KELAS A
DOSEN: TAUFIKA OPHIYANDRI, Ph.D
Oleh:
Abdi Septia Putra (1410922015)
Fadilla Haslin (1410921087)
Febiozola Guvil (1410921020)
Dina Aulia (1310921122)
1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Bencana di Indonesia.................................................................................... 1
1.2 Risiko bencana banjir bandang di Indonesia................................................. 6
2. BENCANA BANJIR BANDANG DI PADANG PADA TAHUN 2012................... 7
2.1 Sumber penyebab bencana banjir bandang di padang................................. 7
2.2 Kronologis Bencana Banjir Bandang di Padang 24 Juli 2012 ....................... 9
2.3 Dampak Bencana Banjir Bandang ................................................................ 9
3. MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG ............................................... 10
3.1 Tanggap Darurat ......................................................................................... 10
3.2 Pemulihan ................................................................................................... 11
3.3 Pencegahan dan Mitigasi............................................................................ 13
3.4 Kesiapsiagaan............................................................................................. 15
4. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16
i
STUDI KASUS BENCANA BANJIR BANDANG DI
DAERAH PADANG TAHUN 2012
1. PENDAHULUAN
Hampir setiap belahan dunia merasakan ancaman bencana, dari langit, tanah
maupun air selalu setia untuk menghampiri kita, ini dia macam-macam
bencana alam di sekitar kita:
a. Banjir
Banjir adalah bencana alam yang diakibatkan oleh curah hujan yang
tinggi dengan tidak diimbanginya saluran-saluran pembuangan air yang
1
memadai, sehingga banjir merendam berbagai macam wilayah yang cukup
luas. Banjir umumnya terjadi karena luapan sungai yang tidak mampu
menahan derasnya air yang datang sehingga menyebabkan jebolnya sistem
perairan di suatu daerah. Ada juga karena ulah manusia sendiri karena
membuang sampah sembarangan dan menebang pohon-pohon yang ada,
pohon bermanfaat sebagai penyerap air ketika hujan. Karena sudah banyak
pohon yang ditebang, maka sudah dipastikan akibat yang akan di derita.
b. Gempa Bumi
c. Tsunami
Tsunami diambil dari kata jepang yang berarti gelombang yang besar.
Tsunami merupakan bencana yang diakibatkan gempa bumi dasar laut, yang
kemudian mengakibatkan gelombang raksasa yang dapat menyapu berbagai
macam yang menghalanginya. Bencana ini termasuk yang paling berbahaya
juga karena tidak dapat diprediksikan kapan kejadiannya dan sangat sulit
mencegah ombak besar yang datang dengan kecepatan yang tinggi.
2
Gambar 3. Bencana Tsunami
d. Gunung Meletus
3
dibalik bencana tersebut. Yaitu sekitar 1-2 bulan setelah bencana tumbuh-
tumbuhan menjadi lebih subur, itu karena debu dan material-material yang
dikeluarkan memiliki zat hara yang sangat tinggi.
e. Tanah Longsor
Ada juga bencana longsor alami, karena memang tanah yang kurang
padat, curah hujan yang tinggi dan kemiringan yang cukup curam. Jika tanah
longsor terjadi di dalam hutan, mungkin bukan masalah yang serius. Tetapi
jika longsor itu terjadi tepat di samping jalan, maka hal itu dapat
mengakibatkan jalan tertutup dan tidak dapat dilewati dan diakses sampai
dibersihkan jalannya.
f. Angin Topan
4
Gambar 6. Bencana Angin Topan
g. Kebakaran Hutan
h. Kekeringan
5
Gambar 8. Bencana Kekeringan
Ini adalah salah satu bencana yang paling sulit untuk dicegah dan datang
hampir setiap tahun, yaitu kekeringan. Kekeringan tersendiri diakibatkan
curah hujan yang turun dan suhu bumi yang semakin panas, bertambah suhu
bumi yang semakin meningkat biasanya disebut dengan pemanasan global.
Jika sudah terjadi kekeringan dapat mengakibatkan berkurangnya bersediaan
makanan karena gagalnya panen. Di Indonesia sendiri bencana kemarau
sudah hampir selalu terjadi tiap tahun dengan tempat yang berbeda-beda. Hal
itu menjadi kesulitan bagi pemerintah dalam menanggulangi tempat yang
mengalami kekeringan.
6
karena rendahnya pemeliharaan dan perawatan bendung seperti yang terjadi
di Situgintung.
Banjir bandang besar yang terjadi di Indonesia dapat diketahui dari besarnya
jumlah korban jiwa (>100 jiwa) dan besarnya kerusakan rumah tinggal,
infrastruktur, dan kerugian harta benda yang ditimbulkan yaitu terdapat di tiga
lokasi yaitu di Bahorok, Sumatera Utara, Jember, Jawa Timur, dan Wasior,
Papua Barat (Tabel 2). Dua kejadian bencana banjir bandang besar tersebut
(Bahorok dan Wasior) terjadi pada daerah yang masih memiliki tutupan hutan
>90% artinya relatif masih alami atau belum dimanfaatkan, sedangkan satu
kejadian bencana banjir bandang terjadi di Pulau Jawa yaitu Jember
merupakan daerah yang sudah berkembang sehingga telah terjadi
pemanfaatan lahan secara intensif. Bahkan di Jember ini telah terjadi 3 kali
bencana banjir bandang. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian banjir bandang
tidak hanya terjadi pada daerah yang sudah tereksploitasi secara masif seperti
yang tejadi di pulau Jawa, namun juga terjadi pada daerah yang belum
tereksploitasi seperti yang terjadi di Bahorok (Sumatera) dan Wasior (Papua).
Menurut Irianto (2004) dengan intensitas hujan di Bahorok 200 mm / 2-5 jam,
dengan kondisi hutan yang masih alami dan berfungsi baik, maka berdasarkan
prediksi transfer air Beven dan Kirby kecepatan air limpasan dilahan akan jauh
dibawah 0,7 m/detik, sehingga kecepatan aliran air disungai akan kurang dari 1
m/detik. Namun ternyata perkiraan kecepatan aliran sungai pada saat kejadian
banjir bandang di Wasior adalah jauh lebih besar dimana kecepatan aliran
akan mampu membawa massa kayu dan lumpur yang sangat berat.
7
Banjir bandang akan mungkin terjadi pada saat hujan yang sangat deras
terjadi dalam waktu yang cukup panjang. Kemungkinan besar hal ini bisa
terjadi bila air hujan di hulu sempat tertahan oleh kondisi alam setempat.
Kondisi ini bisa terbentuk karena banyaknya batang-batang pohon atau
bebatuan yang seolah membendung aliran air sungai. Bila karena besarnya
tekanan air sudah tidak dapat ditahan oleh batang-batang pohon atau
bebatuan tersebut, maka air dengan kekuatannya yang besar akan membawa
material - material tersebut menuju hilir. Karena tarikan gravitasi maka
kecepatan air dan material-material yang dibawanya akan semakin membesar.
Karena kekuatannya air dan batang pohon serta bebatuan bisa merusak badan
sungai dan merusak pemukiman yang ada disepanjang tepian sungai, seperti
terlihat pada gambar berikut.
8
rentang beberapa tahun sebelum kejadian banjir bandang ini. Data dapat dicari
di departemen kehutanan maupun foto udara.
Banjir bandang bisa juga terjadi karena ekosistem sungai rusak akibat
penambangan batu. Bentuk sungai yang stabil sejak berpuluh-puluh tahun lalu
tiba-tiba dalam waktu singkat menjadi berubah karena batu-batunya diambil
untuk kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan struktur tanah dan sungai
menjadi labil. Longsor dan pengikisan sungai mudah terjadi dan menyimpan
potensi bencana bila pemicunya yakni hujan deras dalam waktu lama akan
terjadi.
9
banjir sungai tersebut mengakibatkan kerusakan irigasi terbesar dibandingkan
ke 4 daerah lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan banjir bandang ini melanda daerah
daerah yang dilalui oleh aliran air dari Sungai Batang Kuranji dan Sungai
Batang Arau.
3.2 Pemulihan
Setelah terjadi bencana, kita melakukan upaya pemulihan yaitu segala upaya
yang dilakukan agar kondisi kembali kepada keadaan sebelum terjadi bencana
11
atau kondisi yang lebih baik. Dalam rangka memulihkan kondisi, upaya-upaya
yang dilakukan oleh pemerintah adalah :
1. Evaluasi penanganan darurat dan pernyataan tanggap darurat selesai.
2. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana.
sumberdaya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa dan perkiraan kerugian
yang ditimbulkan.
3. Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan berupa: rehabilitasi,
rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya
air.
4. Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana
banjir.
5. Evaluasi karakteristik banjir untuk menyesuaikan prediksi banjir dimasa
datang.
12
3.3 Pencegahan dan Mitigasi
Apa itu mitigasi?
Mitigasi banjir adalah semua tindakan/upaya untuk mengurangi dampak dari
suatu bencana banjir. Upaya mitigasi ini biasanya ditujukan untuk jangka waktu
yang panjang. Secara umum jenis-jenis mitigasi dapat dikelompokkan kedalam
mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
Mitigasi Struktural
Yang dimaksud dengan mitigasi struktural adalah upaya-upaya
pengurangan risiko bencana yang lebih bersifat fisik. Upaya-upaya mitigasi
struktural banjir yang dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah :
1. Membuat peredam banjiir pada alur deras untuk menangkap dan
menyimpan sementara sebagian volume banjir (detention storage) agar
debit yang dilepas ke hilir maksimum sama dengan debit dominan alur
hilir.
2. Membuat embung-embung pada lokasi yang memungkinkan misalnya
dengan memanfaatkan galur-galur erosi (gullies) sebagai penambah
besar volume.
3. Mengurangi kecepatan aliran banjir bandang. Kecepatan aliran ini dapat
dikurangi khususnya pada alur transportasi membuat aliran di situ
berjenjang dengan memasang satu atau beberapa (satu seri) ground sills
untuk mendatarkan kemiringan dasar. Tindakan ini akan mengurangi
ancaman terjadinya aliran debris bersama banjir bandang.
4. Perbaikan dan peningkatan sistem drainase
5. Relokasi permukiman di bantaran sungai ke tempat yang lebih aman
6. Normalisasi fungsi sungai yang dapat berupa : pengerukan, sodetan, dll.
7. Perbaikan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).
13
Gambar 17. Mitigasi Struktural oleh Masyarakat
Mitigasi Non-Struktural
Kebalikan dari mitigasi struktural, mitigasi non struktural adalah segala
upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan yang bersifat non fisik,
organisasional dan sosial kemasyarakatan. Upaya-upaya mitigasi non
struktural banjir yang dilakukan pemerintah antara lain :
1. Membuat master plan pembangunan yang berbasis pengurangan risiko
bencana.
2. Membuat PERDA mengenai penanganan risiko bencana banjir yang
berkelanjutan.
3. Mengembangkan peta zonasi banjir.
4. Mengembangkan sistem asuransi banjir.
5. Membangun/memberdayakan Sistem Peringatan Dini Banjir.
6. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir
melalui pendidikan dan pelatihan.
7. Mengembangkan building code bagi daerah banjir.
15
4. DAFTAR PUSTAKA
Arlius, Feri dan Abdul Hakam. 2012. Penataan Daerah Rentan Dan Daerah
Penyebab Bencana Banjir Bandang Sebagai Upaya Komprehensif Mitigasi
Bencana. Padang. Materi Workshop Manajemen Bencana Banjir Bandang Dan
Cuaca Ekstrim Sumatera Barat.
16