Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
DAN PROPOSAL TAK

DISUSUN OLEH

Nama : Reynaldi Theofilus Rumagit

Nim : 16061137

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI DIRI (ISOS)

A. DEFINISI

Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan hubungan
dengan orang lain (Menurut Rawlins 1993 dalam buku ajar keperawatan kesehatan jiwa Ah.
Yusuf, dkk. 2015). Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima,kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Menurut Keliat 2011 dalam Windi Astuti 2014)

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain mengatakan sikap yang negative dan mengancam (Towsend, 1998 dalam Windi Astuti
2014)

Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial atau menarik diri
adalah suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan hubungan dengan orang lain yang
merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan dan mendapati suatu
keadaan kesepian yang dialami oleh seorang karena orang lain mengatakan sikap yang negative
dan mengancam

B. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala isolasi sosial (menurut Direja 2011 dalam Windi Astuti 2014) :

- Kurang spontan
- Apatis atau acuh terhadap lingkungan
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
- Tidak ada/kurang sadar terhadap komunikasi verbal
- Mengisolasi diri
- Tidak sadar/kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
- Aktivitas menurun
- Kurang energy
- Rendah diri
- Asupan makanan dan minuman terganggu
C. KLASIFIKASI
D. PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya masalah

a. Faktor predisposisi

1) Faktor perkembangan Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang
sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif.

2) Faktor biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptive

3) Faktor sosial budaya Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif
seperti lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis

4) Faktor komunikasi dalam keluarga Pada komunikasi dalam keluarga dapat


mengantarkan seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya
menginformasikan hal-hal yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga
diri rendah. Seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

 b. Stressor presipitasi


1) Stressor sosial budaya Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain
dan faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2) Stressor psikologis Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan


dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo, 2014: 111) 

E. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

-Menyendiri (solitude) •Otonomi • Merasa sendiri (loneliness) • Manipulasi


-Bekerja sama (mutualisme)
• Menarik diri (withdrawal) • Impulsif
-Saling bergantung (interdependence)
• Tergantung (dependent) • Narsisme

(Eko Prabowo:asuhan keperawatan jiwa: 2014:109).

a). Respon Adaptif

respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapinya.

1) Solitude

Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan


dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentukan

langkah berikutnya.
2) Otonomi

Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide

pikiran.

3) Kebersamaan

Suatu keadaaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu

untuk memberi dan menerima.

4). Saling ketergantungan

Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam hubungan

interpersonal.

b). Respon Maladaptif

Respon maladaptive adalah respon yang di berikan individu ketika dan tidak

mampi lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi

1). Menarik Diri

Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan

dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu.

2). Manipulasi

Adalah hubungan social yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek
dan merorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
Individu tidak dapat membina hubungan social secara mendalam.

3). Ketergantungan

Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki.
4). Impulsive

Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat
diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.

5). Narkisisme

Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,
memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung.(Eko
prabowo asuhan keperawatan jiwa :2014:110)

F. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori:


halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perubahan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
(Eko Prabowo : asuhan keperawatan jiwa : 2014:114)
H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak


tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bias dilakukan adalah:

a. Electro Convulsive Therapy (ECT) Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu
jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang
ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan
kejang grand mall yang berlangsung detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya
di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi : memberikan rasa aman
dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa
adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan dan jujur kepada pasien.

c. Terapi okupasi Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang. (Eko prabowo: asyhan
keperawatan jiwa :2014:113).

I. ASKEP TEORI

1. Pengkajian

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :

a. Identitas Klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

b. Keluhan Utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen

c. Faktor predisposisi

kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi
trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.

d. Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang
dialami oleh klien.

e. Aspek Psikososial

Genogram yang menggambarkan tiga generasi

Konsep diri

a) citra tubuh :

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.Menolak penjelasan perubahan tubuh ,
persepsi negatip tentang tubuh .Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.

b) Identitas diri

Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan .

c) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus
sekolah, PHK.

d) Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang


terlalu tinggi.

e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan
hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.Klien
mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosial dengan orang lain terdekat
dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.

Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)

f. Status Mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat
memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan
orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.

g. Kebutuhan persiapan pulang.

1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan
dan merapikan pakaian.

3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar
rumah

5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

h. Mekanisme Koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang
lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri)

2.Diagnosa Keperawatan

3. Resiko perubahan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan menarik diri


4. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
(Eko Prabowo : asuhan keperawatan jiwa : 2014:114)
3. Rencana Tindakan Keperawatan
- Tujuan
setelah tindakan keperawatan, pasien mampu melakukan hal berikut :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyadari penyebab isolasi sosial
c. Berinteraksi dengan orang lain
- Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalan nama dan nama panggilan yang
anda sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang anda lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana
5) Jelaskan bahwa anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial
1) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
2) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
3) Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab
dengan mereka
4) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
5) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
c. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
1) Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain
2) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
3) Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan di hadapan anda
4) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga
5) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan,tingkatkan jumlah interaksi dengan
dua,tiga,empat orang dan seterusnya
6) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
7) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus-menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkam interaksinya.

Tindakan keperawatan untuk keluarga

1. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
di rumah.
2. Tindakan
Melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial
a. Menjelaskan tentang hal berikut.
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien
2) Penyebab isolasi sosial
3) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya
4) Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat
5) Tempat rujukan bertanya dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien.
b. Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien
c. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
berkomunikasi dengan pasien.
J. STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PASIEN

Sp 1 klien : membina BHSP, membantu klien mengenali penyebab isolasi


sosial,membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan.
“Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya perawat Olivia Djeramu, saya dipanggil Oliv
nah saya yang akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa dan senang dipanggil apa?”

“ bagaimana perasaan ibu saat ini?”

“masih ingat kejadian apa sampai ibu dibawa ke rumah sakit ini?”

“ apa keluhan ibu hari ini? Saya perhatikan ibu duduk menyendiri dan tidak ngobrol
dengan teman-teman yang lain? Ibu sudah mengenal teman-teman yang ada disini?”

“bagaimana kalau kita berbincang tentang teman dan keluarga ibu? Juga apa yang
menyebabkan ibu tidak mau mengobrol dengan teman lain? Bagaimana kalau kita bercakap-
cakap selama 15 menit apakah ibu setuju?”

“tempatnya disini saja atau di taman?”

“siapa saja yang tinggal serumah dengan ibu? Siapa yang paling dekat? Yang jarang
berbicara dengan ibu? Apa yang membuat ibu jarang bercakap-cakap dengannya?”

“apa yang ibu rasakan selama dirawat disini? Oh ibu merasa sendirian?siapa saja yang
ibu kenal di ruangan ini?oh belum ada? Apa yang membuat ibu tidka punya teman disini atau
mengobrol dengan teman lain?”

“kalau ibu tidak mau bergabung dengan teman lain apa saja tandanya?mungkin ibu selalu
menyendiri ya…terus apalagi bu?

“ibu tau keuntungan kalau punya banyak teman? Coba sebutkan? Keuntungan dari punya
banyak teman itu adalah…”

“nah kalau kerugian tidak punya teman? Coba ibu sebutkan? Nah kerugiannya kalau
tidka punya banyak teman adalah. Jadi banyak ruginya bu.”

“nah bagaimana kalau sekarang kita belajar cara berkenalan dengan orang lain?” Begini
lo ibu , untuk berkenalan dengan orang lain caranya adalah : pertama kita mengucapkan salam
sambil berjabat tangan, terus bilang “perkenalkan nama lengkap, terus nama panggilan yang
disukai, asal kita dan hobby kita. Contohnya seperti ini “ halo, perkenalkan nama saya Rose,
saya lebih senang dipanggil Ros, asal saya dari Busan dan hobby nya membaca. Selanjutnya ibu
menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan, nama panggilan yang disukai,
menanyakan juga asal dan hobbynya. Ayo ibu dicoba ! misalnya saya belum kenal dengan ibu.
Coba berkenalan dengan saya ! ya bagus sekali ! coba sekali lagi bu. Bagus sekali ! j. Setelah ibu
berkenalan dengan orang tersebut, ibu Sbisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang
menyenangkan misalkan tentang cuaca, hobi, keluarga, pekerjaan dan sebagainya”

“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang penyebab ibu S tidak mau
bergaul dengan orang lain dan berlatih cara berkenalan ?”

“Coba ibu sebutkan kembali penyebab ibu tidak mau bergaul dengan orang lain ? apa saja
tanda-tandanya bu ? terus keuntungan dan kerugianya apa saja ?

Coba ibu sebutkan cara berkenalan dengan orang lain, yaitu... ya bagus. Nah sekarang
coba ibu praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Iya bagus

“ Baik bu sekarang bincang-bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau 2 jam lagi


sekitar jam 2 saya akan datang kesini lagi untuk melatih ibu berkenalan dengan perawat lain
yaitu teman.”

“ ibu mau bertemu lagi jam berapa ? bagaimana kalau jam 9 ? ibu mau bercakap-cakap
dimana ?. Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali sehari ibu mau berlatih
berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja bu ? coba tulis disini.”

“ Oh jadi mau tiga kali ya bu. Ya bagus bu S dan jangan lupa dilatih terus ya bu sesuai
jadwal latihanya dan ibu bisa berkenalan dengan teman-teman yang ada di ruangan ini.”

Sp 2 klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan


orang pertama, yaitu seorang perawat )

“ Haloibu S sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang saya datang lagi. Ibu
masih ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus. Tujuan saya sekarang ini akan
mengajarkan cara berkenalan dengan perawat lain.”

“Bagaimana perasaan ibu saat ini ? Apakah ibu sudah hafal cara berkenalan dengan orang
lain ? apakah ibu sudah mempraktikkannya dengan pasien lain ? bagaimana perasaan ibu setelah
berkenalan tersebut ? Coba ibu praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Ya bagus
“ baik sekarang kita akan berlatih berkenalan dengan orang pertama yaitu perawat lain.
Mau berapa lama berlatihnya ? bagaimana kalau 10 menit ? Dimana tempatnya ? disini saja ya.
Tapi nanti kita temui perawat di ruanganya ya !”

“ Ibu, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? coba ibu praktekkan. Bagus bu .”

“ Sekarang kita keruangnya perawat ya.”

“ Selamat pagi perawat ini ibu ingin berkenalan dengan perawat “

“ Baiklah ibu , sekarang ibu bisa berkenalan dengan perawat seperti yang sudah kita
praktikkan. Ya bagus ibu . ” Ada lagi yang ingin ibu tanyakan kepada perawat. Coba tanyakan
tentang keluarganya “

“ Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini.
lalu ibu bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat, misalnya jam 4 sore nanti ”

“ Baiklah perawat, karena ibu sudah selesai brkenalan, saya dan ibu akan kembali ke
ruangan ibu. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan ruangan perawat) ”

“ Bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan dengan perawat. Ibu merasa senang ?
iya, ibu jadi mempunyai banyak teman ya ”

“ coba ibu S sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu ”

“ Besok pagi kita ketemu lagi ya, kita akan berkenalan dengan orang kedua. Mau jam
berapa bu ? Baik jam 08.00 pagi. Waktunya berpa lama ? ya 10 menit . Tempatnya dimana ?
Baiklah disini saja ya

“ Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu . Mau jam berapa bu
berkenalan ? Bagaimana kalau tiga kali sehari / Baik jadi jam 08.00 pagi, jam 10.00 dan jam 15.
00 sore. Jangan lupa dipraktikan terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan
tadi.

” Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya.”
Sp 3 klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
perawat dan klien lain )

“ Selamat pagi ibu , sesuai dengan janji kita kemarin. Ibu masih ingatkan dengan saya ?
coba siapa ? iya bagus ”

“ Apakah ibu S sudah hafal cara berkenalan dengan orang lain ? Apakah ibu sudah
mempraktikkanya dengan pasien lain ? siapa saja yang yang sudah ibu ajak berkenalan ? coba
sebutkan namanya ? iya bagus sekali ibu sudah mempraktikanya ya. Bagaimana perasaan ibu
setela berkenalan tersebut ”

“ Baik sekarang kita akan berlatih lagi berkenalan dengan 4orang ya bu, yaitu perawat
lain dan klien lain teman ibu yang ada di ruangan ini ”

“ Mau berapa lama berlatihnya bu ? bagaimana kalau 10 menit. Dimana tempatnya ?


disini saja ya. Tapi nanti kita temui perawat Jennie dan klien yang belum dikenal ibu dirumahnya
“ Ibu, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bagus. Tadi caranya bagaimana ya bu ?
yang pertama dilakukan adalah... (sebutkan). Bagus bu S .”

“ Sekarang kita keruangnya suster Jennie ya.” (Bersama-sama mendekati suster Jennie) .
Selamat pagi suster, ini ibu ingin berkenalan dengan suster Jennie “

“ Baiklah ibu , sekarang ibu bisa berkenalan dengan suster Jennie seperti yang sudah kita
praktikkan. Ya bagus ibu. . Ada lagi yang ingin ibu tanyakan kepada suster Jennie. Coba
tanyakan tentang keluarganya. Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa
sudahi perkenalan ini. lalu ibu bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan suster, misalnya jam 1
siang nanti

“ Baiklah suster karena ibu sudah selesai brkenalan, saya dan ibu akan kembali ke
ruangan ibu. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan ruangan suster).”

“ Bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan dengan suster Jennie. Ibu merasa
senang ? iya, ibu jadi mempunyai banyak teman ya ”

“ Coba ibu sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu, jadi sekarang teman ibu sudah
berapa ? namanya siapa saja ? iya bagus sekali bu ”
“ Besok pagi pagi kita ketemu lagi ya, kita akan berkenalan dengan 5orang “

“ Mau jam berapa bu ? Baik jam 08.00 pagi. Waktunya berapa lama ? ya 10 menit.
Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya

“ Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu . Mau jam berapa bu
berkenalan lagi ? Bagaimana kalau tiga kali sehari ? Baik jadi jam 09.00 pagi, jam 11.00 dan jam
16.00 sore. Jangan lupa dipraktikkan terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu
lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar.
Misalnya menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya.”

Sp 4 klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan 5


orang atau lebih / kelompok)

“ halo ibu, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi. Ibu masih
ingatkah dengan saya ? coba siapa ? iya bagus, tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara
berkenalan dengan 5 orang atau lebih teman ibu yang ada diruangan ini “

“ Bagaimana perasaaan ibu saat ini. Apakah ibu sudah hafal cara berkenalan dengan
orang lain ? Apakah ibu sudah mempraktikanya dengan pasien lain ? siapa saja yang sudah ibu
ajak berkenalan ? coba sebutkan namanya ? iya bagus sekali ibu sudah mempraktikkanya ya.
Bagaiman perasaan ibu setelah berkenalan tersebut ? ”

Baik sekarang kita akan berlatih lagi berkenalan dengan 5 orang atau lebih ya bu, yaitu
teman-teman ibu yang ada di ruangan ini ”

“Mau berapa lama berlatihnya bu ? Bagaimana kalau 10 menit.Dimana tempatnya ? Disini saja
ya. Tapi nanti kita temui teman-teman ibu yang belum dikenal bu diruangan ini ya bu “

“Ibu S, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bagus .Tadi caranya bagaimana ya bu ?
yang pertama dilakukan adalah...(sebutkan) Bagus bu. Sekarang kita hampiri teman-teman ibu
yang sedang duduk disana ya. (Bersamasama mendekati klien lain yang sedang duduk menonton
televisi “

Selamat pagi ibu-ibu, ini ibu ingin berkenalan dengan ibu-ibu disini. Baiklah ibu, sekarang ibu
bisa berkenalan dengan ibu-ibu disini semuanya seperti yang sudah kita praktikkan. Ya bagus.
Ada lagi yang lain ibu tanyakan kepada teman-teman ibu. Coba tanyakan tentang keluarganya ”
“ Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu
bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan teman-teman semua, misalnya jam 1 siang nanti ”

“ Baiklah ibu-ibu, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan ibu akan kembali ke ruangan
ibu. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan ibuibu)

“ Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan teman-teman semua. Ibu merasa senang ?
iya, ibu jadi mempunyai banyak teman ya ”

“ Coba ibu sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu, jadi sekarang teman ibu sudah
berapa ? namanya siapa saja ? iya bagus sekali bu ”

“ Besok pagi kita ketemu lagi ya bu, saya akan menjelaskan manfaat obat yang ibu minum
selama. Mau jam berapa bu ? Baik jam 08.00 pagi. Waktunya berapa lama ? ya 10 menit.
Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya ”

“ Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu. Mau jam berapa bu berkenalan
lagi ? Bagaimana kalau tiga kali sehari ? Baik jadi jam 09.00 pagi, jam 11.00 dan jam 16.00 sore.
Jangan lupa dipraktikkan terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi.
“Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya

SP 5 klien : Diskusi menggunakan obat secara teratur

“Halo ibu, sesuai dengan janji kemarin, sekarang saya datang lagi. ibu masih ingatkan dengan
saya ? coba siapa ? iya bagus

“ Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara menggunakan atau minum obat”

“ Bagaiamana perasaan ibu saat ini, apakah ibu sudah tidak sedih lagi ? apakah ibu suka
mengobrol dengan teman-teman ? Apa yang ibu bicarakan dengan teman-teman ? Apakah jadwal
kegiatanya sudah dilaksanakan ? Coba saya lihat jadwalnya ya. Ya bagus ibu”
“Ibu masih ingatkan apa yang sudah kita latih ? ya bagus ! Coba praktikkan lagi bu ! ya bagus
bu. Apakah ibu pagi ini sudah minum obat ? nama obatnya apa saja ? oh ibu belum tahu ya nama
obatnya ”

“ Baik sekarang kita akan belajar cara menggunakan atau minum obat dengan benar. Mau berapa
lama berlatihnya bu? Bagaimana kalau 15 menit. Dimana tempatnya ? Disini saja ya. Tapi nanti
kita temui teman-teman ibu yang belum dikenal bu diruangan ini ya bu

“ Ibu sudah minum obat hari ini ? Berapa macam obat yang ibu minum ? warnanya apa saja ?
Bagus ! jam berapa saja ibu minum ? Bagus ! ibu sudah tahu nama obat yang diminumnya ? oh
belum ya. Baiklah saya akan jelaskan ya !”

Ibu apakah ada bedanya setelah minum obat secara teratur ? Apakah perasaan sedih tersebut
berkurang atau hilang ? ya, minum obat sangat penting supaya ibu tidak merasa sedih dan lesu
lagi. Obat yang ibu minum ada 3 macam bu, yang warnanya orange namanya CPZ atau
Clorpromazine, yang merah jambu ini namanya HLP atau halopreridol, sedangkan yang putih ini
namanya THP atau trihexiphenidil. Semuanya harus ibu minum 3 kali sehari, yaitu CPZ 3x1
tablet, HLP 3x1 tablet dan THP 3x1 tablet, diminumnya pagi jam 7, siang jam 1 dan sore jam 5 ”
“ Bu manfaat obat ini, yang orange atau CPZ dan yang merah muda atau HLP gunanya adalah
untuk menenangkan pikiran, menghilangkan rasa gelisah, membuat ibu bisa tidur dengan
nyaman, membantu menghilangkan perasaan sedih, membantu ibu untuk bersemangat lagi.
Sedangkan yang putih ini atau THP adalah untuk merilekskan otot-otot tubuh ibu supaya tidak
kaku dan gemetar, dan mencegah dampak akibat dari minum obat CPZ dan HLP, seperti
hipersaliva atau ngances, badan kaku, pusing ”

“ Jadi ibu jangan merasa takut untuk minum obat CPZ dan HLP ya bu...karena dampaknya yang
tadi tidak akan terjadi pada ibu, kalau ibu minum THP. Bagaimana bu...ibu sudah mengerti
belum...ya bagus sekali ibu sudah mengerti ya ”

“ Menurut ibu, boleh tidak berhenti minum obat sebelum di ijinkan dokter ? ya betul bu tidak
boleh. Akibatnya apa bu kalau berhenti minum obat tanpa ijin dokter ? ya betul karena akan
mengakibatkan ibu perasaanya tidak tenang, merasa gelisah, sedih dan sulit tidur ya bu, juga
sakitnya akan kambuh lagi ya bu. Ibu sebelum minum obat ini, baik disini maupun nanti di
rumah, ibu harus cek dulu, yaitu perhatikan prinsip lima benar minum obat. Jadi sebelum minum
obat, yang pertama ibu harus lihat dulu apakah betul obat ini buat ibu, yang kedua lihat apakah
benar yang diminumnya itu HLP warna merah muda, CPZ warna orange dan THP warn putih,
kalau beda warna atau nama obatnya beda, ibu harus tanyakan ke perawatnya ya. Yang ketiga
obat ini diminumnya 3 kali sehari 1 tablet, HLP 1 tablet, CPZ 1 tablet, THP 1 tablet, jadi kalau
dikasih setengah ibu harus tanyakan lagi ke perawatnya. Yang ke empat obat ini diminumnya
harus tepat waktu yaitu jam 7 pagi setelah makan pagi, jam 1 siang setelah makan siang dan jam
5 sore setelah makan sore. Yang kelima semua obat ini harus langsung diminum ya bu, kjangan
disimpan dibawah lidah atau dibuang.”

“ Bagaimana bu... sudah mengerti? Aa yang mau ibu tanyakan kepda saya. Apabila sudah
waktunya ibu minum obat, langsung saja minta pada perawat ruangan ya bu, begitu juga nanti
dirumah, jadi ibu jangan nunggu disuruh ”

“ Bagaimana ibu, apakah sudah mengerti ? wow ibu hebat ” 3

“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang obat-obat yang ibu minum? Coba
ibusebutkan lagi nama-nama obat yang diminumnya... manfaatnya apa saja..berapa kali
minumnya dalam sehari...(sebutkan)... apa efek samping dari obat-obat tersebut...apa kerugianya
bila berhenti minum obat...apa yang harus dilakukan kalau ibu mau minum obat...apa yang harus
dilakukan kalu ibu au minum obat...ya bagus bu. Ibu sekarang sudah tahu ya tentang obat-obat
yang harus diminumnya ”

“ Baik ibu sekarang bincang-bincang sudah selesai, bagaimana kalu 2 jam lagi sekitar jam 11
saya datang kesini untuk bincang-bincang tentang penyebab ibu malu dan tidak mau bergaul
dengan orang lain. Waktunya mau berapa lama bu ? iya 10 menit saja dan tempatnya mau
dimana ? ya bagaimana kalau disini saja ya ! ”

“ Baiklah bu saya permisi dulu ya, jangan lupa ibu berlatih dan mempraktikanya cara berkenalan
ya, ibu juga harus sering berkumpul dan mengobrol ya

“ Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu ya. Berapa kali dalam sehari
minum obatnya bu. Jam berapa saja. Coba tulis ya bu, ya jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 5 sore.
Bagus bu, jadi kalau sudah jamnya ibu minum obat, langsung minta ke pada perawatnya ya bu.
Jangan sampai nunggu di panggil .”
K. DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Ah.Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Windi Astuti. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Pasien ISOS. Fakultas Ilmu Kesehatan
UMP.

Abdul Muhith. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogayakarta : ANDI OFFSET.

Anda mungkin juga menyukai