Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

KONSENTRASI PERAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DI BERBAGAI


TATANAN (TEMPAT UMUM, PELAYANAN KESEHATAN DAN INDUSTRI)
OLEH KELOMPOK 5
NAMA KETUA : RICKY HANJANI NIM : BK118029
ANGGOTA : NAILA IRHAMAH NIM : BK118021
NAMIRA SABITHA NIM : BK118022
NANDINI SAPRATISTA NIM : BK118023
NIKE PUSPITA NIM : BK118024
NURZAKIYAH RIZKY K NIM : BK118026
REDO YUNITA S NIM : BK118027
RENDY FIRDAUS NIM : BK118028
RICKY ROSADI NIM : BK118030

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kuliah Kerja Lapangan Ini Telah Disetujui Oleh Pembimbing Akademik
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes)
Universitas Bhakti Kencana

Bandung, 21 September 2021


Pembimbing Akademik

Supriyatni K., SKM., MKM


NIK : 02002030111

Mengetahui
Kaprodi S1 Kesehatan Masyarakat

Agung Surtriyawan., SKM., M.Kes


NIK : 02018030186
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan ridho-Nya yang telah diberikan kepada kami, sehingga kegiatan Kuliah
Kerja Lapangan sampai penyususnan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan

Selesainya laporan Kuliah Kerja Lapangan ini tentunya tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan rasa hormat kami ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
terlibat dan membatu secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan dan
penyusunan laporan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan, khususnya kepada :

1. Dr. Ratna Dian K, SST, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan yang
telah memberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan KKL ini.
2. Agung Surtriyawan., SKM., M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan
Masyarakat sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan, serta saran dalam penyusunan laporan ini.
3. Supriyatni K, SKM., MKM., selaku ketua pelaksana selama KKL berlangsung.
4. Kang Jajat, selaku perwakilan dari sesepuh Kampung Adat Cireundeu yang
memberi kami pengetahuan tentang keseharian maupun adat yang ada di
Kampung Adat Cireundeu selama KKL berlangsung.
5. Pengurus PT Primarindo Asia Infrastrukture Tbk (Pabrik sepatu Tomkins) yang
telah bersedia memberi pengarahan dan bimbingan selama kegiatan KKL
berlangsung.
6. dr. Feri Kadarusman, M.Kes selaku kepala puskesmas Suryalaya yang telah
bersedia menerima kami untuk melaksanakan KKL dan telah memberikan
penjelasan serta data-data guna keperluan penyusunan laporan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL).
7. Bapak Waluyo, PGDip., Sc(OHS) M.S salah satu staf di balai K3 Bandung yang telah
memberikan banyak informasi mengenai kegiatan di balai K3 Bandung
8. Pengurus dan Staf Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda Kota Bandung, yang telah
bersedia menerima kami untuk melaksanakan KKL dan telah memberikan
penjelasan serta data-data guna keperluan penyusunan laporan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL).
Untuk semua bimbingan dan arahan yang telah diberikan, kami
mengucapkan terimakasih. Semoga kebaikan Bapak/Ibu sekalian mendapatkan
balasan yang berlipat dari Allah SWT.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa penulisan
Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
dengan senantiasa menerima kritik  dan saran dari pembaca yang bertujuan
untuk meningkatkan mutu laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan Kuliah Kerja Lapangan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa Kesehatan
Masyarakat.
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN
B. TUJUAN
C. MANFAAT
D. KEGIATAN
1. Puskesmas Suryalaya
2. PT Primarindo Asia Infrastruktur
3. Kampong Adat Cirendeu
4. Taman Tahura
5. Balai K3 Bandung
E. HASIL PENGAMATAN LEMBAR KERJA
1. Puskesmas Suryalaya
2. PT Primarindo Asia Infrastruktur
3. Kampong Adat Cirendeu
4. Taman Tahura
5. Balai K3 Bandung
F. PEMBAHASAN
1. Puskesmas Suryalaya
2. PT Primarindo Asia Infrastruktur
3. Kampong Adat Cirendeu
4. Taman Tahura
5. Balai K3 Bandung
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
B. TUJUAN
C. MANFAAT
D. KEGIATAN
1. Puskesmas Suryalaya
Pada tanggal 13 september 2021, mahasiswa tingkat 2 dan 3 program studi
Kesehatan masyarakat melaksanakan kegiatan secara virtual yaitu pertemuan
secara virtual dengan pihak puskesmas Suryalaya. Wilayah kerja Puskesmas
Suryalaya, terdiri dari 1 Kelurahan yaitu Kelurahan Paledang mempunyai luas
wilayah 37,5 Ha yang terdiri dari 8 RW dan 43 RT dengan jumlah penduduk
5893 jiwa Puskesmas Suryalaya memiliki 2 program kesehatan masyarakat yaitu
Upaya Kesehatan Perseorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat.
2. PT Primarindo Asia Infrastruktur
Pada tanggal 13 september 2021, mahasiswa tingkat 2 dan 3 program studi
Kesehatan masyarakat melaksanakan kegiatan secara virtual yaitu pertemuan
secara virtual dengan salah satu staf di PT Primarindo Asia Infrastruktur. Lokasi
kantor pusat PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk berada di kota Jakarta
Pusat, Gedung Dana Pensiun Bank Mandiri Lt. 3A Jln. Tanjung Karang No. 3
dan perusahaan memiliki satu pabrik produksi yang terletak di kota Bandung
Jln. Raya Ranca Bolang no. 98 Gedebage, Jawa Barat
3. Kampung Adat Cirendeu
Pada tanggal 13 september 2021, mahasiswa tingkat 2 dan 3 program studi
Kesehatan masyarakat melaksanakan kegiatan secara virtual yaitu pertemuan
secara virtual dengan salah satu perwakilan dari sesepuh Kampung Adat
Cireundeu. Kampung Adat Cireundeu terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan
Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat. Kampung Adat Cireundeu masyarakatnya
terbagi menjadi 2 masyarakat adat dan biasa.
4. Taman Hutan Raya
Pada tanggal 14 september 2021, mahasiswa tingkat 2 dan 3 program studi
Kesehatan masyarakat melaksanakan kegiatan secara virtual yaitu kunjungan
wisata dan pertemuan secara virtual dengan pihak Taman Hutan Raya yang
berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No.99, Ciburial, kec. Cimenyan, Bandung, Jawa
Barat. Kegiataan ini dilakukan sangat terbatas dikarenakan adanya pandemi
Covid-19, yang menjadikan kami tidak dapat berkunjung langsung ke Tahura,
namun demikian disini kami tetap mendapatkan informasi langsung mengenai
Tahura sehingga kami mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah Kesehatan
yang terdapat disana.
5. Balai K3 Bandung
Pada tanggal 14 september 2021, mahasiswa tingkat 2 dan 3 program studi
Kesehatan masyarakat melaksanakan kegiatan secara virtual yaitu pertemuan
virtual dengan salah satu staf di balai K3 Bandung. Balai K3 Bandung adalah
unit pelayanan teknis pusat dibawah Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
E. HASIL PENGAMATAN LEMBAR KERJA
1. Puskesmas Suryalaya
2. PT Primarindo Asia Infrastruktur
PT.Primarindo Asia Infarstructure, Tbk bergerak dalam bidang industri
sepatu, khususnya sepatu olah raga dan memproduksi berbagai fungsi berbagai
fungsi dan ukuran. Selama ini produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk
didasarkan atas pesanan dari pelanggan yang berasal dari luar negeri. Dengan
demikian hampir seluruh sepatu olahraga hasil produksi perseroan adalah untuk
diekspor dan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pembeli
dengan desain yang dibuat perusahaan atau pelanggan yang merupakan
pemegang merek atau pemegang lisensi dari merek terkemuka.
a. Proses Produksi
Proses produksi yang di lakukan oleh PT. Primarindo Asia
Instfrastruktur dari bahan baku sampai pengolahan limbah dapat dilihat
sebagai berikut :
Keterangan :

Terdapat 2 proses yang dilakukan untuk memproduksi sepatu yaitu :

1. Upper (bagian atas), pembuatan bagian atas sepatu dengan bahan baku
Leather (kulit), kulit sintesis, kain dan aksesoris
- Cutting yaitu proses pemotongan bahan baku menjadi komponen upper
sesuai model

- Pre-Paration yaitu proses persiapan untuk komponen penjahitan; printing,


dll
- Sewing yaitu proses penjahitan berbagai komponen untuk menjadi upper
2. Bottom (bagian bawah) yaitu proses pembuatan outsole dan midsole
- Compound yaitu proses peramuan bahan kimia
- Kneader rolling yaitu proses pencampyan bahan kimia setengah jadi
- Press out sole yaitu proses pengepresan
- Stock fit yaitu proses penempelan outsole dan midsole

Terdapat tiga komponen kesehatan kerja yaitu Beban Kerja, Kapasitas


Kerja dan Beban Tambahan dari Lingkungan;

1. BEBAN KERJA : beban kerja para perkerja yaitu harus menyelesaikan


produksi sesuai dengan target setiap harinya. Namun pada situasi pandemi
COVID-19 proses produksi sedikit menurun
2. KAPASITAS KERJA : kapasitas para pekerja akan berbeda satu dengan yang
lainnya, jika di lihat dari usia maka seseorang yang usianya sudah menginjak
40 tahun makan akan mengalami penurunan kapasitas untuk beraktifitas.
3. BEBAN TAMBAHAN LINGKUNGAN
a. FISIK
- Ventilasi yang masih kurang dan tidak mengikuti standar ventilasi
yaitu 20 % dari luas lantai tempat kerja
- Terdapat berbagai mesin atau alat yang berbahaya seperti jarum dan
gunting sehingga mengharuskan para pekerja memakai APD seperti
sarung tangan
b. KIMIA
Bahan kimia disini yang menjadi beban lingkungan bagi karyawan
adalah cairan cat dan lem. Kedua bahan tersebut mengeluarkan bau yang
sangat menyengat, sehingga karyawan harus menggunaka APD berupa
masker untuk meminimalisir bau yang menyengat dari cairan primer dan
lem yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu.
c. BIOLOGI
Faktor biologi yang dapat menyebabkan penyakit atau infeksi yang
akut atau kronis seperti virus, bakteri jamur dan cacing. Bisa saja salah
seorang pekerja sedang sakit ddan memaksakan untuk bekerja kemudian
menular ke pekerja lain yang akan membuat pekerja lain sakit juga. Faktor
biologi lainnya yaitu perlu adanya obat anti jamur untuk produk sepatu
yang telah dibuat supaya tidak berjamur dan bisa menyebabkan
menurunnya kualitas sepatu.
d. ERGONOMI
Dalam beban tambahan berupa ergonomi adalah posis pekerja saat
melakukan pekerjaan. salah satunya saat melakukan pembuatan pola
pekerja berdiri dan sedikit membungkuk terus dari pagi sampai jam
istirahat dan dilanjutkan lagi sampai jam pulang kerja.
e. PSIKOSOSIAL
Pada situasi pandemi seperti ini karyawan pabrik sepatu Tomkins semakin
berkurang karena penurunan aktifitas produksi. Menurut informasi hanya
terdapat kurang lebih 25 karyawan yang ada di pabrik dan sisanya work
from home. Pada saat kegiatan berlangsung, terlihat beberapa karyawan
yang menerapkan protokol kesehatan berupa menjaga jarak sehingga tidak
ada aktifitas mengobrol dll.
Evaluasi yang dilakukan yaitu analisa proses atau operasi yaitu perhatian
terhadap operasi termasuk perubahan dari bahan baku menjadi energi yang mungkin
menghasilkan zat kimia atau energi yang dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja.
Lalu melakukan wawancara informasi yang disediakan oleh pekerja terkait dengan
gejala kesehatan, tugas dan perubahan dalam kondisi yang dapat menyediakan detail
penting terkait analisa proses, dampak kesehatan dan setresor lain seperti zat kimia ,
fisik, ergonomi atau biologi. Selanjutnya perhatian terkait dengan beberapa populasi
dari pekerja yang mungkin memiliki resiko lebih tinggi dari pada yang lain.
3. Kampung Adat Cirendeu

Desa Adat Cireundeu teletak di lembah Gunung Kunci, Gunung


cimenteng dan gunung gajahlangu, kelurahan leuwigajah, kecamatan cimahi
selatan. Kampung adat cireundeu terdiri dari 50 kepala keluarga atau sekitar
800 penduduk yang menghuni desa adat cireundeu dan memiliki wilayah
seluas 64 ha yang terdiri dari 60ha yang digunakan sebagai lahan pertanian
dan 4ha digunakan untuk tempat pemukiman masyarakat kampung cireundeu.
Sebagian besar masyatakat cirendeu memeluk dan memegang teguh
kepercayaan yang diturunkan dari nenek moyang mereka sejak dahulu yaitu
kepercayaan Sunda Wiwitan dan maih berlangsung hingga saat ini.

Desa adat Cireundeu sendiri bukan merupakan desa yang dijuliki


sebagai desa Objek Daya Tarik Wisata (ODTW), tetapi lebih fokus pada desa
yang masih memelihara taridisi lama yang diwarisi oleh para leluhurnya pada
zaman dahulu. Masyarakat adat Cireundeu sangat memegang teguh
kepercayaannya, kebudayaan serta adat istiadat mereka. Mereka memiliki
prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman” yang memiliki makna
bahwa di kampung Cireundeu tetap mengikuti perkembangan zaman namun
tetap menjaga nilai-nilai adat. Kampung Adat Cireundeu juga meiliki aturan
yang mengatur mengenai pernikahan, yaitu:

1. Tidak boleh menikah dengan yang beda suku, maksudnya masyarakat


cireundeu tidak boleh menikah dengan warga asing (Luar Negeri)
2. Boleh menikah namun tidak boleh berpoligami
3. Boleh menikah namun tidak boleh bercerai di kemudian hari

Nama cireundeu sendiri berasal dari nama “pohon reundeu’ yang


populasinya melimpah dan merupakan pohon untuk obat herbal yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Meskipun desa adat cireundeu masih
memanfaatkan obat herbal namun desa cireundeu tidak melawan akan
perubahan zaman, akan tetapi mengikuti perkembangan zaman seperti adanya
teknologi berupa televisi, alat komunikasi hand phone dan alat penerangan
yang tersedia di desa adat cireundeu. Dan mayoritas penduduk desa cireundeu
juga sudah mempercai pelayanan Kesehatan apabila sakit dan mempercai
bidan dalam membantu proses persalinan dan menjadikan paraji sebagai
pembantu dalam melaksanakan acara upacara adat terkait kelahiran bayi.

Desa adat Cireundeu memiliki budaya atau kebiasaan yang diturunkan


dari leluhurnya yaitu mengonsumsi nasi singkong sebagai penganti nasi beras
dan telah berlansung kurang lebih dari tahun 1918 yang dipelopori pertama
kali okeh Ibu Omah Asnamah. Berkat kepeloporannya tersebut beliau
mendapatkan penghargaan dari Pemerintah melalui Wedana Cimahi
memberikan suatu penghargaan sebagai “Pahlawan Pangan”. Awal sebelum
untuk mengonsumsi nasi singkong desa adat cireundeuy sempat mengalami
kekeringan pada saat menanam padi, namun para leleuhur masyarakat
cireundeu menyarankan untuk menanam tanaman ketela sebagai penganti nasi
karena dapat di tanam pada saat musim kering maupun musim penghujan.
Dan semenjak saat itu masyarakat cireundeu mulai memakan ketela dari tahun
1924 hingga saat ini.

Warga masyarakat Cireundeu dapat memanfaatkan tanaman ketela dan


diolah menjadi aci atau sagu yang diambil dari ampas yang kemudian di
jemur lalu setelah kering menjadi beras dan mereka biasa menyebutnya
dengan sebutan nasi atau ageum. Masyarakat adat kampung cireundeu
berpedoman pada prinsip hidup yaitu “Teu Nyawah Asal Boga Pare, Peu
Boga Pare asal boga beas, teu boga beas asal bisa nyangu, teu nyangu asal
dahar, teu dahar asal kuat” yang artinya adalah tidak punya sawah asal punya
beras, tidak punya beras asal dapat menanak nasi, tidak ounya nasi asal
makan, tidak makan asal kuat. Dengan maksud lain agar manusia ciptaan
tuhan tidak ketergantungan pada satu saja, misalnya sebagai bahan makanan
pokok negara Indonesia yaitu beras, namun pandangan pandangan masyarakar
Kampung Adat Cireundeu memiliki alternatif dalam bahan makanan pokok
yaitu ketela atau singkong.

Kampung Adat Cireundeu hingga sekarang masih memiliki tanaman


obat yang sejak lama ditanam oleh masyarakat kampung adat tersebut.
Sebelum zaman berkembang seperti sekarang, setiap masyarakat kampung
adat Cireundeu yang sakit ataupun terluka selalu diobati dengan obat-obatan
tradisional. Karena kepercayaan yang turun-temurunlah yang membuat
masyarakat tersebut memakai tanaman obat sebagai obat tradisional.
Walaupun masyarakat Kampung Adat Cirendeu selalu berpegang teguh
dengan adat istiadat, akan tetapi semua masyarakatnya tetap mengikuti
perkembangan zaman.

Setelah berkembangnya zaman seperti sekarang, adanya fasilitas


pelayanan kesehatan seperti puskesmas membuat sebagian masyarakat
Kampung Adat Cireundeu beralih untuk berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan dan tidak memakai obat-obatan tradisional untuk pengobatan
penyakit mereka. Sama halnya seperti ibu hamil yang akan melahirkan,
mereka akan memilih melahirkan dengan bidan atau rumah sakit daripada
dukun beranak. Tetapi tidak adanya tenaga kesehatan seperti bidan
menyebabkan seorang ibu hamil yang akan melahirkan harus menempuh
perjalanan yang lumayan jauh.

Hingga saat ini masyarakat kampung adat Cireundeu belum pernah


ada riwayat penyakit yang aneh-aneh, hanya penyakit biasa seperti flu, batuk
maupun demam saja yang sering diderita masyarakat kampung adat tersebut.
4. Taman Hutan Raya
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan salah satu objek wisata
alam yang ada di jawa barat, memiliki Kawasan konservasi yang dipenuhi
dengan pohon pinus dan hutan alam yang sangat luas. Walaupun Kawasan ini
dipenuhi dengan hutan juga alam yang sangat luas namun tetap ada
masyarakat yang tinggal di sekitar Kawasan Tahura. Pola kehidupan
masyarakat di sekitar Tahura sangatlah beragam karena menyesuaikan dengan
lingkungan yang ada, seperti:
- Berdagang untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung dengan
menawarkan berbagai makanan khas maupun cindramata atau ukiran unik
dari Tahura
- Jasa senter, karena Kawasan Tahura sangatlah luas maka dari itu banyak
pengunjung yang ingin bercamping disekitar Tahura, dengan adanya jasa
senter akan mempermudah wisatawan karena tidak disediakan lampu
listrik.
- Ojek, dilihat dari jarak antara tempat parkir dan lokasi Tahura yang cukup
jauh dan memakan waktu. Warga sektar menawarkan jasa ojek yang siap
mengantarkan para pengunjung wisata Tahura.
- Parkir, dizaman yang semakin modern ini selain Tahura yang menawarkan
tempat wisata sekaligus pelestarian alamnya terdapat juga berbagai cafe
maupun coffee shop yang ada dikawasan Tahura, sehingga masyarakat
sekitar berinsiatif menjadi penjaga parkir, selain sebagai salah satu mata
pencaharian mereka menjaga parkir juga dapat menjaga keamanan sekitar
Tahura sehingga pengunjung tidak perlu khawatir dengan kendaraannya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang kelompok kami lakukan di Taman


Hutan Raya Ir. H. Djuanda sudah menyediakan fasilitas sanitasi dasar namun
belum terpenuhi 100% karena masih terdapat beberapa fasilitas sanitasi yang
masih belum maksimal pengelolaannya. Keadaan fasilitas sanitasi penyediaan
sarana air bersih dinyatakan sudah memenuhi kriteria air siap pakai, jernih,
tidak berbau, tidak berwarna, serta tersedia air yang cukup. Selain itu juga
untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 telah disediakan wastafhel dengan
air mengalir. dimana setiap pengunjung yang datang diwajibkan untuk
mencuci tangan dan di cek suhu tubuh terlebih dahulu.
Dari keadaan fasilitas sanitasi toilet dinyatakan tidak bersih dan hanya
terdapat satu tempat sampah saja yang berada diluar toilet. Adapun kriteria
atau kelengkapan ruang toilet umum yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
harus tersedianya tempat sampah, dilengkapi sabun, terdapat simbol yang
terlihat jelas untuk toilet wanita dan pria, tersedia tisuue, air bersih,
pencahayaan yang mencukupi dan tersedia kloset dengan leher angsa.
Dari keadaan fasilitas sanitasi tempat sampah sudah tersedia dan
terpisah antara sampah organic dan anorganic, hanya saja ada beberapa yang
tidak memiliki tutup dan dikhawatirkan akan dirusak oleh hewan yang berada
di sekitar Tahura sehingga mengakibatkan tempat sampah menjadi
berantakan. Karena wadah sampah yang baik yaitu tidak berat, mudah
dikosongkan, tidak bocor/harus kokoh, tertutup dan mudah dibawa sampai ke
tempat penampungan sampah.
Pada pola aktivitas penggunaan kawasan sebagai lahan pertanian,
dilakukan dengan membuka kawasan untuk menanam berbagai macam buah
dan sayuran. Masyarakat yang memiliki lahan, pengelolaannya dilakukan
sendiri oleh mereka. Hasil panen dari buah dan sayuran ini umumnya
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kehidupan sehari-hari rumah
tangga mereka, selebihnya jika hasil berlebih baru mereka jual. Sedangkan
interaksi masyarakat dengan sumber daya hutan yang dikelompokan dalam
pola pemanfaatan hasil hutan, diantaranya dilakukan melalui pemanfaatan
sumber mata air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari
hari. Pemanfaatan hasil hutan di kawasan Tahura sendiri merupakan wujud
dari aktivitas sosial ekonomi masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Jika pemanfaatan hasil hutan tidak dilakukan dengan bijak dan
tidak terkendali, maka akan berpengaruh negatif terhadap keberadaan Tahura.
Daya tarik wisata alam di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda jika
dilihat dari lingkungan pengelola belum cukup baik karena kurangnya sarana
yang memadai seperti tempat sampah, toilet, pos Kesehatan. Sehingga
diperlukannya perbaikan pengelolaan sarana wisata yang lebih baik lagi
sehingga dapat mendukung paiwisata berkelanjutan

5. Balai K3 Bandung
Balai K3 Bandung adalah unit pelayanan teknis pusat dibawah Pusat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. yang menjalankan semua tupoksinya berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R. I. Nomor:
Per.07/MEN/IV/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I
a. Alur pelayanan di balai K3 Bandung,
Balai K3 Bandung memiliki dua alur pelayanan, yang terdiri dari alur
pelayanan pelanggan (customer) dan pelayanan pengujian LAB.
1. Alur pelayanan pelanggang (customer) yang biasanya untuk di
peruntukan seperti instansi ingin diadakannya pelatihan K3, dan
Seminar K3.
2. Alur pelayanan pengujian lab, digunakan untuk pelayanan pengujian
kesehaatan di intansi-intansi seperti pabrik atau perkantoran untuk
Kesehatan temppat kerjanya seperti pengukuran pencahayaan, suhu,
kebisingan dll
b. Upaya Preventif dan Promotif pada masyarakat tenaga kerja di tempat
kerja
Balai k3 bandung merupakan unit pelayanan teknis pusat dibawah
Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I, yang mana memiliki visi mewujudkan tenaga kerja yang
sehat, selamat, kompetitif dan produktif dengan menyediakan pelayanan
pengujian kesehata kerja di lingkungan kerja diantaranya :
1. Pengujian kebisingan

2. Pengujian penerangan

3. Pengujian tekanan suhu/iklim kerja

4. Pengujian getaran

5. Pengujian linfkungan kerja factor kimia

6. Pengujian lingkungan ambient/ kualitas udara

7. Serta pengujian lingkungan emis

Pelayanan pengujian kesehata kerja di lingkungan kerja pada intasni-


intasni di tempat kerja pengujian tersebut berpotensi besar bagi Kesehatan
pegawai dilingkungan kerjanya.

Balai k3 bandung tidak hanya Lembaga yang bertugas untuk menguji


kualitas Kesehatan di lingkungan kerja namun, balai k3 tersebut sering
melakukan pemberdayaan dengan melakukan seminar serta pelatihan-
pelatihan untuk peningkatan soft skill sehingga upaya tersebut mencegah
terjadinya kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan dengan
edukasi dan pelatihan K3
F. PEMBAHASAN
1. Puskesmas Suryalaya
2. PT Primarindo Asia Infrastruktur
1. Lingkugan Fisik
Ventilasi yang kurang memadai
Dapat diamati ventilasi yang masih kurang dan tidak mengikuti standar
ventilasi yaitu 20 % dari luas lantai tempat kerja. seharusnya ventilasi pada
ruangan indrustri yaitu : luas lubang ventilasi tetap, minimun 5 % luas lantai
ruangan dan luas lubang ventilasi insidentil ( dapat dibuka dan di tutup )
minimum 5 % luas lantai denga tinggi ruang ventilasi minimal 80 cm dari langit-
langit. Kelembapan udara dijaga antara 40 % sampai dengan 70 %. Menurut ILO
pada tahun 1991 ventilasi digunakan untuk memberikan kondisi dingin atau
panas serta kelembapan ditempat kerja. Fungsi lainya adalah untuk mengurangi
konsentrasi debu dan gas-gas yang dapat menyebabkan keracunan , kebaran dan
peledakan. Banyak penelitian menunjukan hubungan signifikan antara ventilasi
dan kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti Tuberculosis paru atau
penyakit yang lainnya.
2. Lingkungan Kimia
Di pabrik tomskin ini sebagaian besar menggunakan bahan lem chemical
yang mengakibatkan tambahan beban kerja oleh bahan kimia pada pekerja. Yang
bisa mengakibatkan resiko penyakit ispa pada pekerja pada pekerja yang tidak
menggunakan APD (masker).
3. Ergonomi
Terlihat di semua Gedung adanya tempat duduk tetapi tidak ergonomis kursi
yang digunakan harus sesuai dengan standar yang diatur permukaan kursi cukup
luas untuk menghindari tekanan hanya pada satu titik, sandaran kursi akan
mengurangi tenakanan pada siku. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan silkulasi
peredaran darah, mengurangi ketidak nyamanan sehubungan dengan posisi
duduk, meningkatkan produktivitas dan mengurangi kesalahan bekerja.
Tetapi digedung cutting dan sablon, prilaku pekerja lebih memilih berdiri
karena di akibatkan oleh mesin pabrik manual yang mengakibatkan pekerja harus
menggunakan tenaga lebih untuk bekerja yang dilakukan berulang – ulang. Dan
Kesehatan pekerja beresiko mengakibatkan penyakit varises
Antisipasi dari komponen kesehatan kerja yang ada di PT. Primarindo Asia
Infrastrukture TBK yaitu pekerja seharusnya mencari informasi yang diperlukan
antara lain adalah karakteristik kerja, mesin yang digunakan, proses kerja bahan
baku , alat yang dipakai cara kerja yang di lakukan atau jumlah dan karakteristik
pekerja. Semua informasi ini adalah untuk diketahuinya potensi bahaya serta
resiko baik untuk kesehatan ataupun keselamat kerja. Lalu Rekognisi metode
yang harus dilakukan mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis , ukuran
( vartikel ), jenis, kandungan atau struktul atau sifat dari bahan baku pembuatan
sepatu. Selanjutnya melakukan pemeriksaan fisik tentang kondisi kesehatan
pekerja.
Pengendalian pertama Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya
dilakukan pada saat desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan
kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan
pada desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif
sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari resiko,
namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis
dan ekonomis. Sebagai contoh misalnya: bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya
ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.
Kedua substitusi, Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan,
proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak
berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal
melalui disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi
misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi mesin-
mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih kimia yang
kurang berbahaya,mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti
bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.
Ketiga Pengendalian secara teknis, yakni pengendalian yang ditunjukan
terhadap sumber bahaya atau lingkungan ,seperti menggantikan bahan-bahan yang
berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya sama sekali.
Keempat Pengendalian secara administratif adalah peraturan-peraturan
administrasi yang mengatur pekerja untuk membatasi waktu kontaknya ( pemaparan)
dengan faktor bahaya atau contaminant. Kontrol administratif ditujukan pengandalian
dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja
diharapkan orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian ini antara lain seleksi
karyawan, adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi
prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal
istirahat, investigasi atau pemeriksaan kesehatan. pengendian bahaya yang dilakukan
dengan memberikan peringatan, instruksi, tanda, label yang akan membuat orang
waspada akan adanya bahaya dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang
mengetahui dan memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja
sehingga mereka dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan
dampak kepadanya. Aplikasi di dunia industri untuk pengendalian jenis ini antara
lain berupa alarm system, detektor asap, tanda peringatan (penggunaan APD spesifik,
jalur evakuasi, area listrik tegangan tinggi, dll)
Kelima yaitu Alat Pelindung Diri, Alat Pelindung Diri adalah seperangkat
alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai
sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa
(engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun
pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha
akhir.
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal
yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,karena APD hanya berfungsi
untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi,
perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat pelindung diri dalam
menyelesaikan setiap pekerjaan. Tujuan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
seperti : Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik., meningkatkan efektivitas dan
produktivitas kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman.
3. Kampung Adat Cirendeu
Seperti yang dijelaskan bahwa desa adat Cireundeu merupakan desa adat
yang dapat mengikuti perkembangan zaman, namun tetap menjaga nilai-nilai
adat yang di wariskan dari leluhur mereka. Desa adat Cireundeu sendiri sudah
banyak mengalami perubahan seperti sudah tersedianya lahan bagi wisatawan
yang berkunjung dan ingin meninap di kampung Cireundeu. Sudah
tersedianya tempat untuk menginap dan lahan parkir kendaran bermobil dan
dapat disertai bus sebanyak 3 buah.
Kampung adat cirendeu sendiri memiliki tanaman obat yang melimpah
jadi apabila masyarat adat Cirendeu ada yang sakit dan terluka pada saat
bertani, maka akan langsung di sembuhkan melalui pengobatan tradisional.
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat adat Cirendeu
sudah menerima pelayanan dari fasilitas kesehatan walaupun jarak yang di
tempuh cukup jauh. Sebanyak 60% penduduk adat desa Cirendeu sudah
mempercayai pelayanan kesehatan apabila memiliki keluhan penyakit dan
melakukan persalinan.
4. Taman Hutan Raya
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, pengelola selalu melihat dan
memperhatikan budaya ditempat saat membuat dan melaksanakan program-
program kerja, pengelola Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda selalu melibatkan
masyarakat sekitar untuk turut membantu program-program kerja tersebut.
Dengan kata lain pengelola sudah baik dalam memberdayakan masyarakat
sekitar dan menjaga keutuhannya agar dapat mendukung pariwisata
berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan oleh pengelola
yaitu, pengembangan desa konservasi, pemeberian akses/izin (izin pemanfaatn
air, dan berusaha), dan fasilitas kemitraan pemegang izin pemanfaatan hutana
dengan masyarakat. Pengelolaan daya tarik wisata alam, di Taman Hutan
Raya Ir. H. Djuanda pun dalam perencanaannya dan pengelolaanya tidak
melepas budaya yang ada atau yang dibuat oleh masyarakat sekitar dan tetap
mempertahankannya, sehingga terwujud pengelolaan daya tarik wisata yang
mendukung pariwisata berkelanjutan.(Sihombing et al., 2019)
Promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat
untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoadmodjo,
2007). Promosi kesehatan perlu diterapkan di istitusi, baik di pelayanan
kesehatan, sarana pendidikan (sekolah), rumah tangga, tempat kerja, dan
tempat umum. Aktifitas manusia seperti interaksi social, bekerja, belajar atau
aktifitas lainnya berhubungan erat dengan tempat umum. Tempat umum bisa
berpotensi sebagai perantara dalam penularan penyakit, pencemaran
lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Jika tempat umum tidak
terpelihara, maka akan menambah besarnya risiko penyebaran penyakit serta
pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan
menerapkan promosi kesehatan dengan baik.(Husnia & Megatsari, 2020)
Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah tempat, fasilitas atau sarana umum
yang digunakan untuk kegiatan atau aktifitas masyarakat yang
diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan. Salah satu contoh
TTU yaitu Taman Hutan Raya Djuanda. TTU yang memenuhi syarat
kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum yang memenuhi persyaratan
fisiologis, psikologis, dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna
dan masyarakat sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan
terjadinya masalah kesehatan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2007).
Tahura Ir Djuanda sudah menyediakan fasilitas sanitasi yang menurut
sebagian besar pengunjung sudah baik, namun masih ada beberapa yang harus
diperhatikan karena masih ada beberapa yang dikategorikan belum baik.
Seperti halnya air limbah, pembuangan sampah menjadi penting untuk
diperhatikan karena alasan kesehatan, kenyamanan dan estetika. Tempat
pembuangan sampah diupayakan agar tersedia dalam jumlah yang cukup dan
mudah dijangkau serta tertutup agar tidak menjadi tempat berkembangnya
berbagai penyebab penyakit.(Notoatmodjo, 2003)
5. Balai K3 Bandung
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Husnia, Z., & Megatsari, H. (2020). Health Promotion in Public Places of Sakinah
Supermarket Surabaya. Jurnal PROMKES, 8(1), 66.
https://doi.org/10.20473/jpk.v8.i1.2020.66-78
Notoatmodjo, S. (2003). Sanitasi lingkungan. Sanitasi Lingkungan, 1, 45–54.
Sihombing, J. R., Ervina, E., & Sumarsih, U. (2019). Pengelolaan Daya Tarik Wisata Alam
Di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Dalam Mendukung Pariwisata Berkelanjutan 2019.
EProceedings of Applied Science, 5(2), 1470–1476.
Sumber : PT Primarindo Asia Infrastrukture Tbk (Pabrik sepatu Tomkins)
DAFTAR HADIR KULIAH KERJA LAPANGAN
MAHASISWA PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKes)
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

TTD
HARI SEESI TARGET CAPAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mengetahui peran puskesmas v v v v v v v v v
suryalaya dalam upaya promotif
danpreventif serta mengetahui
1 alur tata kelola dan pelayanan
kesehatan di puskesmas
Suryalaya

Mengetahui alur proses produksi v v v v v v v v v


1
2 dari bahan baku sampai limbah
yang ada di PT PAI
Mengetahui pola kehidupan v v v v v v v v v
masyarakat kampung cirendeu,
kesehatan masyarakat kampung
3
cirendeu, serta cara hidup untuk
memenuhi kebutuhan dasar
sebagai manusia
Mengetahui alur pelayanan di v v v v v v v v v
balai K3 bandung, peran balai K3
1 bandung khususnya upaya
promotif dan preventif pada
2
masyarakat pekerja
Mengetahui pemenuhan sanitasi v v v v v v v v v
2 dasar ditahura sebagai upaya
promkes di tempat umum

Mengetahui
Ketua Kelompok

Ricky Hanjani
BK118029

LAMPIRAN KEGIATAN
1. Puskesmas Suryalaya

2. PT Primarindo Asia Infrastruktur

Anda mungkin juga menyukai