XII 3 kelas g. Karakteristik responden
dengan satu jurusan yaitu otomotif. berdasarkan tinggal responden
Jumlah seluruh siswa di SMK bersama orang tua
Muhammadiyah 2 Sleman sebanyak Dari gambar 4.7. diketahui
416 siswa, dan responden yang diambil bahwa responden paling banyak
yaitu 36 siswa. tinggal bersama orangtua yaitu
Hasil Penelitian sebanyak 32 responden (89,0%).
1. Karakteristik responden
a. Karakteristik responden 2. Pola asuh orang tua di SMK
berdasarkan usia Muhammadiyah 2 Sleman
Berdasarkan gambar 4.1. dapat Yogyakarta
diketahui usia responden yang Dari gambar diagram 4.8. dapat
paling banyak berusia 16 tahun diketahui pola asuh yang paling
yaitu 32 orang (89%). banyak yaitu demokratis sebanyak 29
b. Karakteristik responden responden (80,5%).
berdasarkan pendidikan ayah 3. Perilaku merokok pada remaja di
Dari gambar 4.2. dapat diketahui SMK Muhammadiyah 2 Sleman
responden penelitian paling Yogyakarta
banyak ayah berpendidikan Dari gambar 4.9. diketahui bahwa
SLTA yaitu sebanyak 15 orang sebagian besar perilaku merokok
(42,0%). pada remaja dalam kategori ringan
c. Karakteristik responden sebanyak 26 responden (72,2%).
berdasarkan pendidikan ibu 4. Hubungan pola asuh orang tua
Berdasarkan gambar 4.3. dapat dengan perilaku merokok remaja
diketahui bahwa responden di SMK Muhammadiyah 2 Sleman
dalam penelitian ini paling Yogyakarta
banyak dengan ibu yang Berdasarkan tabel 4.1.
berpendidikan SLTP yaitu diketahui sebanyak 6 responden
sebanyak 14 orang (39,0%). (16,7%) memiliki pola asuh orangtua
d. Karakteristik responden dalam kategori otoriter. Dari 6
berdasarkan pekerjaan ayah responden tersebut, diketahui
Dari gambar diagram diatas dapat sebanyak 5 responden (13,9%)
diketahui responden paling memiliki perilaku merokok dalam
banyak ayahnya bekerja sebagai kategori ringan, 1 responden (2,8%)
buruh/ tani yaitu sebanyak 20 memiliki perilaku merokok dalam
responden (56,0%). kategori sedang dan tidak ada
e. Karakteristik responden responden (0,0%) yang memiliki
berdasarkan pekerjaan ibu perilaku merokok dalam kategori
Dari gambar 4.5. dapat diketahui berat.
responden paling banyak ibu
Dari tabel 4.1. dapat diketahui pendidikan ke jenjang yang lebih
sebanyak 1 responden (2,8%) tinggi lagi. Hal ini diduga juga
memiliki pola asuh orangtua dalam berkaitan erat dengan pengetahuan
kategori permisif. Dari 1 responden ayah dan ibu tentang bahaya
tersebut, diketahui memiliki perilaku merokok dan bagaimana cara
merokok dalam kategori sedang dan memberikan pendidikan kepada anak
tidak ada responden (0,0%) yang mereka tentang bahaya merokok.
meniliki perilaku merokok dalam Dari hasil penelitian diketahui
kategori ringan dan berat. Dari tabel pekerjaan orangtua responden.
dibawah juga diketahui ada 29 Pekerjaan ayah responden paling
responden (80,5%) memiliki pola banyak bekerja sebagai buruh/ tani
asuh orangtua dalam kategori yaitu sebanyak 20 responden
demokratis. Dari 29 responden (56,0%). Sedangkan dari pekerjaan
tersebut diketahui sebanyak 21 ibu responden paling banyak juga
responden (58,3%) memiliki perilaku bekerja sebagai buruh/ tani yaitu
merokok dalam kategori ringan, 7 sebanyak 16 responden (44,0%).
responden (19,4%) memiliki perilaku Hasil penelitian ini tidak sesuai
merokok dalam kategori sedang dan dengan pendapat Shochib (2000)
1 responden (2,8%) memiliki yang mengatakan bahwa penelitian
perilaku merokok dalam kategori menunjukkan bahwa orang tua yang
berat. bekerja dikantor setuju dengan
Hasil uji pada tabel 4.1. variasi pendekatan permisif,
menunjukkan nilai chi square sedangkan keluarga buruh
mengenai hubungan pola asuh orang mengandalkan disiplin keras yang
tua dengan perilaku merokok pada didukung oleh pandangan tradisional.
remaja didapatkan hasil r Hal ini dikarenakan orang tua yang
hitung=3,492 dan p=0,479, yang bekerja dikantor mempunyai waktu
artinya tidak ada hubungan pola asuh yang terbatas untuk mendidik dan
orang tua dengan perilaku merokok merawat anak-anaknya, sedangkan
pada remaja. keluarga buruh yang didukung oleh
Pembahasan pandangan tradisional terlalu
1. Karakteristik responden penelitian membatasi aktivitas dan kreativitas
Berdasarkan hasil penelitian anaknya dan apabila dianggap tidak
didapatkan usia responden sebagian sesuai dengan aturan yang ada sering
besar adalah 16 tahun yaitu sebanyak kali dianggap hal yang tabu. Pada
32 orang (89,0%). Hal ini terjadi penelitian ini, sebagian besar
karena remaja pada usia 15-18 tahun orangtua remaja bekerja sebagai
mulai mencari identitas diri dan buruh/ tani, namun mereka memiliki
mereka mencoba melakukan hal-hal pola asuh yang demokratis.
yang baru (Iskandarsyah, 2006). Berdasarkan perilaku merokok
Berdasarkan data penelitian orangtua, dapat diketahui orangtua
diketahui pendidikan ayah responden responden paling banyak adalah
penelitian yang paling banyak ayah orangtua yang merokok yaitu
berpendidikan SLTA yaitu sebanyak sebanyak 19 responden (53,0%). Hal
15 orang (42,0%). Dari data ini tentu saja sangat berkaitan erat
penelitian juga diketahui pendidikan dengan perilaku merokok remaja.
ibu responden paling banyak yaitu Mereka cenderung menirukan
SLTP sebanyak 14 orang (39,0%). kebiasaan orangtua untuk merokok.
Hal ini bisa dikarenakan ayah dan Selain itu, karena orangtua sendiri
ibu mereka tidak melanjutkan adalah perokok maka orangtua
tentunya tidak akan melarang terhadap kemampuan anak, tidak
anaknya untuk merokok. berharap yang berlebihan yang
Berdasarkan tinggal responden melampaui kemampuan anak.
bersama orangtua, dapat diketahui Menurut Sitopoe (2000),
responden paling banyak tinggal merokok adalah membakar tembakau
bersama orangtua yaitu sebanyak 32 yang kemudian dihisap asapnya, baik
responden (89,0%). Hal ini menggunakan rokok maupun pipa.
berpengaruh terhadap kebiasaan anak Seseorang dikatakan pernah merokok
dimana kemauan mereka cenderung jika pernah mengkonsumsi rokok
dituruti sehingga mereka dengan meskipun hanya satu hisapan,
mudah tanpa larangan akan merokok kadang-kadang, merokok
melakukan aktivitas merokok. tiap hari, dan mantan perokok.
2. Hubungan antara pola asuh Sedangkan tidak merokok adalah
orangtua dengan perilaku seseorang yang belum pernah
merokok remaja di SMK merokok meskipun hanya satu
Muhammadiyah 2 Sleman hisapan (WHO, 2006). Jamal (2006)
Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa seseorang
dapat diketahui pola asuh orangtua dikatakan perokok jika selama ini
dengan perilaku merokok remaja di telah menghisap minimal 100 batang
SMK Muhammadiyah 2 Sleman. rokok.
Dari data penelitian diketahui Hipotesis pada penelitian ini
responden paling banyak memiliki berbunyi ”Ada hubungan antara pola
pola asuh orangtua pada kategori asuh orangtua dengan perilaku
demokratis, sehingga dapat merokok remaja di SMK
disimpulkan bahwa pola asuh Muhammadiyah 2 Sleman”. Setelah
orangtua di SMK Muhammadiyah 2 dilakukan uji hipotesis ternyata
Sleman pada kategori demokratis. hasilnya adalah bahwa hubungan
Dari data perilaku merokok remaja kedua variabel tersebut mempunyai
diketahui responden paling banyak hubungan yang tidak signifikan.
pada kategori ringan, sehingga dapat Dengan demikian dapat ditarik
disimpulkan bahwa perilaku kesimpulan bahwa tidak ada
merokok remaja di SMK hubungan yang signifikan antara pola
Muhammadiyah 2 Sleman dalam asuh orangtua dengan perilaku
kategori ringan. merokok remaja di SMK
Pola asuh orang tua adalah sikap Muhammadiyah 2 Sleman.
dan cara-cara orang tua dalam Pola asuh orangtua tidak
berinteraksi dengan anak-anaknya mempunyai hubungan yang
sebagai pengasuh atau pendidik dan signifikan dengan dengan perilaku
sebagai pembimbing dalam merokok remaja, artinya seperti apa
menumbuhkan kedewasaan dan pola asuh orang tua tidak akan
kemandirian anak (Santrock, 2003). mempengaruhi perilaku merokok
Pada pola asuh demokratis remaja. Remaja yang memiliki pola
kedudukan antara orang tua dan anak asuh orang tua yang demokratis
sejajar. Suatu keputusan diambil belum tentu memiliki perilaku
bersama dengan mempertimbangkan merokok yang ringan, sedang atau
kedua belah pihak. Orang tua dengan berat, remaja yang memiliki pola
pola asuh ini bersikap rasional, selalu asuh orang tua yang permisif belum
mendasari tindakannya pada rasio tentu memiliki perilaku merokok
atau pemikiran-pemikiran. Orang tua yang ringan, sedang atau berat begitu
tipe ini juga bersikap realistis pula remaja yang memiliki pola asuh
orang tua yang otoriter belum tentu Orang mencoba merokok karena
memiliki perilaku merokok yang alasan ingin tahu atau ingin
ringan, sedang ataupun berat. melepaskan diri dari beban
Pada deskripsi data penelitian, diri/stress. Begitupula yang terjadi
diketahui sebagian besar remaja pada diri remaja, dengan tuntutan
(80,5%) memiliki pola asuh orangtua belajar yang dianggap berat remaja
dalam ketegori demokratis. Namun cenderung ingin melepaskan diri dari
hal ini tidak mempengaruhi perilaku beban diri ataupun stres oleh karena
merokok remaja. Hal ini dapat dilihat tuntutan belajar tersebut. Selain itu
pada deskripsi data perilaku merokok ada pula tuntutan orangtua yang
remaja, dimana diperoleh sebagian dirasakan oleh remaja sehingga
besar responden mempunyai kategori membuat remaja cenderung
ringan yaitu sebanyak 72,2%. menjadikan beban berat.
Ternyata walaupun pola asuh Alasan keempat adalah adanya
orangtua dalam ketegori demokratis, pengaruh iklan. Melihat iklan di
namun remaja memiliki perilaku media massa dan elektronik yang
merokok dalam kategori ringan. menampilkan gambaran bahwa
Dari hasil penelitian ini, tidak perokok adalah lambang kejantanan
ada hubungan yang signifikan antara atau glamour, membuat remaja
pola asuh orang tua dengan perilaku seringkali terpicu untuk mengikuti
merokok remaja di SMK perilaku seperti yang ada dalam iklan
Muhammadiyah 2 Sleman. Namun, tersebut. Remaja cenderung ingin
dari hasil penelitian diketahui bahwa meniru kebiasaan tersebut mengingat
remaja memiliki perilaku merokok masa remaja adalah masa pencarian
yang ringan. Ada beberapa alasan identitas diri. Mereka mencari
yang menyebabkan remaja memiliki identitas diri dengan berpakaian,
perilaku merokok tersebut. berbicara, dan berperilaku sebisa
Alasan pertama yang mungkin sama dengan kelompoknya.
mendorong perilaku merokok remaja Selain itu pada masa ini yang dicari
yaitu pola asuh orang tua. Pada remaja berupa usaha untuk
deskripsi data penelitian diketahui menjelaskan siapa dirinya dan apa
responden paling banyak memiliki peranannya dalam masyarakat.
pola asuh yang demokratis. Namun
dari hasil penelitian pola asuh orang KETERBATASAN PENELITIAN
tua dengan perilaku merokok tidak 1. Tidak dikendalikannya variabel iklan
mempunyai hubungan yang dimana diduga sangat berpengaruh
signifikan. terhadap perilaku merokok remaja
Alasan kedua yaitu dipengaruhi karena iklan membuat remaja
oleh teman sebaya. Berbagai fakta seringkali terpicu untuk mengikuti
mengungkapkan bahwa semakin perilaku seperti yang ada dalam iklan
banyak remaja merokok maka tersebut.
semakin besar kemungkinan teman- 2. Tidak dikendalikannya variabel
temannya adalah perokok juga dan teman sebaya dimana remaja yang
demikian sebaliknya. Masa remaja berada pada masa pencarian identitas
dianggap sebagai masa pencarian diri memiliki pergaulan dengan
identitas diri. Pada periode ini kelompok sebaya yang sangat
pergaulan terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja.
memiliki peran penting bagi remaja. 3. Tidak dikendalikannya faktor
Alasan ketiga adalah kepribadian yang diduga sangat
dipengaruhi oleh faktor kepribadian. berpengaruh terhadap perilaku
merokok remaja, karena kepribadian pencegahan perilaku merokok yaitu
merupakan sesuatu yang tidak mudah dengan menempelkan poster-poster
untuk diketahui secara pasti. tentang bahaya merokok,
4. Data karakteristik pendapatan orang mengingat merokok memiliki
tua dan usia orang tua tidak dikaji dampak yang sangat merugikan.
dalam penelitian ini, sehingga faktor- 4. Bagi peneliti selanjutnya
faktor yang mempengaruhi pola asuh Agar mampu mengembangkan
orang tua kurang dapat penelitian selanjutnya berdasarkan
dikembangkan lebih lanjut. penelitian yang dilakukan peneliti
saat ini untuk meneliti variabel lain
KESIMPULAN DAN SARAN yang terkait dengan pola asuh
Kesimpulan orang tua dengan perilaku merokok
Berdasarkan hasil analisis data dan remaja atau variabel lain yang
pengujian hipotesis dapat disimpulkan belum diteliti
bahwa:
1. Tidak ada hubungan antara pola DAFTAR PUSTAKA
asuh orangtua dengan perilaku Anonim, 2003. Undang-Undang
merokok remaja di SMK Republik Indonesia No. 19
Muhammadiyah 2 Sleman. Tahun 2003 Tentang
2. Sebagian besar siswa kelas X SMK Pengamanan Rokok Bagi
Muhammadiyah 2 Sleman Kesehatan, Jakarta.
menerima pola asuh demokratis
dari orang tua mereka. , 2009. Undang-Undang
3. Perilaku merokok remaja terbanyak Republik Indonesia No. 52
pada siswa kelas X di SMK Tahun 2009 Tentang
Muhammadiyah 2 Sleman dalam Perkembangan Kependudukan
kategori ringan. dan Pembangunan Keluarga,
Jakarta.
Saran Arikunto, S., 2006. Prosedur
Berdasarkan pada hasil penelitian
Penelitian, Suatu pendekatan
yang didapatkan, peneliti memberikan
praktik, Edisi IV, Rineka Cipta,
saran sebagai bahan pertimbangan
Jakarta.
sebagai berikut:
1. Bagi orang tua Astuti, F., 2009, Gambaran Persepsi,
Orang tua sebaiknya memberikan Sikap Dan Perilaku Merokok
pengarahan tentang bahaya Pada Siswa Sekolah Menengah
merokok kepada remaja melalui Pertama (SMP) Di Urban
komunikasi yang terbuka, karena Kabupaten Sleman, Skripsi
orang tua sangat berperan penting Tidak Diterbitkan, PSIK FK
dalam menumbuhkan nilai-nilai UGM, Yogyakarta.
positif pada remaja.
2. Bagi siswa Barker, B.T., 2004. School – Related
Supaya diberikan penyuluhan dari Stress & Psychosomatic
sekolah mengenai bahaya merokok, Symtom Among Norwegian
sehingga siswa dapat lebih mawas Adolescents Annual Review of
diri dan waspada untuk Psychology dalam
menghindari perilaku merokok. www.proquest.com, diakses
3. Bagi sekolah tanggal 29 Desember 2010.
Agar pihak sekolah dapat
melakukan berbagai tindakan
BKKBN, 2007. Harmonis Sejahtera Jamal, S., 2006. Pria Desa
Menuju Keluarga Kecil Berpendidikan Rendah,
Bahagia Sejahtera, Jurnal Perokok Terbanyak dalam
Lingkungan Keluarga. (2). 1-4. http://www.pdpersi.co.id,
diakses tanggal 15 Juli 2010.
Gee, Mc., 2005. Is Cigarette Smoking
Associated With Suicidal Kaufman, N. J., Castrucci, B. C.,
Ideation Among Young Mowery, P. D., Gerlach, K. K.,
People, The American Journal Emont, S., Orleans, T. 2002.
of Psychology Washington Predictors of Change on The
dalam www.proquest.com, Smoking Uptake Continuum
Diakses tanggal 28 Desember Among Adolescents dalam
2010. http//://archipedi.ama-
assn.org/cgi/reprint/156/6/581.
Gunarsa, G., 2003. Psikologi pdf, diakses tanggal 1
Perkembangan Anak Dan November 2010.
Remaja, (Cet.4), Gunung
Mulia, Jakarta. Komalasari, D., Helmi, A.F. (2000).
Faktor-faktor Penyebab
Hawari, 2007. Our Children Our Perilaku Merokok Pada
Future, Balai Penerbit FK UI, Remaja. Jurnal Psikologi. (1);
Jakarta. 37-47.

Hidayat, A.A., 2007. Metode Penelitian Mighwar, M., 2006. Psikologi Remaja
Keperawatan dan Teknis Petunjuk bagi Guru dan
Analisa Data, Salemba Orangtua, Pustaka Setia,
Medika, Jakarta. Bandung.

Hidayati, U., 2006. Persepsi Monks, F. J., Kroers, A. M. P.,


Masyarakat Tentang Perilaku Haditono, S. R., 2002.
Merokok di Dusun Sendowo Psikologi Perkembangan,
Kelurahan Sinduadi, Gajah Mada University Press,
Kecamatan Mlati, Kabupaten Yogyakarta.
Sleman, Yogyakarta, Skripsi
Mu‟tadin, Z., 2002. Remaja Dan Rokok
Tidak Diterbitkan, PSIK FK
dalam http://www.e-
UGM, Yogyakarta.
psikologi.com/
Hurlock, B.E., 2002. Psikologi remaja/050602.htm, diakses
Perkembangan, Erlangga, tanggal 20 Juli 2010.
Jakarta.
Nasution, I., 2007. Perilaku Merokok
Iqbal, M., 2008. Perilaku merokok Pada Remaja, Fakultas
remaja di lingkungan RW. 22 Sumatera Utara, Medan.
Kelurahan Sukatani
Kecamatan Cimanggis Depok. Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi
Universitas Indonesia, Jakarta. Penelitian Kesehatan, Edisi
Revisi, Rineka Cipta, Jakarta.
Iskandarsyah, A., 2006. Remaja dan
permasalahannya, Jurnal 2003. Prinsip-prinsip
Fakultas Psikologi Universitas Dasar Ilmu Kesehatan
Padjajaran, Bandung. Masyarakat, Cetakan ke-2,
Rineka Cipta, Jakarta.
Novitasari, S., 2009. Pengaruh Teman Triana, N., 2008. Tren Usia Merokok
Sebaya Terhadap Perilaku Semakin Dini dalam
Merokok Pada Remaja DI http://www.nasional.jurnas.co
SMK Negeri 2 Yogyakarta, m, diakses tanggal 10 Juli
Skripsi Tidak Diterbitkan, 2010.
PSIK Stikes ‟Aisyiyah
Yogyakarta. Wahyudi, R., 2000. Kesehatan
Reproduksi Remaja, PKBI-
Odgen, J., 2000. Health Psychology: A IPPF-BKKBN-UNFPA,
text Book, Edisi ke-2, Open Jakarta.
University Press, Philadelphia.
WHO, 2006. Global Youth Tobacco
Parrot, A., 2004. Does Cigarette Surveillance Indonesia dalam
Smoking causa stress, Journal http//www.searo.
of Clinical Psychology dalam who.int/en/section1174/section
www.findarticles.com, diakses 1462/pdfs/surv/GYTS-
tanggal 24 Desember 2010. Indonesia-2006.pdf, diakses
tanggal 15 Juli 2010.
Prihatiningsih, P., 2007. Dampak
Merokok Bagi Kesehatan Dan Yayasan Jantung Indonesia, 2008. Hari
Lingkungan, Jurnal Tanpa Tembakau Sedunia
Lingkungan Keluarga; II. Selamatkan Remaja Indonesia
Dari Bahaya Rokok dalam
Rinestaelsa, U.A., 2008. Hubungan http;//www.yayasanjantungind
Pola Asuh Orang Tua Dengan onesia.com, diakses tanggal 20
Prestasi Belajar Siswa SMA Mei 2010.
Negeri 3 Yogyakarta, Skripsi
Tidak Diterbitkan, PSIK FK Yusuf, S., 2007. Psikologi
UGM, Yogyakarta. Perkembangan Anak Dan
Remaja, Rosda, Bandung.
Riwidikdo, H., 2007. Statistik
Kesehatan, Mitra Cendikia
Press, Yogyakarta.
Santrock, J. W., 2003. Adolescence
Perkembangan Remaja, Edisi
6, Erlangga, Jakarta.

Shochib. M., 2000. Pola Asuh Orang


Tua, Rineka Cipta, Jakarta.

Sitopoe, M., 2000. Kekhususan Rokok


Indonesia, Grasindo, Jakarta.

Soetjiningsih., 2004. Tumbuh Kembang


Remaja dan Permasalahannya,
Sagung Seto, Jakarta.
Sugiyono, (2006). Statistik Untuk
Penelitian, CV. Alfabeta,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai