Puji syukur tak henti hentinya kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat rahmatnya kami, dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Melalui makalah
ini kami dapat memperluas pengetahuan mengenai nutrisi dan kultivasi mikroorganisme.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tidaklah terlepas dari peran serta
pihak pihak terkait. Atas segala bantuan dan yang diberikan penyususun mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari dosen yang membaca makalah ini.
Penyusun berharap hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membutuhkanya. Semoga makalah ini dapat meningkatkan pemahaman kita di masa yang
akan datang Amin.
Penyusun
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Nutrisi Mikroba..........................................................3
2.2 Nutrisi yang Diperlukan Mikroorganisme..............................3
2.3 Kondisi Fisik yang Diperlukan untuk Pertumbuhan...............6
2.4 Metode Kultivasi Mikroba......................................................7
2.5 Teknik Kultivasi Mikroba.......................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................9
3.2 Saran.......................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui nutrisi dan perannya yang dibutuhkan mikroorganisme.
2. Mengetahui cara pengambilan nutrien oleh mikroorganisme.
3. Mengetahui teknik kultivasi mikrobiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip nutrisi mikroba
Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrient maka mikroba dapat dibagi atas jasad
osmotrof dan jasad fagotrof. Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan,
misalnya bakteri dan fungi, sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien secara fagositosis
lalu dicerna di dalam vakuola makanan, misalnya protozoa, jasad osmotrof mengeluarkan
eksoenzim untuk memecah molekul besar misalnya protease untuk memecah protein menjadi
asam amino, amilase untuk memecah pati menjadi gula, lipase memecah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol. Selanjutnya asam amino, gula, asam lemak, dan gliserol diserap ke dalam
sel untuk digunakan.
6. Semua jasad hidup memerlukan vitamin (senyawa organik yang penting untuk
pertumbuhan). Kebanyakan vitamin berfungsi membentuk substansi yang mengaktivasi
enzim.meskipun semua bakteri membutuhkan vitamin di dalam proses metaboliknya
yang normal, beberapa mampu mensintesis seluruh keperluan vitaminnya dari
senyawa-senyawa lain di dalam medium. Yang lain tidak akan tumbuh kecuali bila
ditambahkan satu atau lebih vitamin ke dalam mediumnya, seperti Leuconostoc
mesentroides tidak mampu mensintesis beberapa asam amino dan vitamin sehingga
harus ditambahkan dalam keadaan jadi ke dalam mediumnya.
7. Oksigen merupakan unsure yang terdaat dalam molekul hayati seperti asam amino,
nukleotida, gliserida dan molekul lain. Keperluan akan oksigen dipenuhi bersamaan
dangan masuknya nutrient lain sepertirotein dan lipid. Disamping itu, oksigen dalam
bentuk O2 juga diperlukan untuk menjalankan respirasi aerobic.
8. Semua jasad hidu memerlukan air bagi kehiduan karena semua aktivitas metabolism
terjadi dalam lingkungan air. Ketersediaan air yang dapat digunakan dalam mikroba
sering dinyatakan dengan aktivitas aair (Aw). Aktivitas air suatu bahan dapat dihitung
dengan menentukan kelembaban relatifnya (RH). Untuk bakteri, semua nutrient harus
ada dalam bentuk larutan sebelum dapat memasuki bakteri tersebut.
2.3 Kondisi fisik yang diperlukan untuk pertumbuhan
Selain menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu
disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroba tidak
hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukan respon yang berbeda
terhadap kondisi fisik di lingkungannya. Untuk berhasilnya kultivasi mikroba
diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai. Ada 5 arameter
lingkungan yang utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu
temperature, kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan osmosis.
a. Temperatur
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dank arena laju
reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperature, maka pola pertumbuhan mikroba sangat
dipengaruhi oleh temperature. Temperature juga mem pengaruhi laju pertumbuhan dan
penambahan jumlah sel. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses
metabolic serta morfologi sel. Setiap mikroba tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu.
Atas dasar ini maka mikroba ada yang bersifat psikrofilik yang tumbuh pada 00 dampai
200 C, mesofilik yang tumbuh pada 200 sampai 450 C dan termofilik yang tumbuh
pada temperature 450 sampai 800 C. Temperature inkubasi yang memungkinkan
pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang singkat (12 sampai 24 jam) dikenal
sebagai temperature pertumbuhan optimum.
b. Kondisi atmosfer seperti kadar oksigen, RH dan tekanan udara
Mikroba memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respons terhadap oksigen
bebas dan atas dasar ini maka mikroba dibagi menjadi empat yaitu aerobik (memerlukan
oksigen), anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerobic fakultatif (tumbuh pada
keadaan aerobic dan anaerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh bila ada sedikit oksigen
atmosferik). Beberapa mikroba bersifat anaerobik obligat, bila terkena oksigen akan
terbunuh, oleh karena itu untuk menumbuhkan mikroba anaerobic diperlukan teknik
khusus agar tercapai keadaan anaerob. Keperluan penumbuhan jasad anaerob obligat dapat
dipenuhi dengan menggunakan alat yang disebut anaerobic jar.
c. Konsentrasi ion hydrogen (pH)
pH optimum bagi kebanyakan mikroba terletak antara 6.5 sampai 7,5. Bagi
kebanyakan mikroba pH minimum dan maksimum antara 4 sampai 9. Pertumbuhan
mikroba sangat dipengaruhi oleh pH karena nilai pH sangat menentukan aktivitas enzim.
Bila mikoba di kultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula pH-nya 7 maka
kemungkinan pH ini akan berubah. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar sehingga
menghambat pertumbuhan. Pergeseran pH dapat dicegah dengan menggunakan larutan
penyangga atau bufer dalam medium. Bufer merupakan senyawa yang dapat menahan
perubahan pH misalnya KH2PO4 dan K2HPO4. Beberapa bahan nutrisi medium seperti
pepton mempunyai kapasitas bufer. Perlu atau tidaknya suatu medium diberi bufer
tergantung kepada maksud penggunaannya dan dibatasi oleh kapasitas bufer yang dimiliki
senyawa-senyawa yang digunakan.
d. Tekanan osmosis
Tekanan osmosis adalah besarnya tekanan minimum yang dierlukan untuk mencegah
aliran air yang menyebrangi membrane di dalam larutan. Contohnya : jika larutan 10 %
sukrosa di dalam kantong membrane dialysis diletakkan dalam air dalam gelas maka
molekul air yang ada dalam gelas akan mengalir ke dalam kantong analisis. Besarnya
tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran molekul air dalam gelas ke dalam
kantong dialisis merupakan nilai tekanan osmosis larutan sukrosa tersebut. Berdasarkan
tekanan osmosanya maka larutan tempat pertumbuhan mikroba dapat digolongkan atas
larutan hipotonis, isotonis dan larutan hipertonois. Mikroba biasanya hidup di lingkungan
yang bersifat agak hipotonis sehingga air akan mengalir dari lingkungannya ke dalam sel
sehingga sel menjadi mengembang kaku. Adanya dinding sel dapat mencegah pecahnya
sel mikroba.
3. Goresan Radian
a. Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.
b. Pijarkan ose dan dinginkan kembali.
c. Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir
lempengan.
d. Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya.
e. Pijarkan ose.
4. Goresan Sinambung
Ambil satu mata ose suspensi dan goreskan setengah permukaan lempengan agar.
Jangan pijarkan ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose yang sama dan gores
pada sisa permukaan lempengan agar.
Setelah inkubasi, sel-sel mikroba memperbanyak diri dan dalam waktu 18-24 jam
akan terbentuk suatu massa sel yang disebut koloni. Koloni yang terbentuk ini adalah
biakan murni. Di bawah ini adalah hasil kultivasi berupa biakan murni yang diperoleh
dengan teknik goresan.
c. Teknik lempeng tuang (Pour Plate Technique )
Teknik pour-plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang
masih cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total
Plate Count). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar
merata pada media agar. Kultivasi mikroba dengan teknik ini dimulai dengan
mengencerkan kultur bakteri yang telah ada dengan aquades. Selanjutnya, diaduk hingga
rata dengan cara memutar tabung reaksi dengan telapak tangan selama beberapa kali.
Larutan dilusi tadi sebanyak + 1 ml dituang ke dalam cawan petri. Cawan petri diputar
secara perlahan-lahan di atas meja horizontal untuk mengaduk campuran media agar
dengan dilusi kultur mikroba. Terakhir, inkubasi kultur ini pada kondisi yang sesuai.
Tahapan di atas diilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini.
Biakan murni yang dihasilkan, jika disimpan dalam jangka waktu yang lama akan
mudah sekali mengalami mutasi. Ini berarti, biakan murni yang disimpan terlalu lama
bukan lagi biakan murni yang semula. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus
dilakukan untuk mencegah atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya mutasi,
yaitu :
a. Secara periodik, biakan harus dipindahkan ke medium baru, sebaiknya pemindahan
dilakukan pada fase log.
b. Biakan harus disimpan pada suhu rendah dan terhindar dari radiasi.
Mikroba diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisis susu kering
bercampur CO2 kemudian disimpan pada tempat bersuhu rendah.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil makalah yang dibuat yaitu :
1. Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrient maka mikroba dapat dibagi atas jasad
osmotrof dan jasad fagotrof.
2. Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan, misalnya bakteri dan fungi.
3. Jasad fagotrof mengambil nutrien secara fagositosis lalu dicerna di dalam vakuola
makanan, misalnya protozoa, jasad osmotrof mengeluarkan eksoenzim untuk memecah
molekul besar misalnya protease untuk memecah protein menjadi asam amino, amilase
untuk memecah pati menjadi gula, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol.
4. Selain menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu disediakan
kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum.
5. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukan respon
yang berbeda terhadap kondisi fisik di lingkungannya.
6. Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan
fisik yang sesuai.
7. Ada 5 arameter lingkungan yang utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan
mikroba yaitu temperature, kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan osmosis.
3.2 SARAN
Karena keterbatasan informasi dan pengetahuan tentang nutrisi dan kultivasi
mikroorganisme ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman tentang pembuatan makalah
ilmiah, mengakibatkan terdapat sedikit kesulitan dalam pembuatan makalah ilmiah ini. Tetapi
karena keterbatasan itulah saya termotivasi untuk menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Nutrisi Mikroba, Sebuah Esensi Dasar Untuk Kehidupan Mikroba.
http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/31/nutrisi-mikroba-sebuah-esensi-dasar-untuk-
kehidupan-mikroba/. Diakses pada tanggal 19 maret 2015.
Djide, M., dan Sartini. 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanuddin :
Makassar.
Dwyana, Zaraswaty dan Nur Haedar. 2009. Penuntun praktikum Mikrobiologi Pangan.
Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Jawetz, dkk. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika, Surabaya.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV. Yrama Widya :
Bandung