KEPERAWATAN JIWA
DAN PROPOSAL TAK
DISUSUN OLEH
Nim : 16061137
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN RPK
A. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan tingkah laku individu yang di tujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah
laku tersebut ( Jenny,Purba,Mahmun & Daulay ,2016)
Resiko Perilaku Kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk deskruktif dan masih terkontrol
( Depkes 2015)
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat
merusak lingkungan.
D. RENTANG RESPON
Perilaku kekerasan dianggap suatu akibat yang ekstrem dari marah. Perilaku
agresif dari perilaku kekerasan sering di pandang sebagai rentang dimata agresif verbal di
suatu sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan
emosi,perasaan fristasi dan marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku agresif atau
melukai karena menggunakan toping yang tidak baik.
Respon adaptif Respon Maladaptif
Ket :
- Asertif : Individu dapat mengungapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kenyamanan
- Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative
- Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
- Agresif : Perilaku yang menyertai marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
control.
E. POHON MASALAH
Risiko tinggi mencedarai , orang lain dan lingkungan
F. MASALAH KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan.
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
3. Isolasi social
4. Harga diri rendah kronis.
5. Koping inefektif keluarga / individu
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Risiko mencedarai orang lain berhubungan dengan kekerasan
- Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
H. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 Yaitu :
1. Medis
a. Nozinan, Yaitu sebagai pengontrol prilaku psikosia
b. Halloperidol, Yaitu mengontrol psikosis dan perilaku meruak diri
c. Thrihexiphenidil , Yaitu mengontrol perilaku merusak diri dan menenangkan hiperaktivitas
d.ECT ( Elektro Convulsive Therapy ), Yaitu menenangkan klien bila mengarah pada keadaan
amuk
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Psikoteraupetik
b.Lingkungan Teraupetik
c. Kegiatan hidup sehari-hari ( ADL)
d. Pendidikan Kesehatan
I. ASKEP TEORI
1. Pengkajian
a) Identitas Meliputi data-data demografi seperti nama, usia, pekerjaan, dan tempat
tinggal klien 2.
b) Keluhan utama : Biasanya klien memukul anggota keluarga/orang lain.
c) Alasan masuk Tanyakan pada klien atau keluarga:
- Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
- Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
- Bagaimana hasilnya?
d) Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan
tentang:
- Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
- Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialami
- Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
e) Riwayat pengobatan
- Penyalahgunaan obat dan alkohol
- Riwayat pendidikan dan pekerjaan
f) Faktor predisposisi Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan
faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi / tidak terjadi perilaku kekerasan jika
faktor tersebut dialami oleh individu:
- Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
- Perilaku, reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasaan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
- Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive)
- Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan
g) Faktor presipitasi Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien , lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial provokatif dan
konflik dapat memicu perilaku kekeraaan.
h) Tanda dan gejala Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien
dibawa kerumah sakit adalah perilaku kekersan dirumah. Kemudian perawat
dapat melakukan pengkajian dengan cara obsevasi dan wawancara. Data perilaku
kekerasan yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
- Muka merah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan
- Jalan mondar-mandir
- Bicara kasar
- Suara tinggi, menjerit atau berteriak
- Mengancam secara verbal atau fisik
- Melempar atau memukul benda/ orang lain
- Merusak barang atau benda
- Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah perilaku kekerasan.
- tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
- Resiko mencederai orang lain berhubunagan dengan perilaku kekerasan
- Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Fitria , 2014. Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan Laporan dan strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP) .Jakarta salem medika
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar.
Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007). Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai
terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus