Disusun oleh :
Pembimbing :
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Disusun oleh :
Case Report ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Jendral Ahmad Yani Metro
2023.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas karunia-Nya sehingga penulis dapat
Case Report ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Penulis menyadari bahwa penulisan Case Report ini tidak akan selesai tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan kepada dr. Melsa Ester Letareni Situmeang,
Sp.M selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
Penulis menyadari bahwa dalam Case Report ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran membangun tentunya sangat diharapkan. Semoga
segala bantuan berupa nasehat, motivasi dan masukan semua pihak akan bermanfaat
untuk semua pihak, khususnya di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD. Jendral Ahmad
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 5
BAB II LAPORAN KASUS ........................................................................................ 6
2.1 Identitas Pasien .................................................................................................... 6
2.2 Anamnesis ........................................................................................................... 6
2.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................................ 8
2.4 Status Oftamologi ................................................................................................ 9
2.5 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 10
2.6 Resume ............................................................................................................. 11
2.7 Dokumentasi Pasien ........................................................................................... 12
2.8 Diagnosa Kerja .................................................................................................. 12
2.9 Penatalaksanaan ................................................................................................. 12
2.10Prognosis ........................................................................................................... 13
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 14
3.1 Embriplogi Mata ................................................................................................ 14
3.2 Definisi Anoftalmia Kongenital ......................................................................... 20
3.3 Epidemiologi Anoftalmia Kongenital ................................................................. 20
3.4 Etiologi dan Faktor Anoftalmia Kongenital ........................................................ 21
3.5 Patogenesis Anoftalmia Kongenital.................................................................... 23
3.6 Tanda Klinis Anoftalmia Kongenital ................................................................. 23
3.7 Klasifikasi Anoftalmia Kongenital ..................................................................... 24
3.8 Diagnosis Anoftalmia Kongenital ..................................................................... 26
3.9 Tatalaksana Anoftalmia Kongenital .................................................................. 29
3.10Prognosis Anoftalmia Kongenital....................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................ 35
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
bawaan, seperti anoftalmia, mikroftalmia, koloboma, aniridia, dan hipoplasia saraf optik
Anoftalmia adalah salah satu penyebab utama kebutaan kongenital dan menyumbang 3-
Anoftalmia didefinisikan secara klinis sebagai tidak adanya bola mata di dalam
rongga orbita. Keadaan ini disebabkan oleh kelainan kongenital dan berbagai kelainan
dapatan yang berasal dari mata atau luar mata. Biasanya kejadian anoftalmia
muskuloskeletal dan sistem saraf pusat. Diagnosa anoftalmia biasanya bersifat klinis,
dimana saat pemeriksaan histologi menunjukan masih adanya sisa jaringan okular.
bertumbuh, pada orang dewasa ukuran panjang aksial bola mata kurang dari 21 mm,
pada anak usia 9 tahun kurang dari 19 mm. Mikroftalmia ini memiliki insidens 1.5-19
per 10.000 kelahiran, sedangkan prevalensi anoftalmia sebesar 0,3 per 100.000
kelahiran3.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2. 1 Identitas Pasien
Nama : By. Ny. EF
Umur : 3 hari
Alamat : Batanghari Nuban
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No. RM : 447262
2. 2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Bayi laki-laki yang baru lahir tidak dapat membuka kelopak mata
kanan secara spontan sejak 3 hari yang lalu.
2. Keluhan Tambahan
Tidak ditemukan adanya bola mata kanan yang normal saat kelopak
mata kanan dibuka.
6
dibawa ke Poli Mata RSUD Jend. Ahmad Yani pada tanggal 16 Februari
2023 untuk diperiksa lebih lanjut oleh Dokter Spesialis Mata.
8. Riwayat Kehamilan
- Diagnosis obstetri : G5P3A1
7
- Atropometri ibu : BB 80 kg, TB 158 cm
- HPHT : 28 Mei 2022
- TP : 4 Maret 2023
- Usia kehamilan : 37 minggu
- Pemeriksaan ANC : Frekuensi > 3 kali, teratur, tempat periksa di
Bidan dan Dokter Spesialis Kandungan
Penyakit/komplikasi selama kehamilan tidak ada
Kebiasaan makan : Sayur, buah, nasi, lauk, susu 3 kali sehari
Kebiasaan lain : Minum jamu, konsumsi vitamin dari Bidan
USG kehamilan : Tidak ditemukan kelainan masa prenatal
2. 3 Pemeriksaan Fisik
1. Status Fisik Bayi
- Keadaan umum : Baik
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- BBL : 2875 g
- PB : 49 cm
- Anomali yang mencolok
• Kulit : Normal
• Kepala : Normal
• Mata : Kelopak mata kanan tidak bisa membuka spontan
• Hidung : Normal
• Telinga : Normal, daun telinga (+)
• Mulut/lidah : Normal
8
• Leher : Normal, tidak ada pembengkakan
• Dada : Normal
• Jantung : Normal
• Paru : Vesikuler (+), Wheezing (-), Ronkhi (-)
• Abdomen : Normal, pembengkakan (-)
• Anogenital : Normal, Anus (+), Saluran kencing (+)
• Ekstremitas : Normal
• Refleks bayi : Baik
APGAR Score : 8-9 (tidak asfiksia)
2. 4 Status Oftalmologi
Edem (-), Spasme (-) Palbebra superior Edem (-), Spasme (-)
Edem (-), Spasme (-) Palbebra inferior Edem (-), Spasme (-)
9
Tidak dapat dinilai Camera oculi anterior Kedalaman cukup Bening
RSUD Jend. Ahmad Yani pada tanggal 16 Februari 2023, didapatkan hasil
sebagai berikut :
10
Kesan :
2. 6 Resume
Seorang bayi laki-laki usia 3 hari yang lahir pada usia kehamilan 37
minggu, dari ibu yang berusia 31 tahun dan ayah yang berumur 42 tahun, datang
ke Poliklinik Mata RSUD Jendral Ahmad Yani Metro pada tanggal 16 Februari
2023. USG janin masa prenatal tidak menemukan adanya kelianan pada masa
ketuban pecah dini pada kehamilan kedua, dan lilitan tali pusar pada kehamilan
ketiga. Pasien datang ke Poliklinik dengan keluhan kelopak mata kanan tidak
dapat membuka secara spontan sejak 3 hari yang lalu. Tidak ditemukan adanya
bola mata kanan yang normal saat kelopak mata kanan dibuka. Pada
dengan anomali mata yang mencolok. Pada status fisik bayi tidak ditemukan
11
kelainan. Pada status oftalmologis oculi dextra, struktur-struktur bola mata tidak
dapat dinilai. Status oftalmologi oculi sinistra dalam batas normal. Hasil
tampak normal.
2. 7 Dokumentasi Pasien
2. 8 Diagnosis Kerja
2. 9 Penatalaksanaan
1. Edukasi Keluarga
2. Farmakoterapi
12
2. 10 Prognosis
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 Embriologi Mata
Morfogenesis Awal
pertama perkembangan mata pada minggu ketiga kehamilan (Gambar 1A). Saat
lipatan saraf menyatu, alur optik, yang diinduksi oleh mesenkim di sekitarnya,
keluar membentuk vesikel optik (Gambar 1B). Vesikel optik adalah divertikula
optik (saraf optik masa depan) tetapi juga menginduksi perubahan yang
Plakode lensa berinvaginasi ke arah vesikel optik dan membentuk lubang lensa.
Saat lubang semakin dalam, itu menjadi vesikel lensa (Gambar 1C). Tepi vesikel
lensa saling mendekat, dan lensa terjepit dari lapisan ektoderm permukaan luar.
Vesikel lensa tenggelam lebih dalam dan melayang dari ektoderm permukaan di
membentuk mangkuk optik (Gambar 1C) - ini akan menjadi retina. Alur
disebut celah retina (atau koroid), untuk memungkinkan lewatnya arteri dan
14
vena hyaloid. Pembuluh hyaloid terperangkap di saraf optik saat mangkuk optik
menyatu di sekitarnya. Pembuluh hyaloid menjadi arteri dan vena retina sentral.
kanal hyaloid4.
sel krista neural. Puncak saraf berkontribusi pada stroma kornea dan endotelium,
badan siliaris, stroma uveal dan melanosit, sklera, selubung meningeal, jaringan
ikat saraf optik dan otot ekstraokular, dan tulang orbit. Neuroektoderm juga
berperan sebagai sumber retina, iris posterior, dan saraf optik. Ektoderm
optik. Proses invaginasi menghasilkan lapisan dalam dan luar (Gambar 1D), dan
15
kedua lapisan tersebut saling berdampingan. Lapisan luar mengandung butiran
menjadi retina saraf yang akan berisi sel batang dan kerucut - sel penginderaan
cahaya retina. Akson dari retina saraf kemudian diproyeksikan ke tangkai optik.
Iris dan badan siliar berasal dari ujung paling anterior dari mangkuk optik.
Iris terdiri dari lapisan luar yang mengandung pigmen, lapisan tidak berpigmen,
memanjang menuju lokasi pupil yang membentuk iris. Dinding bagian dalam
cawan optik memunculkan epitel pigmen iris posterior. Dinding luar cangkir
diidentifikasi pada sel-sel yang memanjang, yang akan membentuk otot dilator
pupillae dan sphincter pupillae. Epitel siliaris juga muncul dari ujung anterior
mangkuk optik. Yang penting, epitel ciliary akan mengeluarkan fibrillin yang
Lensa
lensa. Vesikel lensa bergerak menuju rongga yang dibuat oleh mangkuk optik.
Saat vesikel lensa mengendap ke dalam rongga, arteri hyaloid melewati fisura
16
retina. Ini akan memasok lensa yang sedang berkembang dan lapisan dalam
matang menjadi lensa yang tepat sebagai sel kolumnar tinggi pada aspek
lensa primer. Serat lensa primer transparan karena ekspresi protein kristal yang
teratur. Rongga vesikel lensa melenyap karena proliferasi serat lensa primer.
Arteri hyaloid mengalami regresi saat ruang anterior terbentuk, dan lensa
vitreous yang terjadi selama regresi, menunjukkan aliran darah telah berhenti
sebelum regresi dimulai. Aspek penting lain dari lensa adalah kapsul lensa.
Kapsul lensa terbentuk ketika vesikel lensa dikelilingi oleh membran dasar
akibat invaginasi dari ektoderm permukaan. Karena kapsul lensa, lensa adalah
Vitreous
mesenkim menginvasi optic cup melalui fisura retina. Antara lain, mesenkim ini
membentuk badan vitreous primer, yang terperangkap saat fisura retina menutup
darahnya, berkembang menjadi gel aselular yang dikenal sebagai tubuh vitreous
17
regresi dan struktur vestigial penting dalam bentuk mata dewasa - kanal
hyaloid4.
mensuplai retina bagian luar, dimulai selama minggu keenam hingga ketujuh
saat epitel pigmen retina bagian luar dari cawan optik menginduksi mesenkim di
sekitarnya. Pada minggu ke 12, kapiler terlihat menelusuri epitel pigmen retina,
diikuti oleh arteriol dan venula pada minggu ke 15. Pada minggu ke 22, arteri
dan vena yang menyerupai mata orang dewasa terlihat jelas. Sklera, lapisan
fibrosa luar mata yang bersambungan dengan dura mater, juga diinduksi dari
Kornea
dalam mata dan menyediakan komponen pembiasan yang besar. Ada tiga lapisan
utama pada kornea: epitel kornea eksternal, yang berasal dari ektoderm
permukaan, lapisan stroma pusat yang berasal dari mesenkim, dan endotel
interior yang berasal dari sel krista neural. Setelah vesikel lensa berangkat dari
18
Kelopak Mata
mesenkim krista neuralis pada tepi lateral mangkuk optik yang menginduksi
Menariknya, ketika tutup superior dan inferior tumbuh menutupi bagian depan
mata, mereka menyatu dengan sumbat epitel (Gambar 1E). Kelopaknya tetap
Kelenjar Lakrimal
akan memposisikan dirinya pada posisi superolateral orbit. Pada manusia, ada
perdebatan tentang asal-usul sel yang tepat. Saran adalah bahwa parenkim
mesenkimal sekitarnya.
kuncup epitel.
19
3. 2 Defisini Anoftalmia Kongenital
sekali karena pembentukan vesikel optik yang kurang selama fase awal
kehamilan5.
Anoftalmia adalah tidak adanya satu atau kedua mata. Bola mata manusia
dan jaringan okular hilang dari orbita. Ketiadaan mata akan menyebabkan orbita
tulang kecil, soket mukosa menyempit, kelopak mata pendek, fisura palpebral
untuk pertama kalinya pada tahun 1547 oleh Lycosthenesand pada tahun 1609
anoftalmia di Amerika Serikat adalah sekitar 780 anak yang lahir/tahun. Orang
tua yang sudah punya anak menderita dari anophthalmia memiliki kemungkinan
Anoftmia adalah cacat lahir yang langka. Studi dari California dan Italia
telah melaporkan kejadian masing-masing 0,18 kasus per 10.000 kelahiran dan
0,33 kasus per 10.000 kelahiran. Sebagian besar kasus bersifat bilateral7.
20
3. 4 Etiologi dan Faktor Resiko Anoftalmia Kongenital
Anoftalmia terjadi akibat kegagalan perkembangan struktur optik, yang
dapat terjadi akibat defek pada induksi tabung saraf, pembentukan vesikel
dan/atau cawan optik, atau kerusakan sekunder jaringan optik yang telah
lingkungan7.
Faktor Genetik
mutasi pada SOX2, OTX2, PAX6, STRA6, ALDH1A3, RARB, VSX2, RAX,
(ODZ3), dan VAX1 yang semuanya telah terlibat dalam perkembangan mata
paling umum dan terdapat pada 40% kasus anoftalmia. Gen SOX2 mengkode
faktor transkripsi yang berperan sentral dalam diferensiasi jaringan lensa dari
teridentifikasi bersifat bilateral dan dapat terjadi sebagai bagian dari sindrom
kejang, dan malformasi struktur SSP seperti hippocampus, kelenjar pituitari, dan
corpus callosum7.
OTX2: Mutasi pada gen OTX2 juga sering terlibat dalam berbagai
21
optik dan pembentukan retina dan membantu perkembangan pigmentasi. Gen
struktur otak7.
bidang mata dan pembentukan lensa. Mutasi PAX6 secara klasik terlibat dalam
aniridia, tetapi tampaknya ada interaksi antara mutasi PAX6 dan SOX2 yang
Faktor Lingkungan
toksoplasmosis), paparan sinar X-Rays, radiasi, zat kimia, dan paparan toksin
22
3. 5 Patogenesis Anoftalmia Kongenital
peneliti sepakat bahwan anoftalmia memiliki asal mula pada awal kehamilan
sekunder) atau lubang optik untuk memperbesar dan membentuk vesikel optik
aplasia vesikel optik, pandangan yang didukung oleh pengamatan dalam orbita
fibrosa3.
mata yang kosong. Rongga mata mungkin berukuran lebih kecil dari ukuran
normal. Kelenjar air mata dan otot mata biasanya tidak ada. Anak-anak yang
23
Sistem tubuh lain juga dapat terpengaruh ketika anoftalmia merupakan
bagian dari suatu sindrom. Misalnya, cacat paru-paru, jantung, dan belajar
STRA68.
tidak adanya jaringan okular yang terlihat secara klinis, pemotongan histologis
jaringan mata
24
Gambar 3. Bayi dengan Anoftalmia sejati9
25
Berdasarkan penyebabnya, anoftalmia juga dapat diklasifikasikan menjadi :
optik).
Penilaian Prenatal
orbital melalui USG. Malformasi okular dapat dideteksi sedini akhir trimester
pertama dengan menggunakan USG dua dan tiga dimensi dan diagnosis dapat
dikonfirmasi dengan MRI janin. Namun, anoftalmia jarang terdeteksi oleh USG
26
bola mata serta lensa tidak terlihat. (b) Gambar ultrasonografi tiga dimensi
menunjukkan bahwa orbit tampak kecil di tengkorak.10
Penilaian Postnatal
kelopak yang kolaps dengan fisura kelopak yang memendek dan kantung
dokter mata anak sesegera mungkin. Penilaian ini harus terdiri dari pemeriksaan
fisik struktur mata dan orbit, serta pemeriksaan orang tua untuk riwayat keluarga
Pencitraan
potentials, dapat digunakan untuk menentukan apakah ada sisa jaringan retina
27
bola mata, tingkat keterlibatan jaringan saraf optik pusat, dan untuk menyaring
optik normal di dalam soket dan pasien dengan anoftalmia. Kelainan SSP yang
Skrinning Genetik
pemeriksaan pasien dan anggota keluarga untuk menilai patologi okular dan
Analisis kromosom dan skrining genetik dapat dilakukan pada kasus sindromik
pada anoftalmia.
28
3. 9 Penatalaksanaan Anoftalmia Kongenital
yang sangat baik dari mata yang tersisa sangat penting untuk memaksimalkan
yang signifikan.
dan dapat dimulai segera setelah lahir dalam kasus anoftalmia. Perkembangan
wajah dan orbita yang normal dipengaruhi oleh penurunan volume okular dan
pada kasus anoftalmia sering terjadi keterbelakangan orbit tulang, kelopak mata,
dan forniks. Tanpa intervensi, soket tetap terbelakang dan kemampuan untuk
asimetri menjadi lebih jelas saat anak tumbuh. Deformitas kosmetik yang dapat
Tiga jenis ekspander orbital tersedia bagi dokter untuk menangani masalah
defisit volume orbita kongenital : implan bola keras, ekspander jaringan lunak
hemiface ipsilateral12.
29
Gambar 9. Anak dengan mikrofthalmia kiri (a) sebelum ekspansi soket dengan
cangkang kosmetik (b) pandangan mata mikrofthalmik (c) penampilan memakai
cangkang kosmetik di atas mata mikrofthalmik7
Ekspander jaringan lunak tiup adalah pilihan lain, tetapi adaptasi untuk
ekspansi orbital memakan waktu, invasif, dan sulit secara teknis pada bayi.
30
yang tidak terkendali selama pemompaan akan menggantikan konformer atau
menggunakan bentuk akrilik yang semakin besar dengan atau tanpa pencetakan
atau dijahit, di dalam soket, bersama dengan tetes antibiotik bebas pengawet
pengalaman kami, lem lebih mudah, dapat dilakukan di klinik dengan anestesi
topikal dan menyebabkan komplikasi yang sangat sedikit. Prostesis yang dicat
31
Gambar 12. Hasil ekspansi soket menggunakan ekspander hidrofilik terlihat
pada gadis ini dengan anoftalmia kiri (a) dengan ekspander hidrofilik (b) dengan
prostesis yang dicat pertama7.
Protective Eyewear
Bayi yang lahir dengan penglihatan hanya pada 1 mata perlu memakai
kacamata resep atau kacamata pengaman untuk melindungi mata tersebut dari
32
Tindakan Operasi
pembedahan untuk membuat rongga mata mereka lebih besar, untuk mengisi
rongga mata mereka, atau untuk membantu agar perangkat lebih pas. Mereka
seperti katarak11.
primer pada anoftalmia, atau mikroftalmik parah, mata yang tidak dapat melihat,
mungkin diperlukan7.
dan soket perlu ditinjau setidaknya setiap tahun. Mata microphthalmic dapat
penglihatan yang ada dan juga dapat menyebabkan rasa sakit. Anak-anak dengan
risiko ablasi retina dan menerima instruksi untuk kehadiran segera dalam kasus
ketinggian)7.
33
untuk memaksimalkan penglihatan yang ada dan meningkatkan penampilan
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang bayi laki-laki usia 3 hari yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu, dari
ibu yang berusia 31 tahun dan ayah yang berumur 42 tahun, datang ke Poliklinik Mata
RSUD Jendral Ahmad Yani Metro pada tanggal 16 Februari 2023. USG janin masa
prenatal tidak menemukan adanya kelianan pada masa perkembangan janin. Ibu
memiliki riwayat abortus pada kehamilan pertama, ketuban pecah dini pada kehamilan
kedua, dan lilitan tali pusar pada kehamilan ketiga. Pasien datang ke Poliklinik dengan
keluhan kelopak mata kanan tidak dapat membuka secara spontan sejak 3 hari yang lalu.
Tidak ditemukan adanya bola mata kanan yang normal saat kelopak mata kanan dibuka.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, compos mentis, dengan
anomali mata yang mencolok. Pada status fisik bayi tidak ditemukan kelainan. Pada
status oftalmologis oculi dextra, struktur-struktur bola mata tidak dapat dinilai. Status
oftalmologi oculi sinistra dalam batas normal. Hasil pemeriksaan USG Transpalpebral
yang dialami oleh pasien termasuk dalam kelainan perkembangan struktur optik. Dari
kategori ini, diagnosis yang dapat diajukan adalah Anoftalmia kongenital. Diagnosis ini
memiliki persamaan yang lebih banyak dengan keluhan dan hasil pemeriksaan fisik
pada pasien. Tidak ditemukan adanya struktur bola mata pada pemeriksaan fisik dan
penunjang.
tatalaksana yang akan dierapkan kepada bayi. Mengingat pasien mengalami anoftalmia
35
unilateral, ajak pasien untuk berkomitmen menjaga perawatan oftalmik yang sangat
baik dari mata yang tersisa sangat penting untuk memaksimalkan potensi penglihatan
36
BAB V
KESIMPULAN
Anoftalmia kongenital adalah suatu keadaan tidak adanya mata sama sekali
karena pembentukan vesikel optik yang kurang selama fase awal kehamilan. Prevalensi
Anoftalmia terjadi akibat kegagalan perkembangan struktur optik, yang dapat terjadi
akibat defek pada induksi tabung saraf, pembentukan vesikel dan/atau cawan optik, atau
kerusakan sekunder jaringan optik yang telah terbentuk sebelumnya. Faktor genetik dan
yang kosong. Rongga mata mungkin berukuran lebih kecil dari ukuran normal. Kelenjar
air mata dan otot mata biasanya tidak ada. Dapat diklasifikasikan berdasarkan tingka
anamnesis dan pemeriksaan fisik ba Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik bayi,
Terapi yang dapat dilakukan yaitu ekspansi soket orbita, penggunaan protective
eyewear, tindakan operasi, dan tatalaksana jangka panjang, untuk sebagai perawatan
oftalmik yang sangat baik dari mata yang tersisa sangat penting untuk memaksimalkan
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Dong D. (2023). Two Cases of Anophthalmia and Quality of Life. Asian Journal of
Case Reports in Surgery Volume 17, Issue 1, Page 13-17.
5. Gonzales SL, Carlo JP, Gomez JMA. Congenital anophthalmia and microphtalmia:
epidemiology and orbitofacial classification. Clinical Ophtalmology; 2011:5 1759–
1765.
9. Ragge NK, Sharpe IDS, Collin JRO. A practical guide to the management of
anophthalmia and microthalmia. Cambridge Ophthalmology Symposium 04 October
2007. https://www.nature.com/articles/6702858#Fig3 (Diakses pada tanggal 4 Maret
2023).
10. Wong HS, Parker S, Tait J, Pringle KC. Antenatal diagnosis of anophthalmia by
three dimensional ultrasound: a novel application of the reverse face view. Case
Report of Ultrasound in Obtetric and Gynecology 20 June 2008.
38
11.National Eye Institute. Anophthalmia and microthalmia.
https://www.nei.nih.gov/learn-about-eye-health/eye-conditions-and (Diakses pada
tanggal 4 Maret 2023).
39