Anda di halaman 1dari 9

Referat

KERATITIS

Oleh :
Firmaweni
Insan Gahayu
Thiara Anggun Maulidna
Veronika Hutagalung
Yulia Rosi

Pembimbing :
dr. Amiruddin, SpM

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Riau
RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru
2013

BAB I

1
PENDAHULUAN
Hifema ialah adanya akumulasi darah pada segmen anterior mata
atau bilik mata depan (BMD) atau kamera okuli anterior. Bilik mata depan
merupakan ruangan yang terletak diantara kornea dan iris. Hifema sering
terjadi pada kasus trauma mata baik trauma tumpul maupun tajam, yang
mengakibatkan terjadinya robekan pada pembuluh darah di perifer iris atau
badan siliaris anterior. Kondisi ini dikenal dengan hifema traumatika. Namun,
hifema juga dapat terjadi secara spontan, akibat adanya penyakit intraokuler,
misalnya pada kondisi rubeosis iridis (biasanya pada penderita retinopati
diabetes, central retinal vein occlusion, carotid occlusive disease), tumor
intraokuler, tumor iris, keratouveitis (herpes zoster), dan dapa juga terjadi
karena penggunaan anti platelet (aspirin, warfarin).
Komplikasi dari hifema traumatika ini adalah peningkatan tekanan
intraokuler, sinekia anterior/posterior, katarak, corneal blood staining,
perdarahan sekunder, dan banyak lagi kelaianan intraokuler yang dapat
ditimbulkannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Bola Mata


kamera okuli anterior merupakan suatu ruangan yang berisikan
aquous humor. kedepan berbatas tegas dengan kornea dan di belakang adalah
iris. Iris merupakan bagian anterior dari saluran uvea, yang terdiri dari
pembuluh darah dan jaringan ikat, juga melanosit dan sel-sel pigmen.
Mobilitas iris memungkinkan pupil untuk mengubah ukuran. Iris membagi
segmen mata menjadi segmen anterior dan segmen posterior.

Iris diperdarahi oleh 2 arteri siliar posterior dan 7 arteri siliar anterior.
arteri ini akan bergabung membentuk greater arterial circle of iris dan
kemudian memperdarahi iris dan badan siliar. Sebagian besar membentuk
saluran radial yang timbul dari arteri sirkulus mayor dan melewati bagian
tengah dari pupil.

3
Pasokan arteri utama dari bada siliar berasal dari arteri siliaris anterior dan
arteri siliaris posterior longus.

2.2 Definisi
Hifema ialah adanya akumulasi darah pada segmen anterior mata atau
bilik mata depan (BMD) atau kamera okuli anterior. Hal ini paling sering
disebabkan oleh trauma tumpul pada mata. Trauma akan menginduksi
robeknya pembuluh darah pada iris atau badan siliar.
2.3 Klasifikasi
1. Hifema berdasarkan penyebabnya
a. Hifema traumatika adalah perdarahan pada COA yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah iris dan badan siliar
akibat trauma pada segmen anterior bola mata
b. Hifema akibat tindakan medis misalnya kesalahan prosedur
operasi mata
c. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah
(contohnya juvenile xanthogranuloma)
d. Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma)
2. Berdasarkan waktu terjadinya
a. hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke-2
b. hifema sekunder, timbul setelah hari ke 2-5 setelah terjadi
trauma
3. Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade
a. grade I : darah mengisi <1/3 COA
b. grade II : darah mengisi 1/3-1/2 COA
c. grade III : darah mengisi hamper total dari COA
d. grade IV : darah memenuhi seluruh COA

4
2.4 Etiologi
Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti
terkena bola, batu, peluru senapan angina, dan lain-lain. Selain itu hifema
juga dapat disebabkan karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain
yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor
mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya
juvenile xantogranuloma).
Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi
robekan robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut
mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan
perdarahan. Perdarahan yang timbul bias berasal dari kumpulan arteri utama
dan cabang dari badan ciliar, arteri koroid, vena badan ciliar, pembuluh darah
iris pada sisi pupil.
2.5 Patofisiologi
Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan
limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat
meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan
kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena

5
adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan
cabang-cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan
siliar.

Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker
mungkin juga bias menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat merobek
pembuluh darah iris dan badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah
iris dan merusak sudut COA. Tetapi dapat jga terjadi secara spontan atau pada patologi
vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam ruang COA, mengotori permukaan
dalam kornea.
Perdarahan pada COA mengakibatkan teraktivasinya mekanisme hemostasis dan
fibrinolysis. Peningkatan tekanan intraokuler, spasme pembuluh darah, dan pembentukan
fibrin merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan perdarahan.
Bekuan darah ini dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan
darah ini biasanya berlangsung dalam 4-7hari. Setelah itu fibrinolysis akan terjadi.
Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah
menjadi plasmin oleh activator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin
sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi. Produk hasil degradasi
bekuan darah, Bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik
mata depan menuju jalan trabecular dan aliran uveaskleral.
Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer.
Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya terjadi
pada hari ke5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat dari yang primer. Oleh
karena itu seseorang dengan hifema harus diawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan
sekunder ini terjadi karena resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga
pembuluh darah tak mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.
Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah
merah melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan diabsorbsi
melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik
di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin.
Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea,
menyebabkan kornea menjadi berwarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisi

6
kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasty. Imbibisio dapat dipercepat
terjadinya oleh hifema yang peuh disertai glaucoma.
Adanya Darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis yang
berhubungan. Resesi sudut mata dapat ditemukan setelahtrauma tumpul mata. hal ini
menunjukkan terpisahnya sera longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata
dapat terjadi 85% pasien hifema dan berkaitan dengan timbulnya glaucoma sekunder di
kemudian hari.Iritis traumati, dengan sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat
ditemukan pada pasien hifema. Pada keadaa ini, terjadi perubahan segmen iris walaupun
darah sudah dikeluarkan. Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel
kornea hingga rupture limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat
ditemukan pada 10% kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis,
iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan rupture zonula zinn. Kelainan pada
segmenposterior dapat meliputi pedarahan vetreus, jejas retina (udem,perdarahan, da
robekan) dan rupture koroid.Atrofi papil dapat terjadi akibat peninggian tekanan
intraokuler.
2.6 Diagnosis
Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan
adanya hifema. Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA
(dapat diperiksa dengan flashlight), kadang-kadang ditemukan gangguan visus.
Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari konjungtiva dan pericorneal, fotofobia,
penglihatan ganda, blefarospasme, udem palpebra, midriasis dan sukar melihat
dekat.

Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang
terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk,
hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah COA, dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang COA. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil
tetap dilatasi, blood staining dan anisokor pupil.

7
Akibat langsung dari terjadinya hifema adalah penurunan visus karena
darah mengganggu media refraksi. Darah yang mengisi kamera okuli ini secara
langsung dapat mengakibatkan tekanan intraokuler meningkat akibat
bertambahnya isi kamera okuli anterior oleh darah. Kenaikan TIO ini disebut
sebagai glaucoma sekunder. Glaukoma sekunder juga bias disebabkan oleh massa
darah yang menyumbat trabekulum meshwork, jalur yang berfungsi sebagai
pembungan humor aquos. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera
okuli anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan
kerusakan jaringan kornea.

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI). Panduan


manajemen klinis Perdami. Jakarta: PP Perdami. 2006. h 30-33.
2. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi umum. Edisi 17.
Jakarta: EGC. 2009. h 125-49.
3. Ilyas Sidarta. Ilmu penyakit mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2009. h 147-158.
4. American Academy of Ophthalmology. External eye disease and cornea.
San Fransisco. 2012
5. Ilyas Sidarta. Ilmu penyakit mata. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2002. h 113-116.
6. Ibrahim MM, Vanini R, et al. Epidemiology and medical protection of
microbial keratitis on southeast Brazil. Brazil: Arq Bras Oftalmol. 2011;
74 (1): 7-12.
7. Thygeson P. Superfisial punctate keratitis. Journal of the American
Medical Association. 1997. 144: 1544-1549.
8. Reed KK. Thygeson’s SPK photos. Nova Southeastem University College
of Optometry 3200 South University Drive Ft. Lauderdale. Florida. 2007.
9. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya
Medika Jakarta, 2009

8
10. Dahl, A. Keratitis. Diunduh dari : http: //www. medicinenet. com/
keratitis/ article. htm

Anda mungkin juga menyukai