Anda di halaman 1dari 19

TSI-106 PENGETAHUAN DASAR KEBENCANAAN

KELAS A
DOSEN: TAUFIKA OPHIYANDRI, Ph.D

STUDI KASUS BENCANA BANJIR BANDANG DI


DAERAH PADANG TAHUN 2012

Oleh:
Abdi Septia Putra (1410922015)
Fadilla Haslin (1410921087)
Febiozola Guvil (1410921020)
Dina Aulia (1310921122)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Bencana di Indonesia.................................................................................... 1
1.2 Risiko bencana banjir bandang di Indonesia................................................. 6
2. BENCANA BANJIR BANDANG DI PADANG PADA TAHUN 2012................... 7
2.1 Sumber penyebab bencana banjir bandang di padang................................. 7
2.2 Kronologis Bencana Banjir Bandang di Padang 24 Juli 2012 ....................... 9
2.3 Dampak Bencana Banjir Bandang ................................................................ 9
3. MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG ............................................... 10
3.1 Tanggap Darurat ......................................................................................... 10
3.2 Pemulihan ................................................................................................... 11
3.3 Pencegahan dan Mitigasi............................................................................ 13
3.4 Kesiapsiagaan............................................................................................. 15
4. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16

i
STUDI KASUS BENCANA BANJIR BANDANG DI
DAERAH PADANG TAHUN 2012

1. PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa


atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu
ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu
kejadian.

1.1 Bencana di Indonesia

Indonesia berlokasi di wilayah rawan terhadap berbagai kejadian


bahaya alam, yaitu bencana geologi (gempa, gunung api, longsor, tsunami dan
sebagainya) dan hidrometeorologi (banjir, kekeringan, pasang surut,
gelombang besar, dan sebagainya). BAKORNAS PB mencatat antara tahun
2003-2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana di Indonesia. Sebagian dari
kejadian bencana tersebut (53,3%) merupakan bencana hidrometeorologi. Dari
total bencana hidrometeorologi, yang paling sering terjadi adalah banjir (34,1
persen dari total kejadian bencana di Indonesia) diikuti oleh tanah longsor (16
persen).

Macam-macam Bencana Yang Terjadi Di Sekitar Kita

Hampir setiap belahan dunia merasakan ancaman bencana, dari langit, tanah
maupun air selalu setia untuk menghampiri kita, ini dia macam-macam
bencana alam di sekitar kita:

a. Banjir

Gambar 1. Bencana Banjir

Banjir adalah bencana alam yang diakibatkan oleh curah hujan yang
tinggi dengan tidak diimbanginya saluran-saluran pembuangan air yang
1
memadai, sehingga banjir merendam berbagai macam wilayah yang cukup
luas. Banjir umumnya terjadi karena luapan sungai yang tidak mampu
menahan derasnya air yang datang sehingga menyebabkan jebolnya sistem
perairan di suatu daerah. Ada juga karena ulah manusia sendiri karena
membuang sampah sembarangan dan menebang pohon-pohon yang ada,
pohon bermanfaat sebagai penyerap air ketika hujan. Karena sudah banyak
pohon yang ditebang, maka sudah dipastikan akibat yang akan di derita.

b. Gempa Bumi

Gambar 2. Bencana Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan bencana yang tidak dapat di prediksi


sebelumnya tetapi dapat diukur kekuatannya. Tingkat kerusakannya
tergantung kekuatan gempa tersebut, jika gempa bumi terjadi dengan
kekuatan yang kecil, maka kerusakan yang dialami tidaklah parah. Berbeda
jika gempa bumi dengan kekuatan besar, hal yang akan terjadi adalah banyak
bangunan yang roboh karena tidak sanggup menahan kerasnya goncangan
yang ditimbulkan oleh gempa. Gempa sendiri terjadi karena pergerakan
magma yang ada di dalam perut bumi, sehingga mengakibatkan pergerakan
lempengan bumi. Karena pergerakan lempengan itulah menghasilkan sebuah
energi pelepasan berupa guncangan yang kuat.

Biasanya gempa bumi terjadi di daerah-daerah yang dekat dengan


patahan lempengan bumi. Karena datangnya gempa tidak dapat diperkirakan,
maka gempa merupakan bencana yang paling berbahaya. Banyak hal yang
dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan gempa, mulai dari membangun
bangunan yang dapat meredam getaran gempa, memperkuat pondasi
bangunan dan masih banyak lainnya.

c. Tsunami

Tsunami diambil dari kata jepang yang berarti gelombang yang besar.
Tsunami merupakan bencana yang diakibatkan gempa bumi dasar laut, yang
kemudian mengakibatkan gelombang raksasa yang dapat menyapu berbagai
macam yang menghalanginya. Bencana ini termasuk yang paling berbahaya
juga karena tidak dapat diprediksikan kapan kejadiannya dan sangat sulit
mencegah ombak besar yang datang dengan kecepatan yang tinggi.

2
Gambar 3. Bencana Tsunami

d. Gunung Meletus

Gambar 4. Bencana Gunung Meletus

Gunung meletus merupakan bencana alam yang cukup dahsyat yang


diakibatkan meningkatnya aktivitas magma yang ada dalam perut bumi. Jika
gunung akan meletus biasanya dapat dideteksi dengan melihat aktivitas
perkembangannya, mulai dari siaga, waspada, awas hingga puncaknya yaitu
meletus. Ketika gunung meletus akan memuntahkan berbagai macam
material-material yang ada di dalam bumi, mulai dari debu, batu, kerikil, pasir,
awan panas hingga yang paling berbahaya adalah magmanya.

Karena waktunya yang dapat diprediksi kapan meletusnya, maka dapat


diberi peringatan kepada warga untuk segera mengungsi ke tempat yang
lebih aman, walaupun kerugian yang dihasilkan tetap tidak bisa dihindari.
Magma sendiri adalah cairan panas yang keluar dari perut bumi dengan suhu
yang sangat tinggi, diperkirakan lebih dari 1000 derajat celcius. Magma yang
sudah keluar dari perut bumi disebut dengan lava.Walaupun bencana gunung
meletus menghasilkan kerugian yang besar, tetapi terdapat keuntungan

3
dibalik bencana tersebut. Yaitu sekitar 1-2 bulan setelah bencana tumbuh-
tumbuhan menjadi lebih subur, itu karena debu dan material-material yang
dikeluarkan memiliki zat hara yang sangat tinggi.

e. Tanah Longsor

Gambar 5. Bencana Tanah Longsor

Tanah longsor merupakan bencana berupa pergerakan tanah, biasanya


terjadi sekitar daerah pegunungan, semakin curam kemiringan tanahnya
semakin besar juga kemungkinannya untuk terjadi bencana longsor. Bencana
tanah longsor biasa terjadi setelah hujan yang cukup lebat dan tanah tersebut
sedikit sekali ditumbuhi tanaman. Tanaman tersebut berguna untuk menahan
tanah-tanah agar tidak mudah jatuh atau terseret oleh gravitasi.

Ada juga bencana longsor alami, karena memang tanah yang kurang
padat, curah hujan yang tinggi dan kemiringan yang cukup curam. Jika tanah
longsor terjadi di dalam hutan, mungkin bukan masalah yang serius. Tetapi
jika longsor itu terjadi tepat di samping jalan, maka hal itu dapat
mengakibatkan jalan tertutup dan tidak dapat dilewati dan diakses sampai
dibersihkan jalannya.

f. Angin Topan

Angin puting beliung merupakan angin yang berputar dengan kecepatan


yang sangat tinggi dan bergerak secara garis lurus dengan durasi kejadian
maksimal 5 menit. Di indonesia bencana ini disebut puting beliung atau angin
Lesus, tetapi jika di Negara Amerika disebut dengan tornado atau angin
topan. Bedanya jika di Amerika angin topan dapat terjadi dengan durasi lebih
dari 1 jam dan dengan kecepatan yang paling tinggi adalah 320 km/jam
dengan diameter sampai 500 meter.

Bencana ini di Indonesia kurang dapat diprediksi karena kurangnya


teknologi yang memadai. Tetapi di Amerika bencana angin topan sudah dapat
diprediksi kapan terjadinya dan dimana tempatnya sehingga dapat
menghimbau warga untuk mempersiapkan diri atau mengungsi. Walaupun
dapat diprediksi tetap saja kerugian yang ditimbulkan sangat besar.

4
Gambar 6. Bencana Angin Topan

g. Kebakaran Hutan

Gambar 7. Bencana Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan bisa dikaitkan dengan bencana yang disebabkan oleh


alam itu sendiri, bisa juga disebabkan oleh tangan-tangan kotor manusia. Jika
kebakaran hutan sudah terjadi, maka cukup susah untuk memadamkannya.
Karena luasnya daerah yang terbakar dan posisinya yang jauh dari tempat
penanggulangan bencana. Salah satu bahaya yang terjadi dari kebakaran
hutan adalah asap yang dihasilkan dapat merusak pernapasan dan
mengurangi jarak pandang.

Jika bencana kebakaran disebabkan oleh alam, kemungkinan karena


petir yang menyambar. Jika ulah manusia, sudah dipastikan karena
keserakahan mereka dalam membuka lahan tanpa melihat akibatnya bagi
yang lain.

h. Kekeringan

5
Gambar 8. Bencana Kekeringan

Ini adalah salah satu bencana yang paling sulit untuk dicegah dan datang
hampir setiap tahun, yaitu kekeringan. Kekeringan tersendiri diakibatkan
curah hujan yang turun dan suhu bumi yang semakin panas, bertambah suhu
bumi yang semakin meningkat biasanya disebut dengan pemanasan global.
Jika sudah terjadi kekeringan dapat mengakibatkan berkurangnya bersediaan
makanan karena gagalnya panen. Di Indonesia sendiri bencana kemarau
sudah hampir selalu terjadi tiap tahun dengan tempat yang berbeda-beda. Hal
itu menjadi kesulitan bagi pemerintah dalam menanggulangi tempat yang
mengalami kekeringan.

1.2 Risiko bencana banjir bandang di Indonesia


Kejadian banjir bandang di Indonesia menunjukkan tren yang meningkat.
Seringnya wilayah Indonesia terjadi gempabumi telah menyebabkan struktur
kohesi batuan dan lapisan tanah mudah longsor. Guncangan gempa
menyebabkan lapisan batuan vulkanik muda mengalami retakan sehingga
mudah longsor. Hal ini terlihat di Wasior, dimana hampir separo bukit
runtuh sehingga membendung sungai di hulu (Syamhudi, 2012). Bahkan saat
musim kemaraupun, beberapa wilayah terjadi banjir bandang akibat pengaruh
cuaca ekstrem dari siklon tropis di utara Indonesia.

Kejadian banjir bandang di Indonesia ternyata tersebar dari Aceh hingga


Papua dengan korban harta benda dan jiwa yang bervariasi tergantung dari
besaran kejadian banjir bandang serta kepadatan penduduk yang terkena
banjir bandang tersebut. Rekapitulasi data banjir bandang selama periode
2012 menunjukkan bahwa jumlah korban jiwa terbesar terjadi di Kabupaten
Mamasa, Sulawesi Barat yaitu mencapai 15 korban jiwa, sedangkan kerusakan
harta benda terbesar terjadi dikota Padang Sumatera Barat, khususnya
kerusakan rumah dengan perincian sbb: 6 rumah hanyut, 190 unit rumah rusak
berat, 332 rumah rusak sedang, dan 481 rumah rusak ringan. Bencana banjir
bandang yang terjadi pada umumnya disebabkan intensitas hujan tinggi dan
disertai longsor. Kombinasi hujan tinggi dan longsor dialur sungai tampaknya
merupakan fenomena kejadian banjir bandang. Namun demikian kejadian
banjir bandang dapat juga terjadi sebagai akibat jebolnya bendung buatan

6
karena rendahnya pemeliharaan dan perawatan bendung seperti yang terjadi
di Situgintung.

Banjir bandang besar yang terjadi di Indonesia dapat diketahui dari besarnya
jumlah korban jiwa (>100 jiwa) dan besarnya kerusakan rumah tinggal,
infrastruktur, dan kerugian harta benda yang ditimbulkan yaitu terdapat di tiga
lokasi yaitu di Bahorok, Sumatera Utara, Jember, Jawa Timur, dan Wasior,
Papua Barat (Tabel 2). Dua kejadian bencana banjir bandang besar tersebut
(Bahorok dan Wasior) terjadi pada daerah yang masih memiliki tutupan hutan
>90% artinya relatif masih alami atau belum dimanfaatkan, sedangkan satu
kejadian bencana banjir bandang terjadi di Pulau Jawa yaitu Jember
merupakan daerah yang sudah berkembang sehingga telah terjadi
pemanfaatan lahan secara intensif. Bahkan di Jember ini telah terjadi 3 kali
bencana banjir bandang. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian banjir bandang
tidak hanya terjadi pada daerah yang sudah tereksploitasi secara masif seperti
yang tejadi di pulau Jawa, namun juga terjadi pada daerah yang belum
tereksploitasi seperti yang terjadi di Bahorok (Sumatera) dan Wasior (Papua).
Menurut Irianto (2004) dengan intensitas hujan di Bahorok 200 mm / 2-5 jam,
dengan kondisi hutan yang masih alami dan berfungsi baik, maka berdasarkan
prediksi transfer air Beven dan Kirby kecepatan air limpasan dilahan akan jauh
dibawah 0,7 m/detik, sehingga kecepatan aliran air disungai akan kurang dari 1
m/detik. Namun ternyata perkiraan kecepatan aliran sungai pada saat kejadian
banjir bandang di Wasior adalah jauh lebih besar dimana kecepatan aliran
akan mampu membawa massa kayu dan lumpur yang sangat berat.

Meningkatnya akselerasi aliran sungai dapat terjadi disebabkan tingginya


kemiringan dasar sungai, perubahan kekasaran sungai, dan yang sangat
signifikan adalah terjadinya efek bendungan jebol dimana aliran sungai
mengalir menuju dataran rendah aluvial. Akibat hujan ekstrim menyebabkan
terjadi longsoran dimana material longsor membendung atau menyumbat alur
sungai. Material longsor tersebut tidak memiliki kompaksi batuan yang kuat
sehingga bendung atau sumbatan yang terbentuk akan jebol setelah tekanan
pada alur sungai semakin meningkat.

2. BENCANA BANJIR BANDANG DI PADANG PADA TAHUN 2012

2.1 Sumber penyebab bencana banjir bandang di padang


Padang adalah kota dengan kekerapan hujan dan curah hujan yang
cukup tinggi. Pengolahan data curah hujan di tujuh stasiun pengamatan hujan
oleh Sudiar dan Siregar (2013) memperlihatkan rata-rata hari hujan 123 sampai
190 hari (Table 1). Curah hujan rata-rata pun bervariasi antara 3.329 mm
sampai 4.296 mm. Sudiar dan Siregar juga menyimpulkan daerah dekat
perbukitan mempunyai curah hujan yang lebih tinggi dibanding dengan daerah
dekat pantai, daerah ini mempunyai ancaman bencana banjir dan longsor
akibat curah hujan yang tinggi.

7
Banjir bandang akan mungkin terjadi pada saat hujan yang sangat deras
terjadi dalam waktu yang cukup panjang. Kemungkinan besar hal ini bisa
terjadi bila air hujan di hulu sempat tertahan oleh kondisi alam setempat.
Kondisi ini bisa terbentuk karena banyaknya batang-batang pohon atau
bebatuan yang seolah membendung aliran air sungai. Bila karena besarnya
tekanan air sudah tidak dapat ditahan oleh batang-batang pohon atau
bebatuan tersebut, maka air dengan kekuatannya yang besar akan membawa
material - material tersebut menuju hilir. Karena tarikan gravitasi maka
kecepatan air dan material-material yang dibawanya akan semakin membesar.
Karena kekuatannya air dan batang pohon serta bebatuan bisa merusak badan
sungai dan merusak pemukiman yang ada disepanjang tepian sungai, seperti
terlihat pada gambar berikut.

Gambar 9. Perumahan di Batu Busuk, Kelurahan Limau Manis

Yang perlu dipelajari adalah apa yang sesungguhnya menyebabkan


banjir bandang ini. Bisa saja di hulu tidak ada kegiatan penebangan pohon.
Namun hal ini tidak serta merta berarti tidak ada pembalakan liar. Akibat dari
pembalakan liar bisa terjadi bertahun-tahun setelah kegiatan tersebut
dihentikan. Hal ini karena alam sangat lambat untuk meregenerasi dan
memulihkan keadaanya seperti semula. Untuk mengetahui apakah benar telah
terjadi pembalakan liar maka diperlukan rekaman luas dari keadaan hutan dari

8
rentang beberapa tahun sebelum kejadian banjir bandang ini. Data dapat dicari
di departemen kehutanan maupun foto udara.

Banjir bandang bisa juga terjadi karena ekosistem sungai rusak akibat
penambangan batu. Bentuk sungai yang stabil sejak berpuluh-puluh tahun lalu
tiba-tiba dalam waktu singkat menjadi berubah karena batu-batunya diambil
untuk kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan struktur tanah dan sungai
menjadi labil. Longsor dan pengikisan sungai mudah terjadi dan menyimpan
potensi bencana bila pemicunya yakni hujan deras dalam waktu lama akan
terjadi.

2.2 Kronologis Bencana Banjir Bandang di Padang 24 Juli 2012


Beberapa hari sebelum terjadi bencana, Gubernur Sumatera Barat telah
memperingatkan bahaya rawan longsor dan banjir bandang [3]. Instruksi untuk
melakukan mitigasi bencana sudah dikeluarkan untuk 13 daerah yang
diantaranya adalah Padang, Solok dan Bukittinggi. Peringatan tersebut
dikeluarkan karena terjadinya intensitas hujan yang tinggi di Sumatera Barat.

Gambar 10. Kronologis Banjir Bandang di Kota Padang

2.3 Dampak Bencana Banjir Bandang


Kerugian atas banjir bandang tersebut ditaksir senilai Rp.
271.365.000.000. Dari data yang dikeluarkan BPBD Kota Padang tersebut
tercatat 4.397 orang mengungsi dan 2 orang luka ringan. Tidak ada korban jiwa
dalam bencana ini. Banjir bandang ini mengakibatkan kerusakan di 7
kecamatan, namun dampak yang parah terjadi pada 4 kecamatan seperti
terlihat pada Gambar 10.
Dari ke-4 daerah tersebut, pengungsi paling banyak yakni 2.518 orang,
terdapat di Kecamatan Nanggalo yang terletak dekat dengan Sungai Batang
Kuranji. Luapan sungai tersebut juga melanda Kecamatan Pauh yang
menderita kerusakan rumah paling parah di antara 7 kecamatan yang terkena
banjir bandang. Di sana terdapat 77 rumah mengalami rusak berat. Di
Kecamatan Pauh terdapat 3 jembatan dan 2 ruas jalan rusak. 2 ruas jalan
rusak yang lain terdapat juga di kecamatan Lubuk Begalung yang berada dekat
dengan aliran Sungai Batang Arau. Seperti terlihat pada gambar 10, luapan

9
banjir sungai tersebut mengakibatkan kerusakan irigasi terbesar dibandingkan
ke 4 daerah lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan banjir bandang ini melanda daerah
daerah yang dilalui oleh aliran air dari Sungai Batang Kuranji dan Sungai
Batang Arau.

Gambar 11. Peta Kawasan Terdampak Banjir Bandang di Kota Padang

3. MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG

Penanggulangan bencana yang dilakukan terhadap bencana banjir bandang


adalah sebagai berikut :

3.1 Tanggap Darurat


Tanggap darurat adalah kegiatan yang dilakukan segera setelah terjadi
dampak banjir, bila diperlukan tindakan-tindakan luar biasa untuk memenuhi
kebutuhan dasar korban bencana yang selamat. Pada saat banjir, upaya upaya
yang dilakukan pemerintah berupa :
1. Pengerahan Tim Reaksi Cepat.
2. Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dan penampungan sementara.
3. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi di tempat pengungsi/
penampungan sementara.
4. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan di tempat pengungsi/
penampungan sementara.
10
Gambar 12. Kegiatan Tanggap Darurat oleh Instansi Pemerintah
Sementara tindakan tindakan pada saat banjir yang harus dilakukan
masyarakat adalah :
1. Evakuasi keluarga ketempat yang lebih tinggi atau ke tempat pengungsian
yang sudah ditetapkan di wilayahnya.
2. Membawa perlengkapan darurat.
3. Menyelamatkan dokumen dan barang-barang berharga sehingga tidak
rusak atau hilang terbawa banjir.
4. Jika dalam keadaan tertentu tidak dapat meninggalkan rumah, usahakan
berada di tempat yang tinggi di rumah.
5. Matikan peralatan listrik/sumber listrik dari meterannya. Jangan menyentuh
peralatan listrik jika kita dalam keadaan basah atau berdiri di air.
6. Tutup lubang sanitasi.
7. Tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah.

Gambar 13. Kegiatan Tanggap Darurat oleh Masyarakat

3.2 Pemulihan
Setelah terjadi bencana, kita melakukan upaya pemulihan yaitu segala upaya
yang dilakukan agar kondisi kembali kepada keadaan sebelum terjadi bencana

11
atau kondisi yang lebih baik. Dalam rangka memulihkan kondisi, upaya-upaya
yang dilakukan oleh pemerintah adalah :
1. Evaluasi penanganan darurat dan pernyataan tanggap darurat selesai.
2. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana.
sumberdaya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa dan perkiraan kerugian
yang ditimbulkan.
3. Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan berupa: rehabilitasi,
rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya
air.
4. Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana
banjir.
5. Evaluasi karakteristik banjir untuk menyesuaikan prediksi banjir dimasa
datang.

Gambar 14. Kegiatan Pemulihan oleh Instansi Pemerintah


Sementara tindakan tindakan yang harus dilakukan masyarakat setelah terjadi banjir
adalah :
1. Kembali ke rumah dari tempat pengungsi setelah ada pengumuman dari
pemerintah bahwa daerah kita telah Aman dari banjir.
2. Membersihkan rumah dan lingkungan dengan menggunakan desinfektan.
3. Mengecek sistem kelistrikan rumah sebelum menyalakan listrik rumah.
4. Buka pintu dan jendela agar udara dalam rumah tidak pengap.
5. Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air bersih atau desinfektan,
sebelum makan atau menyiapkan makanan, setelah menggunakan wc,
setelah membersihkan lingkungan yang terkena banjir dan setelah
memindahkan perabotan yang terendam air.

Gambar 15. Kegiatan Pemulihan di tingkat Masyarakat

12
3.3 Pencegahan dan Mitigasi
Apa itu mitigasi?
Mitigasi banjir adalah semua tindakan/upaya untuk mengurangi dampak dari
suatu bencana banjir. Upaya mitigasi ini biasanya ditujukan untuk jangka waktu
yang panjang. Secara umum jenis-jenis mitigasi dapat dikelompokkan kedalam
mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
 Mitigasi Struktural
Yang dimaksud dengan mitigasi struktural adalah upaya-upaya
pengurangan risiko bencana yang lebih bersifat fisik. Upaya-upaya mitigasi
struktural banjir yang dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah :
1. Membuat peredam banjiir pada alur deras untuk menangkap dan
menyimpan sementara sebagian volume banjir (detention storage) agar
debit yang dilepas ke hilir maksimum sama dengan debit dominan alur
hilir.
2. Membuat embung-embung pada lokasi yang memungkinkan misalnya
dengan memanfaatkan galur-galur erosi (gullies) sebagai penambah
besar volume.
3. Mengurangi kecepatan aliran banjir bandang. Kecepatan aliran ini dapat
dikurangi khususnya pada alur transportasi membuat aliran di situ
berjenjang dengan memasang satu atau beberapa (satu seri) ground sills
untuk mendatarkan kemiringan dasar. Tindakan ini akan mengurangi
ancaman terjadinya aliran debris bersama banjir bandang.
4. Perbaikan dan peningkatan sistem drainase
5. Relokasi permukiman di bantaran sungai ke tempat yang lebih aman
6. Normalisasi fungsi sungai yang dapat berupa : pengerukan, sodetan, dll.
7. Perbaikan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).

Gambar 16. Sketsa Denah Peredam Banjir Bandang


Sementara mitigasi struktural yang dapat dilakukan oleh masyarakat di
kawasan rawan banjir antara lain :
1. Membantu upaya peningkatan kapasitas resapan air di wilayahnya baik
dengan menanam lebih banyak pohon maupun membuat sumur
resapan.
2. Membantu penyusunan peta zonasi/risiko banjir.
3. Membangun rumah sesuai dengan peraturan tata guna lahan.
4. Membuat rumah lebih tinggi dari muka air banjir.

13
Gambar 17. Mitigasi Struktural oleh Masyarakat
 Mitigasi Non-Struktural
Kebalikan dari mitigasi struktural, mitigasi non struktural adalah segala
upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan yang bersifat non fisik,
organisasional dan sosial kemasyarakatan. Upaya-upaya mitigasi non
struktural banjir yang dilakukan pemerintah antara lain :
1. Membuat master plan pembangunan yang berbasis pengurangan risiko
bencana.
2. Membuat PERDA mengenai penanganan risiko bencana banjir yang
berkelanjutan.
3. Mengembangkan peta zonasi banjir.
4. Mengembangkan sistem asuransi banjir.
5. Membangun/memberdayakan Sistem Peringatan Dini Banjir.
6. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir
melalui pendidikan dan pelatihan.
7. Mengembangkan building code bagi daerah banjir.

Mitigasi non fisik dapat pula dilakukan melalui kegiatan yaitu :


1. Mewujudkan budaya masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
memahami fenomena banjir dan menjaga kapasitas/kelestarian daya
serap DaerahAliran Sungai (DAS).
2. Mewujudkan budaya masyarakat untuk berperan serta dalam menjaga
fungsi sistem pembuangan air (drainase) dan pengendalian banjir.
3. Mewujudkan budaya masyarakat yang tidak membuang
sampah/sedimen/limbah ke sungai, saluran dan bangunan air lainnya.
4. Melakukan gerakan penghijauan/penanaman kembali tumbuh
tumbuhan di lahan kosong dan memeliharanya dengan baik.
5. Mengarus-utamakan upaya pengurangan risiko bencana banjir kedalam
kurikulum pendidikan.
Adapun bentuk upaya mitigasi non struktural yang dapat dilakukan oleh
masyarakat di kawasan rawan banjir antara
lain :
1. Mengerti akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan
mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari
banjir.
2. Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam
menghadapi bencana, seperti pelatihan pertolongan pertama pada
kondisi tanggap darurat, dll.
3. Berperan aktif pada aktifasi posko banjir.
14
3.4 Kesiapsiagaan
Yang dimaksud dengan kesiapan/kesiapsiagaan (preparedness)
menghadapi banjir adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengantisipasi bencana banjir sehingga tindakan yang dilakukan pada saat
dan setelah terjadi banjir dilakukan secara tepat dan efektif.
Berikut ini adalah contoh upaya kesiapan/kesiapsiagaan yang biasanya
dilakukan oleh pemerintah di tingkat lokal yaitu :
1. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar Tidak dilalui
masyarakat pada saat banjir.
2. Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan untuk
tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan bahan
bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada kondisi tanggap
darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air bersih, selimut, peralatan
memasak untuk di tempat evakuasi, tempat evakuasi, dll (ADPC, 2005).
3. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini terkait dengan
koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa melakukan apa pada saat
keadaan darurat, serta bagaimana menyelamatkan diri menuju tempat yang
aman (menentukan jalur evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan
latihan evakuasi.
4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat, khususnya
rumah hunian yang ditinggal mengungsi
Sementara tindakan kesiapan/kesiapsiagaan yang dapat dilakukan di
tingkat masyarakat (keluarga dan individu) adalah :
1. Menempatkan barang barang elektronik (pemanas air, panel,meteran dan
peralatan listrik) serta barang berharga (ijasah, sertifikat tanah, dll) di
tempat yang tinggi (tidak terjangkau bencana banjir)
2. Menyiapkan alamat/no telp yang penting untuk dihubungi.
3. Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat memasuki musim
penghujan (survival kit) seperti radio, obat obatan, makanan, minuman, baju
hangat dan pakaian, senter, lilin, selimut, pelampung, ban dalam mobil atau
barang-barang yang bisa mengapung, tali dan korek api.
4. Pindahkan barang-barang rumah tangga seperti furniture ke tempat yang
lebih tinggi
5. Menyimpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan
aman

Gambar 18. Kesiapsiagaan di tingkat masyarakat

15
4. DAFTAR PUSTAKA

P. Rahayu, Harkunti dkk. 2009. Banjir dan Upaya Penanggulangannya.


Bandung : Promise Indonesia.

Kementerian Pekerjaan Umum. 2012. Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi


Banjir Bandang. Semarang. Direktorat Sungai dan Pantai, Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air.

Hidayat, Benny. 2014. Memahami Bencana Banjir di Kota Padang Dengan


Content Analysis Artikel Berita. Padang. Paper Konferensi HATHI di Padang.

Arlius, Feri dan Abdul Hakam. 2012. Penataan Daerah Rentan Dan Daerah
Penyebab Bencana Banjir Bandang Sebagai Upaya Komprehensif Mitigasi
Bencana. Padang. Materi Workshop Manajemen Bencana Banjir Bandang Dan
Cuaca Ekstrim Sumatera Barat.

Soelaksono, Arwin dan Wawan Budianto. 2012. Pembelajaran Pasca Banjir


Bandang 24 Juli 2012. Padang : AIFDR-BNPB.

16

Anda mungkin juga menyukai