I. Sejarah Obat
Zaman Purba
daun/akar tanaman→dicoba (empiris) →pengalaman
→turun-temurun (tradisional).
Obat nabati
Yg digunakan : rebusan/ekstrak →khasiat berbeda (asal
tanaman, waktu panen, cara pembuatannya →kurang
memuaskan.
Isolasi zat aktif dalam tanaman
mis : morfin dari Papaver somniferum.
digoksin dari Digitalis lanata.
vinkristin & vinblastin dari Vinea rosea.
Adl ilmu yg mempelajari interaksi antara obat dengan system biologik (MH/organisme).
FARMAKOGNOSI
pengetahuan & pengenalan obat yg berasal dari tanaman (mineral & hewan) & zat aktifnya.
BIOFARMASI
meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapetiknya
FARMAKOKINETIK
mempelajari proses biologic yg dialami oleh obat /nasib obat pd manusia sehat / pasien (MH /
organisme mempengaruhi obat)
nasib obat dalam tubuh : A D M E
FARMAKODINAMIK
mempelajari efek yang terjadi pd manusia / respon yg terjadi terhadap pemberian obat (obat
mempengaruhi organisme)
TOKSIKOLOGI
pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh (termasuk farmakodinamik karena
efek terapetik berhubungan dg efek toksik)
FARMAKOTERAPI
mempelajari penggunaan obat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit/gejalanya.
Obat jadi :
sediaan / paduan bahan yg siap digunakan untuk
mempengaruhi / menyelidiki sistem fisiologi / keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan & kontrasepsi.
(Permenkes no.917/menkes/per/X/tentang wajib daftar
obat jadi).
Obat Generik : obat dengan nama resmi yg ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia atau INN (International Non-Proprietary Name) untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya.
Cont. psikotropika :
Gol. I (26 zat), a.l. : Lisergida (LSD)
Gol. II (14 zat), a.l. : Amfetamin (Benzedrine)
Gol.III (9 zat), a.l. : Flunitrazepam (Rohypnol)
Gol. IV (60 zat), a.l. : Alprazolam (Xanax), Bromazepam
(Lexotan), Diazepam (Valisanbe,
Valium), Fenobarbital (Luminal), Klobazam
(Frisium), dll.
IV. Narkotika (UU RI no.22 th.1997)
Adalah zat/obat yg berasal dari tanaman/bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yg dapat menyebabkan
penurunan/perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri & menimbulkan
ketergantungan.
Cont narkotika :
Gol. I (26 bahan), a.l. : Papaver Somniferum L., kokain,
heroin.
Gol. II (87 zat/sediaan), a.l. : metadon, morfina, petidina.
Gol. III (14 zat/sediaan), a.l. : etilmorfin, kodein.
Proses yg dialami obat
sebelum mencapai tempat kerjanya (target site) :
B. Bioavailabilitas (BA)
Persentase obat yg secara utuh diabsorpsi tubuh dari suatu
dosis tertentu yg diberikan & tersedia, untuk melakukan efek
terapetiknya.
1. FARMAKOKINETIK
MH mempengaruhi obat
Proses yg dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu
absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi.
Eliminasi : metabolisme & ekskresi.
1.a. ABSORBSI
proses penyerapan obat dari tempat pemberian
ke sirkulasi darah sistemik.
Cara absorpsi obat/ mekanisme transport :
1. difusi pasif / sederhana/ non ionik
ciri – ciri :
1. arah transport searah dg perbedaan kadar / gradient
kadar
C1 > C2
C1 = C2 = transport berhenti
yg dapat menembus membran obat bebas
Zat lipofil lebih mudah larut daripada zat hidrofil.
C1 & C2 = kadar obat yg dapat menembus
membrane
obat (+) R (-) → {obat} (+) {R} (-) → Netral difusi pasif.
pembentukan pasangan ion dapat terjadi antara obat
dg komponen membran (pori)→ transport konvektif
6. Pinositosis / fagositosis
2. cara pemberian
pemberian secara injeksi i.v. > i.m. > s.c
Lanj…
tetapi sulit & mahal → VD semu (perhitungan dosis berdasarkan kadar obat
dalam darah/plasma), dapat diprediksikan seberapa banyak /jauh obat
terdistribusi dalam badan, yaitu :
VD ≤ 5 L (4% BB) → hanya terdistribusi dalam plasma
VD ± 15 L (10 – 20 L) → obat terdistribusi ke CES
VD ± 30 L / > → obat terdistribusi ke CIS
VD ± 40 L → obat terdistribusi keseluruh tubuh
VD ± 100 L / > → obat terdistribusi ke jaringan sekunder (jaringan
yg secara normal tdk berkembang tp krn >>> lemak/obesitas mjd
berkembang).
1. Konsentrasi obat
Kecepatan biotransformasi bertambah bila konsentrasi obat
meningkat.
Jika konsentrasi obat berada pd titik tertinggi maka semua
molekul enzim yg mengkatalisis biotransformasi ditempati
terus-menerus oleh molekul obat sehingga kecepatan
biotransformasi menjadi konstan.
2. Fungsi hati
Gangguan fungsi hati, biotransformasi dapat menjadi lebih
cepat / lebih lambat sehingga efek obat lebih lemah / lebih
kuat dari yg diharapkan.
3. Usia
- Bayi baru lahir (neonati), semua enzim hati belum terbentuk
sempurna → biotransformasi lebih lambat (terutama
pembentukan glukuronida).
adapula obat yg metabolismenya > cepat pada anak
daripada orang dewasa, shg dosisnya dinaikkan seperlunya
berdasarkan ukuran kadar plasma.
cont: fenitoin (antiepileptic), fenobarbital,karbamazepin,
valproat, etosuksimid.
lansia / geriatric
kemunduran pada banyak proses fisiologi (fungsi ginjal,
filtrasi glomeruli, jumlah total air tubuh & albumin serum <<<,
enzim hepatic <<<) shg menyebabkan terhambatnya
biotransformasi shg berefek kumulasi & keracunan.
cont: digoxin, propranolol, fenilbutazon , kecuali fenitoin yg
dimetabolisme lebih cepat shg efeknya singkat.
4. variasi genetic
1. secara fisis
ex : diuretic osmosis (manitol & sorbitol) & laksansia osmotik
(Mg & Na-sulfat).
Mekanisme kerja laksansia osmotik : diabsorpsi sangat
lambat oleh usus → proses osmosis → menarik air
disekitarnya → volume isi usus >> besar → rangsangan
mekanis pada dinding usus → peristaltik >> → feses keluar
2. secara kimiawi
ex : antasida lambung (Na-bikarbonat, Al & Mg-hidroksida)
mengikat kelebihan asam lambung melalui reaksi netralisasi
kimiawi.
zat-zat khelasi (chelator), mengikat ion-ion logam berat (Cu,
Hg, Pb, Zn) pada molekulnya dg ikatan kimiawi khusus →
membentuk kompleks shg tidak toksik &mudah diekskresi.
mis : EDTA (Na-edetat) & penisilamin
Lanj…
3.mengganggu proses metabolisme
ex : probenesid (obat encok) menyaingi penisilin dan
derivatnya pada sekresi tubular → ekskresi penisilin
lambat → efek diperpanjang.
Antibiotik mengganggu pembentukan dinding sel,
sintesa protein / metabolisme DNA/RNA bakteri.
4. kompetisi
untuk reseptor spesifik & enzim
RESEPTOR
Adalah molekul (protein) di permukaan / di dalam sitoplasma
sel yg mengenal & mengikat molekul spesifik, menghasilkan
efek khusus pada sel.
1.Efek Samping
efek suatu obat yg tidak diinginkan untuk tujuan
terapi dg dosis yg dianjurkan. obat yg ideal adalah
yg bekerja cepat, selektif, untuk tempat tertentu &
hanya berkhasiat terhadap penyakit tertentu tanpa
aktivitas lain. pada suatu saat ES dapat sebagai
efek utama.
Con :
a. Asetosal, ES : mengencerkan darah (merintangi
penggumpalan trombosit), bermanfaat untuk
prevensi sekunder infark otak / jantung.
b. Promethazin (antihistamin), ES : efek sedatif,
dikembangkan sbg psikofarmaka gol. Klorpromazin.
2. Efek Tambahan / Sekunder
efek tidak langsung akibat efek utama obat. cont :
penggunaan antibitika (A.B) spectrum luas /
fungistatik mengganggu bakteri usus yg
memproduksi vitamin, tjd defisiensi vitamin, diberi
vit. B komplek.
3. Idiosinkrasi
efek abnormal dari obat terhadap seseorang,
disebabkan kelainan faktor genetik pada pasien
yg bersangkutan. ex : pengobatan malaria dg
primaquin / pentaquin (pada orang kulit hitam
afrika) menyebabkan anemia hemolitik.
4. ALERGI
6. Efek toksik
bila obat digunakan dalam dosis yg tinggi
menunjukkan gejala toksik. bila dosis dikurangi, efek
toksik berkurang. (pembahasan toksikologi)
7. Efek teratogen
efek obat pada dosis terapetik untuk ibu dapat
mengakibatkan cacat pada janin.
Con : talidomid →focomelia
tetrasiklin →mengganggu pertumbuhan tulang &
gigi.
8. Toleransi
peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus-menerus
untuk mencapai efek yg sama.
menurut WHO
ketergantungan rohaniah & jasmaniah terhadap suatu obat,
ciri-ciri :
adanya dorongan untuk selalu menggunakan obat tsb
adanya kecenderungan kenaikan dosis
timbul ketergantungan rohaniah & diikuti ketergantungan
badaniah
menimbulkan kerugian terhadap masyarakat / individu sendiri
penghentian penggunaan obat tsb menimbulkan efek hebat
secara jasmani & rohani (abstinensi)
ex : abuse narkotika (morfin, kokain, ganja)
10. Tachifilaksis
peristiwa berkurangnya respon terhadap aksi obat pada
pengulangan dalam dosis yg sama. Respon mula-mula tidak
dapat diperoleh meskipun dosisnya diperbesar.
ex : efdrin (TM) untuk glaucoma
11. Kumulasi
fenomena pengumpulan obat dalam badan sebagai hasil
pengulangan penggunaan obat & diabsorpsi lebih cepat
dibanding ekskresinya. adanya akumulasi obat , pada
pengulangan dg dosis terapi dapat terjadi efek toksik.
ketr : no. 4,8,9,10,11efek-efek yg tidak dikehendaki pada
pengulangan / perpanjangan penggunaan obat
Obat A Obat B
Allopurinol Merkaptopurin (sitostatika)
Disulfiram, Alkohol
Sulfonilurea / tolbutamida,
metronidazol
cimetidin Teofilin,
karbamazepin,fenitoin, zat-
zat kumarin, nifedipin,
diltiazem, verapamil,
diazepam
14.4. induksi enzim
Obat (A) memacu pembentukan enzim hati sehingga
mempercepat eliminasi obat (B) & menyebabkan efek obat (B)
berkurang.
Con:
Obat A Obat B
Gol. Barbiturat (fenobarbital) Antikoagulansia
Antiepileptika (fenitoin, Antidepresan trisiklis
karbamazepin, lamotrigin, (amitriptilin, imipramin)
felbamat) Kortikosteroid
Fenobarbital Estrogen (dalam pil KB)
Fenitoin
Primidon
Karbamazepin
Rifampisin
Interaksi Obat dg Makanan
A. Absorpsi
- obat diikat/diadsorpsi oleh makanan shg absorpsinya di
usus <<< akibatnya efeknya <<<.
- ex :
1. makanan kaya serat vs levastatin (penghambat
kolesterolsintetase).
2. sayuran kaya vit. K (bayam, brokoli) vs antikoagulansia,
maka vit. K menurunkan efek antikoagulansia.
3. tetrasiklin vs susu/makanan banyak mengandung Ca
terjadi ikatan khelat shg absorpsi tetrasiklin turun.
Lanj…
B. Biotransformasi
2. Faktor penderita
- bayi & anak →sirup, pulveres (p.o)
- tidak sadar/pingsan, tidak kooperatif/gila →parenteral, rektal
(suppositoria, enema).
- tingkat ekonomi →harga tablet/kapsul berbeda dg sirup.
3. Faktor penyakit
- gawat/emergency →parenteral, aerosol, nebulizer.
- letak penyakit →mis : mata (TT, ZM), telinga (TT).
- penyakit kronis & frekuensi pemakaian yg sering →mis: peny.
Jantung (SR, oros, CR).
Fungsi BSO dari sisi biofarmasetika
1. Melindungi agar zat aktif tidak rusak oleh udara,
kelembaban/cahaya →tablet salut.
2. Melindungi zat aktif tidak dirusak asam lambung jk digunakan
per oral →tablet salut enterik, tab.sub lingual, tab.buccal.
3. Menutupi / menghilangkan rasa pahit, rasa & bau yg tidak
enak dari obat →kapsul, tablet salut, sirup.
4. membuat serbuk yg tidak larut / tdk stabil dalam larutan
dibuat serbuk yg tidak larut & terdispersi dalam air (suspensi).
5. mencampur cairan seperti minyak agar terdispersi dalam
larutan air menjadi emulsi, melindungi rasa & bau tak enak
dari minyak (emulsi minyak ikan).
6. Memudahkan penggunaan obat untuk pengobatan setempat
shg diperoleh efek maksimal di tempat yg diobati →TM/ZM,
TT, tetes hidung, salep/cream untuk kulit.
Lanj…
7. Agar obat mudah masuk dalam lubang badan, yaitu :
- rektum →suppositoria, enema.
- vaginal →insert/suppositoria vaginal, douche
- mata →TM,ZM, dll.
8. Mengatur pelepasan obat yg teliti, tepat, aman shg diperoleh
efek yg lama & teratur (tab/kaps SR, CR, Oros).
9. agar obat dapat segera masuk dalam peredaran darah /
jaringan badan (injeksi i.v. ; i.m.)
10. memperoleh aksi obat yg optimal dalam saluran pernapasan
(inhalasi / aerosol)
11. membuat sediaan obat yg berupa larutan, dimana obatnya
larut dalam zat pembawa yg dinginkan.
Klasifikasi BSO berdasarkan konsistensinya
1. BSO Padat
pulvis, pulveres, tablet, tab.salut (gula, film,enteric), tab.lepas
lambat, tab. Effervescent, tab.sublingual. Tab. Bukal, tab.
Kunyah, tab. Hisap, kapsul, tab. Vaginal, suppositoria, ovula,
pil, implan.
3. BSO Cair
larutan, eliksir, sirup, suspensi, emulsi, obat tetes, infusa,
kolutorium, gargarisma, lotio, enema, vaginal douche, vaksin,
imunoserum, infus i.v., injeksi, inhalasi, aerosol.
BSO PADAT
1. PULVIS (serbuk tidak terbagi)
Campuran homogen & kering bahan obat yg dihaluskan,
untuk pemakaian dalam/p.o.
Con : lacto-b, smecta.
4. TABLET (compressi)
sediaan padat, mengandung 1jenis obat/>, dg / tanpa zat
tambahan.
9. Tablet effervescent
Tablet berbuih yg dibuat dg cara kompresi granul yg
mengandung garam effervescent (Na-bikarbonat & asam
organik : sitrat, tartrat) atau bahan lain yg mampu melepaskan
gas CO2 ketika bercampur dg air.
10. Tablet vaginal / vaginal insert /
suppositoria vaginal
Tablet yg dimasukkan dalam vagina dg alat penyisip khusus, di
dalam vagina obat dilepaskan & berefek lokal.
Ex : flagystatin tablet vaginal.
16. OVULA
sediaan padat yg digunakan melalui vagina , umumnya
berbentuk telur , dapat melarut, melunak / meleleh pada suhu
tubuh. Ex : Vagistin ovula.
17. SUPPOSITORIA
Bentuk sediaan padat yg digunakan dg cara dimasukkan
melalui lubang / celah pd tubuh (rektum, vagina, saluran urin),
umumnya berbentuk terpedo, dapat melarut, melunak /
meleleh pd suhu tubuh, memberikan efek lokal / sistemik.
2. krim / cremores
sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung 1 / >
bahan obat terlarut / terdispersi dalam bahan dasar yg sesuai ,
digunakan sebagai emolien / untuk pemakain luar pd kulit.
3. jelly / gel
salep yg lebih halus, umumnya cair, mengandung sedikit lilin /
tanpa lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin /
dasar salep campuran sederhana minyak & lemak dg titik lebur
rendah.
4. pasta
1. sediaan berupa massa lembek , untuk pemakaian luar,
digunakan sebagai antiseptic / pelindung kulit, cara pakai :
dioleskan lebih dulu pada kain kasa.
2. Sediaan semi padat yg mengandung 1 / > bahan obat, untuk
pemakaian topikal (kulit luar). Perbedaan dg salep : persentase
bahan padat pd pasta > besar shg pasta > kaku dp salep.
ex : pasta Zink oksida.
6. linimenta
sediaan yg dipakai dg dioles & digosok dg penekanan agar
bahan obat menembus kulit.
7. Sabun
Sediaan setengah padat yg diperoleh melalui reaksi
saponifikasi (reaksi penyabunan alkali dg asam lemak rantai
panjang).
Konsistensi sabun tergantung dari alkali yg digunakan : KOH
(lunak), NaOH (keras).
BSO CAIR
2. ELIKSIR
larutan yg mempunyai rasa & bau sedap, selain mengandung
obat juga zat tambahan seperti : gula (sirup gula, sorbitol,
gliserin, sakarin), zat warna, zat pewangi, zat pengawet;
untuk obat dalam; pelarut utama : etanol (5 – 10%) untuk
mempertinggi kelarutan obat.
3. SIRUP
sediaan cair berupa larutan , mengandung sakarosa dg kadar
tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66,0%.
ex : sirup simpleks (sirup bukan obat)
4. SUSPENSI
sediaan yg mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
& tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Syarat suspensi :
- zat yg terdispersi halus tidak boleh cepat mengendap.
- suspensi tidak boleh terlalu kental, shg mudah dikocok,
endapan cepat terdispersi kembali & mudah dituang.
- mengandung suspending agent sbg stabilisator.
Suspensi digunakan sbg :
- suspensi oral, con : amoxicilin dry sirup.
- suspensi tetes telinga (bagian luar).
- suspensi steril untuk injeksi, con : suspensi kortison asetat
steril, ampisilin steril untuk suspensi.
5. EMULSI
sediaan yg mengandung bahan obat cair / larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi / surfaktan yg cocok.
12. INFUSA
sediaan cair yg dibuat dg cara menyari/mengekstraksi
simplisia nabati dg air pada T=90°C selama 15 menit.
20. IMUNOSERUM
sediaan cair / kering beku,mengandung immunoglobulin khas
dari pemurnian serum hewan yg telah dikebalkan, khasiat :
menetralkan toksin kuman / bisa ular / mengikat kuman / virus /
antigen lain yg sama dg yg digunakan pada pembuatannya.
22. INJEKSI
Sediaan steril yg disuntikkan dg cara merobek jaringan ke
dalam kulit / melalui selaput lendir.
Sediaan steril (mnrt F.I.), untuk parenteral dapat berupa :
1. Larutan / emulsi yg dapat langsung diinjeksikan.
Con : injeksi aminofilin.
2. Serbuk steril / cairan pekat yg tidak mengandung dapar,
pengencer / bahan tambahan lain shg harus diencerkan dulu
dg pelarut yg sesuai persyaratan injeksi.
Con : ampicillin Na-steril.
3. Sediaan spt.no.2. mengandung 1 / > dapar, pengencer &
bahan tambahan lain shg dapat langsung digunakan.
con : siklofosfamid untuk injeksi.
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yg
sesuai, tidak disuntikkan i.v. atau ke dalam saluran spinal.
ex : suspensi kortison asetat steril.
5. Sediaan serbuk steril yg harus disuspensikan lebih dulu dg
bahan pembawa yg sesuai untuk injeksi.
con : ampicillin steril untuk suspensi.
23. INHALASI
sediaan obat / larutan / suspensi terdiri dari 1 / > bahan obat yg
diberikan melalui saluran nafas hidung (mulut), disedot dg
memakai alat semprot mekanik, untuk memperoleh efek lokal /
sistemik. Sediaan obat biasanya dalam bentuk butiran kabut yg
sangat halus & seragam shg dapat mencapai bronkioli. Ex :
ventolin nebules
24. AEROSOL
sediaan yg mengandung 1 / > zat berkhasiat dalam wadah
bertekanan, berisi propelan / campuran yg cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis, dapat untuk obat luar /
untuk obat dalam. jika untuk obat dalam / inhalasi aerosol
dilengkapi dg pengatur dosis.
ex : kenalog spray (untuk obat luar, anti-inflamasi topikal).
25. Bentuk sediaan lainnya : PLESTER
bahan yg digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan
yg dapat melekat pd kulit & menempel pd pembalut. Tujuan :
melindungi & menyangga / memberikan daya perekat & daya
maserasi & memberikan pengobatan jika melekat pd kulit.
ex : plester estraderm TTS 50.
TTS = transdermal terapeutic system
RUTE / CARA
PEMBERIAN OBAT
Pemilihan rute / cara pemberian obat tergantung pada :
2. Sifat obat
a. obat merangsang mukosa mulut / mudah rusak oleh asam
lambung / obat menjadi inaktif oleh asam lambung & sal.
G.I. →sublingual (ISDN), parenteral (inj. Insulin), rektal
(aminofilin rektal).
Lanj…
2. b. obat tidak diabsorpsi oleh usus (mis : streptomisin) →
parenteral (injeksi i.m.).
C. BUKKAL
Tempat pemberian : obat diselipkan diantara gusi & pipi.
BSO : tablet, troches / lozenges (tablet hisap).
Keuntungan B & C :
a. efek cepat & sempurna karena obat langsung masuk ke
peredaran darah besar tanpa melalui hati.
b. untuk menghindari kerusakan obat dari saluran cerna
Kerugian B & C :
jika digunakan terus-menerus, kurang praktis karena
merangsang mukosa mulut.
C. Intraokular
Tempat pemberian : mata
Cara pemberian : diteteskan pd membran mukosa
mata, efek lokal.
BSO : suspensi, larutan.
D. Intra nasal
Tempat pemberian : hidung
Cara pemberian : diteteskan pd lubang hidung, efek
lokal.
BSO : larutan, semprot, inhalan, salep.
E. Aural / intraselulaer
Tempat pemberian : telinga
Cara pemberian : diteteskan pd lubang telinga, efek
lokal.
BSO : suspensi, larutan.
F. Vaginal
Tempat pemberian : vagina
Cara pemberian : dimasukkan ke dalam lubang vagina,
efek lokal
BSO : larutan, ointment, busa emulsi, gel,
tablet, insert, suppositoria.
G. Rektal
Tempat pemberian : rektum / anus
Tujuan : memperoleh efek lokal (antihemoroid)
& sistemik (asma).
BSO : larutan, ointment, suppositoria,
enema.
Keuntungan pemberian rektal :
rectum & colon menyerap banyak obat perrektal (untuk efek
sistemik) menghindari kerusakan obat / obat menjadi tidak
aktif karena pengaruh lingkungan perut & usus.
mudah diberikan untuk pasien muntah, sulit menelan, tidak
sadar
obat yg diabsorpsi melalui rectal beredar dalam darah tidak
melalui hati sehingga tidak mengalami detoksikasi /
biotransformasi yg mengakibatkan obat terhindar dari tidak
aktif.
kerugian :
○ tidak menyenangkan
○ absorpsi obatnya tidak teratur dan sukar ditentukan
H. Uretral
Tempat pemberian : uretra
Cara pemberian : dimasukkan ke dalam saluran
kencing, efek lokal.
BSO : larutan, suppositoria.
11. Intrarespiratori
Tempat pemberian : paru-paru
Cara pemberian : disemprotkan dg kanister / inhalasi
gas/cairan masuk paru-paru, efek lokal.
BSO : aerosol
keuntungan :
○ absorpsi cepat ,terhindar dari FPE di hati, pd penyakit paru
– paru (asma bronchial),obat dapat diberikan langsung
pada bronkus.
kerugian :
○ diperlukan alat & metoda khusus yg sulit dikerjakan, sukar
mengatur dosis, obatnya mengiritasi epitel paru-paru
TERIMA KASIH