Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BENCANA ANGIN TOPAN DAN CARA PENANGGULANGANNYA

Disusun Oleh :

Nama : Loisa Yarollo


Nim : 202013201006

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
2023
ABSTRAK
Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau
lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di
daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh
perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah
tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan
rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam.Di Indonesia dikenal dengan
sebutan angin badai. Gejala dan Peringatan Dini Angin topan tropis dapat terjadi secara
mendadak, tetapi sebagianbesar badai tersebut terbentuk melalui suatu proses selama
beberapa jamatau hari yang dapat dipantau melalui satelit cuaca. Monitoring dengansatelit
dapat untuk mengetahui arah angin topan sehingga cukup waktuuntuk memberikan
peringatan dini. Meskipun demikian perubahan sistemcuaca sangat kompleks sehingga sulit
dibuat prediksi secara cepat dan akurat.

Kata Kunci : Angin Topan, Bencana, Gizi


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara yang rawan bencana terutama saat ini sedang
menghadapi perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim menciptakan cuaca
ektream yang berpotensi terjadi bencana besar. banyak bencana yang timbul akibat
cuaca ektream seperti, Banjir, Tanah longsor Hingga angin topan. Salah satu bencana
yang perlu di antisipasi adalah Angin Topan. Angin topan yaitu pusaran angin
kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah
tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat
berdekatan dengan khatulistiwa. Biasanya angin ini terjadi di wilayah indonesia saat
memasuki Musim pancaroba atau musim peralihan dan biasa di sebut dengan angin
badai. Angin topan bisa terjadi karena adanya tekanan dalam suatu sistem cuaca,
angin ini rentan terjadi di daerah tropis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Angin Topan?
2. Penyebab terjadinya Angin Topan?
3. Bagaimana penanganan gizi di situasi Angin Topan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Angin Topan.
2. Untuk mengetahui cara antisipasi dan cara penanggulangan Angin Topan.
3. Untuk mengetahui penanganan gizi di situasi Angin Topan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Angin Topan
Angin topan merupakan angin yang berhembus kencang atau sangat kuat,
berwujud pusaran angin dengan kecepatan sekitar 120 km/jam atau pada tingkat
tertinggi kecepatannya dapat mencapai 250 km/jam. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, angin topan merupakan angin puting beliung. Proses pembentukan
pusaran angin tersebut dapat berlangsung selama beberapa jam dan akan datang
secara mendadak. Angin topan biasanya terjadi di daerah yang mempunyai iklim
tropis yang berada di daerah dekat dengan garis balik utara atau garis balik selatan
kecuali yang sangat dekat dengan garis lintang nol derajat atau garis khatulistiwa.
Angin topan dapat terjadi karena disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu
sistem cuaca sehingga biasa muncul saat pergantian musim dan lebih berpotensi
muncul saat musim kemarau.

B. Penyebab Terjadinya Angin Topan


Jenis- jenis angin yang menimbulkan banyak bencana atau jenis angin yang
besar ini biasanya terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal tertentu. Sama halnya
dengan angin topan. Di beberapa daerah mungkin angin topan dikenal dengan nama
lain, namun kemiripan diantara angin- angin ini. Adapun beberapa penyebab angin
topan antara lain sebagai berikut:
1. Perbedaan tekanan
Angin topan biasa terjadi karena disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan
udara dalam suatu sistem cuaca. Tekanan udara yang berbeda ini membentuk
suatu pusaran dalam suatu sistem cuaca. Angin topan lebih sering terjadi di
samudera karena tekanan udaranya lebih berbeda dibandingkan dengan yang ada
di ekosistem darat. biasanya, angin topan lebih berpotensi terjadi ketika musim
kemarau di siang hari. hal ini karena pada waktu itu suhu sedang mencapai
puncaknya, sementara di dalam samudera tidak ada yang mengimbanginya.
Dengan demikian, angin topan menjadi peristiwa yang biasa terjadi di daerah
samudera.
2. Suhu udara yang sangat panas
Angin topan juga terjadi ketika suhu udara sangat panas, tepatnya pada siang hari.
pada saat tengah hari, ketika udara menjadi sangat panas, maka lapisan atmosfer
bumi juga akan menerima suhu panas yang lebih besar, namun tekanan udaranya
rendah. Karena hal itulah maka akan terjadi perpindahan tekanan udara dari
tempat yang mempunyai suhu rendah menuju ke tempat yang mempunyai suhu
tinggi. peristiwa ini akan membentuk sebuah pusaran angin yang kita kenal
sebagai angin topan.
3. Penguapan air laut yang berjumlah besar
Angin topan lebih banyak terjadi di lautan daripada di daratan, terlebih di
kawasan samudera yang dekat dengan garis khatulistiwa namun tidak terlalu
dekat. Beberapa samudera yang notabene sering terjadi angin topan adalah
di samudera Pasifik dan Samudera Atlantik. Ketika tengah hari, maka suhu akan
mencapai lebih dari batas normal yakni sebesar 27 derajat naik sedemikian rupa.
Hal ini secara otomatis akan menyebabkan permukaan laut memiliki suhu yang
lebih tinggi daripada suhu di bawah laut. Hal tersebutlan yang memicu terjadinya
penguapan yang sangat besar dan juga sangat cepat. Pada proses penguapan
tersebut juga terjadi proses pembekuan, sehingga akan menyebabkan pusaran air
yang mempunyai kecepatan tinggi.
4. Pusaran angin yang terjadi berjam- jam
Terbentuknya angin topan juga karena disebabkan adanya pusaran angin yang
telah berlangsung selama beberapa jam. Angin topan yang terjadi di Indonesia
dikenal juga sebagai angin badai. Biasanya angin ini datang dengan mendadak.
Sebelum terbentuk angin topan atau angin badai ini, biasanya terjadi proses
pembentukan pusaran angin yang berlangsung selama beberapa jam. Dengan
adanya tanda yang telah berlangsung selama berjam- jam inilah seharusnya angin
topan sudah bisa diantisipasi agar tidak menimbulkan korban jiwa dan juga
kerusakan berat. Terlebih lagi sudah ada alat- alat canggih semacam satelit yang
bisa mendeteksi keberadaan angin topan lebih tepat. Dengan adanya prediksi
terjadinya angin topan, maka pencegahan terhadap angin topan secara lebih dini
dapat dilakukan.
5. Kerumitan lain dalam cuaca
Angin topan apat dijelaskan secara ilmiah dan secara gamblang mengenai
penyebabnya apabila terjadi di tengah samudera. Namun akan lain halnya dengan
angin topan apabila terjadi daratan dan di tengah pemukiman masyarakat. Hal ini
sangat berbahaya. namun untuk penyebabnya secara pasti mengenai angin topan
yang terjadi di daratan ini belum dapat dipastikan. Segala kerumitan mengenai
kondisi cuaca dan juga kondisi suhu udara bisa dimungkinkan menjadi penyebab
dari angin topan ini. karena jika di daratan angin topan bisa datang sewaktu-
waktu, maka manusia harus selalu waspada akan hal ini. karena angin topan bisa
menelan banyak korban jiwa, bahkan bisa menjadai salah satu penyebab tanah
longsor.

C. Tanda – Tanda Angin Topan


Bencana alam bisa datang dengan tiba- tiba tanda memberikan sesuatu pertanda
apapun. Yang demikian ini merupakan hal yang paling berbahaya karena masyarakat
tidak mengetahui apa- apa dan tiba- tiba terjadi bencana yang tidak diinginkan.
Karena masyarakat tidak melakukan persiapan apa- apa, maka korban jiwa bisa
berjatuhan karenanya. Namun beberapa bencana alam mempunyai tanda- tanda
sebelum terjadi. Hal ini merupakan sesuatu yang menolong karena masyarakat akan
mempunyai waktu untuk bersiap diri menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
Angin topan tergolong diantara keduanya. Nah, bagaimana itu? Angin topan
terkadang datang dengan tiba- tiba sehingga bisa jadi menimbulkan banyak korban
jiwa, namun terkadang angin topan juga datang dengan pertanda tertentu. untuk
mengantisipasi terjatuhnya banyak korban, kita perlu untuk mengetahui tanda- tanda
datangnya angin topan. Beberapa tanda- datangnya angin topan antara lain sebagai
berikut:
1. Terjadinya peningkatan suhu yang sangat drastic
Tanda pertama yang terjadi ketika akan terjadi angin topan adalah meningkatnya
suhu di sekitar kita dengan sangat drastis. Hal ini bisa kita rasakan karena
peningkatan suhu akan membuat badan menjadi panas dan juga terasa gerah.
Ketika peningkatan suhu ini terjadi secara tiba- tiba, berarti akan ada sesuatu yang
tidak beres terjadi. Maka dari itulah peningkatan suhu drastis dan terjadi dengan
tiba- tiba patut untuk kita waspadai.
2. Burung dan binatang lainnya bergerak menjauhi laut
Tanda kedua adalah adanya perilaku dari binatang- binatang tertentu. Sudah
menjadi hal yang wajar apabila menjelang terjadinya bencana alam, kita
mendapati perilaku yang ganjil dari beberapa binatang. Hal ini karena binatang
jauh lebih peka daripada manusia mengenai panca indera mereka. Adalah hal yang
wajar apabila binatang mengetahui lebih dulu tentang akan terjadinya peristiwa
alam daripada manusia. maka dari itulah manusia perlu juga untuk mengamati
perilaku binatang. Salah satu tanda yang terjadi menjelang datangnya angin topan
adalah perilaku beberapa bianatang yang terlihat menjauhi lautan secara
berbondong- bondong. Binatang ini misalnya burung, dan lain sebagainya. Ketika
melihat perilaku yang tidak wajar seperti ini, sebaiknya kita mengikuti jejak
binatang tersebut dengan mengikutinya menjauhi area lautan.
3. Adanya angin dengan kecepatan yang sangat cepat
Tanda yang selanjutnya menjelang terjadinya angin topan adalah munculnya suatu
angin yang mempunyai kecepatan tinggi. Angin- angin tersebut tidak hanya
berkekuatan tinggi saja, namun juga memiliki sifat panas dan juga kering,
sehingga ketika badan kita diterpa olehnya maka akan timbul rasa yang tidak
nyaman sama sekali. Angin yang bersifat kering dan juga panas ini akan menjadi
salah satu tanda- tanda terjadinya angin topan. Maka dari itulah ketika tanda ini
terjadi dan dibarengi dengan tanda yang telah disebutkan sebelumnya, maka kita
harus sudah siap siaga dan waspada akan terjadinya angin topan.
4. Munculnya awan- awan tertentu dengan tiba- tiba
Tanda yang lainnya menjelang akan terjadinya angin topan adalah munculnya
beberapa jenis awan tertentu dengan tiba- tiba. Awan- ini datang dengan tiba- tiba,
misalnya adalah awan Cumulus maupun awan yang berwarna keperak- perakan
yang bergerombol sangat tebal di langit. Waktu atau durasi yang dibutuhkan untuk
membentuk pusaran angin adalah sekitar 1 jam lamanya dan disertai dengan angin
kencang, sehingga pepohonan juga akan ikut bergoyang.

D. Upaya Penanggulangan Angin Topan


Semua jenis bencana alam dapat mengakibatkan kemungkinan yang terburuk. Hal
ini tidak lepas dengan angin topan. Angin topan juga dapat mengakibatkan
kemungkinan yang terburuk. Oleh karena dapat mengakibatkan dampak negatif, maka
perlu untuk diupayakan berbagai macam cara untuk  dapat menanggulangi bencana
ini. Sebenarnya, datangnya angin topan memang tidak dapat dicegah dikarenakan
memang merupakan bencana alam. Namun beberapa cara bisa diupayakan agar
dampak atau kerugian yang ditimbulkan tidak terlalu banyak. Berikut ini merupakan
beberapa upaya untuk dapat meminimalisir akibat buruk terjadinya angin topan.
1. Membuat bangunan dengan pondasi yang dalam dan kuat
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak buruk
terjadinya angin topan adalah membuat pondasi yang dalam dan juga kuat.
Terutama di daerah- daerah yang rawan akan bencana alam angin topan ini.
Mengapa pondasi harus dalam dan juga kuat? Agar lebih kokoh tentunya. Hal ini
terutama harus dilakukan pada daerah yang mempunyai resiko terkena angin
topan yang tinggi. mengingat seperi yang telah disebutkan diatas bahwasannya
angin topan dapat dengan mudah mengangkat atap bangunan, dan bahkan
mengangkat dasar atau pondasi bangunan hingga bergeser dari tempatnya.
2. Pelatihan mitigasi bencana angin topan
Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak buruk
terjadinya angin topan adalah melakukan pelatihan atau mitigasi bencana angin
topan bagi warga masyarakat. Terutama warga masyarakat yang berada di daerah
rawan angin topan. Hal ini tentu akan sangat berguna sebagai upaya pertahanan
diri terhadap angin topan, serta untuk melatih diri mengenai tindakan yang paling
tepat yang harus dilakukan ketika terjadi angin topan.
3. Tidak membangun bangunan di tempat yang rawan angin topan
Upaya yang paling aman diantara yang lainnya adalah menghindari daerah yang
rawan terjadi angin topan untuk digunakan sebagai daerah pemukiman. Namun
hal ini sulit untuk dilakukan, mengingat angin topan dapat berpotensi terjadi di
daerah mana saja yang sekiranya dekat dengan garis khatulistiwa. Jadi upaya ini
merupakan upaya yang paling aman, namun juga merupakan upaya yang paling
sulit untuk dilakukan mengingat sebuah tempat sangat dibutuhkan untuk
melakukan berbagai macam aktivitas.
4. Memasang alat pendeteksi terjadinya angin topan
Langkah yang satu ini merupakan sebuah langkah untuk mengantisipasi terjadinya
dampak buruk serta korban jiwa yang banyak, yakni memasang alat pendeteksi
terjadinya angin topan. Angin topan merupakan salah satu bencana alam yang
berbahaya. maka dari itulah keberadaannya haruslah sangat diwaspadai. Ketika
alat pendeteksi angin topan sudah menggapai tanda- tanda terjadinya angin topan,
maka masyarakat di daerah yang terkena angin topan tersebut harus segera
mengungsi, supaya masyarakat lebih terkondisikan dan jauh dari marabahaya.

E. Dampak Terjadinya Angin Topan


Angin topan merupakan angin yang bersifat merugikan karena kekuatannya yang
dasyat. Kebanyakan angin topan terjadi di tengah- tengah samudera yang kemudian
hanya menelan korban jiwa sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Namun angin topan
terkadang juga terjadi di daratan, dimana ketika di daratan akan sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan banyak sekali korban jiwa. Selain merenggut korban jiwa,
keberadaan angin topan juga menimbulkan banyak kerugian lainnya. Angin topan
menimbulkan kerugian di berbagai bidang yang berbeda. Beberapa kerugian atau
dampak dari angin topan antara lain sebagai berikut:
1. Bidang perhubungan
Dampak dari angin topan yang pertama mengenai bidang perhubungan. Karena
angin topan kebanyakan terjadi di tengah lautan, maka sangat erat hubungannya
dengan kegiatan perhubungan yang notabene merupakan hubungan antara wilayah
satu negara dengan negara lainnya. Angin topan tidak hanya mempengaruhi
bidang transportasi laut saja, namun juga bidang transportasi darat dan juga udara.
Karena tekanan udara dan juga angin yang tidak stabil, maka untuk penerbangan
tentu akan ditunda karena jadwal penerbangan sangat rentan dengan yang
namanya cuaca. Pesawat menjadi tidak aman apabila terbang dalam cuaca yang
tidak stabil. Untuk transportasi darat, angin topan jelas mempengaruhi kelancaran
transportasi darat karena dapat membuat kondisi darat menjadi porak poranda dan
bisa menumbangkan pohon- pohon yang ada di daratan. Sementara untuk
transportasi laut, keberadaan angin topan sudah tidak diragukan lagi untuk dapat
mempengaruhi kelancaran transportasi. Kapal- kapal yang melintas tersebut jelas
bisa tergulung oleh ombak yang bisa mencapai tinggi bermeter- meter.
2. Bidang telekomunikasi
Dampak angin topan yang selanjutnya mempengaruhi bidang telekomunikasi.
Telekomunikasi bisa berjalan lancar dengan bantuan satelit. Apabila keberadaan
satelit menjadi terganggu maka sistem komunikasi juga akan terganggu. Adanya
tekanan udara yang berbeda dan angin kencang juga bisa mempengaruhi atmosfer
bumi, terutama di lapisan ionosfer dimana terjadinya perpindahan gelombang
elektronik dari berbagai alat komunikasi, televisi dan juga radio. Maka dari itulah
jika ada hujan deras disertai dengan petir dan juga kilat, kita dihimbau untuk tidak
menyalakan televisi supaya tidak ada sesuatu hal yang tidak diinginkan.
3. Bidang pariwisata
Selanutnya dampak angin topan mempengaruhi bidang pariwisata. Dampak
dari angin topan ini paling banyak mempengaruhi di bidang pariwisata. Bidang
pariwisata menonjolkan keindahan alam yang dapat dinikmati oleh wisatawan.
Namun ketika angin topan menyerang, maka akan menimbulkan berbagai
kerusakan yang membuat lingkungan menjadi tidak indah lagi. Selain tidak indah
juga dapat menimbulkan berbagai macam marabahaya bagi para wisatawan.
Sektor pariwisata yang terkena dampaknya bukan hanya pariwisata laut saja,
namun juga pariwisata darat.
4. Bidang pertanian
Selanjutnya ada di bidang pertanian. Kita mengetahui bahwa rata- rata pertanian
terjadi di area darat, meskipun ada beberapa pertanian yang terjadi di wilayah
lautan seperti pertanian rumput laut, dan tumbuh- tumbuhan laut yang lainnya.
Wajar saja apabila terjadinya angin topan dapat mengganggu kelangsungan
bidang pertanian. Kecepatan angin yang ideal rata- rata adalah 19 hingga 35 km
per jamnya. Dengan kecepatan yang demikian maka akan terjadi penyerbukan
yang sempurna. Sementara itu angin topan mempunyai kecepatan yang sangat
kencang dan juga kekuatan yang sangat besar. Hal ini jelas akan mengganggu
penyerbukan dan membuat pertanian menjadi gagal panen. Selain membuat
pertanian gagal panen, angin topan juga akan merusak lahan pertanian sehingga
menjadi sulit untuk digunakan atau ditanami.
5. Bidang pembangunan
Angin topan juga dapat mengganggu terjadinya proses pembangunan yang tengah
dilakukan. Salah satunya alasan yang bisa menjelaskan hal ini adalah karena
bangunan bisa terangkat hingga ke dasarnya, atau bahkan bergeser hingga
akhirnya menjadi roboh. Hal ini terjadi karena kekuatan dari angin topan yang
dasyat. Angin topan juga bisa mengangkat atap dari bangunan tersebut. Angin
topan juga bisa merobohkan tiang besi yang menjadi penyangga suatu bangunan.
Sehingga apabila tiang tersebut roboh, maka yang akan terjadi adalah bangunan
juga akan ikut roboh.
BAB III
PENANGANAN GIZI DI SITUASI BENCANA ANGIN TOPAN

2.1 Ruang Lingkup Kegiatan Gizi Dalam Penanggulanagan Bencana Situasi Keadaan
Darurat Bencana
Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat, tanggap
darurat dan transisi darurat.
1. Siaga Darurat Bencana
Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai
dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan penanganan gizi
pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat
dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.

2. Tanggap Darurat
Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan dalam
2 (dua) tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal dan tanggap darurat lanjut.
a. Tahap Tanggap Darurat Awal
1) Fase I Tanggap Darurat Awal
Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi sebagai berikut:
korban bencana bias dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian, petugas belum
sempat mengidentifikasi korban secara lengkap, bantuan pangan sudah mulai
berdatangan dan adanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan.
Lamanya fase 1 ini tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana
yaitu maksimal sampai 3 hari setelah bencana. Pada fase ini kegiatan yang dilakukan
adalah:
a) Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsitidak lapar dan dapat
mempertahankan status gizinya
b) Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan
c) Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
Pada fase ini, penyelenggaraan makanan bagi korban bencana
mempertimbangkan hasil analisis RHA dan standar ransum. Rasum adalah bantuan
bahan makanan yang memastikan korban bencana mendapatkan asupan energi,
protein dan lemak untuk mempertahankan kehidupan dan beraktivitas. Ransum
dibedakan dalam bentuk kering (dry ration) dan basah (wet ration). Dalam
perhitungan ransum basah diprioritaskan penggunaan garam beriodium dan minyak
goreng yang difortifikasi dengan vitamin A. Contoh standar ransum pada Fase I
Tahap Tanggap Darurat Awal dapat dilihat pada Tabel Contoh Standar Ransum Fase I
Tahap Tanggap Darurat Awal.

Kebutuhan/ Orang/ Ukuran Rumah


Bahan Makanan
Hari (g) Tangga (URT)
Biskuit 100 10-12 bh
Mie Instan 320 3 gls (4 bks)
Sereal (Instan) 50 5 sdm (2 sachets)
Blended food (MP-ASI) 50 10 sdm
Susu untuk anak balita (1-5 tahun) 40 8 sdm
Energi (kkal) 2.138
Protein (g) 53
Lemak (g) 40

Catatan:
1. Contoh standar ransum di atas hanya untuk keperluan perencanaan secara keseluruhan.
2. Perkiraan balita di pengungsian sebesar 10% dari jumlah pengungsi, perlu ada Blended
food (MP-ASI) dan susu untuk anak umur 1-5 tahun di dalam standar perencanaan
ransum.
3. Penerimaan dan Pendistribusian melalui dapur umum.
4. Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 10% untuk hal tak terduga atau
kehilangan.
Contoh perhitungan kebutuhan bahan makanan sesuai standar ransum
berdasarkan jumlah korban bencana dapat dilihat pada Tabel berikut:
Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Mentah untuk 1500 Orang
Selama 3 Hari pada Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal :
Kebutuhan Bahan
Kebutuhan/ Makanan Untuk 1500 Jumlah
Bahan Tambahan
Orang/ Hari Pengungsi Kebutuhan
makanan 10% (kg)
(g) Per Hari Per 3 Hari (kg)
(kg) (kg)
Biskuit 100 150 450 45 495
Mie Instan 320 480 1440 144 1584
247,
Sereal (Instan) 50 75 225 22,5
5
Blended food
50 75 225 22,5 247,5
(MP-ASI)
Susu untuk
anak balita (1 - 40 60 180 18 198
5 tahun)

2) Fase II Tanggap Darurat Awal


Kegiatan terkait penanganan gizi pada fase II, adalah:
a) Menghitung kebutuhan gizi
Berdasarkan analisis hasil Rapid Health Assessment (RHA) diketahui jumlah
pengungsi berdasarkan kelompok umur, selanjutnya dapat dihitung ransum pengungsi
dengan memperhitungkan setiap orang pengungsi membutuhkan 2.100 kkal, 50 g
protein dan 40 g lemak, serta menyusun menu yang didasarkan pada jenis bahan
makanan yang tersedia.
b) Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum yang meliputi:
1. Tempat pengolahan
2. Sumber bahan makanan
3. Petugas pelaksana
4. Penyimpanan bahan makanan basah
5. Penyimpanan bahan makanan kering
6. Cara mengolah
7. Cara distribusi
8. Peralatan makan dan pengolahan
9. Tempat pembuangan sampah sementara
10. Pengawasan penyelenggaraan makanan
11. Mendistribusikan makanan siap saji
12. Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban bencana dari
dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dan lain-
lain, yang meliputi:
1) Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah antara bahan
makanan umum dan bahan makanan khusus untuk bayi dan anak.
2) Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk makanan dalam kemasan,
susu formula dan makanan suplemen.
3) Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus diteliti nomor
registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan cara penyiapan dan
target konsumen.
4) Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti nomor registrasi
(ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara penyiapan dan target konsumen
Jika terdapat bantuan makanan yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di
atas, petugas harus segera melaporkan kepada Koordinator Pelaksana.

3. Tanggap Darurat Lanjut


Tahap tanggap darurat lanjut dilaksanakan setelah tahap tanggap darurat awal,
dalam rangka penanganan masalah gizi sesuai tingkat kedaruratan. Lamanya tahap
tanggap darurat lanjut tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana.
Pada tahap ini sudah ada informasi lebih rinci tentang keadaan pengungsi, seperti
jumlah menurut golongan umur dan jenis kelamin, keadaan lingkungan, keadaan
penyakit, dan sebagainya. Kegiatan penanganan gizi pada tahap ini meliputi:
a. Analisis faktor penyulit berdasarkan hasil Rapid Health Assessment (RHA).
b. Pengumpulan data antropometri balita (berat badan, panjang badan/tinggi badan), ibu
hamil dan ibu menyusui (Lingkar Lengan Atas).
c. Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB <-2SD) dan jumlah ibu hamil dengan
risiko KEK (LIL <23,5 cm).
d. Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian diare, campak, demam berdarah dan
lain-lain.
Informasi tentang proporsi status gizi balita selanjutnya digunakan sebagai dasar
untuk melakukan modifikasi atau perbaikan penanganan gizi sesuai dengan tingkat
kedaruratan yang terjadi. Penentuan jenis kegiatan penanganan gizi
mempertimbangkan pula hasil dari surveilans penyakit. Hasil analisis data
antropometri dan faktor penyulit serta tindak lanjut atau respon yang
direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1) Situasi Serius (Serious Situation), jika prevalensi balita kurus ≥15% tanpa faktor penyulit
atau 10- 14,9% dengan faktor penyulit. Pada situasi ini semua korban bencana mendapat
ransum dan seluruh kelompok rentan terutama balita dan ibu hamil diberikan makanan
tambahan (blanket supplementary feeding).
2) Situasi Berisiko (Risky Situation), jika prevalensi balita kurus 10-14,9% tanpa faktor
penyulit atau 5-9,9% dengan faktor penyulit. Pada situasi ini kelompok rentan kurang gizi
terutama balita kurus dan ibu hamil risiko KEK diberikan makanan tambahan (targetted
supplementary feeding).
3) Situasi Normal, jika prevalensi balita kurus <10% tanpa faktor penyulit atau <5% dengan
faktor penyulit maka dilakukan penanganan penderita gizi kurang melalui pelayanan
kesehatan rutin. Apabila ditemukan balita sangat kurus dan atau terdapat tanda klinis gizi
buruk segera dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk mendapat perawatan sesuai
Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
e. Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan suplemen gizi.
1) Khusus anak yang menderita gizi kurang perlu diberikan makanan tambahan disamping
makanan keluarga, seperti kudapan/jajanan, dengan nilai energi 350 kkal dan protein 15
g per hari.
2) Ibu hamil perlu diberikan 1 tablet Fe setiap hari, selama 90 hari.
3) Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (1 kapsul pada hari
pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal 24 jam)
4) Pemberian vitamin A biru (100.000 IU) bagi bayi berusia 6-11 bulan; dan kapsul
vitamin A merah (200.000 IU) bagi anak berusia 12-59 bulan, bila kejadian bencana
terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari setelah pemberian kapsul vitamin A (Februari
dan Agustus) maka balita tersebut tidak dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.
5) Melakukan penyuluhan kelompok dan konseling perorangan dengan materi sesuai
dengan kondisi saat itu, misalnya konseling menyusui dan MP-ASI.
6) Memantau perkembangan status gizi balita melalui surveilans gizi.

4. Transisi Darurat
Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisi darurat disesusaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada, dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.

2.2 Kualitas Dan Keamanan Pangan Dalam Penanggulangan Bencana Di Daerah


Tanggap Darurat
Pangan yang dibagikan kepada masyarakat korban bencana bermutu baik dan di
tangani secara aman sehingga layak dikonsumsi manusia.
Tolok ukur Kunci :
1. Tidak dijumpai persebaran penyakit akibat pangan yang dibagikan.
2. Tidak ada keluhan mengenai mutu bahan pangan yang dibagikan, baik dari penerima
bantuan maupun dari petugas.
3. Para pemasok bahan pangan melaksanakan pengendalian mutu secara teratur, dan
memasok koditas yang memenuhi standar–standar resmi pemerintah (sehubungan
dengan masalah pengemasan, pelabelan, tanggal kadaluarsa, dan sebagainya).
4. Seluruh bahan pangan yang dipasok ke lokasi secara sistimatis di cek lebih dulu oleh
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) setempat
5. Seluruh bahan–bahan pangan yang diterima dari dalam negeri memiliki batas kadaluarsa
minimum hingga 6 bulan sudah diterima (Kecuali bahan–bahan seperti sayur–sayur dan
buah–buahan segar, dan jagung pipilan). Semua bahan makanan ini harus sudah
dibagikan sebelum lewat tanggal kadaluarsa.
6. Terdapat prasarana–prasarana penyimpanan pangan yang memadai (sejalan dengan
rekomendasi–rekomendasi terkini) dan pengelolahannya dilaksanakan dengan baik.
7. Staf memperlihatkan pengetahuan yang cukup mengenai ancaman–ancaman potensial
bagi kesehatan dari pembagian makanan, yakni risiko–risiko dari pengelolahan yang
kurang baik, penyimpanan yang tidak memenuhi syarat dan pembagian yang terlambat.

2.3 Penerimaan Terhadap Bahan Pangan Saat Penanggulangan Bencana Di Daerah


Tanggap Darurat
Bahan – bahan pangan yang dibagikan bersifat layak dan bisa diterima oleh
mereka yang menjadi sasaran bantuan.
Tolok ukur kunci :
1. Sebelum menentukan bahan–bahan pangan yang dibagikan, konsultasi dengan
masyarakat penerima bantuan harus dilaksanakan agar bantuan benar-benar mereka
terima (memenuhi standar kelayakan dan kepantasan mereka). Ini harus dimasukkan
kedalam proses pengambilan program.
2. Bahan–bahan pangan yang dibagikan tidak bertentangan dengan tradisi– tradisi
keagamaan atau adat istriadat setempat, termasuk bila ada pemali/ tantangan tertentu
berkaitan dengan konsumsi ibu hamil dan/menyusui.
3. Bahan pangan pokok yang dibagikan harus sesuai dengan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat penerimanya
4. Makanan tambahan bagi anak–anak balita memenuhi syarat dalam hal rasa dan sesuai
dengan kemampuan pencernaan mereka.
5. Masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan bahan–bahan pangan tertentu yang
dianggap termasuk bahan pokok merurut kebudayaan mereka (umpamanya cabe
dan/gula pasir).

2.4 Koordinasi Dan Pertanggungjawaban Bahan-Bahan Pangan Di Daerah Tanggap


Darurat
2.4.1 Koordinasi Bahan Pangan
Seluruh kegiatan yang berkenaan dengan bantuan yang diberikan kepada para
korban bencana dan pengungsi dikoordinasikan dengan Bakornas PBP di Pusat,
Satkorlak PBP di Provinsi dan Satlak PBP di Kabupaten. Sedangkan yang perlu
mendapat perhatian antara lain :
1. Adanya kesepakatan di antara semua organisasi yang terlibat dalam program bantuan
pangan dibawah koordinasi Bakornas PBP, Satlak PBP mengenai hal–hal dibawah ini:
a.) Prakiraan jumlah penduduk yang membutuhkan bantuan jatah pangan.
b.) Kriteria pemilihan calon penerima bantuan.
c.) Strategi pengadaan bahan pangan.
d.) Peran–peran dan tanggung jawab organisasi–organisasi serta kelompok–
kelompok yang terlibat.
e.) Saluran–saluran pelaporan dan informasi.
f.) Sistim–sistim pemantauan dan pengamatan.
2. Wilayah kerja masing–masing badan kemanusian yang terlihat ditentukan dengan
tegas , tidak ada bantuan tumpang tindih
3. Terdapat pemahaman nyata terhadap peran–peran dan kegiatan–kegiatan organisasi–
organisasi lain yang ambil bagian dalam batuan pangan
4. Adanya kesadaran nyata mengenai kemungkinan timbulnya dampak–dampak negatif
akibat bantuan pangan itu sendiri, dan mengambil pendekatan lintas sektoral
terkeoordinsi guna meredam dampak–dampak ini.
2.4.2 Pertanggungjawaban Bahan Pangan
Bahan–bahan pangan yang akan diperbantukan serta dana–dana program dikelola
dan dipertanggungjawabkan dengan menggunakan system yang transparan dan dapat
diaudit. Berkaitan dengan hal tersebut yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Praktik–praktik pengelolaan yang aman dipertahankan untuk menjamin bahwa
semua bahan terjaga hingga dibagikan kepada yang berhak :
a. Gudang penyimpan bersih dan aman, melindungi bahan – bahan pangan dari
kerusakan dan penyusutan.
b. Pihak ketiga yakni para penyedia jasa mengemban tanggung jawab penuh atas
bahan-bahan yang dipercayakan kepada mereka, dan setuju untuk mengganti
kerugian karena kehilangan atau penyusutan.
c. Bahan – bahan pangan diperiksa dengan cermat, dan bahan–bahan yang tidak
layak pun dicacat untuk kemudian dibuang menurut tatacara– tatacara standar.
d. Bahan–bahan yang rusak diperiksa, dan sejauh mungkin diselamatkan
e. Penghitungan fisik terhadap inventaris dilaksanakan secara teratur seiring
dengan pembukuan persediaan di gudang.
2. Kontrak-kontrak pengadaan barang dan jasa dilakukan secara transparan dan adil.
3. Ditetapkan system–system pembukuan inventaris dan pelaporannya :
a. Dokumen berupa faktur/nota pembelian barang atau jasa
b. Buku Besar (Leger) yang memuat rangkuman penerimaan, dan penyeimbangan
bahan–bahan ke dan dari gudang.
c. Seluruh kehilangan atau penyusutan diidentifikasi dan diperhitungkan dalam
Leger.
d. Laporan–laporan ringkasan diatas dikumpulkan dan selalu siap ditinjau

2.5 Pemantauan Dan Evaluasi Kegiatan Penanganan Gizi Pada Daerah Tanggap
Darurat Awal Dan Tanggap Darurat Lanjut
Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana
merupakan kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat dan
pasca bencana secara terus menerus dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengevaluasi pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan cara memantau hasil
yang telah dicapai yang terkait penanganan gizi dalam situasi bencana yang meliputi
input, proses dan output.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan gizi
bersama tim yang dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatan dengan
menggunakan instrumen yang telah disiapkan.
Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut :
1. Tersedianya data sasaran hasil RHA
2. Tersedianya standar ransum di daerah bencana
3. Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencana
4. Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita (BB/U, BB/TB dan TB/U)
5. Terlaksananya pengumpulan data antropometri ibu hamil dan ibu menyusui (LiLA)
6. Terlaksananya konseling menyusui
7. Terlaksananya konseling MP-ASI
8. Tersedianya makanan tambahan atau MP-ASI di daerah bencana
9. Tersedianya kapsul vitamin A di daerah bencana
Terlaksananya pemantauan bantuan pangan dan susu formula
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Angin topan merupakan angin yang berhembus kencang atau sangat kuat, berwujud
pusaran angin dengan kecepatan sekitar 120 km/jam atau pada tingkat tertinggi kecepatannya
dapat mencapai 250 km/jam.
Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin
paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan
kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20
Km/jam.
. Gejala dan Peringatan Dini Angin topan tropis dapat terjadi secara mendadak, tetapi
sebagianbesar badai tersebut terbentuk melalui suatu proses selama beberapa jamatau hari
yang dapat dipantau melalui satelit cuaca. Monitoring dengansatelit dapat untuk mengetahui
arah angin topan sehingga cukup waktuuntuk memberikan peringatan dini. Meskipun
demikian perubahan sistemcuaca sangat kompleks sehingga sulit dibuat prediksi secara cepat
dan akurat.

B.   Saran
          Sebaiknya pengetahuan mitigasi tentang bencana Angin Topan ditanamkan sejak
kecil dengan tujuan untuk menciptakan generasi yang tanggap bencana serta berguna
bagi nusa dan bangsa.
Serta diperlukan pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi
bencana merupakan kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat
dan pasca bencana secara terus menerus dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai