Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

BAYI BARU LAHIR NY. M DI RUANG VERLOS KAMER (VK)


RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI

Di Susun Oleh :
NAMA : Dittya Rahma Rizki
NIM : G1B221029
KELOMPOK I
MINGGU KE : KE-2

Pembimbing Akademik :

Dr. Muthia Mutmainnah, M.Kep, Sp. Mat


Ns. Sri Mulyani, S.Kep., M.Kep
Ns. Meinarisa, S. Kep., M. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAYI BARU LAHIR
1. Konsep Dasar
A. Pengertian
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim
seorang wanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu
sampai umur satu bulan (FKUI,1999 dalam Kumalasari, 2018).
Menurut Kumalasari (2018), bayi baru lahir (neonatus) adalah
masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari,
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam
rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua system.

B. Karakteristik bayi baru lahir


Adapun ciri dari bayi baru lahir normal menurut Dwiendra (2014)
adalah :
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjang badan 48-52 cm
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Lingkar kepala 32-36,8 cm
5) Frekuensi jantung 120-160 x/menit
6) Pernapasan 40-60 x/menit
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karna jaringan subkutan cukup
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
9) Genitalia ;
Perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora Laki-laki,
testis sudah turun, skrotum sudah ada
10) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
11) Refleks morrow atau gerak memeluk bila di kagetkan sudah baik
12) Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
C. Adaptasi Fisiologis
Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir merupakan suatu proses
adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan
ekstrauteri. Sebelumnya bayi cukup hanya beradaptasi dengan
kehidupan intrauteri. (Aziz Alimul, 2008)
Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologi yang cepat dan hebat.
Kelangsungan hidup bergantung pada pertukaran oksigen dan
kerbondioksida yang cepat dan teratur. Agar pertukaran efesien,
alveolus paru yang semula terisi cairan harus terisi oleh udara.
(Kenneth J, 2009)
1) Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler berubah bermakna setelah lahir. Nafas
pertama bayi, disertai dengan peningkatan distensi kapiler alveolus,
mengembangkan paru-paru dan mengurangi restensi pembuluh
darah paru terhadap aliran darah paru dari arteri pulmonaris.
Tekanan arteri pulmonaris menurun, dan tekanan dalam atrium
menurun. Meningkatnya aliran darah paru dari sisi jantung kiri
meningkatkan tekanan di atrium kiri, yang menyebabkan
penutupan fisiologis dari foramen ovale. Selama beberapa hari
pertama kehidupan, menangis dapat membuat aliran balik melalui
foramen ovale untuk sementara dan dapat menyebabkan sianosis
ringan.
Dalam uterus, PO2 janin berukuran 27 mmHg. Setelah lahir, ketika
kadar PO2 dalam darah arteri berukuran sekitar 50 mmHg . duktus
arteriosus berkonturksi sebagai respons terhadap peningkatan
oksigenasi. Kadar hormone prostaglandin E yang bersirkulasi juga
memiliki peranan penting dalam penutupan duktus arterious.
Selanjutnya, duktus arteiosus akan menutup total dan menjadi
ligament. (Lowdermilk, 2013)
a) Denyut dan Bunyi Jantung
Denyut jantung rata-rata berkisar 120-140 denjut/menit,
dengan variasi yang tampak jelas saat tidur dan bangun. Saat
setelah tangisan pertama, denyut jantung bayi dapat mengalami
percepatan 175-180 denyut/jantung. Kisaran denyut jantung
pada bayi matur berkisar 85-90 denyut/menit selama tidur
dalam dan hingga 170 denyut/menit atau lebih ketika bayi
terbangun. Denyut jantung hingga 180 denyut/menit
merupakan hal yang biasa ketika bayi menangis. Denyut
jantung yang secara konsisten tinggi (>170 denyut/menit) atau
rendah
b) Tekanan Darah
Tekanan darah (TD) sistolik rata-rata pada bayi baru lahir
berkisar 60 hingga 80 mmHg. Tekanan diastolic rata-rata
berkisar 40 hingga 50 mmHg. Tekanan darah meningkat pada
hari kedua kehidupan, dengan sedikit variasi yang tampak pada
bulan pertama kehidupan. Turunnya TD sistolik (15 mmHg)
pada 1 jam pertama kehidupan bias terjadi. Menanggis dan
begerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan sistolik.
c) Volume Darah
Volume darah pada bayi baru lahir berkisar 80 hingga 85
ml/kgBB. Segera setelah lahir, volume darah total rata-rata
sebesar 300 ml, namun volume ini dapat meningkat hingga 100
ml, bergantung pada lamanya waktu sebelum tali pusat diklem
dan di potong.
d) Sirkulasi Darah
Pada Janin Plasenta (tali pusat) terletak berada di daerah
fundus yang mempunyai permukaan, yaitu permukaan
martenal yang menghadap depan dingding Rahim yang berisi
kotiledon dan permukaan fetal yang menghadap ke janin
bersamaan dengan tali pusat. Fungsi plasenta sebagai media
transportasi nutrisi dari plasenta ke janin. Panjang tali pusat
normal 45-55 cm. diameter 1-1,5 cm. berat plasenta normal
500 gram. Tali pusat berwarna putih ke abu-abuan, mempunyai
pembulu darah 2 arteri dan 1 vena. Pada janin, pembuluh darah
vena membawa darah bersih dan pembulu darah arteri
membawa darah kotor.

2) Sistem Pernafasan
Pernafasan pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik
nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara
tertahan didalam. Respirasi pada neonates biasanya pernafasan
diagfragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam
tarikan belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli
akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelectasis, dalam
keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya
karena adanya kelanjutan metabolism anerobik. (Indriyani, 2013).
Bernapas pada bayi baru lahir normal pertama kali kemungkinan
sebagai akibat dari reflex yang dipicu oleh perubahan tekanan,
pajanan terhadap temperature udara yang dinging, bising, dan
sensasi lainnya yang berhubungan dengan proses kelahiran.
Selain itu kemoreseptor di aorta dan badan karotis memulai reflex
neorulogis ketika tekanan oksigen arteri (PO2) menurun, tekanan
karbondioksida (CO2) arteri meningkat, dan pH arteri menurun.
Pada sebagian besar kasus, reaksi pernapasan berat terjadi dalam 1
menit setelah lahir, dan bayi melakukan tarikan napas pertama dan
menangis. Setelah pernapasan dimulai, periode dari napas periodik
yang terdiri dari atas henti napas sementara yang berlangsung
kurang dari 20 detik. Periode henti napas lebih dari 20 detik
merupakan indikasi proses patologis dan haru dievaluasi secara
menyeluruh. (Lowdermilk, 2013).

3) Sistem Hematopoietik
Pada bayi baru lahir menunjukan beberapa variasi dari orang
dewasa. Kadar sel darah merah dan leukosit berada namun kadar
trombosit relatif sama. (Lowdermilk, 2013).
a) Sel Darah Merah dan Hemoglobin
Saat lahir, kadar rata-rata sel darah merah dan hemoglobin
(hemoglobin janin bersifat dominan) lebih tinggi dibandingkan
pada orang dewasa. Darah tali pusat pada bayi baru lahir matur
dapat memiliki konsentrasi hemoglobin 14 hingga 24 g/dl
(rata-rata17 g/dl). Hematrokit berkisar dari 44 % hingga 64 %
(rata-rata 55 %). Sel darah merah juga ikut meingkat berkisar
dari 4,8 hingga 7,1 juta/mm3 (rata-rata 5,14 juta/mm3 ). Pada
akhir bulan pertama, nilai-nilai ini akan menurun dan
mencapai kadar rata-rata 11 hingga 17 g/dl dan 4,2 hingga 5,2
juta/mm3 secara berurutan. Kadar darah ini dipengaruhi oleh
klem tali pusat yang tertunda, yang akan mengakibatkan
peningkatan hemoglobin, sel darah dan hematokrit.
b) Leukosit
Leukosit dengan hitung sel darah putih (SDP) sekitar 18.000
sel/mm3 (berkisar antara 9.000 hingga 30.000 sel/mm3)
normal saat lahir. Jumlah leukosit meningkat hingga 23.000
sampai 24.000 sel/mm3 selama hari pertama setelah lahir.
Leukosit awal yang tinggi pada bayi baru lahir akan menurun
cepat, kadar 11.500 sel/mm3 umumnya dipertahankan selama
periode neonatus.
c) Trombosit
Trombosit berkisar antara 200.000 hingga 300.000 sel/mm3
dan sama nilainya pada bayi baru lahir dan orang dewasa.
Kadar factor II,VII, IX dan X yang ditemukan dihati, menurun
selama beberapa hari pertama kehidupan, karena bayi baru lahir
tidak dapat menyintesis vitamin K. namun, kecenderungan
pendarahaan pada bayi baru lahir tidak biasa terjadi, dan jika
difisiensi vitamin K tidak terhebat, pembentukan bekuan darah
darah cukup untuk mencegah perdarahaan.
d) Golongan Darah
Golongan darah bayi ditentukan secara genetik dan dibentuk
pada awal kehidupan janin. Namun, selama periode neonatus,
kekuatan aglutinogen yang terdapat pada membrane sel darah
merah meningkat perlahan. Sampel darah tali pusat dapat
digunakan untuk mengidentifikasi golongan darah bayi dan
status resusnya.

4) Sistem Termogenik
Setelah terjadinya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat regulasi
panas merupakan hal terpenting untuk kelangsungan hidup bayi
baru lahir. Termoregulasi adalah mempertahankan keseimbangan
antara kehilangan panas dan produksi panas. Bayi baru lahir
berusaha untuk menstabilkan temperature inti tubuhnya dalam
rentang yang sempit. Hipotermia akibat kehilangan panas berlebih
sering terjadi dan berbahaya bagi neonatus. Kemampuan bayi baru
lahir untuk memproduksi panas (thermogenesis) sering kali
menyerupai orang dewasa, namun kecenderungan terhadap
kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan dingin meningkat
pada bayi baru lahir dan menyebabkan bahaya. (Lowdermilk,
2013).
a) Thermogenesis
Mekanisme menggigil untuk memproduksi panas jarang terjadi
pada bayi baru lahir. Thermogenesis tanpa menggigil terjadi
terutama oleh metaolisme lemak coklat yang khas pada bayi
baru lahir, dan juga oleh peningkatan aktivitas metabolic di
otak, jantung, dan hati, lemak cokelat terletak di cadang lemak
superfisial pada daerah interskapula dan askila, juga pada
cadangan lemak dalam pada pintu masuk toraks, sepanjang
kolumna veterba dan sekitar ginjal. Lemak coklat memliki
suplai pembuluhn darah dan saraf yang lebih kaya
dibandingkan dengan lemak biasa. Panas yang di produksi oleh
akativitas metabolic lemak dalam lemak cokelat dapat
menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi
panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat, umumnya
terdapat hingga beberapa minggu setelah lahir, dan habis
dengan cepat akibat dingin .jumlah cadangan lemak coklat
meningkat seiring dengan usia kehamilan. Bayi baru lahir
matur memiliki cadangan lemak yang lebih banyak
dibandingkan bayi premature.
1. Kehilangan Panas
Kehilangan panas pada bayi baru lahir tejadi melalui empat cari
berikut: (Lowdermilk, 2013).
1. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan aliran panas dari permukaan
tubuh ke udara lingkungan yang lebih dingin. Oleh karena
dapat terjadi kehilangan panas akibat konveksi, temperature
lingkungan dalam kamar perawatan bayi dipertahankan pada
suhu sekitar 24o C, dan bayi baru lahir pada tempat tidur bayi
yang terbuka harus diselimuti untuk melindungi mereka dari
dingin.
2. Radiasi
Radiasi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh menuju
permukaan padat yang lebih dingin, tidak dengan kontak
langsung, namun pada jarak yang relative dekat. Untuk
mencegah kehilangan panas ini, tempat tidur bayi dan meja
periksa ditempatkan jauh dari jendela.
3. Evaporasi
Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi ketika cairan
dikoveksi menjadi uap. Pada bayi baru lahir, kehilangan panas
oleh evaporasi terjadi sebagai akibat dari penguapan
kelembaban pada kulit. Kehilangan panas ini dapat diakibatkan
karena kesalahan teralu cepat mengeringkan bayi baru lahir
atau melalu pengeringan bayi yang terlalu lambat setelah di
mandikan. Semakin kurang matur bayi baru lahir tersebut,
semakin berat kehilangan panas melalu evaporasi yang akan
terjadi. Kehilangan panas melalui evaporasi adalah kehilangan
panas yang tidak disadari, merupakan penyebab kehilangan
panas yang paling penting pada beberapa hari pertama
kehidupan.
4. Konduksi
Konduksi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh kepada
permukaan yang lebih dingin dengan kontak langsung. Ketika
masuk kedalam ruang perawatan bayi, bayi baru lahir
ditempatkan dalam tempat tidur hangat untuk meminimalkan
kehilangan panas. Timbangan yang digunakan untuk
menimbang bayi baru lahir harus dilapisi kain pelindung untuk
meminimalkan kehilangan panas secaa konduksi.
2. Regulasi
Temperatur Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi
panas pada awalnya kurang dibandingkan pada orang dewasa.
Bayi baru lahir memiliki rasio permukaan tubuh terhadap berat
badan (massa) yang lebih besar dibandingkan pada anak
dewasa. Posisi fleksi pada bayi baru lahir membawa melindungi
dari kehilangan panas karena mengurangi jumlah permukaan
tubuh yang terpajan pada lingkungan. Bayi juga dapat
mengurangi kehilangan panas dari dalam melalui permukaan
tubuh dengan konstriksi pembuluh darah perifer. Stress dingin
mempengaruhi kebutuhan metabolic dan fisiologis pada semua
bayi, tanpa dipengaruhi usia kehamilan, dan kondisi. Pada bayi
yang mengalami stress dingin, konsumsi oksigen dan energy
dialihkan dari mempertahankan fungsi otak dan jantung yang
normal serta pertumbuhan kepada thermogenesis untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya.

5) Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, menverna,
memetabolisme dan mengabsorsi protein dan karbohidrat
sederhana serta mengemulsi lemak. Pada bayi baru lahir denga
hidrasi yang adekuat membrane mukosa mulutnya lembab dan
berwarna merah muda. Saat bayi lahir, tidak terdapat bakteri dalam
saluran cernanya. Bising usus bayi dapat didengar satu jam setelah
lahir. Kapasitas lambung bervariasi dari 30 hingga 50 mltergantung
pada ukuran bayi. Beberapa factor, seperti waktu pemberian
makanan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan, serta
stress psikis dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung.
Waktu ini bervariasi dari 1 sampai 24 jam. (Babok, 2005)
Pencernaan dan absorsi nutrient berlangsung di usus halus.
Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna karbohidrat, lemak,
dan protein diatur oleh beberapa enzim tertentu. Kebanyakan enzim
ini telah berfungsi saat bayi lahir terkecuali enzim amylase. Bayi
baru lahir yang normal biasanya mampu mencerna karbohidrat
sederhana dan protein, tetapi terbatas dalam mencerna lemak.
(Babok 2005)
Saat lahir, usus bagian bawah berisi meconium. Meconium
dibentuk selama kehidupan janin dari cairan amonion dan
konstituennya, sekresi usu (meliputi bilirubin), dan sel-sel (yang
luruh dari mukosa). Meconium berwarna hitam yang dikeluarkan
biasanya steril, namum dalam beberapa jam, semua meconium
yang dikeluarkan mengandung bakteria. Mayoritas bayi matur yang
sehat mengeluarkan meconium 12 hingga 24 jam pertama
kehidupan, dan hamper semua bayi mengalaminya dalam 48 jam
pertama (Blackburn, 2007). Jumlah tinja yang keluar bervariasi
selama minggu pertama, dimana paling banyak antara hari ketiga,
keempat dan keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih dini,
akan mengeluarkan tinja lebih cepat. Perubahan progresif dalam
pola tinja mengidentifikasi saluran cerna yang berfungsi baik antara
lain:
a) Mekonium
Tinja bayi pertama terdiri atas cairan amnion dan komponen
lainnya, sekresi usus, perubahan sel mukosa dan kemungkinan
darah (darah ibu yang tertelan atau perdarahaan minor pada
pembuluh darah usus). Pengeluaran meconium harus terjadi
dalam 24 hingga 48 jam pertama, walaupun dapat terjadi
hingga 7 hari pada bayi dengan berat lahir sangat rendah.
b) Tinja Peralihan
Biasanya muncul pada hari ketiga setelah mulainya pemberian
makan, berwarna cokelat kehijauan atau cokelat kekuningan,
lembek, dan kurang lengket dibandingkan meconium dapat
mengandung gumpalan susu.
c) Tinja susu
Umumnya muncul pada hari keempat. Bayi dengan asi tinjanya
akan berwarna kuning gelap, memiliki konsentrasi lembek
seperti pasta, dengan bau seperti susu asam.

6) Sistem Renal
Fungsi ginjal bayi baru lahir mirip dengan fungsi ginjal pada orang
dewasa. Biasanya pada bayi saat lahir terdapat sejumlah kecil urine
dalam kandung kemih, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak
mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Dan biasanya bayi baru
lahir akan sering berkemih setelah periode ini. Berkemih 6 – 10x,
dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup.
Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 – 60
ml/kgBB/hari. (Babok, 2005).

7) Sistem Hepatika
Hati dan kandung kemih dibentu pada minggu keempat gestasi.
Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1cm dibawah batas
iga kanan keraena hati membesar dan menempati sekitar 40% dari
rongga abdomen. Hati bayi memainkan peranan penting dalam
penyimpanan besi, memetabolisme karbohidrat, konjugasi bilirubin
dan koagulasi. (Lowdermilk, 2013).
a) Penyimpanan Besi
Hati janin, yang berperan sebagai tempat produksi hemoglobin
setelah lahir, mulai menyimpan besi dalam uterus. Cadangan
besi pada bayi proposional terhadap kandungan hemoglobin
total tubuh dan lamanya gestasi. Saat lahir, bayi matur memiliki
cadangan besi yang cukup untuk usia 4 hingga 6 bulan.
b) Memetabolisme Karbohidrat
Saat lahir, bayi baru lahir dipisahkan dari suplai glukosa ibu,
akibatnya bayi baru lahir memiliki kadar glukosa serum awal
menurun. Peningkatan kebutuhan energy, penurunan pelepasan
glukosa pleh hati dari cadangan glikogen, peningkatan volume
sel darah merah, dan peningkatan ukuran otak pada bayi baru
lahir akan berperan dalam menyebabkan habisnya simpanan
glikogen dalam 24 jam pertama setelah lahir. Pada sebagian
besar bayi baru lahir normal yang sehat, kadar glukosa darah
stabil pada 50 hingga 60 mg/dl selama bebrapa jam setelah
lahir. Pada hri ketiga kehidupan, kadar glukosa darah harus
berkisar antara 60 hingga 70 mg/dl. Inisiasi pemberian
makanan membantu stabilisasi kadar glukosa darah bayi baru
lahir. Kolostrum mengandung kadar glukosa darah pada
neonatus yang disusui (kolostrum mengandung protein yang
lebih tinggi, namun lebih rendah karbohidratnya, bila
dibandingkan susu normal).
c) Jaundis
Jaundis merupakan manifestasi pigmen bilirubin dalam jaringan
tubuh. Jaundis umumnya tidak terlihat hingga kadar bilirubin
mencapai 5 mg/dl. Semua jaundis yang terlihat dalam 24 jam
pertama kehidupan atau jaundis menetap 7 hingga 10 hari
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyebabnya
karena hal ini menunjukan adanya proses patologis yang
mendasarinya.
d) Koagulasi
Faktor-faktor koagulasi yang disintesis dihati, diaktivasi oleh
vitamin K. kurangnya bakteri usus yang diperlakukan untuk
menyintesis vitamin K menyebabkan defisiensi kaogulasi darah
sementara antara hari kedua hingga hari kelima kehidupan.
Penggunaan vitamin K intramuscular sesaat setelah lahir
membantu mencegah masalah pembekuan darah.

8) Sistem imun
Sistem imun pada bayi baru lahir mormal terhadap sel yang
memberikan imunitas pada bayi telah terbentuk sejak awal
kehidupan janin; namun, sel-sel ini tidak aktif selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan, setelah lahir. Selama 3 bulan
pertama kelahiran, bayi matur yang sehat terlindungi oleh imunitas
pasif yang didapat dari ibu; namun, status izi tergantung pada
pajajan ibu sebelumnya terhadap antigen dan respons
immunoloinya. Immunoglobulin A (IgA) yang memproteksi
membrane menghilang dari saluran pernapasan dan saluran keih,
dan bila bayi tidak menyusui, IgA juga menghilang dari saluran
cerna. Bayi mulai menyintesis IgG, dan sekitar 40% dari kadar
pada orang dewasa dicapai pada usia 1 tahun. Sejumlah besar IgM
diproduksi saat lahir, dan kadar dewasa dicapai pada usia 9 bulan.
Produksi IgA, IgD, dan IgE lebih bertahap, da kadar maksimal
belum dicapai hingga masa kanak-kanak awal. Bayi yang disusui
menerima imunitas aktif yang banyak melalui kolostrum dan ASI.
(Lowdermilk, 2013).

9) Sistem Integumen
Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan (merah daging)
bebrapa jam setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat menjadi
warna normal. Kulit sering terlihat berbercak, terutama di daerah
sekitar ekstermitas. Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik.
Warna kebiruan ini, akrosianosis disebabkan oleh ketidakstabilan
vasomotor, statis kapiler, dan kadar hemoglobin yang tinggi.
Keadaan ini bersifat normal, bersifat sementara, dan bertahan
selama tujuh sampai sepuluh hari, terutama bila terpajan dengan
udara dingin. (Lowdermilk, 2013).
a) Kaput Suksedenum
Kaput suksedenum adalah edema pada kulit kepala. Tonjolan
edema yang terlihat saat bayi lahir memanjang sesuai garis
sutura tulang tengkorak dan lenyap secara spontan dalam 3
sampai 4 hari. (Babok, 2005). Tekanan menetap oleh serviks
pada vertex yang dipresentasikan mengakibatkan komperesi
dada pada pembuluh darah setempat, sehingga memperlambat
aliran balik vena. Aliran balik vena yang diperlambat
menyebabkan meningkatnya cairan jaringan pada kulit kepala,
dan terbentuk pembengkakan edematosa. (Lowdermilk, 2013)
b) Sefahematoma
Sefahematoma adalah kumpulan darah diantara tulang
tengkorak dan periosteumnya. Perdarahan dapat terjadi pada
saat kelahiran spontan akibat penekanan pada tulang panggul
ibu. Sefahematoma akan lenyap dengan spontan 3 sampai 6
minggu. (Babok, 2005).
c) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdapat saat lahir, namun tidak berespons
terhadap peningkatan temperature lingkungan atau tubuh.
Beberapa hiperplasia kelenjar sabasea janin dan sekresi sebum
diakibatkan oleh pengaruh hormonal pada kehamilan. Vernik
kaseosa merupakan produk dari kelenjar sabasea. Pelepasan
vernik kaseosa diikuti oleh deskuamasi epidermis pada
sebagian besar bayi. Verniks telah terbukti sebagai pelindung
epidermis dan bermanfaat bagi kulit bayi seperti menurunkan
pH kulit, berkurangnya eritema kulit, dan peningkatan hidrasi
kulit (Visscher dkk, 2005). Kelenjar sebasea putih yang kecil
meonjol (milia) dapat ditemukan pada muka bayi baru lahir
(Lowdermilk, 2013). Setelah sekitar dua minggu, ketika
kelenjar bersekresi, millia secara bertahap menghilang (Babok,
2005).
d) Deskuamasi
Deskuamasi adalah pengelupasan kulit. Pada kulit bayi tidak
terjadi sampai beberapa hari setelah lahir. Deskuamasi saat
bayi lahir merupakan indikasi pasca maturitas. (Babok, 2005).
e) Bintik Mongolian
Bintik Mongolian, daerah pigmentasi hitam kebiruan, dapat
tampak pada berbagai bagian permukaan luar tubuh, meliputi
ekstermitas. Bintik-bintik ini lebih sering ditemukan pada bayi
baru lahir dengan asal etnik dari daerah mediterania, Amerika
Latin, Asia ata Afrika. Bintik ini akan menghilang perlahan
setelah beberapa bulan atau tahun. (Lowdermilk, 2013).
f) Nevus
Nevus telaniektasis dikenal sebagai “gigitan burung strok”,
berwarna pink dan mudah memudar. Nevus terlihat pada
kelopak mata atas, hidung, bibir bagian atas, daerah oksipital
bawah, dan tengkuk leher. Nevus ini tidak dimiliki artian klinis
dan menghilang pada tahun kedua kehidupan. (Lowdermilk,
2013).
g) Eritema Toksikum
Bercak sementara, disebut juga eritema neonatorum, bercak
bayi baru lahir, atau dermatitisngigitan nyamuk. Bercak ini
ditemukan pada neonatus matur selama tiga minggu pertama
kehidupan. Eritema toksikum membuat lesi dalam tahapan
yang berbeda: macula, papul, dan vesikel kecil eritematosa.
Lesi dapat muncul tiba-tiba dibagian tubuh manapun. Bercak
ini dipikirkan sebagai respon terhadap inflamasi. Eosinophil,
yang membantu mengurangi inflamaasi, ditemukan dalam
vesikel. Walaupun penampilannya seperti berbahaya, bercak
ini tidak memiliki artian klinis dan tidak membutuhkan
pengobatan. (Lowdermilk, 2013).
h) Ikterik
Ikterik adalah warna kekuningan yang mungkin terlihat pada
kulit atau pada sclera mata. Ikterik disebabkan karena bilirubin
bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan. Hampir 60%
semua bayi memperlihatkan ikterik pada hari kedua dan ketiga.
Biasanya hari ketujuh ikterik ini akan menghilang. Hal ini
disebut ikterik fisiologis atau ikterik nwonatorum. (Babok,
2005).
10) Sistem reproduksi
a) Wanita
Pada bayi baru lahir cukup bulan labia mayora dan labia
minora menurupi vestibulum.
b) Pria
Pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
Testis turun ke skrotum pada 90% bayi baru lahir normal.
c) Pembengkakan payudara
Pembengkakan jaringan payudara pada kedua jenis kelamin
bayi baru lahir disebabkan oleh peningkat estrogen selama
masa hamil.

11) Sistem skeletal


Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat dari panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang dari pada tungkai. Pada bayi baru
lahir, lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat
baru lahir, tidak terlihan lengkungan pada telapak kaki. Garis-garis
telapak tangan sudah terlihat, terlihar juga garis pada telapak kaki
bayi cukup bulan. (Babok, 2005).

12) Sistem neoruvaskuler


Aktivitas motoric yang spontan dapat dilihat dalam tremor
sementara pada mulut dan dagu khususnya selama menangis dan
pada ekstermitas khususnya lengan dan tangan. Tremor ini adalah
normal dan dapat dilihat segera pada setiap bayi. gerakan tonik dan
klinik yang mencolok serta kdutan otot wajah merupakan tanda
konvulsi (kejang). Kontrol neuromuskuler pada bayi meskipun
maasih sangat terbatas dapat ditemukan jika bayi wajahnya
ditempatkan pada tempat yang rendah diatas permukaan yang kuat,
mereka akan memutar kepala kesamping untuk mempertahankan
aliran udara. Mereka mampertahankan posisi kepala sejajar dengan
tubuh jika merka mengangkat tubuh dengan bantuan tangan.
Berbagai reflex membantu meningkatkan keselamatan mereka dan
pamasukan makanan yang mencukupi. (Lowdermilk, 2013)
Refleks-refleks yang bias ditemukan pada neonatus yang normal
(Patricia, 2005) adalah:
a) Refleks morro
Dapat diperoleh dengan memukul permukaan yang rata yang
ada di dekatnya dimana dia terbaring dengan posisi terlentang.
Atau dengan cara memberi isyarat kepada bayi, dengan satu
teriakan kencang atau gerakan yang mendadak. Respon bayi
baru lahir berupa menghentikan tangan dan kaki kea rah
keluar, sedangkan lurut flexi. Tangan kemudian akan kembali
kea rah dada seperti posisi bayi dalam pelukan, jari-jari
Nampak terpisah membentuk huruf C, dan bayi mungkin
menangis.
b) Refleks tonik leher (Tonik neck)
Didapatkan dengan cara menstimulus bayi dengan sebuah
objek, atau dengan suara pemeriksa. Respon bayi berupa
gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri sesuai dari arah
mana rangsangan diberikan.
c) Refleks menyusui
1. Refleks mencari (rooting)
Dapat dilihat saat pergerakan kepala, mulut dan lidah bayi
kearah sentuhan disudut mulut atau pipi. refleks ini biasanya
menghilang pada usia 7 bulan. Didapat saat sisi mulut/pipi
bayi baru lahir atau saat dagunya disentuh. Sebagai respon,
bayi akan menoleh ke samping untuk mencari sumber objek.
2. Refleks menghisap (sucking)
Merupakan penghisapan secara kuat jari tangan atau putting
susu ketika dimasukan kedalam mulut, dan bayi akan
membuka mulutnya untuk menghisap.
3. Refleks menelan (swallowing)
Menelan secara tepat cairan yang dimasukan kedalam mulut.
Refleks ini dapat diobservasi dengan mudah selama makan.
Cairan harus ditelan dengan mudah, tanpa kesedak, batuk,
atau muntah.
4. Refleks melangkah (stapping)
Jika bayi diberidirikan dengan memegang badannya dibawah
kedua lengannya sedemikian rupa sehingga kedua kakinya
menyentuh permukaan yang keras, maka ia akan mengangkat
mula-mula tungkai yang satu dan kemudia tungkai lainnya
seperti gerakan mencoba berjalan atau melangkah. Refleks ini
biasanya menghilang setelah 48 jam.
5. Refleks Startle
Reaksi emosional berupa hentakan da gerakan seperti
mengejang pada lengan dan tangan, kemudian sering diikuti
dengan tangis. (JNPK-KR, 2007)
6. Refleks Babinski
Refleks Babinski atau hiperektensi jari kaki, terjadi ketika
bagian lateral dari telapak kaki bayi digores dari tumit keatas
dan menyilang pada kaki. Refleks ini biasanya menghilang
setelah berusia 1 tahun.
1. Refleks palmar graps
Didapatkan dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi
dengan sebuah objek atau dengan jari pemeriksa. Respon
bayi berupa menggenggam dan memegang erat sehingga
dapat diangkat sebentar dari tempat tidur.
2. Refleks plantar graps
Yaitu menggenggam telapak kaki, ditempatka jari
pemeriksa pada pangkal jari kaki.

13) Faktor lain yang mempengaruhi perilaku neonatus (Babok, 2005)


a) Perilaku sensori
Bayi mampu menggunakan repons perilaku secara efektif dalam
melakukan dialog mereka yang pertama. Ketidak berdayaannya,
membangkitkan perasaan ingin menggendong, melindungi, dan
berinteraksi dengan bayi.
b) Penglihatan
Saat lahir pupil bayi bereaksi terhadap rangsangan cahaya dan
memperlihatkan refleks mengedip dengan mudah. Kelenjar air
mata biasanya belum berfungsi sampai bayi berusia 2 sampai 4
minggu. Jarak pandang yang paling jelas ialah 17 sampai 20 cm,
yaitu kira-kira jarak wajah bayi ke wajah ibunya saat menyusui.
Bayi baru lahir sensitive terhadap cahaya. Bayi akan
mengerutkan wajahnya bila suatu cahaya terang diarahkan ke
wajahnya dank an memalingkan kepala ke cahaya yang teduh.
Apabila ruangan digelapkan, mereka akan membuka mata
mereka dan melihat ke sekeliling.
c) Pendengaran
Bayi berespons dengan memperlihatkan refleks terkejut. Bayi
baru lahir berespons terhadap bunyi frekuensi rendah, seperti
denyut jantung atau suara yang meninabobokan mereka, bayi
berespons tehadap suara ibunya. Hal ini merupakan respons
akibat mendengar dan merasakan gelombang bunyi suara ibunya
selagi ia berada dalam Rahim.
d) Sentuhan
Semua bagian tbuh bayi berespons terhadap sentuhan. Wajah,
terutama mulut, tangan dan telapak kaki. Refleks/reposn dapat
ditunjukkan dengan mumukul mukul.
e) Pengecapan
Bayi baru lahir memiliki sistem yang berkembang baik dan
larutan yang berada menyebabkan bayi memperlihatkan ekspresi
wajah yang berbeda. Larutan yang hambar tidak membuat bayi
berespons, sedangkan larutan yang mnais membuat bayi
menghisap dengan besemangat. Larutan asam mambuat bayi
menggerakan bibirnya dan larutab pahit membuat bayi marah.
f) Penciuman
Indera penciuman bayi baru lahir sudah berkambang baik saat
bayi lahir. Bayi yang disusui mampu mencium bau ASI dan
dapat membedakan ibunya dari ibu lain yang juga menyusui.

D. Pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal


Tumbuh dan kembang seorang bayi secara optimal dipengaruhi oleh
hasil interaksi antara faktor genetis , herediter dan konstitusi dengan
faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang
positif bagi tumbuh kembang bayi, maka diperlukan pemenuhan atas
kebutuhan dasar tertentu yaitu :
1) Asuh
a) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang
Pemberian nutrisi secara mencukupi pada bayi harus sudah
dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi
yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir harus
diupayakan pemberian ASI secara eksklusif (sejak lahir – 6
bulan) dengan tidak memberikan makanan atau cairan tambahan
lain. Berikan ASI sesuai keinginan bayi paling sedikit 8x/hari.
Pada hari-hari pertama setelah kelahiran apabila bayi diberikan
menyusu sesuai keinginannya dan tidak diberikan cairan lain
maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI/hari.
Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14. Setelah 6
bulan pertama produksi ASI akan menurun sehingga diperlukan
makanan pendamping ASI (Kemenkes, 2010).
b) Perawatan kesehatan dasar (imunisasi)
Bayi sangat perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar
terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi diantaranya :
1. Imuniasasi Hepatitis B, umur pemberiannya 0-7 hari dengan
dosis 0,5 ml
2. Imunisasi BCG, umur pemberiannya 0-11 bulan dengan dosis
0,05 ml
3. Imunisasi polio,umur pemberiannya 0-11 bulan dengan dosis
2 tetes
4. Imunisasi DPT, umur pemberiannya 2-11 bulan dengan dosis
0,5 tetes
5. Imunisasi campak, umur pemberiannya 9 bulan dengan dosis
0,5 ml.
c) Pakaian
Seorang bayi baru lahir memiliki kebutuhan tersendiri seperti
pakaian berupa popok, kain bedong dan baju bayi. Bayi perlu
banyak pakaian cadangan karena bayi perlu mengganti
pakaiannya tidak tergantung dengan waktu. Bayi perlu
mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai dan
hendaknya pakaian tersebut terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat (Nursalam, 2008).
d) Istirahat dan tidur
Pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi dapat tertidur
ratarata selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal
malam setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan suhu
kamar yang hangat dan selimuti bayi (Suririnah, 2009).
e) Hygiene diri dan lingkungan
1. Menjaga kebersihan kulit Memandikan bayi sebaiknya
ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini dimaksudkan agar bayi
tidak hipotermi selain itu juga meminimalkan resiko terjadinya
infeksi. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan
bayi antara lain:
- Menjaga bayi agar tetap hangat
- Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat
- Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin
2. Defekasi (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi pada minggu
pertama. Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai
hijau karena adanya mekonium) dalam 3 hari pertama frekuensi
defekasi sebanyak 1x/hari. Untuk membersihkannya gunakan
air hangat dan sabun. (Dwienda, 2014)
3. Berkemih (BAK)
Frekuensi berkemih pada bayi baru lahir adalah 6-10x/hari
dengan warna urine yang pucat. Umumnya bayi cukup bulan
mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi
tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK harus segera
diganti popoknya (Dwienda, 2014).
2) Asih
a) Kasih sayang orang tua (Bounding Attachman)
1) Pengertian bounding attachment
Bounding attachment adalah suatu ikatan yang terjadi di antara
orang tua dan bayi baru lahir, yang meliputi pemberian kasih
sayang dan pencurahan perhatian yang saling tarik menarik
(Bahiyatun, 2009)
2) Dampak positif bounding attachment
Bayi merasa dicintai, diperhatikan, merasa aman, serta berani
mengadakan eksplorasi.
3) Hambatan bounding attachment
Kurangnya sistem dukungan, ibu dan bayi yang beresiko dan
kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
4) Elemen-elemen bounding attachment :
- Inisiasi Menyusui Dini
- ASI eksklusif
- Rawat gabung
- Kontak mata
- Sentuhan
- Suara
- Aroma
- Hiburan
- Bioritme
b) Rasa aman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan
bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan sekalipun
meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu juga
perlu di hindari untuk membersihkan apapun ke mulut bayi
selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan jangan menggunakan
alat penghangat buatan di tempat tidur (Dwienda, 2014).
3) Asah
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan
berinteraksi dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti
popok, menyusui, menggendong. Stimulasi pada bayi dapat
dilakukan dengan cara:
a) menatap mata bayi
b) mengajak tersenyum
c) berbicara
d) membunyikan berbagai suara atau musik bergantian
e) menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok
f) dirangsang untuk meraih dan memegang mainan.

E. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium (pemeriksaan darah)
a) pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
praasidosis, tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia
bermakna.
b) Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar
antara 43% sampai 61%.
c) Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan
adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah
merah yang menunjukkan kondisi hemolitik.
d) Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan,
8 mg/dl 1 sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.
2) USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3) Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan
hapatitis dan atresia billiari.

F. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Adaptasi Fisiologi Bayi Baru


Lahir
Kondisi yang mempengaruhi penyesuaian diri pada kehidupan
pascanatal antara lain:
1) Lingkungan pranatal, dimana pada waktu dilingkungan pranatal
tidak di rawat oleh ibunya sehingga dilingkungan pascanatal
meempengaruhi perkembangannya.
2) Jenis persalinan, mudah atau sulitnya persalinan mempengaruhi
penyesuaian pascanatal.
3) Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan, ada dua
pengalaman yang berpengaruh besar pada penyesuaian
pascanatal,yaitu seberapa jauh ibu terpengaruh oleh obat-obatan
dan mudah sullitnya bayi bernapas.
4) Lamanya periode kehamilan, jika bayi yang dilahirkan sebelum
waktunya di sebut premature, sedangkan yang terlambat disebut
postmatur. Abortus : bayi lahir dengan berat badan kurang dari 500
g, dan / atau usia gestasi kurang dari 20 minggu. Angka harapan
hidup amat sangat kecil, kurang dari 1%
5) Sikap Orang tua, sikap yang menyenangkan dari orang tua
memperlakukan bayinya itu akan mendorong penyesuaian yang
baik.
6) Perawatan pascanatal, yaitu ada tiga aspek : pertama kebutuhan
tubuh, kedua rangsangan yang diberikan.dan ketiga kepercayaan
orang tua.

G. Pemeriksaan diagnostik
1) Penilaian Awal
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat
vitalitas fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah
fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks untuk
kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung,
sirkulasi darah dan refleks – refleks primitive seperti menghisap
dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat
dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan
bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat
pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir
namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital
a) Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh
ibunya. Namun demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas
permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi pernapasan yang
belum sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi
hipotermi. Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5
derajat celcius - 37,5 derajat celcius pada pengukuran diaksila.
b) Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat
menjadi tidak teratur karena adanya rangsangan seperti
menangis, perubahan suhu yang tiba – tiba. Denyut nadi bayi
yang normal berkisar 120 – 140 kali permenit.
c) Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,
kecepatan, iramanya. Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai
60 kali permenit. Pernapasan juga dipengaruhi oleh aktivitas
bayi seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.
3) Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36
– 40 minggu. Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk
beradaptasi di luar rahim (uterus)
4) Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24
jam pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium
yang berwarna hijau tua yang berada di dalam usus bayi sejak
dalam kandungan ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan
amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo dan
zat sisa dari jaringan tubuh.
5) Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas
spontan. Perhatikan dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan,
apnea, napas cuping hidung, retraksi otot dada. Dapat dikatakan
normal bila frekuensi pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali
permenit dan bayi segera menangis kuat pada saat lahir.
6) Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot
bayi lembut dan lentur. Otot – otot tersebut memiliki tonus,
kemampuan untuk berkontraksi ketika ada rangsangan, tetapi bayi
kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem
neurologis bayi secara anatomi dan fisiologis belum berkembang
sempurna, sehingga bayi menunjukkan gerakan – gerakan tidak
terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor
pada ekstremitas.
7) Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna
merah muda, pucat, kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan
dikulit atau adanya edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi
tampak kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan
tipis, lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan
ini tetap terlihat pada kulit dengan pigmen yang banyak sekalipun
dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi menangis.
a) Berat badan bayi
Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu
satu jam sesudah lahir. Adapun pembagian kriteria berat badan
baru lahir adalah:
1.Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g
kurang dari 4000gr
2.Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 1500 – 2500 g.
3.Bayi berat besar: bayi dengan berat badan lahir > 4.000 gram
8) APGAR
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran
untuk memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan
kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat
dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan
resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas
pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan
kondisi neurologis. Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks
karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus menilai lima
parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot, gerakan
dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan
dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia
dan anoksia.
Prosedur penilaian APGAR :
a) Pastikan pencahayaan baik
b) Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg
cepat & simultan.
c) Jumlahkan hasilnya
d) Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
e) Ulangi pada menit kelima
f) Ulangi pada menit kesepuluh
g) Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

Penilaian :
a) Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
b) Nilai tertinggi adalah 10
c) Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
d) Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang &
membutuhkan tindakan resusitasi
e) Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi

H. Perawatan bayi baru lahir


Menurut Prawiroharjo, (2002); Dep. Kes Republik Indonesia, (2002);
dalam Kumalasari (2018), perawatan segera pada bayi baru lahir
adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir dimulai sejak proses
persalinan hingga kelahiran bayi (dalam 1 jam pertama kehidupan )
Perawatan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir ialah :
1) Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan
penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi pada bayi
baru lahir, adalah sebagai berikut :
a) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi.
b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin
pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
Upaya yang dilakukan untuk pencegahan terjadinya infeksi pada
bayi baru lahir diantaranya adalah :
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang
berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena
air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi
diletakan disebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor,
cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dengan
sabun, segera di keringkan dengan kain kasa kering dan di
bungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang
membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan
sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan
infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian
neonatal. Tanda tanda infeksi tali pusat yang harus di
waspadai antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna
kemerahan, ada pus / nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan
segera melaporkan ke dokter jika pada tali pusat di temukan
perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau
bau busuk.
2. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di ketahui yang dapat mencegah terjadinya
infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain
adalah meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadi
kolonisasimikroorganisme yang ada di kulit dan saluran
pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang cenderung
bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah
terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.
3. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah
merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlabih
dahulu, membersihkan kedua mata segera setelah lahir dengan
kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah di
bersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi
lahir, berikan salep obat tetes mata untuk mencegah oftalmia
neonatrum (tetrasklin 1%, Eritrosmin 0,5% atau Nitras Argensi
1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di
sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata
bayi, cuci tangan kembali.
4. Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG
harus di berikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian
dosis pertama tetesan polio di anjurkan pada bayi segera
setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud pemberian
imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal. Imunisai Hepatitis B sudah merupakan
program nasional, meskipun pelaksanaanya di lakukan secara
bertahap. Pada daerah resiko tinggi, pemberian imunisai
Hepatitis B di anjurkan pada bayi segera setelah lahir.
2) Melakukan penilaian dan inisiasi pernapasan spontan
Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha
pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Segera
setelah bayi lahir, maka perlu dilakukan upaya inisiasi pernafasan
spontan ( 0-30 detik ) secara cepat dan tepat, dengan langkah-
langkah :
a) Melakukan penilaian kondisi bayi baru lahir secara cepat dan
tepat, bayi diletakkan diatas perut ibu yang dilapisi dengan
handuk. Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
1. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekoneum ?
2. Apakah bayi bernafas spontan ?
3. Apakah kulit bayi berwarna kemerahan ?
4. Apakah tonus/ kekuatan otot bayi cukup ?
5. Apakah kehamilan ini cukup bulan ? Bila kelima
pertanyaan diatas jawabannya “ ya “, maka bayi dapat
diberikan kepada ibunya untuk segera menciptakan
hubungan emosional, kemudian dilakukan asuhan Bayi
Baru Lahir Normal,
b) Evaluasi data yang terkumpul , buat diagnosa & tentukan
rencana untuk asuhan bayi baru lahir.
c) Melakukan rangsangan taktil untuk mengaktifkan refleks pada
tubuh bayi baru lahir. Salah satu teknik dalam melakukan
rangsangan adalah dengan mengeringkan bayi. Cara ini dapat
merangsang pernafasan spontan pada bayi yang sehat.
Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati.
Rangsangan taktil yang dapat dilakukan, adalah :
1. Dengan lembut gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ekstremitas ) 1 atau 2 kali. b.
2. Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (1 atau
2 kali). Rangsangan yang kasar, keras, atau terus menerus,
tidak akan banyak menolong , malahan dapat
membahayakan bayi.
Sistem Penilaian APGAR

No Tanda Nilai
0 1 2
1. Warna Biru/pucat Tubuh Seluruh
Kemerahan badan
Ekstremitas biru kemerahan
2. Frekuensi Tidak ada Lambat >100/menit
jantung <100/menit
3. reflek Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/
melawan
4. Aktivitas/ Lumpuh/ Ekstremitas Gerakan
tonus otot Lemah fleksi aktif
5. Usaha Tidak ada Lambat, tidak Menangis
nafas teratur kuat

Apabila nilai APGAR : 7 – 10 : Bayi mengalami Asfiksia ringan


atau dikatakan bayi dalam keadaan normal
4 – 6 : Bayi mengalami Asfiksia
sedang 0 – 3 : Bayi mengalami
Asfiksia berat
Apabila ditemukan apgar score dibawah 6 maka bayi tersebut
membutuhkan tindakan resusitasi.
3) Membebaskan Jalan Nafas
Apabila bayi tidak langsung menangis setelah dilakukan inisiasi
pernapasan spontan, penolong segera membersihkan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut:
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala
diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
e) Alat penghisap lendir mulut atau alat penghisap lainnya yang
steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat.
f) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
g) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar
Score).
h) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau
mulut harus diperhatikan.
4) Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas dapat secaravaporasi, konduksi,
konveksi, dan radiasi. Ada beberapa cara mencegah kehilangan
panas, meliputi:
a) Keringkan bayi dengan seksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
c) Selimuti bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
5) Merawat tali pusat
Dalam merawat tali pusat, ada beberapa langkah yang akan
dilakukan, yaitu :
a) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat
atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
b) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi
tubuh lainnya.
c) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
d) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk
atau kain bersih dan kering.
e) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali
pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci
atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
f) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang
sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan
simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.
g) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klonin 0,5%.
h) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan
bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
6) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat.
Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat
tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi
harus dicatat.
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara
memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas
tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas
(hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika
bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan
mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang
relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan
terhadap terjadinya hipotermia. Pencegah terjadinya kehilangan
panas yaitu dengan :
a) Keringkan bayi secara seksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
e) Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
7) Pencegahan perdarahan
Memberikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup
bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan
bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1
mg IM.
I. PATHWAY

Bayi baru lahir

Perubahan Fisiologis

Sistem respirsai S.kardiovaskular S.Gastrointestinal Termoregulasi Pemotongan Tali Pusat

Sistem respirasi alveolus terisi O2 Asam lambung adaptasi hangat ke port de entry bacteri
dingin
Hipoksia, tekanan resistensi vascular kolik meningkatkan panas resiko
Resikoinfeksi
Infeksi
Rongga dada paru
Kegagalan peningkatan
Peningkatan
Merangsang saraf tekanan pylmonalis distress antara aktivitas otot panas
suhu tubuh
pernafasan waktu makan
menangis, Hipotermi
pegeluaran cariran aliran darah paru resiko nutrisi menggigil Hipertermi
paru masuk jantung kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan bersihan jalan napas gangguan perfusi
ketidakefektifan
Gangguan Perfusi jaringan Resiko
Cedera
j. Komplikasi
1) Sebore
2) Ruam
3) Moniliasis
4) Ikterus fisiologi
5) gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti
mengdip)
6) Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,
menghilangnya tekanan darah sistolik
7) Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
8) Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

2. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1) Identitas
2) Pengkajian terhadap factor resiko
a) Maternal : Usia, riwayat kesehatan yang lalu, perkembangan
social dan riwayat pekerjaan.
b) Obsetrik : Parity, periode, kondisi kehamilan terakhir
c) Perinatal : Antenatal, informasi prenatal maternal health
(DM,jantung)
d) Intra Partum event :
1. Usia gestasi : Lebih dari 34 minggu sampai dengan 42
minggu.
2. Lama dan karakteristik persalinan : Persalinan lama pada
kala I dan II KPD 24 jam.
3. Kondisi ibu : Hipo/Hiper tensi progsif perdarahan,
infeksi.
4. Keadaan yang mengidentifikasi fetal disstres HR lebih
dari 120 x sampai dengan 140 x / menit.
5. Penggunaan analgesic
6. Metode meahirkan : Sectio Caesaria, Forsep, Vakum
3) Pengkajian Fisik
a) Eksternal : Perhatikan warna, bercak warna , kuku, lipatan
pada telapak kaki, periksa potensi hidung dengan menutup
sebelah lubang hidung sambil mengobservasi pernafasan dan
perubahan kulit.
b) Dada Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang,
auskultasi untuk menghitung denyut jantung, perhatikan
bunyi nafas pada setiap dada.
1. Abdomen : Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk
seperti kubam atau tidak ada anomaly, perhatikan jumlah
pembuluh darah pada tali pusat.
2. Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex.
4) Pemeriksaan Penunjang
5) Nilai APGAR
6) Pengkajian
a) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi
tampak semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah
bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari ratarata 20
jam.
b) Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk
menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan
pernapasan dan peredaran darah dapat digunakan metode
APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan
seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar
antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran),
dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180
kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah
kemerahan.Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan
diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari
selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi
sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama
setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan
peningkatan tekanan darah sistolik.
c) Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C -370C.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada
rektal.
d) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan
padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak
tangan, kaki dan selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan zat
lemak berwarna putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan
bahu yang disebut verniks kaseosa.
e) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk,
kelainan jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota
tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki juga lubang anus
(rektal) dan jenis kelamin.
f) Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
umbilikalis.Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada
perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
g) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
1.Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
2.Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
3.Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada
bidang datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
4.Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan
menoleh kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting
susu.
5.Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke
dalam mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
h) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan
fisiologis.Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10%
dari berat badan lahir.Berat badan lahir normal adalah 2500
sampai 4000 gram.
i) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna
gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar
dalam 24 jam pertama.
j) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas dan panjang badan dengan menggunakan pita
pengukur. Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-
bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal
32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan
normal 48-50 cm.
k) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema,
tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)
atau rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis
turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan
nafas banyaknya mukus.
2) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat), tali pusat masih basah.
3) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
4) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
5) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
6) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi

C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan
nafas tidak efektif tindakan Nafas (3140):
b.d obstruksi keperawatan selama 1. Buka jalan nafas
jalan nafas : … x 24 jam, klien 2. Posisikan klien untuk
banyaknya diharapkan mampu memaksimalkan ventilasi
mucus. menunjukan jalan 3. Identifikasi klien
nafas yang paten perlunya pemasangan
Batasan dengan indicator : alat jalan nafas buatan
karakteristik : 4. Keluarkan sekret
a. Dyspuea Status Respirasi : dengan suction
b. Cyanosis Patensi Jalan Nafas 5. Auskultasi suara
c. Kelainan suara (0410) : nafas, catat adanya suara
nafas (kracles) 1. Pasien tampak tambahan
d. Mata melebar tenang (tidak cemas) 6. Monitor respirasi
e. Produksi 2. RR: 30- 60x/menit dan ststus O2
sputan f. Gelisah 3. Irama nafas teratur
g. Perubahan 4. Pengeluaran
frekuensi dan sputum pada jalan
irama nafas nafas Suction Jalan Nafas
5. Tidak ada suara (3160):
nafas tambahan 1. Auskultasi suara nafas
6. Warna kulit sebelum dan sesudah
kemerahan suctioning
2. Informasikan pada
keluarga tentang
suctioning
3. Berikan O2
dengan menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi suction
nasotracheal
4. Gunakan alat yang
steril setiap melakukan
tindakan
5. Berikan waktu
istirahat pada klien
setelah kateter
dikeluarkan dari naso
trakeal
6. Hentikan suction dan
berikan O2 jika klien
menunjukan bradikadi,
peningkatan saturasi O2,
dll.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan Mengontrol Infeksi
terjadi infeksi tindakan (6540) :
berhubungan keperawatan 1. Bersihkan box /
dengan trauma selama…x 24 jam, incubator setelah dipakai
jaringan pasien diharapkan bayi lain
(pemotongan tali terhindar dari tanda 2. Pertahankan teknik
pusat), tali pusat dan gejala infeksi isolasi bagi bayi
masih basah. dengan indicator : berpenyakit menular
3. Batasi pengunjung
Batasan Status Imun (0702) 4. Instruksikan pada
karakteristik: : pengunjung untuk cuci
a. Posedur invasif 1. RR : 30- tangan sebelum dan
b. Malnutrisi 60x/menit sesudah berkunjung
c. 2. Irama napas teratur 5. Gunakan sabun
Ketidakadekuatan 3. Suhu 36-370 C antimikrobia untuk cuci
imun 4. Integritas kulit tangan
d. buatan baik 6. Cuci tangan sebelum
5. Integritas nukosa dan sesudah melakukan
baik tindakan keperawatan
6. Leukosit dalam 7. Pakai sarung tangan
batas normal dan baju sebagai
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer
dan line kontrol dan
dressing sesuai ketentuan
10. Tingkatkan intake
nutrisi
11. Beri antibiotik
bila perlu.
Mencegah Infeksi
(6550) :
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining pengunjung
terhadap penyakit
menular
4. Pertahankan teknik
aseptik pada bayi
beresiko
5. Bila perlu pertahankan
teknik isolasi
6. Beri perawatan kulit
pada area eritema
7. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, dan drainase
8. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
9. Berikan antibiotik
sesuai program
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan Mengatur temperature
perubahan suhu tindakan (3900) :
tubuh keperawatan 1. Monitor temperatur
berhubungan selama…x 24 jam klien sampai stabil
dengan adaptasi diharapkan klien 2. Monitor nadi,
dengan terhindar dari pernafasan
lingkungan luar ketidakseimbangan 3. Monitor warna kulit
rahim, suhu tubuh dengan 4. Monitor tanda dan
keterbatasan indicator : gejala hipotermi /
jumlah lemak. hipertermi
Termoregulasi 5. Perhatikan
Neonatus (0801) : keadekuatan intake
1.Suhu axiila 36- cairan
370C 6. Pertahankan panas
2.RR : 30-60 x/menit suhu tubuh bayi (misal :
3.HR 120-140 segera ganti pakaian jika
x/menit basah)
4.Warna kulit merah 7. Bungkus bayi dengan
muda segera setelah lahir untuk
5.Tidak ada distress mencegah kehilangan
respirasi panas
6.Hidrasi adekuat 8. Jelaskan kepada
7.Tidak menggigil keluarga tanda dan gejala
8.Bayi tidak gelisah hipotermi / hipertermi
9.Bayi tidak letargi 9. Letakkan bayi setelah
lahir di bawah lampu
sorot / sumber panas
10.Jelaskan kepada
keluarga cara untuk
mencegah kehilangan
panas / mencegah panas
bayi berlebih
11. Tempatkan bayi di
atas kasur dan berikan
selimut.
D. Implementasi
Komponen pada tahap implementasi adalah :
a. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan
dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan
standar praktek American Nurses Associatioin (1973) dan
kebijakan institusi perawatan kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaborasi diimpelementasikan bila
perawat bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang
lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk
mengatasi masalah klien.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
tindakan keperawatan
Dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian/identitas
yang otentik dengan mempertahankan catatancatatan yang
tertulis. Dokumentasi merupakan wahana untuk komunikasi
dan suatu profesional ke profesional lainnya tentang kasus
klien. Dokumen klien merupakan bukti tindakan keperawatan
mandiri dan kolaborasi yang diimplementasikan oleh perawat
dan perubahan-perubahan pada kondisi klien. Frekuensi
dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapi yang
diberikan idealnya therapi dilakukan setiap shift. Rekam medis
klien merupakan dokumentasi yang legal, rekam medis
tersebut diterima di pengadilan. Pada tuntutan mal praktik,
catatan perawatan memberikan bukti tindakan perawat.
Perawat harus melindungi catatan tersebut dari pembaca yang
tidak berhak seperti pengunjung. Tanda tangan perawat di
akhiri catatan perawat merupakan akuntabilitas terhadap isi
catatan. Mengubah dokumen legal tersebut merupakan suatu
kejahatan adalah tidak bisa di teruma untuk menghapus tulisan
pada catatan menggunakan tipe x, penghapusan tinta atau
lainnya.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap ini adalah
memahami respon terhadap intervensi keperawatan. Kemampuan
mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2
kegiatan yaitu:
1) Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
2) Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi
juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria
tettentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak
tercapai atau tercapai sebagian.
a) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
b) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari
berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat
makan sendiri tetapi masih merasa mual, setelah makan
bahkan kadang-kadang muntah.
c) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dwienda, R. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatus Balita dan Anak Prasekolah


Untuk Para Bidan. Edisi I. Yogyakarta : Deepublish.
Novita, R. (2011). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Ghalia Indonesia
Bahiyatun. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.
Nursalam., Susilaningrum, Rekawati. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak ( Untuk Perawat dan Bidan ). Jakarta : Salemba Medika.
Suririnah. (2009). Buku Pintar Merawat Bayi 0 – 12 Bulan. Jakarta : Gramedia
Pusaka Utama.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta.
Babok, Lowdermilk, Jansen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2003. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta :
DepKes
NANDA. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
NIC. 2012. Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
RI DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : DepKes.
Saifuddin, abdul bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Dittya rahma rizki NIM : G1B221029


Tempat Praktek : RSUD H.Abdul Manap Tgl : 28 Oktober 2021
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Orang Tua :
Nama ibu : Ny. M
Umur : 26 tahun
Alamat :

Pendidikan : SMA
Kebangsaan : Indonesia
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. H
Umur : 32Th
Alamat :
Pendidikan :
Kebangsaan :Indonesia
Pekerjaan :
Agama : Islam

No Tahun L/P BB Keadaan Komp. Jenis Tempat Ket.


lahir Lahir Bayi Persalinan Lahir/Penolong
1. 2021 P 2800 Sehat Tidak Spontan Bidan
ada

2. Riwayat Kelahiran
Status Gravida Ibu : G: 1 P: 1 A: 0
Riwayat Persalinan : Tidak ada
BB/TB Ibu : Tidak terkaji Kg/…cm
Tempat Persalinan : RSUD Abdul Manap
Jambi Jenis Persalinan : Normal (BBL spontan)
Komplikasi Persalinan : Tidak ada
Lama Pecahnya Ketuban : saat di ruangan ketuban telah pecah
Proses Persalinan : Kala I : telah dipembukaan 8, hingga pembukaan 10 di
20 menit
Kala II : 10 Menit
3. Keadaan bayi saat lahir : Sehat
Lahir Tanggal : 28 Oktober 2021
jam : 21.00 wib
Jenis Kelamin : Perempuan Bayi tunggal
BB/PB Lahir : 2800 gr/ 49 cm
Nilai APGAR
Angka penilaian 1 menit 5 menit
0 1 2
Bunyi Tidak ada Lambat Diatas 100 2 2
jantung (<100)
Pernapasan Tidak ada Tidak teratur Menangis 1 2
Tonus otot Lemas Sedikit fleksi Pergerakan 1 1
aktif
Reflek Tidak ada Menyeringai Menangis 2 2
kuat
Warna Biru pucat Badan merah Seluruh 2 2
extremitas badan merah
biru
Jumlah 8 9

a. Plasenta
1. Berat : 2800 Gram
2. Kotiledon : Lengkap
3. Ukuran : 20 x 20 x 1,5 c
4. Kelainan : Tidak ada
5. Insersi tali pusat : Tali pusat masih basah dan rapuh
b. Tali pusat
1. Panjang : 3 cm
2. Pembuluh darah : 2 arteri 1 vena
3. Kelainan : Tidak ada

4. Pemeriksaan Fisik Bayi


Umur : 1 hari
Hari : Kamis
Jam : 20. 20
Suhu Badan : 36,20 C
Berat Badan : 2800 gram
Panjang Badan : 49 Cm
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 31 cm
Lingkar Perut : 30 cm
a. Kepala
Cepal hematoma : tidak ada
Cepal succedenium : tidak ada
Sutura : Belum menutup
Rambut : Hitam Halus
b. Mata
Kesimetrisan : Simetris antara mata kanan dan kiri
Sklera : Putih tidak ada ikhterus
Konjungtiva : Merah muda
c. Hidung
Lubang hidung : Ada dan kedua lubang hidung
simetris Cuping hidung: Ada
d. Mulut dan Lidah
Palatum : Normal
Warna palatum : Merah muda
Warna lidah : Merah muda
Refleks hisap dan menelan :
- Moro : reflek kejutan dibagian extermitas atas atau bawah (ada respon)
- Graspy : ada reflek genggam extermitas atas dan bawah (ada reflek)
- Stepping : menunjukan reflek seperti berjalan (belum ada reflek berjalan)
- Rooting : menunjukan reflek seperti mencari puting susu
- sucking : menunjukan reflek hisap yang kuat (ada dan kuat)
e. Telinga
Kesimetrisan : Simetris antara kiri dan
kanan Warna: Sama dengan kulit wajah
Daun telinga : ada
Lekuk telinga : ada
Cairan yang keluar : Tidak ada dan tidak ada lesi
f. Leher
Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran
JVP : Tidak ada peninggian
g. Dada
DJA : 140 x/mnt
Gerakan : Dapat mengembang dan mengempis
h. Mamae
Putting : ada
i. Abdomen
Bentuk : Bulat lonjong
Bising usus : tidak terkaji
j. Punggung Pinggul,dan Bokong
Tonjolan punggung : Tidak ada
Lipatan bokong : Simetris
Warna kulit bokong : Merah
k. Tangan
Pergerakan : Baik
Jari tangan kanan/kiri : Lengkap
Reflek menggenggam : ada
Warna : merah,sedikit kebiru-biru
l. Kaki
Pergerakan : baik
Jari kaki kanan/kiri : Lengkap
Refleks babinski : belum
m. Badan
Aktivitas : Baik
Warna kulit : Merah,penurunan jumlah lemak subcutan
Lanugo : Ada
Cyanosis : pada ekstermitas
Tekstur : Halus
n. Anus
Mempunyai lubang anus

5. Pengkajian Sistem
a. Aktivitas/istirahat : bayi tampak sering tidur
b. Eliminasi : BAB pertama : -
c. BAK pertama :
d. Nutrisi :-
e. Tulang :
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar perut : 30 cm
Lingkar dada : 31 cm

Analisa data

No Tanggal Data Problem Penyebab


1. 28-10-2021 DS: - Resiko tinggi terhadap Proses adaptasi
DO: perubahan suhu tubuh bayi pada
1. S: 36,0 C lingkungan yang
2. RR: 48x/menit baru.
3.Nadi:130x/menit
4. Badan bayi
teraba hangat
5. BB : 2800 gram
6. PB : 49 cm
7. Warna tubuh
kemerahan

2. 19-10-2021 DS: Input kuman pada tali pusat Resiko tinggi


DO: infeksi
1. Tali pusat
masih ada dalam
kondisi basah
2. Panjang tali
pusat 3 cm

Diagnosa keperawatan

No Tanggal Diagnosa keperawatan


1. 28-10-2021 Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan
dengan proses adaptasi bayi pada lingkungan yang baru.
2. 28-10-2021 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan input kuman pada
tali pusat

Intervensi keperawatan

No Tanggal Diagnosa keperawatan Noc Nic


1. 28-10-2021 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan a. Monitoring TTV
perubahan suhu tubuh tindakan keperawatan 1. Tempatkan bayi
berhubungan dengan selama 1 x 24 jam bayi pada lingkungan
proses adaptasi bayi dapat beradaptasi yang hangat.
pada lingkungan yang terhadap suhu 2. Berikan bayi
baru lingkungan dengan selimut untuk
kriteria hasil: menjaga suhu
1. TTV normal bayi tetap hangat
2. Tidak terjadi sianosis 3. Observasi bayi
3. Akral hangat terhadap tanda-
4. Tidak menggigil tanda suhu
5. Ekstremitas tampak dingin (missal
kemerahan penurunan suhu
tubuh,
ekstremitas
fleksi, pucat,
kaki dingin)
4. Perhatikan suhu
lingkungan dan
juga agar bayi
tidak terkena
langsung alat
pendingin
seperti AC/
Kipas angin.
5. Berikan
penghangatan
yang bertahap
pada bayi yang
mengalami
kedinginan.
6. Pertahankan
suhu udara lebih
hangat dari pada
suhu tubuh.
2. 28-10-2021 Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji luka akibat
berhubungan dengan tindakan keperawatan pemotongan tali
input kuman pada tali selama 1 x 24 jam tidak pusat
pusat terjadi infeksi pada bayi 2. Monitor tanda-
dengan kriteria hasil: tanda infeksi:
1. Tidak ada tanda- kemerahan,
tanda infeksi pada tali bengkak, demam,
pusat (kemerahan, adanya pus
bengkak, demam, 3. Rawat luka tali
adanya pus) pusat dengan teknik
aseptik dan
antiseptik

Implementasi keperawatan

No Tanggal Implementasi Respon


1. 19-10-2021 1. Memonitor TTV 1. TTV
2. Menempatkan N : 130
bayi pada RR : 48
lingkungan yang S : 36,0 0 C
hangat. 2. DS:
3. Memberikan bayi DO : bayi berada
selimut untuk pada box bayi
menjaga suhu dan diselimut
bayi tetap hangat 3. DS:
4. Melakukan DO: bayi
pengkajian pada terselimuti dan di
luka akibat bedong
pemotongan tali 4. DS:
pusat DO: luka tampak
5. Memonitor kering
tanda-tanda 5. DS:
infeksi: DO: tali pusat
kemerahan, tidak bengkak,
bengkak, demam, tidak kemerahan
adanya pus dan tidak ada pus,
6. Merawat luka tali tidak berbau
pusat dengan 6. DS:
teknik aseptik DO: luka tampak
dan antiseptik kering

Evaluasi keperawatan
No Tanggal Evaluasi TTD
1. 28-10-2021 S:
O:
1. S:36,2 0 C
2. RR: 44x/menit
3. N: 140x/menit
4. Tidak terjadi sianosis
5. Akral hangat
6. Tidak menggigil
7. Ekstremitas tampak
kemerahan A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi

2. 28-10-2021 S:-
O:
Tali pusat masih basah, tidak berbau,
tidak bengkak, tidak kemerahan dan
tidak ada pus
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai