Anda di halaman 1dari 39

Case Report

Anoftalmia Kongenital Okuli Dextra

Disusun oleh :

Intan Utami Putri 21360301

Pembimbing :

dr. Melsa Ester Letareni Situmeang, Sp. M

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RSUD JENDRAL AHMAD YANI METRO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

“Anoftalmia Kongenital Okuli Dekstra”

Disusun oleh :

Intan Utami Putri 21360301

Case Report ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti

Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Jendral Ahmad Yani Metro

2023.

Metro, 6 Maret 2023

dr. Melsa Ester Letareni Situmeang, Sp. M

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Case Report yang berjudul “Anoftalmia Kongenital Okuli Dextra”.

Case Report ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu

Penyakit Mata RSUD. Jendral Ahmad Yani Metro Lampung.

Penulis menyadari bahwa penulisan Case Report ini tidak akan selesai tanpa

adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

ucapan terima kasih dan penghargaan kepada dr. Melsa Ester Letareni Situmeang,

Sp.M selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan

penyusunan Case Report ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Case Report ini masih terdapat kekurangan.

Oleh karena itu kritik dan saran membangun tentunya sangat diharapkan. Semoga

segala bantuan berupa nasehat, motivasi dan masukan semua pihak akan bermanfaat

untuk semua pihak, khususnya di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD. Jendral Ahmad

Yani Metro Lampung.

Metro, 6 Maret 2023

Intan Utami Putri

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 5
BAB II LAPORAN KASUS ........................................................................................ 6
2.1 Identitas Pasien .................................................................................................... 6
2.2 Anamnesis ........................................................................................................... 6
2.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................................ 8
2.4 Status Oftamologi ................................................................................................ 9
2.5 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 10
2.6 Resume ............................................................................................................. 11
2.7 Dokumentasi Pasien ........................................................................................... 12
2.8 Diagnosa Kerja .................................................................................................. 12
2.9 Penatalaksanaan ................................................................................................. 12
2.10Prognosis ........................................................................................................... 13
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 14
3.1 Embriplogi Mata ................................................................................................ 14
3.2 Definisi Anoftalmia Kongenital ......................................................................... 20
3.3 Epidemiologi Anoftalmia Kongenital ................................................................. 20
3.4 Etiologi dan Faktor Anoftalmia Kongenital ........................................................ 21
3.5 Patogenesis Anoftalmia Kongenital.................................................................... 23
3.6 Tanda Klinis Anoftalmia Kongenital ................................................................. 23
3.7 Klasifikasi Anoftalmia Kongenital ..................................................................... 24
3.8 Diagnosis Anoftalmia Kongenital ..................................................................... 26
3.9 Tatalaksana Anoftalmia Kongenital .................................................................. 29
3.10Prognosis Anoftalmia Kongenital....................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................ 35
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Masalah selama perkembangan embrio dapat menyebabkan kelainan mata

bawaan, seperti anoftalmia, mikroftalmia, koloboma, aniridia, dan hipoplasia saraf optik

seperti anoftalmos, mikroftalmos dan makroftalmus. Mutasi genetik, kelainan

kromosom, dan lingkungan masa prenatal semua dapat menyebabkan anoftalmia.

Anoftalmia adalah salah satu penyebab utama kebutaan kongenital dan menyumbang 3-

11% kebutaan pada anak-anak1.

Anoftalmia didefinisikan secara klinis sebagai tidak adanya bola mata di dalam

rongga orbita. Keadaan ini disebabkan oleh kelainan kongenital dan berbagai kelainan

dapatan yang berasal dari mata atau luar mata. Biasanya kejadian anoftalmia

dihubungkan dengan malformasi sistemik lainnya terutama yang melibatkan jantung,

muskuloskeletal dan sistem saraf pusat. Diagnosa anoftalmia biasanya bersifat klinis,

setelah pemeriksaan oftalmologi lengkap2.

Terminologi klinikal anoftalmia digunakan pada sejumlah keadaan kongenital,

dimana saat pemeriksaan histologi menunjukan masih adanya sisa jaringan okular.

Sedangkan terminologi klinikal microftalmia digunakan ketika bola mata tidak

bertumbuh, pada orang dewasa ukuran panjang aksial bola mata kurang dari 21 mm,

pada anak usia 9 tahun kurang dari 19 mm. Mikroftalmia ini memiliki insidens 1.5-19

per 10.000 kelahiran, sedangkan prevalensi anoftalmia sebesar 0,3 per 100.000

kelahiran3.

5
BAB II
LAPORAN KASUS

2. 1 Identitas Pasien
Nama : By. Ny. EF
Umur : 3 hari
Alamat : Batanghari Nuban
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No. RM : 447262

2. 2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Bayi laki-laki yang baru lahir tidak dapat membuka kelopak mata
kanan secara spontan sejak 3 hari yang lalu.

2. Keluhan Tambahan
Tidak ditemukan adanya bola mata kanan yang normal saat kelopak
mata kanan dibuka.

3. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pada tanggal 13 Februari 2023 pukul 21.51 WIB, seorang ibu hamil
usia kehamilan 37 minggu datang ke IGD RSUD Jend. Ahmad Yani Metro
diantar keluarganya, dengan keluhan perut terasa kencang sejak pagi hari
dan keluar lendir darah sejak sore hari. Berdasarkan hasil observasi dan
penanganan oleh dokter dan bidan di IGD, pasien melahirkan seorang bayi
laki-laki dengan BBL 2875 gram dan PB 49 cm melalui persalinan normal.
Bayi lahir menangis spontan pada tanggal 14 Februari 2023 pukul 06.35
WIB. Bayi tidak dapat membuka mata sebelah kanan. Saat kelopak mata
kanan bayi dibuka, tidak didapati adanya bola mata yang normal. Bayi

6
dibawa ke Poli Mata RSUD Jend. Ahmad Yani pada tanggal 16 Februari
2023 untuk diperiksa lebih lanjut oleh Dokter Spesialis Mata.

4. Identitas Orang Tua Bayi


Data Ayah Ibu
Nama Tn. AA Ny. EF
Umur 42 tahun 31 tahun
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumat Tangga
Agama Islam Islam
Alamat Batanghari Nuban Batanghari Nuban

5. Riwayat Penyakit Bayi (0-28 hari)


• Penyakit Paru : Disangkal
• Penyakit Jantung : Disangkal
• Penyakit Sistemik : Disangkal
• Riwayat Alergi : Disangkal
• Riwayat Trauma : Disangkal

6. Riwayat Penyakit Ibu dan Keluarga Bayi


• Penyakit Paru : Disangkal
• Penyakit Jantung : Disangkal
• Penyakit Sistemik : Disangkal
• Riwayat Alergi : Disangkal
• Riwayat Trauma : Disangkal
• Riwayat Infeksi : Disangkal

7. Riwayat Pengobatan Bayi


Belum pernah dibawa ke Poliklinik Mata.

8. Riwayat Kehamilan
- Diagnosis obstetri : G5P3A1

7
- Atropometri ibu : BB 80 kg, TB 158 cm
- HPHT : 28 Mei 2022
- TP : 4 Maret 2023
- Usia kehamilan : 37 minggu
- Pemeriksaan ANC : Frekuensi > 3 kali, teratur, tempat periksa di
Bidan dan Dokter Spesialis Kandungan
 Penyakit/komplikasi selama kehamilan tidak ada
 Kebiasaan makan : Sayur, buah, nasi, lauk, susu 3 kali sehari
 Kebiasaan lain : Minum jamu, konsumsi vitamin dari Bidan
 USG kehamilan : Tidak ditemukan kelainan masa prenatal

9. Riwayat Kelahiran Ibu yang Lalu


Jenis BBL Umur Jenis
No. Tgl lahir Penyulit Hidup/mati
kelamin (g) hamil persalinan
AB uk 8
1. 2009 - - Abortus Kuretase Mati
minggu
2. 15/07/2010 Perempuan 3000 Aterm KPD PN Hidup
3. 31/05/2014 Laki-laki 3000 Aterm LTP PN Hidup
4. 14/08/2015 Perempuan 3000 Aterm - PN Hidup

2. 3 Pemeriksaan Fisik
1. Status Fisik Bayi
- Keadaan umum : Baik
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- BBL : 2875 g
- PB : 49 cm
- Anomali yang mencolok
• Kulit : Normal
• Kepala : Normal
• Mata : Kelopak mata kanan tidak bisa membuka spontan
• Hidung : Normal
• Telinga : Normal, daun telinga (+)
• Mulut/lidah : Normal

8
• Leher : Normal, tidak ada pembengkakan
• Dada : Normal
• Jantung : Normal
• Paru : Vesikuler (+), Wheezing (-), Ronkhi (-)
• Abdomen : Normal, pembengkakan (-)
• Anogenital : Normal, Anus (+), Saluran kencing (+)
• Ekstremitas : Normal
• Refleks bayi : Baik
 APGAR Score : 8-9 (tidak asfiksia)

2. 4 Status Oftalmologi

Oculi Dextra Oculi Sinistra

Tidak dapat dinilai Visus Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dilakukan Koreksi Tidak dilakukan

DBN Supersilia DBN

Edem (-), Spasme (-) Palbebra superior Edem (-), Spasme (-)

Edem (-), Spasme (-) Palbebra inferior Edem (-), Spasme (-)

DBN Silia DBN

Orthoforia (+) Eksoftalmus


Tidak dapat dinilai Bulbus oculi
(-) Strabismus (-)

Tidak dapat dinilai Gerak bola mata Baik ke segala arah

Tidak dapat dinilai Conjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-)

Tidak dapat dinilai Congjungtiva fornices Secret (-)

Tidak dapat dinilai Congjungtiva palpebra Hiperemi (-) Sikatrik (-)

Tidak dapat dinilai Sclera Siliar injeksi (-)

Tidak dapat dinilai Kornea Jernih

9
Tidak dapat dinilai Camera oculi anterior Kedalaman cukup Bening

Tidak dapat dinilai Iris Warna : Hitam

Bulat, Reguler, Sentral,


Tidak dapat dinilai Pupil
Reflek Cahaya (+)

Tidak dapat dinilai Lensa Jernih

Tidak diperiksa Fundus refleks Tidak diperiksa

Tidak diperiksa Korpus vitreum Tidak diperiksa

Tidak diperiksa Tensio oculi Tidak diperiksa

Tidak dapat dinilai Sistem canalis lakrimalis DBN

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Berdasarkan hasil pemeriksaan USG Transpalpebral di Poliklinik Mata

RSUD Jend. Ahmad Yani pada tanggal 16 Februari 2023, didapatkan hasil

sebagai berikut :

10
Kesan :

OS : Oculi sinistra tampak normal.

OD : Tidak tampak struktur-struktur bola mata.

2. 6 Resume

Seorang bayi laki-laki usia 3 hari yang lahir pada usia kehamilan 37

minggu, dari ibu yang berusia 31 tahun dan ayah yang berumur 42 tahun, datang

ke Poliklinik Mata RSUD Jendral Ahmad Yani Metro pada tanggal 16 Februari

2023. USG janin masa prenatal tidak menemukan adanya kelianan pada masa

perkembangan janin. Ibu memiliki riwayat abortus pada kehamilan pertama,

ketuban pecah dini pada kehamilan kedua, dan lilitan tali pusar pada kehamilan

ketiga. Pasien datang ke Poliklinik dengan keluhan kelopak mata kanan tidak

dapat membuka secara spontan sejak 3 hari yang lalu. Tidak ditemukan adanya

bola mata kanan yang normal saat kelopak mata kanan dibuka. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, compos mentis,

dengan anomali mata yang mencolok. Pada status fisik bayi tidak ditemukan

11
kelainan. Pada status oftalmologis oculi dextra, struktur-struktur bola mata tidak

dapat dinilai. Status oftalmologi oculi sinistra dalam batas normal. Hasil

pemeriksaan USG Transpalpebral menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya

struktur-struktur bola mata kanan. Gambaran USG Transpalpebral oculi sinistra

tampak normal.

2. 7 Dokumentasi Pasien

2. 8 Diagnosis Kerja

Anoftalmia Kongenital Oculi Dextra.

2. 9 Penatalaksanaan

1. Edukasi Keluarga

Menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian Anoftalmia Oculi

Dextra. Menginformasikan kepada keluarga mengenai penjadwalan kontrol

ulang ke Poliklinik Mata untuk mengevaluasi perkembangan bola mata dan

tajam pengelihatan oculi sinistra.

2. Farmakoterapi

Gentamicin ED 3X1 Oculi Dextra.

12
2. 10 Prognosis

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad malam

13
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3. 1 Embriologi Mata

Morfogenesis Awal

Pemahaman penuh tentang embriologi mata yaitu dengan meningat

bagaimana struktur awalnya terbentuk. Munculnya alur optik (asal

neuroektoderm) dari otak depan yang sedang berkembang menandai tanda

pertama perkembangan mata pada minggu ketiga kehamilan (Gambar 1A). Saat

lipatan saraf menyatu, alur optik, yang diinduksi oleh mesenkim di sekitarnya,

keluar membentuk vesikel optik (Gambar 1B). Vesikel optik adalah divertikula

berongga yang menonjol melalui mesenkim di sekitarnya menuju ektoderm

permukaan. Penonjolan ini tidak hanya mengarah pada pembentukan tangkai

optik (saraf optik masa depan) tetapi juga menginduksi perubahan yang

diperlukan pada ektoderm permukaan untuk pembentukan plakoda lensa.

Plakode lensa berinvaginasi ke arah vesikel optik dan membentuk lubang lensa.

Saat lubang semakin dalam, itu menjadi vesikel lensa (Gambar 1C). Tepi vesikel

lensa saling mendekat, dan lensa terjepit dari lapisan ektoderm permukaan luar.

Vesikel lensa tenggelam lebih dalam dan melayang dari ektoderm permukaan di

mana ia akan berbaring di mangkuk optik (Gambar 1D) 4.

Pada usia kehamilan empat minggu, vesikel optik berinvaginasi dan

membentuk mangkuk optik (Gambar 1C) - ini akan menjadi retina. Alur

terbentuk di sepanjang permukaan ventral mangkuk dan tangkai optik, yang

disebut celah retina (atau koroid), untuk memungkinkan lewatnya arteri dan

14
vena hyaloid. Pembuluh hyaloid terperangkap di saraf optik saat mangkuk optik

menyatu di sekitarnya. Pembuluh hyaloid menjadi arteri dan vena retina sentral.

Pembuluh hyaloid distal, yang mensuplai lensa yang sedang berkembang,

berdegenerasi di badan vitreous dan meninggalkan sisa yang dikenal sebagai

kanal hyaloid4.

Struktur mata dan adneksanya banyak berasal dari mesenkim, khususnya

sel krista neural. Puncak saraf berkontribusi pada stroma kornea dan endotelium,

badan siliaris, stroma uveal dan melanosit, sklera, selubung meningeal, jaringan

ikat saraf optik dan otot ekstraokular, dan tulang orbit. Neuroektoderm juga

berperan sebagai sumber retina, iris posterior, dan saraf optik. Ektoderm

permukaan memunculkan lensa dan epitel kornea. Mesoderm berdiferensiasi

menjadi endotel vaskular mata dan otot ekstraokular 4.

Gambar 1. Embriologi mata4

Retina dan Saraf Optik


Retina muncul saat vesikel optik berinvaginasi dan membentuk mangkuk

optik. Proses invaginasi menghasilkan lapisan dalam dan luar (Gambar 1D), dan

lapisan ini menciptakan ruang intraretinal, yang kemudian dilenyapkan saat

15
kedua lapisan tersebut saling berdampingan. Lapisan luar mengandung butiran

pigmen dan menjadi lapisan berpigmen retina. Lapisan dalam berdiferensiasi

menjadi retina saraf yang akan berisi sel batang dan kerucut - sel penginderaan

cahaya retina. Akson dari retina saraf kemudian diproyeksikan ke tangkai optik.

Proliferasi akson di lumen tangkai optik menyebabkan pemusnahan lumen.

Akibatnya, itu membentuk saraf optik4.

Iris dan Badan Silia

Iris dan badan siliar berasal dari ujung paling anterior dari mangkuk optik.

Iris terdiri dari lapisan luar yang mengandung pigmen, lapisan tidak berpigmen,

dan lapisan otot pupil yang divaskularisasi. Pinggiran mangkuk optik

memanjang menuju lokasi pupil yang membentuk iris. Dinding bagian dalam

cawan optik memunculkan epitel pigmen iris posterior. Dinding luar cangkir

optik memunculkan epitel pigmen anterior. Penanda otot polos dapat

diidentifikasi pada sel-sel yang memanjang, yang akan membentuk otot dilator

pupillae dan sphincter pupillae. Epitel siliaris juga muncul dari ujung anterior

mangkuk optik. Yang penting, epitel ciliary akan mengeluarkan fibrillin yang

berkontribusi pada ligamen suspensori lensa. Otot siliaris, yang bertanggung

jawab untuk akomodasi lensa, muncul dari sel mesenkim4.

Lensa

Ketika vesikel optik muncul, ia menginduksi ektoderm permukaan di

atasnya untuk berdiferensiasi menjadi plakoda lensa. Plakode lensa kemudian

berinvaginasi, akhirnya terpisah dari ektoderm permukaan dan menjadi vesikel

lensa. Vesikel lensa bergerak menuju rongga yang dibuat oleh mangkuk optik.

Saat vesikel lensa mengendap ke dalam rongga, arteri hyaloid melewati fisura

16
retina. Ini akan memasok lensa yang sedang berkembang dan lapisan dalam

mangkuk optik sebelum kemudian mengalami regresi. Vesikel lensa kemudian

matang menjadi lensa yang tepat sebagai sel kolumnar tinggi pada aspek

posterior vesikel lensa kehilangan nukleusnya dan memanjang, membentuk serat

lensa primer. Serat lensa primer transparan karena ekspresi protein kristal yang

teratur. Rongga vesikel lensa melenyap karena proliferasi serat lensa primer.

Arteri hyaloid mengalami regresi saat ruang anterior terbentuk, dan lensa

mendapat nutrisi dari aqueous humor. Menariknya, tidak ada perdarahan

vitreous yang terjadi selama regresi, menunjukkan aliran darah telah berhenti

sebelum regresi dimulai. Aspek penting lain dari lensa adalah kapsul lensa.

Kapsul lensa terbentuk ketika vesikel lensa dikelilingi oleh membran dasar

akibat invaginasi dari ektoderm permukaan. Karena kapsul lensa, lensa adalah

organ dengan keistimewaan kekebalan. Kapsul menawarkan perlindungan

patogen sambil tetap memungkinkan lewatnya zat terlarut dan air4.

Vitreous

Pada mata dewasa, vitreous berfungsi untuk mempertahankan bentuk bola

dunia serta mengamankan retina pada tempatnya. Selama perkembangan,

mesenkim menginvasi optic cup melalui fisura retina. Antara lain, mesenkim ini

membentuk badan vitreous primer, yang terperangkap saat fisura retina menutup

dan menutup cawan optik. Tubuh vitreous primer kehilangan pembuluh

darahnya, berkembang menjadi gel aselular yang dikenal sebagai tubuh vitreous

sekunder. Akhirnya, vitreous tersier terbentuk, menimbulkan serat suspensi

lensa. Dalam proses vitreous 'menjadi avaskular, arteri hyaloid mengalami

17
regresi dan struktur vestigial penting dalam bentuk mata dewasa - kanal

hyaloid4.

Koroid dan Sklera

Mata yang sedang berkembang mulai mengambil bentuk dewasa dengan

pembentukan koroid dan sklera. Perkembangan koroid, lapisan vaskular yang

mensuplai retina bagian luar, dimulai selama minggu keenam hingga ketujuh

saat epitel pigmen retina bagian luar dari cawan optik menginduksi mesenkim di

sekitarnya. Pada minggu ke 12, kapiler terlihat menelusuri epitel pigmen retina,

diikuti oleh arteriol dan venula pada minggu ke 15. Pada minggu ke 22, arteri

dan vena yang menyerupai mata orang dewasa terlihat jelas. Sklera, lapisan

fibrosa luar mata yang bersambungan dengan dura mater, juga diinduksi dari

mesenkim paraokular dan terbentuk di luar koroid. Sklera berkontribusi pada

lapisan stroma kornea4.

Kornea

Kornea, bagian bening dari mata luar, memungkinkan lewatnya cahaya ke

dalam mata dan menyediakan komponen pembiasan yang besar. Ada tiga lapisan

utama pada kornea: epitel kornea eksternal, yang berasal dari ektoderm

permukaan, lapisan stroma pusat yang berasal dari mesenkim, dan endotel

interior yang berasal dari sel krista neural. Setelah vesikel lensa berangkat dari

ektoderm permukaan, ruang intervensi diisi dengan mesenkim (berkelanjutan

dengan mesenkim scleral). Vesikel lensa menginduksi perkembangan kornea,

menghasilkan struktur avaskular yang transparan. Yang penting, keratosit,

berasal dari mesenkim stroma, menghasilkan matriks kolagen yang sangat

terorganisir yang diperlukan untuk transparansi dan refraksi4.

18
Kelopak Mata

Kira-kira pada usia kehamilan enam minggu kelopak mata mulai

terbentuk, berasal dari ektoderm permukaan dan mesenkim. Ektoderm

permukaan berkontribusi pada epidermis di anterior dan konjungtiva palpebral di

posterior. Di antara epidermis dan konjungtiva palpebra terdapat inti jaringan

mesenkim yang membentuk otot orbikularis okuli. Ini adalah akumulasi

mesenkim krista neuralis pada tepi lateral mangkuk optik yang menginduksi

pertumbuhan kelopak mata yang menyerupai embel-embel, menutupi bola mata.

Menariknya, ketika tutup superior dan inferior tumbuh menutupi bagian depan

mata, mereka menyatu dengan sumbat epitel (Gambar 1E). Kelopaknya tetap

menyatu, memisahkan antara bulan kelima dan ketujuh perkembangan. Bulu

mata dan kelenjar akan berkembang dari ektoderm permukaan4.

Kelenjar Lakrimal

Kelenjar lakrimal diyakini muncul selama minggu ketujuh kehamilan dan

akan memposisikan dirinya pada posisi superolateral orbit. Pada manusia, ada

perdebatan tentang asal-usul sel yang tepat. Saran adalah bahwa parenkim

kelenjar berasal dari epitel dan mesenkim sekitarnya. Perkembangan kelenjar

lakrimal telah dijelaskan dalam proses trifasik :

 Tahap pertama : Penebalan epitel fornix superior dan kondensasi

mesenkimal sekitarnya.

 Tahap kuncup: Munculnya nodul melalui pembentukan lumina di dalam

kuncup epitel.

 Tahap kematangan kelenjar: Penampilan fitur dewasa (awal minggu 9)

dan pematangan lanjutan4.

19
3. 2 Defisini Anoftalmia Kongenital

Anoftalmia kongenital adalah suatu keadaan tidak adanya mata sama

sekali karena pembentukan vesikel optik yang kurang selama fase awal

kehamilan5.

Anoftalmia adalah tidak adanya satu atau kedua mata. Bola mata manusia

dan jaringan okular hilang dari orbita. Ketiadaan mata akan menyebabkan orbita

tulang kecil, soket mukosa menyempit, kelopak mata pendek, fisura palpebral

berkurang dan menonjol malar1.

3. 3 Epidemiologi Anoftalmia Kongenital

Anoftalmia kongenital adalah penyakit yang jarang terjadi dan dijelaskan

untuk pertama kalinya pada tahun 1547 oleh Lycosthenesand pada tahun 1609

oleh Schenk. Prevalensi anophthalmia kongenital berkisar antara 3 sampai 14

per 100.000 penduduk6.

Sebuah studi terbaru di Inggris menunjukkan anoftalmia memiliki

insidensi rata-rata 1 dari setiap 10.000 kelahiran. Tingkat kejadian tahunan

anoftalmia di Amerika Serikat adalah sekitar 780 anak yang lahir/tahun. Orang

tua yang sudah punya anak menderita dari anophthalmia memiliki kemungkinan

1 dari 8 anak lain dengan anophthalmia1.

Anoftmia adalah cacat lahir yang langka. Studi dari California dan Italia

telah melaporkan kejadian masing-masing 0,18 kasus per 10.000 kelahiran dan

0,33 kasus per 10.000 kelahiran. Sebagian besar kasus bersifat bilateral7.

20
3. 4 Etiologi dan Faktor Resiko Anoftalmia Kongenital
Anoftalmia terjadi akibat kegagalan perkembangan struktur optik, yang

dapat terjadi akibat defek pada induksi tabung saraf, pembentukan vesikel

dan/atau cawan optik, atau kerusakan sekunder jaringan optik yang telah

terbentuk sebelumnya. Anoftalmia memiliki etiologi kompleks yang tidak

sepenuhnya dijelaskan tetapi dianggap mencakup komponen genetik dan

lingkungan7.

Faktor Genetik

Beberapa gen yang terlibat dalam perkembangan anophthalmia yaitu

mutasi pada SOX2, OTX2, PAX6, STRA6, ALDH1A3, RARB, VSX2, RAX,

FOXE3, BMP4, BMP7, GDF3, GDF6, ABCB6, ATOH7, C12orf57, TENM3

(ODZ3), dan VAX1 yang semuanya telah terlibat dalam perkembangan mata

yang abnormal dan patogenesis anoftalmia7.

SOX2: Mutasi pada SOX2 adalah penyebab genetik anoftalmia yang

paling umum dan terdapat pada 40% kasus anoftalmia. Gen SOX2 mengkode

faktor transkripsi yang berperan sentral dalam diferensiasi jaringan lensa dari

ektoderm permukaan. Kasus anoftalmia dengan mutasi SOX2 yang

teridentifikasi bersifat bilateral dan dapat terjadi sebagai bagian dari sindrom

anophthalmia SOX2. Manifestasi ekstraokular dari sindrom anoftalmia SOX2

termasuk ketidakmampuan belajar, keterlambatan pertumbuhan dan motorik,

kejang, dan malformasi struktur SSP seperti hippocampus, kelenjar pituitari, dan

corpus callosum7.

OTX2: Mutasi pada gen OTX2 juga sering terlibat dalam berbagai

malformasi okular dan terjadi pada 3% pasien dengan anoftalmia bilateral.

OTX2 mengkodekan faktor transkripsi yang terlibat dalam diferensiasi vesikel

21
optik dan pembentukan retina dan membantu perkembangan pigmentasi. Gen

OTX2 memiliki ekspresifitas variabel yang cukup besar dalam presentasi

fenotipik. Manifestasi ekstraokular yang terkait dengan mutasi OTX2 termasuk

ketidakmampuan belajar, keterlambatan perkembangan, dan kelainan struktur

struktur otak7.

PAX6: PAX6 adalah salah satu molekul pengatur utama dalam

pengembangan optik. PAX6 membantu mengontrol ekspresi gen kunci lain

dalam diferensiasi struktur mata dan berperan langsung dalam pembentukan

bidang mata dan pembentukan lensa. Mutasi PAX6 secara klasik terlibat dalam

aniridia, tetapi tampaknya ada interaksi antara mutasi PAX6 dan SOX2 yang

berkontribusi pada perkembangan anoftalmia. Manifestasi ekstraokular yang

terkait dengan mutasi PAX6 meliputi keterlambatan pertumbuhan, mental, dan

motorik, kejang, ADHD, hipotonia, dan mikrosefali7.

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mungkin berkontribusi termasuk infeksi (seperti

beberapa infeksi TORCH termasuk CMV, rubella, Parvovirus B19, dan

toksoplasmosis), paparan sinar X-Rays, radiasi, zat kimia, dan paparan toksin

dalam rahim (alkohol, thalidomide, warfarin)7.

22
3. 5 Patogenesis Anoftalmia Kongenital

Patogenesis yang tepat dari anoftalmia masih belum diketahui. Beberapa

peneliti sepakat bahwan anoftalmia memiliki asal mula pada awal kehamilan

sebagai akibat dari kegagalan perkembangan tabung saraf anterior (anoftalmia

sekunder) atau lubang optik untuk memperbesar dan membentuk vesikel optik

(anoftalmia primer). Kategori ketiga, anoftalmia degeneratif diterapkan pada

kasus di mana vesikel optik mengalami degenerasi dan menghilang setelah

pembentukan. Pengamatan saraf optik, kiasma, dan/atau traktus dengan

anoftalmia dapat menunjukkan regresi mata yang berkembang sebagian daripada

aplasia vesikel optik, pandangan yang didukung oleh pengamatan dalam orbita

yang tampaknya anoftalmik dari insersi otot ekstraokular ke dalam jaringan

fibrosa3.

Mengikuti pengamatan bahwa segmen posterior mata mikroftalmik lebih

terpengaruh daripada anterior, peneliti sepakat bahwa pertumbuhan okular pasca

kelahiran sangat penting dan berspekulasi bahwa penurunan ukuran mangkuk

optik, perubahan proteoglikan di vitreous, low tekanan intraokular dan produksi

faktor pertumbuhan abnormal mungkin semua atau sebagian3.

3. 6 Tanda Klinis Anoftalmia Kongenital

Anoftalmia kongenital didiagnosis saat lahir dengan ditemukannya rongga

mata yang kosong. Rongga mata mungkin berukuran lebih kecil dari ukuran

normal. Kelenjar air mata dan otot mata biasanya tidak ada. Anak-anak yang

belum dirawat segera setelah lahir mungkin mengalami masalah dengan

perkembangan sisi wajah yang terkena yang mengakibatkan asimetri8.

23
Sistem tubuh lain juga dapat terpengaruh ketika anoftalmia merupakan

bagian dari suatu sindrom. Misalnya, cacat paru-paru, jantung, dan belajar

terjadi bersamaan dengan anophthalmia pada pasien dengan mutasi gen

STRA68.

Gambar 2. Tanda klinis dari Anoftalmia (atas),


Mikroftalmia (bawah)3

3. 7 Klasifikasi Anoftalmia Kongenital

Anoftalmia mengacu pada tidak adanya jaringan okular di orbita. Dengan

tidak adanya jaringan okular yang terlihat secara klinis, pemotongan histologis

telah menunjukkan sisa neuroektoderm dalam beberapa kasus. Berdasarkan

tingkat jaringan mata yang ada, anoftalmia dapat dibagi menjadi:

 Anoftalmia sejati (True Anophthalmia), dimana tidak ada sama sekali

jaringan mata

24
Gambar 3. Bayi dengan Anoftalmia sejati9

 Mikroftalmia ekstrem (Extreme Anoftalmia), dimana jaringan mata

ditemukan hanya ada sedikit

Gambar 4. Anak dengan Mikroftalmia ekstrem9

 Anoftalmia klinis (Clinical Anophthalmia), yang merupakan kondisi antara

anoftalmia sejati dan mikroftalmia ekstrem.

Gambar 5. Anak dengan Anoftalmia klinis9

25
Berdasarkan penyebabnya, anoftalmia juga dapat diklasifikasikan menjadi :

 Anoftalmia primer, dimana tidak ada perkembangan mata (kegagalan lubang

optik).

 Anoftalmia sekunder, dimana perkembangan mata dimulai tetapi berhenti

selama proses (cacat tabung saraf anterior).

 Anoftalmia degeneratif, dimana mata mulai terbentuk tetapi kemudian

mengalami perubahan degeneratif selama kehidupan janin.

3. 8 Diagnosis Anoftalmia Kongenital

Penilaian Prenatal

Anoftalmia dapat ditemukan sebelum lahir berdasarkan visualisasi struktur

orbital melalui USG. Malformasi okular dapat dideteksi sedini akhir trimester

pertama dengan menggunakan USG dua dan tiga dimensi dan diagnosis dapat

dikonfirmasi dengan MRI janin. Namun, anoftalmia jarang terdeteksi oleh USG

prenatal kecuali ada kelainan lain. Mengingat kemungkinan etiologi sindromik

anoftalmia, identifikasi tidak adanya mata pada ultrasound harus mendorong

pemeriksaan genetik lebih lanjut melalui amniosentesis atau pengambilan

sampel villus chorionic. Penyebab lingkungan lainnya (infeksi, paparan toksin,

defisiensi vitamin A) juga harus dieksplorasi.

Gambar 6.(a) Gambar ultrasonografi dua dimensi pada usia kehamilan 20


minggu dalam kasus anoftalmia bilateral menunjukkan bahwa orbitnya kecil dan

26
bola mata serta lensa tidak terlihat. (b) Gambar ultrasonografi tiga dimensi
menunjukkan bahwa orbit tampak kecil di tengkorak.10

Penilaian Postnatal

Gambaran neonatus yang mengindikasikan anoftalmia meliputi struktur

kelopak yang kolaps dengan fisura kelopak yang memendek dan kantung

konjungtiva yang kecil. Pemeriksaan menyeluruh harus dibentuk untuk

mengidentifikasi kelainan lain yang mungkin mengindikasikan adanya sindrom

genetik. Temuan mata tunggal dalam kasus anoftalmia unilateral mungkin

termasuk coloboma, katarak, cacat retina, atau hipoplasia saraf optik.

Kekhawatiran terhadap malformasi okular harus segera dilakukan penilaian oleh

dokter mata anak sesegera mungkin. Penilaian ini harus terdiri dari pemeriksaan

fisik struktur mata dan orbit, serta pemeriksaan orang tua untuk riwayat keluarga

yang relevan, pajanan gestasional, atau kelainan okular7.

Gambar 7. Bayi dengan Mikroftalmia dan Anoftalmia

Pencitraan

Jika dicurigai adanya malformasi okular, ultrasonografi harus dilakukan untuk

menilai adanya struktur optik. Elektrodiagnostik, seperti flash visual evoked

potentials, dapat digunakan untuk menentukan apakah ada sisa jaringan retina

yang berfungsi. Pencitraan CT dan MRI selanjutnya dapat mengkarakterisasi isi

27
bola mata, tingkat keterlibatan jaringan saraf optik pusat, dan untuk menyaring

adanya kelainan SSP. Gambar 8 membandingkan MRI pasien dengan struktur

optik normal di dalam soket dan pasien dengan anoftalmia. Kelainan SSP yang

mungkin terjadi pada anoftalmia sindrom meliputi hipoplasia hipofisis,

malformasi hipokampus, kelainan hipotalamus, dan defek fusiform gyrus.

Ultrasonografi ginjal juga direkomendasikan pada pasien dengan anoftalmia

karena tingginya kejadian patologi okular dan ginjal7.

Gambar 8. MRI T1 aksial pasien dengan struktur optik normal (2a)


dibandingkan dengan MRI pasien dengan anophthalmia (2b). Perhatikan tidak
adanya bola mata dan aplasia saraf optik dibandingkan dengan gambar normal.
Otot ekstraokular masih bisa dilihat di dalam soket7.

Skrinning Genetik

Skrining untuk sindrom genetik harus dimulai dengan anamnesis dan

pemeriksaan pasien dan anggota keluarga untuk menilai patologi okular dan

ekstraokular. Pendekatan multi-disiplin yang melibatkan dokter anak, dokter

mata, dan ahli genetika klinis direkomendasikan. Kecurigaan untuk sindrom

genetik yang mendasari harus mendorong pemeriksaan genetik yang tepat.

Analisis kromosom dan skrining genetik dapat dilakukan pada kasus sindromik

dan terisolasi untuk mengidentifikasi mutasi dengan implikasi yang diketahui

pada anoftalmia.

28
3. 9 Penatalaksanaan Anoftalmia Kongenital

Sebagai catatan, jika anoftalmia bersifat unilateral, perawatan oftalmik

yang sangat baik dari mata yang tersisa sangat penting untuk memaksimalkan

potensi penglihatan anak, kacamata diresepkan untuk setiap kelainan refraksi

yang signifikan.

Ekspansi Soket Orbita

Ekspansi soket dini penting untuk meminimalkan kelainan bentuk wajah

dan dapat dimulai segera setelah lahir dalam kasus anoftalmia. Perkembangan

wajah dan orbita yang normal dipengaruhi oleh penurunan volume okular dan

pada kasus anoftalmia sering terjadi keterbelakangan orbit tulang, kelopak mata,

dan forniks. Tanpa intervensi, soket tetap terbelakang dan kemampuan untuk

memakai prostesis di kemudian hari akan terganggu. Dalam kasus unilateral,

asimetri menjadi lebih jelas saat anak tumbuh. Deformitas kosmetik yang dapat

terjadi tanpa intervensi dapat menyebabkan kesulitan nyata dalam interaksi

sosial. Dengan perawatan yang tepat hasil kosmetik sangat meningkat 7.

Tiga jenis ekspander orbital tersedia bagi dokter untuk menangani masalah

defisit volume orbita kongenital : implan bola keras, ekspander jaringan lunak

tiup, dan implan ekspander hidrogel. Implan keras memerlukan pertukaran

bedah serial diskrit dan peningkatan ukuran bola, sehingga menimbulkan

anestesi multipel dan trauma berulang pada konjungtiva. Meskipun proses

penggantian serial sulit, perbedaan volume tetap terlihat, dan perluasan

tambahan mungkin diperlukan. Ketidakmampuan untuk mengimbangi

pertumbuhan tulang orbit normal kontralateral akan mengakibatkan retardasi

hemiface ipsilateral12.

29
Gambar 9. Anak dengan mikrofthalmia kiri (a) sebelum ekspansi soket dengan
cangkang kosmetik (b) pandangan mata mikrofthalmik (c) penampilan memakai
cangkang kosmetik di atas mata mikrofthalmik7

Gambar 10. Anak dengan anoftalmia kiri menjalani ekspansi soket


menggunakan bentuk padat. (a) 5 bulan, (b) 15 bulan, (c) 21 bulan, (d) 2 tahun 2
bulan, (e) 3 tahun 10 bulan, (f) 5 tahun 3 bulan7.

Ekspander jaringan lunak tiup adalah pilihan lain, tetapi adaptasi untuk

ekspansi orbital memakan waktu, invasif, dan sulit secara teknis pada bayi.

Tantangan utama terletak pada pengendalian arah ekspansi dan mempertahankan

fiksasi expander di dalam orbit untuk mengerahkan tekanan ekspansi

omnidirectional yang berkelanjutan. Seringkali, penonjolan ekspander ke depan

30
yang tidak terkendali selama pemompaan akan menggantikan konformer atau

ekstrusi lebih awal.

Gambar 11. Penempatan jaringan expander orbital pada pasien


anoftalmia kongenital12

Pertumbuhan soket yang progresif dapat difasilitasi dengan menambahkan

volume ke soket menggunakan ekspander soket. Secara tradisional, ini sering

melibatkan kunjungan ke rumah sakit untuk ekspansi soket berurutan

menggunakan bentuk akrilik yang semakin besar dengan atau tanpa pencetakan

soket di bawah anestesi. Namun, baru-baru ini penggunaan ekspander hidrofilik

telah memungkinkan dimulainya proses ekspansi yang relatif non-invasif dan

pengurangan jumlah kunjungan awal ke rumah sakit yang diperlukan untuk

menghasilkan ekspansi soket yang memuaskan.

Ekspander hidrofilik, tersedia dalam beberapa ukuran dan ditempatkan,

atau dijahit, di dalam soket, bersama dengan tetes antibiotik bebas pengawet

topikal. Kelopak kemudian ditutup di atas expander dengan tarsorrhaphy

sementara, diamankan dengan penjahitan atau lem histoacryl. Dalam

pengalaman kami, lem lebih mudah, dapat dilakukan di klinik dengan anestesi

topikal dan menyebabkan komplikasi yang sangat sedikit. Prostesis yang dicat

kemudian diperkenalkan sebagaimana mestinya.

31
Gambar 12. Hasil ekspansi soket menggunakan ekspander hidrofilik terlihat
pada gadis ini dengan anoftalmia kiri (a) dengan ekspander hidrofilik (b) dengan
prostesis yang dicat pertama7.

Protective Eyewear

Bayi yang lahir dengan penglihatan hanya pada 1 mata perlu memakai

kacamata resep atau kacamata pengaman untuk melindungi mata tersebut dari

cedera. Dokter anak Anda dapat merekomendasikan jenis pelindung mata

terbaik untuk mereka11.

Gambar 11. Protective eyewear untuk bayi11

32
Tindakan Operasi

Anak-anak dengan anoftalmia atau mikroftalmia mungkin memerlukan

pembedahan untuk membuat rongga mata mereka lebih besar, untuk mengisi

rongga mata mereka, atau untuk membantu agar perangkat lebih pas. Mereka

mungkin juga memerlukan pembedahan untuk mengobati masalah mata lainnya,

seperti katarak11.

Dalam beberapa kasus, rekonstruksi tambahan, seperti implan orbital

primer pada anoftalmia, atau mikroftalmik parah, mata yang tidak dapat melihat,

mungkin diperlukan7.

Tatalaksana Jangka Panjang

Setelah ekspansi soket awal selama 5 tahun pertama kehidupan, prostesis

dan soket perlu ditinjau setidaknya setiap tahun. Mata microphthalmic dapat

mengembangkan glaukoma sudut tertutup, yang dapat menyebabkan hilangnya

penglihatan yang ada dan juga dapat menyebabkan rasa sakit. Anak-anak dengan

chorioretinal coloboma dan orang tua mereka harus menyadari peningkatan

risiko ablasi retina dan menerima instruksi untuk kehadiran segera dalam kasus

ini. dari segala perubahan dalam penglihatan. Kacamata diresepkan untuk

kelainan refraksi, perlindungan, dan kadang-kadang untuk menyediakan lensa

guna meminimalkan cacat kosmetik (seperti lensa plus untuk memperbesar

ukuran mata mikroftalmik atau prisma untuk menyamakan perbedaan

ketinggian)7.

3.10 Prognosis Anoftalmia Kongenital

Potensi perkembangan visual tergantung pada tingkat perkembangan retina

dan karakteristik okular lainnya pada pasien mikroftalmik. Terapi bertujuan

33
untuk memaksimalkan penglihatan yang ada dan meningkatkan penampilan

kosmetik daripada memperbaiki penglihatan.

34
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang bayi laki-laki usia 3 hari yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu, dari

ibu yang berusia 31 tahun dan ayah yang berumur 42 tahun, datang ke Poliklinik Mata

RSUD Jendral Ahmad Yani Metro pada tanggal 16 Februari 2023. USG janin masa

prenatal tidak menemukan adanya kelianan pada masa perkembangan janin. Ibu

memiliki riwayat abortus pada kehamilan pertama, ketuban pecah dini pada kehamilan

kedua, dan lilitan tali pusar pada kehamilan ketiga. Pasien datang ke Poliklinik dengan

keluhan kelopak mata kanan tidak dapat membuka secara spontan sejak 3 hari yang lalu.

Tidak ditemukan adanya bola mata kanan yang normal saat kelopak mata kanan dibuka.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, compos mentis, dengan

anomali mata yang mencolok. Pada status fisik bayi tidak ditemukan kelainan. Pada

status oftalmologis oculi dextra, struktur-struktur bola mata tidak dapat dinilai. Status

oftalmologi oculi sinistra dalam batas normal. Hasil pemeriksaan USG Transpalpebral

menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya struktur-struktur bola mata kanan.

Gambaran USG Transpalpebral oculi sinistra tampak normal.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat digolongkan bahwa keluhan

yang dialami oleh pasien termasuk dalam kelainan perkembangan struktur optik. Dari

kategori ini, diagnosis yang dapat diajukan adalah Anoftalmia kongenital. Diagnosis ini

memiliki persamaan yang lebih banyak dengan keluhan dan hasil pemeriksaan fisik

pada pasien. Tidak ditemukan adanya struktur bola mata pada pemeriksaan fisik dan

penunjang.

Edukasi kepada pihak keluarga diperlukan agar memberikan pengetahuan dan

tatalaksana yang akan dierapkan kepada bayi. Mengingat pasien mengalami anoftalmia

35
unilateral, ajak pasien untuk berkomitmen menjaga perawatan oftalmik yang sangat

baik dari mata yang tersisa sangat penting untuk memaksimalkan potensi penglihatan

anak di masa mendatang.

36
BAB V

KESIMPULAN

Anoftalmia kongenital adalah suatu keadaan tidak adanya mata sama sekali

karena pembentukan vesikel optik yang kurang selama fase awal kehamilan. Prevalensi

anophthalmia kongenital berkisar antara 3 sampai 14 per 100.000 penduduk.

Anoftalmia terjadi akibat kegagalan perkembangan struktur optik, yang dapat terjadi

akibat defek pada induksi tabung saraf, pembentukan vesikel dan/atau cawan optik, atau

kerusakan sekunder jaringan optik yang telah terbentuk sebelumnya. Faktor genetik dan

faktor lingkungan memengan peranan penting dalam kejadian anoftalmia kongenital.

Anoftalmia kongenital didiagnosis saat lahir dengan ditemukannya rongga mata

yang kosong. Rongga mata mungkin berukuran lebih kecil dari ukuran normal. Kelenjar

air mata dan otot mata biasanya tidak ada. Dapat diklasifikasikan berdasarkan tingka

jaringan mata yang ditemukan serta berdasarkan penyebab penyakitnya. Selain

anamnesis dan pemeriksaan fisik ba Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik bayi,

diagnosis anoftalmia kongenital dapat dibantu dengan penilaian prenatal, postnatal,

pencitraan dan skrinning genetik.

Terapi yang dapat dilakukan yaitu ekspansi soket orbita, penggunaan protective

eyewear, tindakan operasi, dan tatalaksana jangka panjang, untuk sebagai perawatan

oftalmik yang sangat baik dari mata yang tersisa sangat penting untuk memaksimalkan

potensi penglihatan anak.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Dong D. (2023). Two Cases of Anophthalmia and Quality of Life. Asian Journal of
Case Reports in Surgery Volume 17, Issue 1, Page 13-17.

2. Halilbasic M, Jusufovic V., Musanovic Z., Carbic A. Congenital Bilateral


Anophthalmia: a Case Report and Review of Literature. MED ARCH. AUG 2018;
72(4): 300-302.

3. Verma, A. S., Fitzpatrick, D,R. (2007). Anophthalmia and microphthalmia. Orphanet


J Rare Dis (2): 47.

4.Travis RB, Michael JL, Jeremy C. Embryology, Eye.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538480/ (Diakses pada tanggal 3 Maret
2023).

5. Gonzales SL, Carlo JP, Gomez JMA. Congenital anophthalmia and microphtalmia:
epidemiology and orbitofacial classification. Clinical Ophtalmology; 2011:5 1759–
1765.

6. Dedushi K, Hyseni F, Musa J, Saliaj K, Vokshi V, Guy A, Bhatti A, Rahman A,


Tahir M, Rakovica L, Rahman M, Shatri J. A rare case of anophthalmia without any
family history and antenatal risk factors. Radiology Case Reports 16(2021)3772-
3775.

7. Curley M, Barmettler A, Prakalapakorn G, Osigian C. Anophthalmia. American


Academy of Ophthalmology September 5, 2022.
https://eyewiki.aao.org/Anophthalmia (Diakses pada tanggal 4 Maret 2023).

8.Paknikar S, Fernando K. Anophthalmia. Med India Jun 24, 2016


https://www.medindia.net/patients/patientinfo/anophthalmia.htm (Diakses pada
tanggal 4 Maret 2023).

9. Ragge NK, Sharpe IDS, Collin JRO. A practical guide to the management of
anophthalmia and microthalmia. Cambridge Ophthalmology Symposium 04 October
2007. https://www.nature.com/articles/6702858#Fig3 (Diakses pada tanggal 4 Maret
2023).

10. Wong HS, Parker S, Tait J, Pringle KC. Antenatal diagnosis of anophthalmia by
three dimensional ultrasound: a novel application of the reverse face view. Case
Report of Ultrasound in Obtetric and Gynecology 20 June 2008.

38
11.National Eye Institute. Anophthalmia and microthalmia.
https://www.nei.nih.gov/learn-about-eye-health/eye-conditions-and (Diakses pada
tanggal 4 Maret 2023).

12.Ento Key. Evaluation of integrated orbital tissue expander in congenital


anophthalmos: report of preliminary clinical experience. https://entokey.com/
(Diakses pada tanggal 4 Maret 2023).

39

Anda mungkin juga menyukai