Anda di halaman 1dari 10

382

Konsep Narsisme
Menurut cerita Mesir, Narcissus merupakan seorang laki-laki muda yang jatuh cinta
dengan bayangannya sendiri di kolam air dan tenggelam karena berusaha memeluk bayangan
yang dicintainya. Freud menggunakan istilah “narsisme” untuk situasi di mana libido
seseorang ditanamkan di dalam egonya sendiri, ketimbang pada orang lain. Pengertian
narsisme tersebut menghadapkan Freud pada masalah yang menjengkelkan dari teori
instingnya. Konsep tersebut sesengguhnya melanggar perbedaan yang dibuat Freud antara
insting libido dan ego atau insting mempertahankan diri.
Pengertian Freud tentang narsisme menyebabkannya menggunakan istilah tersebut
untuk berbagai macam gangguan psikiatrik, yang sangat jauh berbeda dengan pemakaian
kontemporer istilah untuk menggambarkan jenis gangguan kepribadian tertentu. Freud
menggabungkan gangguan bersama-sama sebagai neurosis narsistik, di mana libido
seseorang ditarik dari objek dan dikembalikan ke dalam. Di tahun 1908 Freud mengamati
bahwa, dalam kasus demensia prekoks (skizofrenia), libido tampaknya telah ditarik dari
orang lain atau objek lain, dan ia menyimpulkan bahwa penarikan tersebut berperan dalam
hilangnya kontak dengan realitas yang merupakan hal yang tipikal pada pasien tersebut. Ia
percaya bahwa penarikan perlekatan libido tersebut berperan dalam hilangnya tes realitas
pada pasien psikotik lainnya. Kebesaran dan kemahakuasaan pada pasien tersebut
menceriminkan penanaman libido yang berlebihan di dalam ego.
Freud tidak membatasi penggunaan istilah “narsisme” pada psikotis. Dalam keadaan
penyakit fisik dan hipokondriasis, penanaman libido, yang diamatinya, seringkali ditarik oleh
objek eksternal dan dari aktivitas dan minat terhadap dunia luar. Demikian juga, ia percaya
bahwa, dalam tidur yang normal, libido ditarik dari objek eksternal dan ditanamkan kembali
di dalam tubuh orang yang tidur itu sendiri. Freud menganggap homoseksualitas sebagai
pervesi dan mengerti hal ini sebagai bentuk narsistik dari pemilihan objek, di mana satu
orang jatuh cinta dengan versi dirinya sendiri yang diidealkan yang diproyeksikan ke orang
lain. Ia juga menemukan bahwa manifestasi narsistik dalam kepercayaan dan cerita orang
primitif, khususnya kepercayaan yang melibatkan kemampuan untuk mempengaruhi
peristiwa eksternal melalui kemahakuasaan magis dari proses berpikir orang itu sendiri.
Dalam perjalanan perkembangan normal, anak-anak juga menunjukkan suatu kepercayaan
dalam kemahakuasaannya sendiri.
Freud mendalilkan suatu keadaan narsisme primer saat kelahiran di mana libido
disimpan di dalam ego, ia memandang neonatus sebagai sama sekali narsistik, dengan
keseluruhan penanaman libido dalam kebutuhan fisiologi dan pemuasnya. Ia menyebut
penanaman diri itu sebagai libido ego. Menurut Freud, keadaan infantil dari absorbsi-diri
berubah dengan bertahap, dengan terbitnya kesadaran bahwa orang lain tokoh ibu adalah
bertanggung jawab untuk pemuasan kebutuhan bayi. Realisasi tersebut menyebabkan
penarikan libido secara bertahap dari diri dan diarahkan kembali ke objek eksternal. Dengan
demikian, perkembangan hubungan objek pada bayi adalah bersamaan dengan pergeseran
narsisme primer ke peletakan objek. Penanaman libido pada objek disebut libido objek. Jika
perkembangan anak mengalami penolakan dan trauma dari tokoh yang mengasuhnya, libido
objek dapat ditarik dan ditanamkan kembali dalam ego. Freud menanamkan postur regresif
tersebut sebagai narsisme sekunder.
Freud menggunakan istilah “narsisme” untuk berbagai dimensi pengalaman manusia.
Sesekali ia menggunakan istilah tersebut untuk perversi di mana orang menggunakan
tubuhnya sendiri atau bagian tubuhnya sebagai objek getaran seksual. Narsisme berbeda dari
autoerotikisme di mana autoerotikisme dimaksudkan sebagai erotisme yang berhubungan
dengan tubuh atau bagian tubuh orang itu sendiri, narsisme dimaksudkan sebagai mencintai
sesuatu yang lebih abstrak, baik ego itu sendiri atau ego seseorang.
Pada waktu yang lain Freud menggunakan istilah “narsisme” untuk suatu fase
perkembangan, seperti pada keadaan yang lain lagi, ia menggunakan istilah tersebut untuk
suatu jenis pemilihan objek tertentu. Freud membedakan objek cinta yang dipilih “menurut
tipe narsistik” (dalam kasus mana objek menyerupai idealisasi atau fantasi citra diri subjek)
dari objek yang dipilih menurut tipe narsistik (dalam kasus mana objek menyerupai idealisasi
atau fantasi citra diri subjek) dari objek yang dipilih menurut (tipe analitik) (di mana objek
cinta menyerupai bentuk pengasuhnya dalam kehidupan awal). Seseorang yang mempunyai
derajat mencintai diri sendiri (self love) yang tinggi, khususnya wanita cantik tertentu,
menurut Freud, memiliki suatu daya tarik estetiknya sendiri. Wanita tersebut memenuhi
kekasihnya dengan narsisme yang hilang yang meninggalkan kata “narsisme” secara
berganti-ganti dan sinonim dengan “harga diri”.

Psikologi Ego
Walaupun Freud telah menggunakan konsep ego pada keseluruhan evolusi teori
psikoanalitis, psikologi ego seperti yang dikenal sekarang ini dimulai dengan publikasi “The
Ego and the Id” di tahun 1923. Inti dari publikasi mewakili transisi pikiran Freud dari model
topografik dari pikiran ke tiga bagian model strruktural ego, id, dan superego. Ia telah
mengamati secara berulang bahwa tidak semua proses bawah sadar dapat dibuang dari
kehidupan instingtual seseorang. Elemen dari kesadaran, dan juga fungsi ego, jelas tidak
disadari juga.
Teori Struktural dari Pikiran
Model struktural dari apartus psikis adalah inti dari psikologi ego. Ketiga bidang id-
ego dan superegodibedakan oleh fungsinya yang berbeda.
Id. Freud menggunakan istilah “id” untuk menamakan suatu penampungan dorongan
instingtual yang tidak tersusun. Dengan bekerja di bawah dominasi proses primer, id tidak
mempunyai kemampuan untuk memperlambat atau memodifikasi dorongan instingtual
dengan mana bayi di lahirkan. Tetapi, id tidak boleh dianggap sebagai sinonim dengan bawah
sadar, karena baik ego dan superego mempunyai komponen bawah sadar.
Ego. Ego memiliki semua ketiga dimensi topografi kesadaran, prasadar, dan bawah
sadar. Pikiran logika dan abstrak dan ekspresi verbal adalah berhubungan dengan fungsi
kesadaran dan prasadar dari ego. Mekanisme pertahanan tetap dalam bagian yang tidak
disadari dari ego. Ego merupakan organ pelaksana (executive) dari jiwa dan mengontrol
pergerakan, persepsi, kontak dengan kenyataan, dan melalui mekanisme pertahanan yang ada
padanya, memperlambat dan memodifikasi dorongan ekspresi.
Freud percaya bahwa modifikasi id terjadi sebagai akibat efek dunia eksternal
pada dorongan. Tekanan kenyataan eksternal memungkinan ego menyesuaikan energinya
dengan id untuk melakukan kerja ego. Saat ego membawa pengaruh dari dunia luar untuk
menunjang id, secara bersama-sama ego menggantikan prinsip kenyataan dengan prinsip
kesenagan. Freud menyadari peranan konflik di dalam model struktural dan mengamati
bahwa konflik pada awalnya adalah antara id dan sebaliknya, superego, adalah agen dari
kesadaran moral yang melarang (proscribe) yaitu yang menentukan apa yang tidak boleh
dilakukan seseorang. Melalui periode laten dan setelahnya, orang terus membangun
identifikasi awal melalui kontaknya dengan orang lain yang dikagumi yang berperan dalam
pembentukan standar moral, aspirasi, dan idel.

Fungsi Ego (387)


Ahli psikologi ego modern telah mengidentifikasi sekumpulan fungsi ego dasar yang
menandai kerja ego. Penjelasan berikut ini menceriminkan aktivitas ego yang umumnya
dianggap sebagai mendasar.
Kontrol dan pengaturan dorongan instingtual. Perkembangan kemampuan
untuk memperlambat atau menunda pelepasan dorongan sangat berhubungan dengan
perkembangan prinsip kesenangan ke prinsip kennyataan di di masa anak-anak awal.
Kemampuan tersebut juga merupakan aspek yang penting dari peranan ego sebagai mediator
antara id dan dunia luar. Bagian dari sosialisasi bayi dengan dunia luar adalah perolehan
bahasa dan proses berpikir sekunder atau logika.
Pertimbangan. Fungsi ego sangat berhubungan erat dengan pertimbangan, yang
melibatkan kemampuan menghadapi akibat dari tindakan seseorang. Seperti kontrol dan
pengaturan dorongan instingtual, pertimbangan berkembang bersamaan dengan
perkembangan proses berpikir sekunder. Kemampuan untuk berpikir secara logis
memungkinkan penilaian bagaimana perilaku merenung seseorang dapat mempengaruhi yang
lainnya.
Hubungan dengan kenyataan. Perantara antara dunia internal dan kenyataan eksternal
adalah suatu fungsi ego yang penting. Hubungan dunia luar dapat terbagi menjadi tiga aspek:
rasa kenyataan, tes realitas, dan adaptasi dengan realitas. Rasa realitas berkembang bersama-
sama dengan timbulnya kesadaran bayi akan sensasi tubuh. Kemampuan untuk membedakan
apa yang ada di luar tubuh dan apa yang ada di dalam adalah aspek yang penting dari rasa
realitas, dan gangguan ikatan tubuh, seperti depresonalisasi, mencerminkan gangguan fungsi
ego. Tes realitas, suatu fungsi ego yang mempunyai kepentingan tinggi, dimaksudkan pada
kemampuan untuk membedakan fantasi internal internal dari kenyataan eksternal. Fungsi
tersebut membedakan orang psikotik dari orang nonpsikotik. Adaptasi dengan kenyataan
melibatkan kemampuan seseorang menggunakan kemampuannya untuk mengembangkan
respons yang efektif terhadap perubahan lingkungan atas dasar pengalaman sebelumnya
dengan kenyataan.
Hubungan objek. Kemampuan membentuk hubungan yang saling memuaskan dalam
sebagian hal adalah, berhubungan dengan pola internalisasi yang berakar dari interaksi awal
dengan orangtua dan orang yang penting lainnya. Istilah “objek” dimaksudkan pada
hubungan bayi dengan orang lain. Kemampuan tersebut juga merupakan fungsi mendasar
dari ego, di dalamnya hubungan pemuasan hubungan dengan kemamopan mengintegrasikan
aspek positif dan aspek negatif dari orang lain dan diri sendiri dan untuk mempertahankan
perasaan internal orang lain, bahkan jika mereka tidak ada. Demikian juga, menguasai
dorongan adalah penting untuk pencapaian hubungan yang memuaskan. Walaupun Freud
tidak mengembangkan suatu teori hubungan objek yang luas, ahli psikoanalisis inggris,
seperti Ronald Fairbrain (1889-1964) dan Michael Balinat (1886-1970), memperinci stadium
awal hubungan dengan bayi dengan objek yang memuaskan kebutuhannya dan pada
perkembangan bertahap rasa terpisah dari ibu. Sejawat dari dari inggrisnya yang lain, Donald
W.Winnicott (1897-1971), menggambarkan objek transisional (sebagai contoh, selimut,
bonek beruang, dot). Sebagai penghubung antara anak yang sedang berkembang dengan
ibunya. Anak mampu untuk berpisah dari ibunya karena objek tradisional memberikan
perasaan keamanan saat ibunya tidak ada.
Fungsi sintetik dari ego. Pertama kali dijelaskan oleh Herman Nunberg di tahun 1931,
fungsi sintetik adalah kemampuan ego untuk mengintegrasikan elemen yang bermacam-
macam menjadi kesatuan keseluruhan. Sebagai contoh, berbagai aspek dari diri sendiri dan
orang lain, disintesis

Menjadi suatu gambaran yang konsisten yang bertahan dengan dengan berjalannya waktu.
Fungsi tersebut juga termasuk mengorganisasikan, mengkoordinasikan, dan
menggeneralisasikan atau menyederhanakan sejumlah besar data.
Fungsi otonom primer dari ego. Berkembang langsung dari karya Heinz Hartman,
fungsi otonom primer adalah aparatus rudimenter yang ditemukan pada saat lahir dan
berkembang secara mandiri dari konflik intrapsikis antara dorongan dan pertahanan, asalkan
apa yang disebut Hartman sebagai lingkungan diharapkan rata-rata (average expectable
environtment) adalah tersedia untuk bayi. Fungsi tersebut termasuk persepsi, belajar,
kecerdasasan, intuisi, bahasa, pikiran, pemahaman, dan pergerakan. Dalam perjalanan
perkembangan, beberapa aspek ego yang bebas dari konflik akhirnya menjadi terlibat dalam
konflik jika mereka menghadapi kekuatan yang berlawanan.
Fungsi otonom sekunder dari ego. Hartman pada awalnya menggunakan konsep
pandangan bebas konflik dari fungsi ego untuk mengidentifikasi bidang otonomi primer.
Tetapi, area tersebut dapat diperluas oleh fungsi yang awalnya timbul dalam tugas pertahanan
melawan dorongan tetapi selanjutnya menjadi berdiri sendiri darinya. Fungsi tersebut
dinamakan fungsi ego otonom sekunder. Sebagai contoh, seorang anak dapat
mengembangkan fungsi mengasuh selama tahun pertama kehidupannya. Kemudian, fungsi
pertahanan dalam gaya itu dapat dinetralisasikan atau dideinstinktualisasikan jika anak
bertambah besar menjadi pekerja sosial dan merawat orang tunawisma.
Mekanisme Pertahanan
Freud mengetahui keberadaan beberapa mekanisme pertahanan, tetapi tulisannya
ditunjukan terutama pada resepsi, yang dianggapnya sebagai mekanisme pertahanan yang
utama, paling penting, dan paling sering digunakan. Penelitian pertama dan menyeluruh
tentang mekanisme pertahanan ditulis oleh anaknya Anna Freud dalam bukunya The Ego and
the Mechanisms of Defense, di mana ia menyetakan bahwa setiap orang, normal atau
neurotik, menggunakan mekanisme pertahanan yang karakteristik dan berulang. Ia juga
menekankan bahwa ego harus merupakan pusat terapi psikoanalisis, di samping
mengungkapkan derivat dorongan yang direpresi. Pengamatannya bahwa “terdapat
kedalaman pada permukaan” mencerminkan pengertiannya tentang kompleksitas aspek
pertahanan dari ego.
pada masing-masing fase perkembangan libido, komponen dorongan spesifik
membangkitkan pertahanan ego yang karakteristik. Sebagai contoh, fase anal adalah
berhubungan dengan pembentukan reaksi, seperti yang dimanifestasikan oleh perkembangan
rasa malu dan muak dalam hubungan dengan impuls dan kenikmatan anal.
Pertahanan dapat dikelompokkan secara hierarkis menurut derajat relatif maturitas
yang berhubungan dengan pertahanan. Pertahanan narsistik adalah yang paling primitif dan
digunakan oleh anak-anak dan orang yang mengalami gangguan psikotik. Pertahanan imatur
adalah terlihat pada remaja dan beberapa pasien nonpsikotik. Pertahanan neurotik ditemukan
pada pasien obsesif komplusif dan pasien histeris dan pada orang dewasa dalam stres. Dan
pertahanan matur adalah mekanisme adaptasi yang normal dan sehat dari kehidupan dewasa.
Pengelompokkan tersebut tidak kaku dalam batas-batasnya, dan beberapa tumpang tindih
mekanisme dapat terjadi di antara kelompok yang berbeda. Tabel 6.1-2 menuliskan
mekanisme pertahanan menurut klasifikasi George Vaillant dalam empat tipe.
Teori Kecemasan
Sigmund Freud pada awalnya menganggap kecemasan sebagai “libido yang
terbendung”. Dengan kata lain, peningkatan psikologis dalam ketegangan seksual
menyebabkan peningkatan libido secara berhubungan, gambaran mental dari peristiwa
fisiologis tersebut. Ia menamakan kondisi yang disebabkan oleh pembendungan tersebut
sebagai neurosis aktual.

Kemudia, dengan perkembangan model struktural, ia mengembangkan teori baru


tentang jenis kedua dari kecemasan yang dinamakannya sebagai kecemasan sinyal (signal
anxiety. Di dalam model tersebut, kecemasan bekerja pada tingkat bawah

393
Teori Neurosis Psikoanalitis Klasik
Pandangan klasik tentang neutogenesis menganggap konflik sebagai inti. Konflik
mungkin terjadi antara dorongan instingtual dan kenyataan eksternal, atau mungkin antara
gen internal, seperti id dan superego atau id dan ego. Selain itu, karena konflik belum diatasi
melalui pemecahan realistik, dorongan atau harapan yang mencari pelepasan telah dibuang
dari kesadaran melalui represi atau mekanisme pertahanan lainnya. Tetapi, pengeluarannya
dari kesadaran tidak menyebabkan dorongan kekurangan kekuatannya atau pengaruhnya.
Sebagai akibatnya, kecenderungan bawah sadar (yaitu, gejala neurotik yang tersembunyi)
berusaha kembali ke tingkat kesadaran. Teori perkembangan neurosis tersebut menganggap
bahwa neurosis rudimenter didasarkan pada jenis konflik yang sama yang terjadi pada masa
anak-anak.
Kehilangan selama beberapa bulan pertama kehidupan karena tidak adanya atau
sakitnya tokoh yang mengasuh dapat merugikan perkembangan ego. Gangguan tersebut
selanjutnya dapat menyebabkan kegagalan membuat identifikasi yang sesuai. Kesulitan ego
yang dihasilkannya menciptakan masalah dalam memperantai antara dorongan dan
lingkungan. Tidak adanya kemampuan untuk ekspresi dorongan yang konstruktif, khususnya
agresi, dapat menyebabkan anak kembali ke agresinya pada dirinya sendiri dan menjadi
merusak diri sendiri (self-destruction) secara jelas. Orangtua yang tidak konsisten, sangat
kasar, atau terlalu ramah dapat menyebabkan gangguan fungsi superego pada anak-anaknya.
Konflik berat yang tidak dapat ditangani melalui pembentukan gejala dapat menyebabkan
pembatasan eksterm pada fungsi ego dan pada suatu gangguan mendasar kemampuan untuk
belajar dan mengembangkan keterampilan baru.
Peristiwa traumatis yang tampaknya mengancam orang yang bertahan dapat merusak
pertahannan jika ego menjadi lemah. Sejumlah besar energi libido selanjutnya diperlukan
untuk mengetasi gairah yang dihasilkannya. Tetapi, libido yang selanjutnya dimobilisasi
ditarik dari sumbernya yang pada normalnya dipergunakan untuk objek eksternal. Penarikan
tersebut lebih menghilangkan kekuatan ego dan menghasilkan suatu rsa ketidakberdayaan.
Frustasi atau kekecewaan pada orang dewasa dapat menghidupkan kembali keinginan infantil
yang selanjutnya diatasi melalui pembentukan gejala atau regresi lebih lanjut.
Keuntungan Sekunder dari Neurosis
Penurunan konflik dan ketegangan melalui neurosis adalah maksud atau tujuan primer
dari gangguan. Tetapi ego dapat mencoba lagi mencapai keuntungan dari dunia luar
denganmeminta perhatian dan simpati dari orang lain, dengan memanipulasi orang lain, atau
bahkan dengna menerima kompensasi finansial. Semua faktor tersebut disebut keuntungan
sekunder.
Masing-masing neurosis mempunyai bentuk keuntungan sekunder yang karakteristik.
Pada fobia, orang mengalami regresi ke masa anak-anak, ketika mereka masih dilindungi.
Mendapatkan perhatian melalui tindakan dramatis dan, pada suatu waktu, mendapatkan
keuntungan material adalah karakteristik untuk gangguan konversi.
Pengobatan dan Teknik
Psianalisis sebagai metode pengobatan yang dianjurkan oleh Freud tergantung pada
kemampuan pasien untuk berpikir secara psikologis tentang pengalaman subjektif dan
peristiwa eksternal dan untuk mengembangakan dan mempertahankan tilikan (insight).
Material yang direpsesi harus di bawa ke dalam kesadaran, dan atas dasar pengertian harapan
dan motif bawah sadar, m=pemecahan yang realistis terhadap konflik sekarang dikembangan.
Jenis psikoanalisis tersebut dikenal sebagai psikoanalisis menurut Freud, klasik, tradisional,
atau ortodoks.
Inti dari teknik psikoanalisis adalah asosiasi bebas, di mana pasien mengatakan apa
saja yang datang di pikirannya. Asosiasi bebas lebih dari memberikan isi bagi untuk analisis.
Ia juga menginduksi regresi yang diperlukan dan ketergantungan yang dihubungkan dengan
menegakkan dan bekerja melalui neurosis transferensi. Jika perkembangan tersebut telah
terjadi, semua harapan, dorongan dan pertahanan awal yang berhubungan dengan neurosis
infantil telah ditransfer ke orang oleh ahli analisis.
Saat pasien beusaha untuk berasosiasi bebas, mereka segera belajar bahwa mereka
mempunyai kesulitan dalam mengatakan apa yang datang ke pikiran mereka tanpa mensensor
pikiran tertentu. Konflik berkembang disekitar harapan dan perasaan tentang ahli analisis
yang mencerminkan konflik masa anak-anak. Pengalihan harapan dan perasaan awal atas ahli
analisis ke pada orang lain disebut transferensi. Berhubungan dengan transferensi adalah
perkembangan resistensi, suatu inhibisi asosiasi bebas dan suatu tujuan analisis yang
berlawanan. Walaupun hal ini tetap merupakan teknik dasar yang memimpin peran serta
pasien dalam analisis, penggunaan asosiasi bebas dalam proses analitikal adalah cara yang
relatif. Peranan mendasar dari psikoanalisis adalah bahwa pasien menyetujui untuk
sepenuhnya jujur kepada ahli analisis. Analisis yang sistematis tentang transferensi adalah
inti dari psikoanalisis. Dengan mengerti perasaan kuat yang terjadi daalam hubungan analitis,
pasien mempunyai pengertian yang lebih luas akan hubungan di masa lalu dan hubungan
sekarang di luar analisi. Juga perkembangan tilikan kepada konflik neurotik memperluas ego
dan memberikan suatu peningkatan perasaan menguasai.

Anda mungkin juga menyukai