Anda di halaman 1dari 5

1. a. Bagaimana fisiologi pembentukan plasenta ?

Perekembangan dan anatomi fisiologi plasenta. Ketika korda


trofoblastik dari. Blastokista melekat pada uterus, kapiler-kapiler darah
tmbuh kedalam korda dari sistem vascular embrio yang baru terbentuk.
Sekitar 21 hari setelah pembuahan, darah yang mulai dipompa oleh
jantung embrio manusia. Secara bersamaan, sinus-sinus darah yang
disuplai oleh darah oleh darah ibu berkembang di sekitar. Bagian luar
korda trofoblastik. Sel-sel trofoblas menjulurkan semakin banyak
penonjolan-penonjolan, yang akan menjadi vili plasenta, vili yang
membawa darah fetus dikelilingi oleh sinus-sinus yag mengandung darah
ibu.
Struktur akhir plasenta ditunjukan pada gambar. Perhatikan bahwa
darah fetus mengalir melalui dua arteri umbilikalis, lalu ke kapiler-kapiler
vili, dan akhirnya kembali melalui sebuah vena umbilikalis menuju fetus.
Sementara itu, darah ibu mengalir dari arteri uterine kedalam sinus-sinus
maternal besar yang mengililingi vili dan kemudian kembali ke vena
uterine ibu (Guyton, 2016).

Pada kasus, yang terganggu adalah sel endothel vascular pada semua
pembuluh darah organ tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya kegagalan
invasi trofoblas pada dinding arteri spiralis pada awal kehamilan sehingga
arteri spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna.

c. Apa hubungan usia dan status gravida pada kasus ini ?


hubungannya merupakan factor resiko. Usia yang aman untuk kehamilan
dan persalinan pada usia 20-30 tahun. Komplikasi maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun memiliki 2-5 kali lebih tinggi
selama kehamilan. Setia remaja primigravida/nullipara mempunyai risiko
yang lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat
lagi saat usia diata 35 tahun (manuaba C, 2007).

g.Apa saja penyebab dari kejang ?


 Vasospasme cerebri
Disfundi endotel  penurunan produksi prostasiklin (vasodilator
kuat)  peningkatan produksi tromboksan (vasokonstriktor kuat)
 vasospasme cerebri.
 Iskemia cerebri
Hipertensi dalm kehamilan  vasokonstriksi pembuluh darah dan
hypovolemia  hipoperfusi cerebral  iskemik cerebral.
 Edema cerebri
Disfunsi endotel  meningkatkan permeabilitas membrane 
transudasi cariran ke interstesial (terdapat proteinuria yang akan
menyebabkan hypoalbuminemia) menurunkan tekanan onkotik
plasma  memicu terjadi difusi cairan (intravaskuler – interstisial)
 edema serebri.

2. c. Berapa kali ANC dilakukan selama kehamilan (Waktu & Frekuensi) ?


Jawaban :
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
masa kehamilan dengan distribusi kontak :
 Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu.
 Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13-24
minggu.

 Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24


minggu.

Dengan pelayanan yang baik, dapat diidentifikasi kehamilan beresiko


tinggi dan dilanjutkan dengan perawatan khusus. Pelayanan antinatal
yang berkualitas dan dilakukan sedini mungkin secara teratur akan
membantu pengurangan resiko terhadap kejadian anemia. Secara
ringkas pelayanan antinatal minimal 4 kali salama kehamilan, yaitu: 1
kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II. Dan 2 kali pada trimseter
III untuk mendapatkan pelayanan 5T (Depkes RI,2009).

10 Pemeriksaan penunjang ?
 CT-scan
 MRI
 Fungsi hati ( LDH, SGOT,SGPT)
 Fungsi ginjal ( ureum, kreatinin)
 Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
 USG

Tatalaksana

Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk


stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat aiway, breathing, circulation
(ABC), mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia, dan asidemia
mencegah trauma pada pasien waktu kejang, mengendalikan tekanan darah,
khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat
dengan cara yang tepat.

Perawatan pada waktu kejang : Pada penderita yang mengalami kejang,


tujuan pertama pertolongan ialah mencegah penderita mengalami trauma akibat
kejang-kejang tersebut. Dirawat di kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar
gelap, agar bila terjadi sianosis segera diketahui. Penderita dibaringkan di tempat
tidur yang lebar, denga rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci denga kuat.
Selanjutnya masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba
melepas sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi.Kepala
direndahkan dan daerah orofaring dihisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan
ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat untuk menghentak benda-
benda keras di sekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor,
guna menghindari fraktur. Bila selesai kejang beri oksigen. Pemberian obat anti
kejang.

Prognosis

Prognosis ibu: dubia ad bonam


Prognosis janin: dubia

Sintesis :

Prognosis eklampsia ditentukan oleh “Kriteria Eden”

1. Koma yang lama


2. Nadi diatas 120 / menit
3. Suhu diatas 39,5 ̊c
4. Tekanan darah sistolik diatas 200 min hg
5. Kejang lebih dari 10 kali
6. Protein lebih dari 10 gr/liter
7. Tidak ada edema

Bila didapatkan >2 gejala tersebut, maka prognosis ibu adalah buruk.

Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat
Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 964.

Manuaba, IGB. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai