Disusun Oleh :
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Angin Topan?
2. Penyebab terjadinya Angin Topan?
3. Bagaimana penanganan gizi di situasi Angin Topan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Angin Topan.
2. Untuk mengetahui cara antisipasi dan cara penanggulangan Angin Topan.
3. Untuk mengetahui penanganan gizi di situasi Angin Topan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Angin Topan
Angin topan merupakan angin yang berhembus kencang atau sangat kuat,
berwujud pusaran angin dengan kecepatan sekitar 120 km/jam atau pada tingkat
tertinggi kecepatannya dapat mencapai 250 km/jam. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, angin topan merupakan angin puting beliung. Proses pembentukan
pusaran angin tersebut dapat berlangsung selama beberapa jam dan akan datang
secara mendadak. Angin topan biasanya terjadi di daerah yang mempunyai iklim
tropis yang berada di daerah dekat dengan garis balik utara atau garis balik selatan
kecuali yang sangat dekat dengan garis lintang nol derajat atau garis khatulistiwa.
Angin topan dapat terjadi karena disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu
sistem cuaca sehingga biasa muncul saat pergantian musim dan lebih berpotensi
muncul saat musim kemarau.
2.1 Ruang Lingkup Kegiatan Gizi Dalam Penanggulanagan Bencana Situasi Keadaan
Darurat Bencana
Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat, tanggap
darurat dan transisi darurat.
1. Siaga Darurat Bencana
Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai
dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan penanganan gizi
pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat
dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.
2. Tanggap Darurat
Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan dalam
2 (dua) tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal dan tanggap darurat lanjut.
a. Tahap Tanggap Darurat Awal
1) Fase I Tanggap Darurat Awal
Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi sebagai berikut:
korban bencana bias dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian, petugas belum
sempat mengidentifikasi korban secara lengkap, bantuan pangan sudah mulai
berdatangan dan adanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan.
Lamanya fase 1 ini tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana
yaitu maksimal sampai 3 hari setelah bencana. Pada fase ini kegiatan yang dilakukan
adalah:
a) Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsitidak lapar dan dapat
mempertahankan status gizinya
b) Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan
c) Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
Pada fase ini, penyelenggaraan makanan bagi korban bencana
mempertimbangkan hasil analisis RHA dan standar ransum. Rasum adalah bantuan
bahan makanan yang memastikan korban bencana mendapatkan asupan energi,
protein dan lemak untuk mempertahankan kehidupan dan beraktivitas. Ransum
dibedakan dalam bentuk kering (dry ration) dan basah (wet ration). Dalam
perhitungan ransum basah diprioritaskan penggunaan garam beriodium dan minyak
goreng yang difortifikasi dengan vitamin A. Contoh standar ransum pada Fase I
Tahap Tanggap Darurat Awal dapat dilihat pada Tabel Contoh Standar Ransum Fase I
Tahap Tanggap Darurat Awal.
Catatan:
1. Contoh standar ransum di atas hanya untuk keperluan perencanaan secara keseluruhan.
2. Perkiraan balita di pengungsian sebesar 10% dari jumlah pengungsi, perlu ada Blended
food (MP-ASI) dan susu untuk anak umur 1-5 tahun di dalam standar perencanaan
ransum.
3. Penerimaan dan Pendistribusian melalui dapur umum.
4. Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 10% untuk hal tak terduga atau
kehilangan.
Contoh perhitungan kebutuhan bahan makanan sesuai standar ransum
berdasarkan jumlah korban bencana dapat dilihat pada Tabel berikut:
Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Mentah untuk 1500 Orang
Selama 3 Hari pada Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal :
Kebutuhan Bahan
Kebutuhan/ Makanan Untuk 1500 Jumlah
Bahan Tambahan
Orang/ Hari Pengungsi Kebutuhan
makanan 10% (kg)
(g) Per Hari Per 3 Hari (kg)
(kg) (kg)
Biskuit 100 150 450 45 495
Mie Instan 320 480 1440 144 1584
247,
Sereal (Instan) 50 75 225 22,5
5
Blended food
50 75 225 22,5 247,5
(MP-ASI)
Susu untuk
anak balita (1 - 40 60 180 18 198
5 tahun)
4. Transisi Darurat
Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisi darurat disesusaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada, dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.
2.5 Pemantauan Dan Evaluasi Kegiatan Penanganan Gizi Pada Daerah Tanggap
Darurat Awal Dan Tanggap Darurat Lanjut
Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana
merupakan kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat dan
pasca bencana secara terus menerus dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengevaluasi pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan cara memantau hasil
yang telah dicapai yang terkait penanganan gizi dalam situasi bencana yang meliputi
input, proses dan output.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan gizi
bersama tim yang dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatan dengan
menggunakan instrumen yang telah disiapkan.
Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut :
1. Tersedianya data sasaran hasil RHA
2. Tersedianya standar ransum di daerah bencana
3. Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencana
4. Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita (BB/U, BB/TB dan TB/U)
5. Terlaksananya pengumpulan data antropometri ibu hamil dan ibu menyusui (LiLA)
6. Terlaksananya konseling menyusui
7. Terlaksananya konseling MP-ASI
8. Tersedianya makanan tambahan atau MP-ASI di daerah bencana
9. Tersedianya kapsul vitamin A di daerah bencana
Terlaksananya pemantauan bantuan pangan dan susu formula
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Angin topan merupakan angin yang berhembus kencang atau sangat kuat, berwujud
pusaran angin dengan kecepatan sekitar 120 km/jam atau pada tingkat tertinggi kecepatannya
dapat mencapai 250 km/jam.
Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin
paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan
kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20
Km/jam.
. Gejala dan Peringatan Dini Angin topan tropis dapat terjadi secara mendadak, tetapi
sebagianbesar badai tersebut terbentuk melalui suatu proses selama beberapa jamatau hari
yang dapat dipantau melalui satelit cuaca. Monitoring dengansatelit dapat untuk mengetahui
arah angin topan sehingga cukup waktuuntuk memberikan peringatan dini. Meskipun
demikian perubahan sistemcuaca sangat kompleks sehingga sulit dibuat prediksi secara cepat
dan akurat.
B. Saran
Sebaiknya pengetahuan mitigasi tentang bencana Angin Topan ditanamkan sejak
kecil dengan tujuan untuk menciptakan generasi yang tanggap bencana serta berguna
bagi nusa dan bangsa.
Serta diperlukan pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi
bencana merupakan kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat
dan pasca bencana secara terus menerus dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA