Di Susun Oleh :
NAMA : Dittya Rahma Rizki
NIM : G1B221029
KELOMPOK I
MINGGU KE : KE-2
Pembimbing Akademik :
2) Sistem Pernafasan
Pernafasan pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik
nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara
tertahan didalam. Respirasi pada neonates biasanya pernafasan
diagfragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam
tarikan belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli
akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelectasis, dalam
keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya
karena adanya kelanjutan metabolism anerobik. (Indriyani, 2013).
Bernapas pada bayi baru lahir normal pertama kali kemungkinan
sebagai akibat dari reflex yang dipicu oleh perubahan tekanan,
pajanan terhadap temperature udara yang dinging, bising, dan
sensasi lainnya yang berhubungan dengan proses kelahiran.
Selain itu kemoreseptor di aorta dan badan karotis memulai reflex
neorulogis ketika tekanan oksigen arteri (PO2) menurun, tekanan
karbondioksida (CO2) arteri meningkat, dan pH arteri menurun.
Pada sebagian besar kasus, reaksi pernapasan berat terjadi dalam 1
menit setelah lahir, dan bayi melakukan tarikan napas pertama dan
menangis. Setelah pernapasan dimulai, periode dari napas periodik
yang terdiri dari atas henti napas sementara yang berlangsung
kurang dari 20 detik. Periode henti napas lebih dari 20 detik
merupakan indikasi proses patologis dan haru dievaluasi secara
menyeluruh. (Lowdermilk, 2013).
3) Sistem Hematopoietik
Pada bayi baru lahir menunjukan beberapa variasi dari orang
dewasa. Kadar sel darah merah dan leukosit berada namun kadar
trombosit relatif sama. (Lowdermilk, 2013).
a) Sel Darah Merah dan Hemoglobin
Saat lahir, kadar rata-rata sel darah merah dan hemoglobin
(hemoglobin janin bersifat dominan) lebih tinggi dibandingkan
pada orang dewasa. Darah tali pusat pada bayi baru lahir matur
dapat memiliki konsentrasi hemoglobin 14 hingga 24 g/dl
(rata-rata17 g/dl). Hematrokit berkisar dari 44 % hingga 64 %
(rata-rata 55 %). Sel darah merah juga ikut meingkat berkisar
dari 4,8 hingga 7,1 juta/mm3 (rata-rata 5,14 juta/mm3 ). Pada
akhir bulan pertama, nilai-nilai ini akan menurun dan
mencapai kadar rata-rata 11 hingga 17 g/dl dan 4,2 hingga 5,2
juta/mm3 secara berurutan. Kadar darah ini dipengaruhi oleh
klem tali pusat yang tertunda, yang akan mengakibatkan
peningkatan hemoglobin, sel darah dan hematokrit.
b) Leukosit
Leukosit dengan hitung sel darah putih (SDP) sekitar 18.000
sel/mm3 (berkisar antara 9.000 hingga 30.000 sel/mm3)
normal saat lahir. Jumlah leukosit meningkat hingga 23.000
sampai 24.000 sel/mm3 selama hari pertama setelah lahir.
Leukosit awal yang tinggi pada bayi baru lahir akan menurun
cepat, kadar 11.500 sel/mm3 umumnya dipertahankan selama
periode neonatus.
c) Trombosit
Trombosit berkisar antara 200.000 hingga 300.000 sel/mm3
dan sama nilainya pada bayi baru lahir dan orang dewasa.
Kadar factor II,VII, IX dan X yang ditemukan dihati, menurun
selama beberapa hari pertama kehidupan, karena bayi baru lahir
tidak dapat menyintesis vitamin K. namun, kecenderungan
pendarahaan pada bayi baru lahir tidak biasa terjadi, dan jika
difisiensi vitamin K tidak terhebat, pembentukan bekuan darah
darah cukup untuk mencegah perdarahaan.
d) Golongan Darah
Golongan darah bayi ditentukan secara genetik dan dibentuk
pada awal kehidupan janin. Namun, selama periode neonatus,
kekuatan aglutinogen yang terdapat pada membrane sel darah
merah meningkat perlahan. Sampel darah tali pusat dapat
digunakan untuk mengidentifikasi golongan darah bayi dan
status resusnya.
4) Sistem Termogenik
Setelah terjadinya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat regulasi
panas merupakan hal terpenting untuk kelangsungan hidup bayi
baru lahir. Termoregulasi adalah mempertahankan keseimbangan
antara kehilangan panas dan produksi panas. Bayi baru lahir
berusaha untuk menstabilkan temperature inti tubuhnya dalam
rentang yang sempit. Hipotermia akibat kehilangan panas berlebih
sering terjadi dan berbahaya bagi neonatus. Kemampuan bayi baru
lahir untuk memproduksi panas (thermogenesis) sering kali
menyerupai orang dewasa, namun kecenderungan terhadap
kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan dingin meningkat
pada bayi baru lahir dan menyebabkan bahaya. (Lowdermilk,
2013).
a) Thermogenesis
Mekanisme menggigil untuk memproduksi panas jarang terjadi
pada bayi baru lahir. Thermogenesis tanpa menggigil terjadi
terutama oleh metaolisme lemak coklat yang khas pada bayi
baru lahir, dan juga oleh peningkatan aktivitas metabolic di
otak, jantung, dan hati, lemak cokelat terletak di cadang lemak
superfisial pada daerah interskapula dan askila, juga pada
cadangan lemak dalam pada pintu masuk toraks, sepanjang
kolumna veterba dan sekitar ginjal. Lemak coklat memliki
suplai pembuluhn darah dan saraf yang lebih kaya
dibandingkan dengan lemak biasa. Panas yang di produksi oleh
akativitas metabolic lemak dalam lemak cokelat dapat
menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi
panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat, umumnya
terdapat hingga beberapa minggu setelah lahir, dan habis
dengan cepat akibat dingin .jumlah cadangan lemak coklat
meningkat seiring dengan usia kehamilan. Bayi baru lahir
matur memiliki cadangan lemak yang lebih banyak
dibandingkan bayi premature.
1. Kehilangan Panas
Kehilangan panas pada bayi baru lahir tejadi melalui empat cari
berikut: (Lowdermilk, 2013).
1. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan aliran panas dari permukaan
tubuh ke udara lingkungan yang lebih dingin. Oleh karena
dapat terjadi kehilangan panas akibat konveksi, temperature
lingkungan dalam kamar perawatan bayi dipertahankan pada
suhu sekitar 24o C, dan bayi baru lahir pada tempat tidur bayi
yang terbuka harus diselimuti untuk melindungi mereka dari
dingin.
2. Radiasi
Radiasi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh menuju
permukaan padat yang lebih dingin, tidak dengan kontak
langsung, namun pada jarak yang relative dekat. Untuk
mencegah kehilangan panas ini, tempat tidur bayi dan meja
periksa ditempatkan jauh dari jendela.
3. Evaporasi
Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi ketika cairan
dikoveksi menjadi uap. Pada bayi baru lahir, kehilangan panas
oleh evaporasi terjadi sebagai akibat dari penguapan
kelembaban pada kulit. Kehilangan panas ini dapat diakibatkan
karena kesalahan teralu cepat mengeringkan bayi baru lahir
atau melalu pengeringan bayi yang terlalu lambat setelah di
mandikan. Semakin kurang matur bayi baru lahir tersebut,
semakin berat kehilangan panas melalu evaporasi yang akan
terjadi. Kehilangan panas melalui evaporasi adalah kehilangan
panas yang tidak disadari, merupakan penyebab kehilangan
panas yang paling penting pada beberapa hari pertama
kehidupan.
4. Konduksi
Konduksi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh kepada
permukaan yang lebih dingin dengan kontak langsung. Ketika
masuk kedalam ruang perawatan bayi, bayi baru lahir
ditempatkan dalam tempat tidur hangat untuk meminimalkan
kehilangan panas. Timbangan yang digunakan untuk
menimbang bayi baru lahir harus dilapisi kain pelindung untuk
meminimalkan kehilangan panas secaa konduksi.
2. Regulasi
Temperatur Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi
panas pada awalnya kurang dibandingkan pada orang dewasa.
Bayi baru lahir memiliki rasio permukaan tubuh terhadap berat
badan (massa) yang lebih besar dibandingkan pada anak
dewasa. Posisi fleksi pada bayi baru lahir membawa melindungi
dari kehilangan panas karena mengurangi jumlah permukaan
tubuh yang terpajan pada lingkungan. Bayi juga dapat
mengurangi kehilangan panas dari dalam melalui permukaan
tubuh dengan konstriksi pembuluh darah perifer. Stress dingin
mempengaruhi kebutuhan metabolic dan fisiologis pada semua
bayi, tanpa dipengaruhi usia kehamilan, dan kondisi. Pada bayi
yang mengalami stress dingin, konsumsi oksigen dan energy
dialihkan dari mempertahankan fungsi otak dan jantung yang
normal serta pertumbuhan kepada thermogenesis untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
5) Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, menverna,
memetabolisme dan mengabsorsi protein dan karbohidrat
sederhana serta mengemulsi lemak. Pada bayi baru lahir denga
hidrasi yang adekuat membrane mukosa mulutnya lembab dan
berwarna merah muda. Saat bayi lahir, tidak terdapat bakteri dalam
saluran cernanya. Bising usus bayi dapat didengar satu jam setelah
lahir. Kapasitas lambung bervariasi dari 30 hingga 50 mltergantung
pada ukuran bayi. Beberapa factor, seperti waktu pemberian
makanan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan, serta
stress psikis dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung.
Waktu ini bervariasi dari 1 sampai 24 jam. (Babok, 2005)
Pencernaan dan absorsi nutrient berlangsung di usus halus.
Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna karbohidrat, lemak,
dan protein diatur oleh beberapa enzim tertentu. Kebanyakan enzim
ini telah berfungsi saat bayi lahir terkecuali enzim amylase. Bayi
baru lahir yang normal biasanya mampu mencerna karbohidrat
sederhana dan protein, tetapi terbatas dalam mencerna lemak.
(Babok 2005)
Saat lahir, usus bagian bawah berisi meconium. Meconium
dibentuk selama kehidupan janin dari cairan amonion dan
konstituennya, sekresi usu (meliputi bilirubin), dan sel-sel (yang
luruh dari mukosa). Meconium berwarna hitam yang dikeluarkan
biasanya steril, namum dalam beberapa jam, semua meconium
yang dikeluarkan mengandung bakteria. Mayoritas bayi matur yang
sehat mengeluarkan meconium 12 hingga 24 jam pertama
kehidupan, dan hamper semua bayi mengalaminya dalam 48 jam
pertama (Blackburn, 2007). Jumlah tinja yang keluar bervariasi
selama minggu pertama, dimana paling banyak antara hari ketiga,
keempat dan keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih dini,
akan mengeluarkan tinja lebih cepat. Perubahan progresif dalam
pola tinja mengidentifikasi saluran cerna yang berfungsi baik antara
lain:
a) Mekonium
Tinja bayi pertama terdiri atas cairan amnion dan komponen
lainnya, sekresi usus, perubahan sel mukosa dan kemungkinan
darah (darah ibu yang tertelan atau perdarahaan minor pada
pembuluh darah usus). Pengeluaran meconium harus terjadi
dalam 24 hingga 48 jam pertama, walaupun dapat terjadi
hingga 7 hari pada bayi dengan berat lahir sangat rendah.
b) Tinja Peralihan
Biasanya muncul pada hari ketiga setelah mulainya pemberian
makan, berwarna cokelat kehijauan atau cokelat kekuningan,
lembek, dan kurang lengket dibandingkan meconium dapat
mengandung gumpalan susu.
c) Tinja susu
Umumnya muncul pada hari keempat. Bayi dengan asi tinjanya
akan berwarna kuning gelap, memiliki konsentrasi lembek
seperti pasta, dengan bau seperti susu asam.
6) Sistem Renal
Fungsi ginjal bayi baru lahir mirip dengan fungsi ginjal pada orang
dewasa. Biasanya pada bayi saat lahir terdapat sejumlah kecil urine
dalam kandung kemih, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak
mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Dan biasanya bayi baru
lahir akan sering berkemih setelah periode ini. Berkemih 6 – 10x,
dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup.
Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 – 60
ml/kgBB/hari. (Babok, 2005).
7) Sistem Hepatika
Hati dan kandung kemih dibentu pada minggu keempat gestasi.
Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1cm dibawah batas
iga kanan keraena hati membesar dan menempati sekitar 40% dari
rongga abdomen. Hati bayi memainkan peranan penting dalam
penyimpanan besi, memetabolisme karbohidrat, konjugasi bilirubin
dan koagulasi. (Lowdermilk, 2013).
a) Penyimpanan Besi
Hati janin, yang berperan sebagai tempat produksi hemoglobin
setelah lahir, mulai menyimpan besi dalam uterus. Cadangan
besi pada bayi proposional terhadap kandungan hemoglobin
total tubuh dan lamanya gestasi. Saat lahir, bayi matur memiliki
cadangan besi yang cukup untuk usia 4 hingga 6 bulan.
b) Memetabolisme Karbohidrat
Saat lahir, bayi baru lahir dipisahkan dari suplai glukosa ibu,
akibatnya bayi baru lahir memiliki kadar glukosa serum awal
menurun. Peningkatan kebutuhan energy, penurunan pelepasan
glukosa pleh hati dari cadangan glikogen, peningkatan volume
sel darah merah, dan peningkatan ukuran otak pada bayi baru
lahir akan berperan dalam menyebabkan habisnya simpanan
glikogen dalam 24 jam pertama setelah lahir. Pada sebagian
besar bayi baru lahir normal yang sehat, kadar glukosa darah
stabil pada 50 hingga 60 mg/dl selama bebrapa jam setelah
lahir. Pada hri ketiga kehidupan, kadar glukosa darah harus
berkisar antara 60 hingga 70 mg/dl. Inisiasi pemberian
makanan membantu stabilisasi kadar glukosa darah bayi baru
lahir. Kolostrum mengandung kadar glukosa darah pada
neonatus yang disusui (kolostrum mengandung protein yang
lebih tinggi, namun lebih rendah karbohidratnya, bila
dibandingkan susu normal).
c) Jaundis
Jaundis merupakan manifestasi pigmen bilirubin dalam jaringan
tubuh. Jaundis umumnya tidak terlihat hingga kadar bilirubin
mencapai 5 mg/dl. Semua jaundis yang terlihat dalam 24 jam
pertama kehidupan atau jaundis menetap 7 hingga 10 hari
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyebabnya
karena hal ini menunjukan adanya proses patologis yang
mendasarinya.
d) Koagulasi
Faktor-faktor koagulasi yang disintesis dihati, diaktivasi oleh
vitamin K. kurangnya bakteri usus yang diperlakukan untuk
menyintesis vitamin K menyebabkan defisiensi kaogulasi darah
sementara antara hari kedua hingga hari kelima kehidupan.
Penggunaan vitamin K intramuscular sesaat setelah lahir
membantu mencegah masalah pembekuan darah.
8) Sistem imun
Sistem imun pada bayi baru lahir mormal terhadap sel yang
memberikan imunitas pada bayi telah terbentuk sejak awal
kehidupan janin; namun, sel-sel ini tidak aktif selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan, setelah lahir. Selama 3 bulan
pertama kelahiran, bayi matur yang sehat terlindungi oleh imunitas
pasif yang didapat dari ibu; namun, status izi tergantung pada
pajajan ibu sebelumnya terhadap antigen dan respons
immunoloinya. Immunoglobulin A (IgA) yang memproteksi
membrane menghilang dari saluran pernapasan dan saluran keih,
dan bila bayi tidak menyusui, IgA juga menghilang dari saluran
cerna. Bayi mulai menyintesis IgG, dan sekitar 40% dari kadar
pada orang dewasa dicapai pada usia 1 tahun. Sejumlah besar IgM
diproduksi saat lahir, dan kadar dewasa dicapai pada usia 9 bulan.
Produksi IgA, IgD, dan IgE lebih bertahap, da kadar maksimal
belum dicapai hingga masa kanak-kanak awal. Bayi yang disusui
menerima imunitas aktif yang banyak melalui kolostrum dan ASI.
(Lowdermilk, 2013).
9) Sistem Integumen
Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan (merah daging)
bebrapa jam setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat menjadi
warna normal. Kulit sering terlihat berbercak, terutama di daerah
sekitar ekstermitas. Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik.
Warna kebiruan ini, akrosianosis disebabkan oleh ketidakstabilan
vasomotor, statis kapiler, dan kadar hemoglobin yang tinggi.
Keadaan ini bersifat normal, bersifat sementara, dan bertahan
selama tujuh sampai sepuluh hari, terutama bila terpajan dengan
udara dingin. (Lowdermilk, 2013).
a) Kaput Suksedenum
Kaput suksedenum adalah edema pada kulit kepala. Tonjolan
edema yang terlihat saat bayi lahir memanjang sesuai garis
sutura tulang tengkorak dan lenyap secara spontan dalam 3
sampai 4 hari. (Babok, 2005). Tekanan menetap oleh serviks
pada vertex yang dipresentasikan mengakibatkan komperesi
dada pada pembuluh darah setempat, sehingga memperlambat
aliran balik vena. Aliran balik vena yang diperlambat
menyebabkan meningkatnya cairan jaringan pada kulit kepala,
dan terbentuk pembengkakan edematosa. (Lowdermilk, 2013)
b) Sefahematoma
Sefahematoma adalah kumpulan darah diantara tulang
tengkorak dan periosteumnya. Perdarahan dapat terjadi pada
saat kelahiran spontan akibat penekanan pada tulang panggul
ibu. Sefahematoma akan lenyap dengan spontan 3 sampai 6
minggu. (Babok, 2005).
c) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdapat saat lahir, namun tidak berespons
terhadap peningkatan temperature lingkungan atau tubuh.
Beberapa hiperplasia kelenjar sabasea janin dan sekresi sebum
diakibatkan oleh pengaruh hormonal pada kehamilan. Vernik
kaseosa merupakan produk dari kelenjar sabasea. Pelepasan
vernik kaseosa diikuti oleh deskuamasi epidermis pada
sebagian besar bayi. Verniks telah terbukti sebagai pelindung
epidermis dan bermanfaat bagi kulit bayi seperti menurunkan
pH kulit, berkurangnya eritema kulit, dan peningkatan hidrasi
kulit (Visscher dkk, 2005). Kelenjar sebasea putih yang kecil
meonjol (milia) dapat ditemukan pada muka bayi baru lahir
(Lowdermilk, 2013). Setelah sekitar dua minggu, ketika
kelenjar bersekresi, millia secara bertahap menghilang (Babok,
2005).
d) Deskuamasi
Deskuamasi adalah pengelupasan kulit. Pada kulit bayi tidak
terjadi sampai beberapa hari setelah lahir. Deskuamasi saat
bayi lahir merupakan indikasi pasca maturitas. (Babok, 2005).
e) Bintik Mongolian
Bintik Mongolian, daerah pigmentasi hitam kebiruan, dapat
tampak pada berbagai bagian permukaan luar tubuh, meliputi
ekstermitas. Bintik-bintik ini lebih sering ditemukan pada bayi
baru lahir dengan asal etnik dari daerah mediterania, Amerika
Latin, Asia ata Afrika. Bintik ini akan menghilang perlahan
setelah beberapa bulan atau tahun. (Lowdermilk, 2013).
f) Nevus
Nevus telaniektasis dikenal sebagai “gigitan burung strok”,
berwarna pink dan mudah memudar. Nevus terlihat pada
kelopak mata atas, hidung, bibir bagian atas, daerah oksipital
bawah, dan tengkuk leher. Nevus ini tidak dimiliki artian klinis
dan menghilang pada tahun kedua kehidupan. (Lowdermilk,
2013).
g) Eritema Toksikum
Bercak sementara, disebut juga eritema neonatorum, bercak
bayi baru lahir, atau dermatitisngigitan nyamuk. Bercak ini
ditemukan pada neonatus matur selama tiga minggu pertama
kehidupan. Eritema toksikum membuat lesi dalam tahapan
yang berbeda: macula, papul, dan vesikel kecil eritematosa.
Lesi dapat muncul tiba-tiba dibagian tubuh manapun. Bercak
ini dipikirkan sebagai respon terhadap inflamasi. Eosinophil,
yang membantu mengurangi inflamaasi, ditemukan dalam
vesikel. Walaupun penampilannya seperti berbahaya, bercak
ini tidak memiliki artian klinis dan tidak membutuhkan
pengobatan. (Lowdermilk, 2013).
h) Ikterik
Ikterik adalah warna kekuningan yang mungkin terlihat pada
kulit atau pada sclera mata. Ikterik disebabkan karena bilirubin
bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan. Hampir 60%
semua bayi memperlihatkan ikterik pada hari kedua dan ketiga.
Biasanya hari ketujuh ikterik ini akan menghilang. Hal ini
disebut ikterik fisiologis atau ikterik nwonatorum. (Babok,
2005).
10) Sistem reproduksi
a) Wanita
Pada bayi baru lahir cukup bulan labia mayora dan labia
minora menurupi vestibulum.
b) Pria
Pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
Testis turun ke skrotum pada 90% bayi baru lahir normal.
c) Pembengkakan payudara
Pembengkakan jaringan payudara pada kedua jenis kelamin
bayi baru lahir disebabkan oleh peningkat estrogen selama
masa hamil.
E. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium (pemeriksaan darah)
a) pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
praasidosis, tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia
bermakna.
b) Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar
antara 43% sampai 61%.
c) Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan
adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah
merah yang menunjukkan kondisi hemolitik.
d) Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan,
8 mg/dl 1 sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.
2) USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3) Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan
hapatitis dan atresia billiari.
G. Pemeriksaan diagnostik
1) Penilaian Awal
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat
vitalitas fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah
fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks untuk
kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung,
sirkulasi darah dan refleks – refleks primitive seperti menghisap
dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat
dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan
bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat
pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir
namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital
a) Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh
ibunya. Namun demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas
permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi pernapasan yang
belum sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi
hipotermi. Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5
derajat celcius - 37,5 derajat celcius pada pengukuran diaksila.
b) Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat
menjadi tidak teratur karena adanya rangsangan seperti
menangis, perubahan suhu yang tiba – tiba. Denyut nadi bayi
yang normal berkisar 120 – 140 kali permenit.
c) Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,
kecepatan, iramanya. Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai
60 kali permenit. Pernapasan juga dipengaruhi oleh aktivitas
bayi seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.
3) Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36
– 40 minggu. Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk
beradaptasi di luar rahim (uterus)
4) Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24
jam pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium
yang berwarna hijau tua yang berada di dalam usus bayi sejak
dalam kandungan ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan
amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo dan
zat sisa dari jaringan tubuh.
5) Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas
spontan. Perhatikan dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan,
apnea, napas cuping hidung, retraksi otot dada. Dapat dikatakan
normal bila frekuensi pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali
permenit dan bayi segera menangis kuat pada saat lahir.
6) Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot
bayi lembut dan lentur. Otot – otot tersebut memiliki tonus,
kemampuan untuk berkontraksi ketika ada rangsangan, tetapi bayi
kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem
neurologis bayi secara anatomi dan fisiologis belum berkembang
sempurna, sehingga bayi menunjukkan gerakan – gerakan tidak
terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor
pada ekstremitas.
7) Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna
merah muda, pucat, kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan
dikulit atau adanya edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi
tampak kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan
tipis, lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan
ini tetap terlihat pada kulit dengan pigmen yang banyak sekalipun
dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi menangis.
a) Berat badan bayi
Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu
satu jam sesudah lahir. Adapun pembagian kriteria berat badan
baru lahir adalah:
1.Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g
kurang dari 4000gr
2.Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 1500 – 2500 g.
3.Bayi berat besar: bayi dengan berat badan lahir > 4.000 gram
8) APGAR
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran
untuk memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan
kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat
dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan
resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas
pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan
kondisi neurologis. Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks
karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus menilai lima
parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot, gerakan
dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan
dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia
dan anoksia.
Prosedur penilaian APGAR :
a) Pastikan pencahayaan baik
b) Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg
cepat & simultan.
c) Jumlahkan hasilnya
d) Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
e) Ulangi pada menit kelima
f) Ulangi pada menit kesepuluh
g) Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian :
a) Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
b) Nilai tertinggi adalah 10
c) Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
d) Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang &
membutuhkan tindakan resusitasi
e) Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
No Tanda Nilai
0 1 2
1. Warna Biru/pucat Tubuh Seluruh
Kemerahan badan
Ekstremitas biru kemerahan
2. Frekuensi Tidak ada Lambat >100/menit
jantung <100/menit
3. reflek Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/
melawan
4. Aktivitas/ Lumpuh/ Ekstremitas Gerakan
tonus otot Lemah fleksi aktif
5. Usaha Tidak ada Lambat, tidak Menangis
nafas teratur kuat
Perubahan Fisiologis
Sistem respirasi alveolus terisi O2 Asam lambung adaptasi hangat ke port de entry bacteri
dingin
Hipoksia, tekanan resistensi vascular kolik meningkatkan panas resiko
Resikoinfeksi
Infeksi
Rongga dada paru
Kegagalan peningkatan
Peningkatan
Merangsang saraf tekanan pylmonalis distress antara aktivitas otot panas
suhu tubuh
pernafasan waktu makan
menangis, Hipotermi
pegeluaran cariran aliran darah paru resiko nutrisi menggigil Hipertermi
paru masuk jantung kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan bersihan jalan napas gangguan perfusi
ketidakefektifan
Gangguan Perfusi jaringan Resiko
Cedera
j. Komplikasi
1) Sebore
2) Ruam
3) Moniliasis
4) Ikterus fisiologi
5) gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti
mengdip)
6) Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,
menghilangnya tekanan darah sistolik
7) Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
8) Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
2. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1) Identitas
2) Pengkajian terhadap factor resiko
a) Maternal : Usia, riwayat kesehatan yang lalu, perkembangan
social dan riwayat pekerjaan.
b) Obsetrik : Parity, periode, kondisi kehamilan terakhir
c) Perinatal : Antenatal, informasi prenatal maternal health
(DM,jantung)
d) Intra Partum event :
1. Usia gestasi : Lebih dari 34 minggu sampai dengan 42
minggu.
2. Lama dan karakteristik persalinan : Persalinan lama pada
kala I dan II KPD 24 jam.
3. Kondisi ibu : Hipo/Hiper tensi progsif perdarahan,
infeksi.
4. Keadaan yang mengidentifikasi fetal disstres HR lebih
dari 120 x sampai dengan 140 x / menit.
5. Penggunaan analgesic
6. Metode meahirkan : Sectio Caesaria, Forsep, Vakum
3) Pengkajian Fisik
a) Eksternal : Perhatikan warna, bercak warna , kuku, lipatan
pada telapak kaki, periksa potensi hidung dengan menutup
sebelah lubang hidung sambil mengobservasi pernafasan dan
perubahan kulit.
b) Dada Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang,
auskultasi untuk menghitung denyut jantung, perhatikan
bunyi nafas pada setiap dada.
1. Abdomen : Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk
seperti kubam atau tidak ada anomaly, perhatikan jumlah
pembuluh darah pada tali pusat.
2. Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex.
4) Pemeriksaan Penunjang
5) Nilai APGAR
6) Pengkajian
a) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi
tampak semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah
bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari ratarata 20
jam.
b) Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk
menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan
pernapasan dan peredaran darah dapat digunakan metode
APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan
seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar
antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran),
dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180
kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah
kemerahan.Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan
diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari
selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi
sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama
setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan
peningkatan tekanan darah sistolik.
c) Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C -370C.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada
rektal.
d) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan
padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak
tangan, kaki dan selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan zat
lemak berwarna putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan
bahu yang disebut verniks kaseosa.
e) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk,
kelainan jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota
tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki juga lubang anus
(rektal) dan jenis kelamin.
f) Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
umbilikalis.Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada
perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
g) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
1.Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
2.Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
3.Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada
bidang datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
4.Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan
menoleh kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting
susu.
5.Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke
dalam mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
h) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan
fisiologis.Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10%
dari berat badan lahir.Berat badan lahir normal adalah 2500
sampai 4000 gram.
i) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna
gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar
dalam 24 jam pertama.
j) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas dan panjang badan dengan menggunakan pita
pengukur. Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-
bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal
32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan
normal 48-50 cm.
k) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema,
tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)
atau rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis
turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan
nafas banyaknya mukus.
2) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat), tali pusat masih basah.
3) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
4) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
5) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
6) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi
C. Rencana Keperawatan
E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap ini adalah
memahami respon terhadap intervensi keperawatan. Kemampuan
mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2
kegiatan yaitu:
1) Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
2) Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi
juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria
tettentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak
tercapai atau tercapai sebagian.
a) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
b) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari
berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat
makan sendiri tetapi masih merasa mual, setelah makan
bahkan kadang-kadang muntah.
c) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan : SMA
Kebangsaan : Indonesia
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. H
Umur : 32Th
Alamat :
Pendidikan :
Kebangsaan :Indonesia
Pekerjaan :
Agama : Islam
2. Riwayat Kelahiran
Status Gravida Ibu : G: 1 P: 1 A: 0
Riwayat Persalinan : Tidak ada
BB/TB Ibu : Tidak terkaji Kg/…cm
Tempat Persalinan : RSUD Abdul Manap
Jambi Jenis Persalinan : Normal (BBL spontan)
Komplikasi Persalinan : Tidak ada
Lama Pecahnya Ketuban : saat di ruangan ketuban telah pecah
Proses Persalinan : Kala I : telah dipembukaan 8, hingga pembukaan 10 di
20 menit
Kala II : 10 Menit
3. Keadaan bayi saat lahir : Sehat
Lahir Tanggal : 28 Oktober 2021
jam : 21.00 wib
Jenis Kelamin : Perempuan Bayi tunggal
BB/PB Lahir : 2800 gr/ 49 cm
Nilai APGAR
Angka penilaian 1 menit 5 menit
0 1 2
Bunyi Tidak ada Lambat Diatas 100 2 2
jantung (<100)
Pernapasan Tidak ada Tidak teratur Menangis 1 2
Tonus otot Lemas Sedikit fleksi Pergerakan 1 1
aktif
Reflek Tidak ada Menyeringai Menangis 2 2
kuat
Warna Biru pucat Badan merah Seluruh 2 2
extremitas badan merah
biru
Jumlah 8 9
a. Plasenta
1. Berat : 2800 Gram
2. Kotiledon : Lengkap
3. Ukuran : 20 x 20 x 1,5 c
4. Kelainan : Tidak ada
5. Insersi tali pusat : Tali pusat masih basah dan rapuh
b. Tali pusat
1. Panjang : 3 cm
2. Pembuluh darah : 2 arteri 1 vena
3. Kelainan : Tidak ada
5. Pengkajian Sistem
a. Aktivitas/istirahat : bayi tampak sering tidur
b. Eliminasi : BAB pertama : -
c. BAK pertama :
d. Nutrisi :-
e. Tulang :
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar perut : 30 cm
Lingkar dada : 31 cm
Analisa data
Diagnosa keperawatan
Intervensi keperawatan
Implementasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
No Tanggal Evaluasi TTD
1. 28-10-2021 S:
O:
1. S:36,2 0 C
2. RR: 44x/menit
3. N: 140x/menit
4. Tidak terjadi sianosis
5. Akral hangat
6. Tidak menggigil
7. Ekstremitas tampak
kemerahan A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
2. 28-10-2021 S:-
O:
Tali pusat masih basah, tidak berbau,
tidak bengkak, tidak kemerahan dan
tidak ada pus
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi