Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Goiter merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang
16 % perempuan dan 4 % laki-laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun
seperti yang telah dibuktikan oleh suatu penyelidikan di Tecumseh, suatu
komunitas di Michigan. Biasanya tidak ada gejala-gejala lain kecuali
gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang timbul komplikasi-komplikasi.
Goiter mungkin membesar secara difus dan atau bernodula.
Goiter merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebab utamanya
adalah efisiensi yodium, disamping factor-faktor lain misalnya bertambahnya
kebutuhan yodium pada masa pertumbuhan, kehamilan dan laktasi atau
pengaruh-pengaruh

zat-zat

goitrogenik.

Goitrogenik

sporadic

dapat

disebabkan factor genetic atau karena obat (iatrogenic) antara lain metal atau
propiltiourasil ( PTU ), tolbutamid, sulfaguanidin, PAS dan lain-lain.
Penyakit goiter merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh
perawat. Sebagai mahasiswa keperawatan, harus memiliki pemahaman dan
penguasaan dalam menangani penyakit goiter. Makalah ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam memahami penyakit goiter.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana definisi Goiter?
b. Apa etiologi Goiter?
c. Bagaimana manifestasi klinis Goiter?
d. Bagaimana patofisiologi Goiter?
e. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Goiter?
f. Bagaimana penatalaksanaan Goiter?
g. Bagaimana prognosis Goiter?
h. Bagaimana asuhan keperawatan pada Goiter?
i. Bagaimana web of cause Goiter?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah pembelajaran

diharapkan

angkatan

2010

mampu

memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan GOITER secara


cepat, tepat, dan cermat.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi Goiter.
b. Mengetahui etiologi Goiter.
c. Mengetahui manifestasi klinis Goiter.
d. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Goiter.
e. Mengetahui komplikasi lipid pada Goiter.
f. Mengetahui penatalaksanaan Goiter.
g. Mengetahui prognosis Goiter.
h. Mengetahui asuhan keperawatan pada Goiter.
i. Mengetahui web of cause Goiter.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1

Definisi
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid disebut juga

struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena


pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat
berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh terletak pada
pembesaran

kelenjar

tiroid

yang

dapat

mempengaruhi

kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial


kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat
mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan
pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal
tersebut

akan

berdampak

terhadap

gangguan

pemenuhan

oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran


keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat
asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia Pembesaran ini dapat memiliki fungsi kelenjar yang
normal

(eutirodisme),

kelebihan

pasien

produksi

tyroid

hormon

(hipotiroidisme)

(hipetiroidisme).

atau

Terlihat

pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan


(pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar
tiroid yang tidak normal. (Rahza, 2010)
Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat
menyertai hipo maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinik tidak
ada tanda-tanda khas, disebut giter non-toksik. (Tambayong,
2000)
Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid
yang

abnormal

dan

penyebabnya

bisa

bermacam-macam,

dimana kelenjar tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon


tiroid

yang

berfungsi

mengontrol

metabolisme

tubuh,

keseimbangan tubuh dan pertumbuhan perkembangan yang


normal.

2. 2

Etiologi
Berbagai

terjadinya

faktor

hipertropi

diidentifikasikan
kelenjar

tiroid

sebagai
termasuk

penyebab
didalamnya

defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini


dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak,
kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan
anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/neoplasma.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid,
hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi
kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh
peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan
balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH.
TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik
negatif

baik

dari

TSH

maupun

HT.

Hipotiroidisme

yang

disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan


rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyebab Goiter adalah:
1) Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang
menyerang komponen spesifik pada jaringan tersebut).
Tiroiditis

Hasimotos juga disebut tiroiditis otoimun,

terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan


kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai
peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif
yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui,
tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetic untuk
mengidap

penyakit

ini.

Penyebab

yang

paling

sering

ditemukan

adalah

Hashimoto,

kelenjar

tiroiditis
tiroid

Hashimoto.Pada
seringkali

tiroiditis

membesar

dan

hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat


rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
Penyakit Graves. Sistem kekebalan menghasilkan satu
protein, yang disebut tiroid stimulating imunoglobulin (TSI).
Seperti dengan TSH, TSI merangsang kelenjar tiroid untuk
memperbesar memproduksi sebuah gondok.

2) Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap


hipertiroidisme baik yodium radioaktif maupun pembedahan
cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
3) Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon
tiroid.
4) Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai
akibat dari kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam
kelenjar tiroid
5) Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi
iodium

dalam

makanan.

Gondok

adalah

pembesaran

kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena


sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn
usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam
darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan
TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan
yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme
goitrosa).
6) Kurang iodium dalam diet, sehingga kinerja kelenjar tiroid
berkurang

dan

menyebabkan

pembengkakan.

Yodium

sendiri dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang

nantinya akan diserap di usus dan disirkulasikan menuju


bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya:
a.

Choroid

b.

Ciliary body

c.

Kelenjar mammae

d.

Plasenta

e.

Kelenjar air ludah

f.

Mukosa lambung

g.

Intenstinum tenue

h.

Kelenjar gondok

Sebagian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar


gondok. Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang,
dipastikan seseorang akan mengidap penyakit gondok.
7) Beberapa disebabkan oleh tumor
kanker)
Multinodular Gondok.

(Baik dan jinak tumor

Individu dengan gangguan ini

memiliki satu atau lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang


menyebabkan pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai
nodular pada kelenjar perasaan pemeriksaan fisik. Pasien
dapat hadir dengan nodul tunggal yang besar dengan nodul
kecil di kelenjar, atau mungkin tampil sebagai nodul
beberapa ketika pertama kali terdeteksi.
Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid
meskipun kurang dari 5 persen dari nodul adalah kanker.
Sebuah gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko
terhadap kanker.
Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan
hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang

dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat


penekan

TSH,

atau

terapi

iodium

radioaktif

untuk

mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat


menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama
masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi
iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker
tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan
hiperplasia sel tiroid.
8) Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau
infeksi di tiroid,
Tiroiditis. Peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat
mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.
9) Kehamilan
Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu
gonadotropin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar
tiroid.

2. 3

Klasifikasi
1. Goiter kongenital
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya
tidak besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat
penyakit graves.
2. Goiter endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi
yodium berat, dekompensasi dan hipotiroidisme dapat timbul
karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang
tinggal disepanjang laut.
3. Goiter sporadis
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis
fositik yang terjadi lazim pada saudara kandung, dimulai pada
awal

kehidupan

dan

kemungkinan

bersama

dengan

hipertiroidisme

yang

merupakan

petunjuk

penting

diagnosa. Digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :


a. Goiter yodium
Goiter akibat pemberian yodium biasanya keras
membesar

secara

difus,

dan

pada

beberapa

untuk

dan

keadaan,

hipotirodisme dapat berkembang.


b. Goiter sederhana (Goiter kollot)
Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien bistokgis tiroid
tampak normal atau menunjukan berbagai ukuran follikel,
koloid dan epitel pipih.
c. Goiter multinodular
Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal
atau banyak nodulus yang dapat diraba, mungkin terjadi
perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.
4. Goiter intratrakea
Tiroid intralumen terletak dibawah mukosa trakhea dan
sering berlanjut dengan tiroid ekstratrakea yang terletak secara
normal.
Klasifikasi Goiter menurut WHO :
1. Stadium O A
2. Stadium O B

: tidak ada goiter.


: goiter terdeteksi

dari

palpasi

tetapi

tidak terlihat walaupun leher terekstensi penuh.


3. Stadium I
: goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher
terekstensi penuh.
4. Stadium II
: goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
5. Stadium III : goiter yang besar terlihat dari Darun.
2. 4

Manifestasi Klinis
Gejala utama :
1.
Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul
kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher
2.
3.

tepat di bawah Adams apple.


Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi
(karena kompresi batang tenggorokan).

4.

Kesulitan

menelan

(karena

kompresi

dari

esofagus).
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2. 5

Suara serak.
Distensi vena leher.
Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
Kelainan fisik (asimetris leher)
Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :
Tingkat peningkatan denyut nadi
Detak jantung cepat
Diare, mual, muntah
Berkeringat tanpa latihan
Goncangan
Agitasi

Patofisiologi Dan WOC


2.5.1
Patofisiologi
Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi
yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar
tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak
memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi
yodium individu akan menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat
hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid.
Sinyal ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti
namanya, hormon ini merangsang tiroid untuk menghasilkan
hormon

tiroid

dan

tumbuh

dalam

ukuran

yang

besar

Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang


disebut sebuah gondok
Kelenjar tiroid dikendalikan

oleh

thyroid

stimulating

hormone (TSH) yang juga dikenal sebagai thyrotropin. TSH


disekresi

dari

kelenjar

hipofisis,

yang

pada

gilirannya

dipengaruhi oleh hormon thyrotropin releasing hormon (TRH)


dari hipotalamus. Thyrotropin bekerja pada reseptor TSH
terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxine
dan

triiodothyronine

umpan

balik

ke

hipofisis,

mengatur

produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon tiroid


TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar
tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH
reseptor antibodi, atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic
gonadotropin,

dapat

mengakibatkan

gondok

difus.

Ketika

sebuah kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas
metastasis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid dapat
berkembang.
Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan
menyebabkan

produksi

TSH

meningkat.

Peningkatan

TSH

menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar


tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika
proses ini berkelanjutan, maka akan mengakibatkan gondok.
Penyebab
bawaan

kekurangan
sintesis

hormon

hormon

tiroid

tiroid,

termasuk

defisiensi

kesalahan

yodium,

dan

goitrogens.
Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis
reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi
reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis,
adenoma

kelenjar

hipofisis

hipotalamus

atau,

dan

tumor

memproduksi human chorionic gonadotropin.


Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim
dalam tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang
dapat

menekan

sekresi

hormone

tiroid),

gangguan

pada

kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam plasma


sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid.
Bila kadar kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi
mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga
aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran
kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organorgan lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar

tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke


dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara
sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi
Disfagia
Pembesaran tampak
diluar
serta
cairan dan
elektrolit. Penekanan pada pita suara akan
menyebabkan suara menjadi serak atau parau.
pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher
Sesak, kesulitan Bila
bernafas
yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan
Mengganggu penampilan
bernapas dan disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah estetika
atau kecantikan. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi
rasa aman dan konsep diri klien. (Rahza, 2010)

2.5.2

WOC

2. 6

Penatalaksanaan
Perawatan akan tergantung pada penyebab gondok.
1. Defisiensi Yodium
Gondok disebabkan kekurangan yodium dalam makanan
maka akan diberikan suplementasi yodium melalui mulut. Hal
ini akan menyebabkan penurunan ukuran gondok, tapi sering
gondok tidak akan benar-benar menyelesaikan.
2. Hashimoto Tiroiditis
Jika gondok disebabkan Hashimoto tiroiditis dan hipotiroid,
maka akan diberikan suplemen hormon tiroid sebagai pil setiap
hari. Perawatan ini akan mengembalikan tingkat hormon tiroid
normal, tetapi biasanya tidak membuat gondok benar-benar
hilang. Walaupun gondok juga bisa lebih kecil, kadang-kadang
ada terlalu banyak bekas luka di kelenjar yang memungkinkan
untuk mendapatkan gondok yang jauh lebih kecil. Namun,

pengobatan hormon tiroid biasanya akan mencegah bertambah


besar.
3. Hipertiroidisme
Jika gondok karena

hipertiroidisme,

perawatan

akan

tergantung pada penyebab hipertiroidisme. Untuk beberapa


penyebab

hipertiroidisme,

perawatan

dapat

menyebabkan

hilangnya gondok. Misalnya, pengobatan penyakit Graves


dengan yodium radioaktif biasanya menyebabkan penurunan
atau hilangnya gondok.
Tujuan pengobatan

hipertiroidisme

adalah

membatasi

produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan


produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1. Obat antitiroid
Indikasi :
a. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan
remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma
ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.
b. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang
mendapat yodium aktif.
c. Persiapan tiroidektomi
d. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
e. Pasien dengan krisis tiroid
Obat antitiroid yang sering digunakan :

2.
a.
b.
c.
d.
3.

Karbimazol
30-60
5-20
Metimazol
30-60
5-20
Propiltourasil
300-600
5-200
Pengobatan dengan yodium radioaktif
Indikasi :
Pasien umur 35 tahun atau lebih
Hipertiroidisme yang kambuh
Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
Operasi
Tiroidektomi
subtotal
efektif
untuk
mengatasi

hipertiroidisme.

Indikasi :
a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak
berespons terhadap obat antitiroid.
b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat
antitiroid dosis besar
c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima
yodium radioaktif
d. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
e. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau
lebih nodul
f. Multinodular
Banyak gondok, seperti gondok multinodular, terkait dengan
tingkat normal hormon tiroid dalam darah. Gondok ini biasanya
tidak memerlukan perawatan khusus setelah dibuat diagnosa
yang tepat.
2. 7

Pencegahan
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan
untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa
pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
struma adalah:
1) Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah
pola perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian
garam yodium.
2) Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium
seperti ikan laut, ganggang-ganggangan dan sayuran hijau.
3) Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam
beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan
garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya
yodium dari makanan.
4) Pada ibu hamil dianjurkan agar tidak menggunakan obatobatan

yang

beresiko

untuk

ketergantungan

goiter

kongenital.
5) Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko
tinggi.

Cara

ini

memberikan

keuntungan

yang

lebih

dibandingkan

dengan

garam

karena

dapat

terjangkau

daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida


diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang
diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida
dalam sediaan air minum.
6) Memberikan kapsul minyak

beryodium

(lipiodol)

pada

penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang.


Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20
tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan
menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan
endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai
umur dan kelamin.
7) Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%)
diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan
anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6
tahun 0,2-0,8 cc.
8) Hindari mengkonsumsi

secara

berlebihan

makanan-

makanan yang mengandung goitrogenik glikosida agent


yang dapat menekan sekresi hormone tiroid seperti ubi
kayu, jagung, lobak, kankung, dan kubis.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengumpulan data
Anamnesa didapat :
a. Identifikasi klien.
b. Keluhan utama klien
Pada klien hipothyroid keluhan yang dirasakan pada
umumnya adalah adanya benjolan pada leher bagian
depan.
c. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada


leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan
sulit menelan dan terganggunya pernafasan karena
penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan
operasi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu

ditanyakan

berhubungan

riwayat

dengan

penyakit

penyakit

dahulu

gondok,

yang

misalnya

kekurangan yodium (gondok endemik), pernah menderita


gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk
sekitar berpenyakit gondok. Selain itu juga ditanyakan
riwayat tiroiditis limfositik menahun, paparan bahanbahan

goitrogen

(yodium,

tiourasil,

dsb),

post

op

tiroidektomi, dan hipopituitarisme.


e. Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang
menderita sama dengan klien saat ini.
f. Riwayat psikososial
Akibat dari pembesaran nodul kelenjar

tiroid

yang

menyebabkan daerah leher klien terlihat benjolan yang


besar, sehingga ada kemungkinan klien merasa malu
dengan orang lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
1) Pernapasan lambat
2) suara parau dan kasar.
3) sesak
b. B2 (Blood)
1) Nadi lambat
2) Tekanan darah turun
3) RR lambat
4) Suhu rendah
c. B3 (Bladder) : Poliuri
d. B4 (Brain)
1) Komposmentis
2) Gangguan koordinasi
e. B5 (Bowel)

1) Konstipasi
2) Disphagia
f. B6 (Bone)
1) Kelemahan otot
2) Parasthesia jari jari tangan
3) Kelelahan dan atrofi otot
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
1) Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
2) Kadar T3, T4
3) Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11Darah rutin
4) Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR)
nilai normal antara 10s/d +15
5) Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai
carsinoma meduler).
b. Pemeriksaan radiologis
1)

Dilakukan foto thorak posterior anterior

2)

Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan


metode soft tissu technig .

3)

Esofagogram

bila

dicurigai

adanya

infiltrasi

ke

esofagus.
3.2

Analisa Data

Data

Etiologi

DS :
Defisiensi yodium
Pasien mengeluh
Hipotiroid
sesak

TSH terstimulasi
DO:

- Penggunaan otot
Hiperplasi kelenjar tiroid

bantu nafas
Pembesaran kelenjar tiroid
- Pasien gelisah

- RR > 20x menit


- Ekspansi
dada Trakea tertekan
asimetsis

Masalah
keperawatan
Pola
nafas
inefektif

DS:
-

Defisiensi yodium
merasa
Hipotiroid
sakit
ketika

menelan
TSH terstimulasi
- Pasien
tidak
Hiperplasi kelenjar tiroid
nafsu makan

Pembesaran kelenjar tiroid


DO :

A : BB Turun
Esofagus tertekan
B : Albumin < 3,5 g/dL
C : Pasien lemah
D : Porsi makan tidak
Pasien

habis
DS :
- Pasien

Goiter
merasa

malu
DO :
- Tampak
pembesaran

Nutrisi

Kurang

dari Kebutuhan

Ggn Citra Tubuh

Pembesaran kelenjar tiroid

Pembesaran pada leher

Gangguan citra tubuh

pada leher depan


DS :
- Pasien

bingung

dengan keadaan

Goiter

Kurang

pengetahuan

Kurang informasi

dirinya
DO : 3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
pembesaran jaringan pada leher, penekanan trakhea.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan
nafsu makan.

3. Gangguan konsep diri


dengan

tidak

: harga diri rendah berhubungan

efektifnya

coping

individu,

adanya

pembesaran pada leher


4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.
3.4 Intervensi
1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
pembesaran jaringan pada leher, penekanan trakhea.
Tujuan

: Menunjukkan pola nafas yang efektif

Kriteria Hasil

: Dalam 3x 24 jam, pasien

RR= 16-20x/ menit


Kedalaman inspirasi dan kedalaman bernafas
Ekspansi dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

No

Intervensi
Pantau

Rasional
frekwensi Untuk mengetahui adanya

pernafasan , kedalaman, gangguan pernafasan pada

dan kerja pernafasan


pasien
Waspadakan klien agar
Menghindari
penekanan
leher
tidak
pada jalan nafas untuk
tertekuk/posisikan
semi
meminimalkan
ekstensi
atau
eksensi
penyempitan jalan nafas
pada saat beristirahat
Ajari klien latihan nafas Untuk menstabilkan pola

3
4

dalam
Persiapkan
diperlukan.

operasi

nafas
bila Operasi

diperlukan

untuk

memperbaiki kondisi pasien

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan
nafsu makan.
Tujuan

: Menunjukkan status gizi pasien yang adekuat

Kriteria Hasil

: dalam 3x24 jam, pasien menunjukkan


BB normal
Albumin normal 3,5-5 mg/dL

Peningkatan nafsu makan


No

Intervensi
Kaji

Rasional

adanya

kesulitan

menelan, selera makan,


1

kelemahan

umum

dan

munculnya

mual

dan

muntah.

kesulitan menelan, selera


makan, kelemahan umum
dan munculnya mual dan
muntah adalah factor yang
menentukan asupan makan
pasien

Pantau masukan makanan


setiap hari dan timbang
2

berat

bada

setiap

serta

laporkan

hari

adanya

Mengetahui status nutrisi


pasien

penurunan.
Dorong klien untuk makan
dan meningkatkan jumlah
makan
3

dan

juga

beri

makanan lunak, dengan


menggunakan

makanan

Mempermudah

pasien

menelan makanan

tinggi kalori yang mudah

4
5

dicerna.
Beri/tawarkan

makanan Meningkatkan nafsu makan

kesukaan klien.
pasien
Kolaborasi : konsultasikan Mencukupi
dengan

ahli

gizi

nutrisi

sesuai

untuk yang dibutuhkan pasien

memberikan

diet

kalori,

tinggi
protein,

karbohidrat dan vitamin.


3.

Gangguan

citra

tubuh

berhubungan

dengan

tidak

efektifnya coping individu, adanya pembesaran pada leher


Tujuan

: menunjukkan peningkatan harga diri

Kriteria Hasil

: Dalam 3x24 jam, pasien menunjukkan


Penerimaan diri secara verbal
Mengerti akan kekuatan diri
Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan
rasa percaya diri

No
1

Intervensi

Rasional

Pantau tingkat perubahan Mengetahui

kopping

rentang harga diri rendah individu pasien


Pastikan tujuan tindakan Meningkatkan
yang kita lakukan adalah saling

hubungan

percaya

dengan

realistis
pasien
Sampaikan hal-hal yang
positif
untuk
3

secara
klien,

tingkatkan

pemahaman
penerimaan
pasien

mutlak
tentang

anda

sebagai

pada

Meningkatkan

harga

diri

pasien

seorang

individu yang berharga.


Diskusikan masa depan
klien, bantu klien dalam Membantu
4

menetapkan

tujuan- menentukan masa depan

tujuan jangka pendek dan yang diinginkan


panjang.

klien

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal


sumber informasi.
Tujuan
: Menunjukkan peningkatan pengetahuan
klien
Kriteria Hasil

No

: Dalam 2x24 jam, pasien


Mengikuti pengobatan yang disarankan
Peningkatan pengetahuan pasien
Dapat menghindari sumber stress

Intervensi
Berikan

tepat

Rasional
informasi

dengan

yang

keadaan

individu
Identifikasi sumber stress
dan
2

diskusikan

Meningkatkan pengetahuan
pasien

faktor

pencetus krisis tiroid yang Agar


terjadi,

pasien

bisa

seperti menghindari sumber stress

orang/sosial,

pekerjaan,

infeksi, kehamilan
Berikan informasi tentang
3

tanda

dan

penyakit

gejala

gondok

penyebabnya
Diskusikan
terapi
4

termasuk

dari Dapat

mengidentifikasi

serta gejala awal dari gondok

mengenai
obat-obatan

juga

ketaatan Pasien

bisa

mengikuti

terhadap pengobatan dan terapi yang disarankan


tujuan terapi serta efek
samping obat tersebut

KESIMPULAN
1) Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid sebagai
akibat pertambahan ukuran sel atau jaringan.
2) Berbagai faktor sebagai penyebab terjadinya
hipertropi

kelenjar

tiroid

diantaranya

seperti

defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent yang


merupakan zat atau bahan yang dapat mensekresi
hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak,
kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan,
obat-obatan anti tiroid, anomali,peradangan dan
tumor/neoplasma.
3) Pencegahan Goiter dapat diberikan senyawa yodida
di kawasan yang kandungan yodiumnya buruk.
4) Penatalaksanaan : menekan kelenjar hipofisis untuk
menstimulasi tiroid diberi preparat yodium, seperti
larutan jenuh kalium yodida dan dilakukan tindakan
operatif.
5) Untuk Asuhan Keperawatan :

a) Pola

napas

dengan

tidak

efektif

penekanan

berhubungan

kelenjar

tiroid

thd

trachea.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan asupan nutrien kurang
akibat disfagia.
c) Gangguan
konsep
berhubungan
leher.
d) Ansietas

diri

citra

diri

dengan

perubahan

bentuk

berhbungan

perubahan

status

kesehatan.
e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi.
f) Resti
gangguan

komunikasi

verbal

berhubungan dengan penekanan pita suara.

DAFTAR PUSTAKA

Chalampa, Bams. 2010. Askep pada Penyakit Goiter. Disitasi dari


http://bamschalampa-askep.blogspot.com/2010/10/asuhankeperawatan-pada-penyakit-goiter.html.

pada

tanggal

18

April 2010.
Rahza, Putri. 2010. Patofisiologi Goiter Gondok. Disitasi dari
http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/patofisiologigoiter-gondok.html. pada tanggal 19 April 2010
Santoso, Agung. 2009. Asuhan Keperawatan Pasien Struma.
Disitasi dari http://nersgoeng.blogspot.com/2009/05/asuhankeperawatan-pasien-struma.html. pada

tanggal 19 April

2010
Tambayong,

Jan.

2000.

Patofisiologi

untuk

Keperawatan.

Jakarta:EGC.
Wilkinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta:EGC.
Bruner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Doenges Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai