Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN GOUT (ASAM URAT)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. MELA AGRETA (1740702049)


2. NOVIA KUSUMA LESTARI (1740702043)
3. DESY FATMAWATI (1740702032)
4. HASMILA (1740702060)
5. RIATI (1740702055)

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu
penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh.
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam
nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan
gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering disertai
timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab penumpukan kristal di
daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat dalam darah. Bahan pangan yang
tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75 g/ml
purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti makanan yang digoreng,
santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang mengandung lemak tinggi seperti
durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran asam urat (Krisnatuti, 2007).
Hasil Riskesdas 2012 menungkapkan bahwa prevalensi penyakit hiperurisemia di Indonesia
adalah 11,9% dan di Jawa Timur adalah 26,4% (Kemenkes RI, 2013). Data Dinas Kesehatan
Kabupaten Pacitan, menunjukkan bahwa penyakit hiperurisemia menduduki peringkat ke 6
dari 10 besar penyakit tidak menular, jumlah penderita penyakit hiperurisemia dengan 2
prevelensi 13,2%. Data jumlah pasien hiperurisemia di wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari
Pacitan pada tahun 2013 sebesar 155 pasien, tahun 2014 sebanyak 309, tahun 2015 sebanyak
268 pasien (Dinkes Pacitan, 2016).

Penyakit asam urat atau disebut dengan gout arthritis terjadi terutama pada laki-laki,
mulai dari usia pubertas hingga mencapai puncak usia 40-50 tahun, sedangkan pada
perempuan, persentase asam urat mulai didapati setelah memasuki masa menopause.
Kejadian tingginya asam urat baik di negara maju maupun negara berkembang semakin
meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun. Kadar asam urat pada pria meningkat sejalan
dengan peningkatan usia seseorang (Soekanto, 2012). Hal ini terjadi karena pria tidak
memiliki hormon estrogen yang dapat membantu pembuangan asam urat sedangkan pada
perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat
urine (Darmawan 2008). Hasil penelitian epidemiologi diketahui bahwa beberapa ras tertentu
memiliki kecenderungan terserang penyakit asam urat, selain itu hasil penelitian di
2
Page
Kalimantan Barat diketahui bahwa usia 15- 45 tahun yang diteliti sebanyak 85 orang, dimana
pria mengalami penyakit asam urat sebanyak 1,7% dan perempuan 0,05 % (Krisnatuti, 2006).

1.2 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah mengetahui cara
menangani asam urat dan mencegah asam urat serta menambah informasi.

1.3 Rumusan Masalah


a. Menyebutkan kembali pengertian asam urat?
b. Menyebutkan kembali penyebab dari asam urat?
c. Menyebutkan tanda dan gejala asam urat?
1.4 Manfaat
Manfaat Penulisan

Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan atau
informasi dalam bidang keperawatan gerontik tentang asuhan keperawatan gerontik dengan
Gout pada lansia.

3
Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Pengertian
Gout/asam urat adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin
yang ditandai dengan hiperurikemi dan serangan sinovitis akut berulang-ulang.
(Chairuddin) Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia
lanjut dan wanita pasca menopause. (Fauci, Braunwald).
2.1.2 Etiologi
Gangguan metabolic dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini
ditimbulkan dari penimbunan kristal disendi oleh monosodium urat (MSU, Gout) dan
kalsium pirofosfat dihidrat (CPPD, pseudogout), dan pada tahap yang lebih lanjut
terjadi degenerasi tulang rawan sendi.
Klasifikasi gout dibagi menjadi dua yaitu : ( Chairuddin, 2003).
1. Gout primer : dipengaruhi oleh faktor genetik. Terdapat produksi/sekresi asam
urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
2. Gout sekunder
a) Pembentukan asam urat yang berlebihan
- Kelainan mieloproliferatif(polisitemia, leukemia, mieloma
retikularis)
- Sindroma Lech-Nyhan yaitu suatu kelaian akibat defisiensi
hipoxantin guanine fosforibosil tranferase yang terjadi pada
anak-anak dan pada sebagian orang dewasa.
- Gangguan penyimpangan glikogen
- Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena maturasi sel
megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat.
b) Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada :
- Kegagalan ginjal kronik
- Pemakaian obat salisifat, tiazid, beberapa macam diuretik dan
4

sulfonnamid
Page
- Keadaan - keadaan alkoholik, asidosis laktik,
hiperparatiroidisme dan pada miksedema.
Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout yaitu : umur, jenis
kelamin lebih sering terjadi pada pria, iklim, herediter dan
keadaan-keadaan yang menyebabkan timbulnya hiperurikemia.
2.1.3 Manifestasi klinis
1. Nyeri yang tiba-tiba dan parah pada sendi, biasanya di tengah malam atau dini
hari.
2. Terjadi pembengkakan dan nyeri pada sendi yang luar biasa.
3. Kekakuan pada sendi menyebabkan terbatasnya pergerakan.
4. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi jempol kaki, pergelangan kaki,
lutut, siku, pergelangan tangan, dan jari-jari tangan.

2.1.4 Patofisiologi

Fase I

Tahap ini terjadi akibat peningkatan asam urat yang berasal dari metabolisme purin yang
berasal dari diet dan pemecahan sel tubuh. Pada keadaan normal asam urat yang terbentuk
selanjutnya akan dipecah oleh enzim urikase menjadi substans yang larut pada urin sehingga
mudah diekskresikan. Tidak adanya enzim urikase ini dapat menimbulkan peningkatan kadar
asam urat.
Sekitar 90% peningkatan kadar asam urat ditimbulkan akibat ketidakmampuan untuk
mengekskresikan asam urat pada urin akibat defek genetik pada transporter anion ginjal yang
mengakibatkan reabsorbsi asam urat yang berlebihan. Hal ini juga bisa disebabkan oleh
penggunaan beberapa obat seperti aspirin, diuretik dan alkohol, serta fungsi ginjal yang
menurun.
Fase II

Fase ini adalah serangan akut yang ditandai dengan tanda radang, biasanya pada sendi
metatarsofalang digiti I, dorsum kaki, mata kaki, lutut, pergelangan tangan, dan sendi siku.
Fase ini terjadi akibat perpindahan monosodium urat ke cairan sendi dan menimbulkan reaksi
perlawanan dari sel neutrofil, sehingga mencetuskan reaksi radang oleh beberapa sitokin
5

inflamasi dan ditandai dengan sendi yang merah, nyeri, panas, dan bengkak.
Page

Fase III
Fase ini sering dikenal dengan fase interkritikal asimptomatik yaitu fase tanpa adanya
gejala namun kristal monosodium urat tetap terdeposit pada cairan sendi. Keadaan ini dapat
berlangsung sampai 10 tahun. Tanpa penanganan asam urat yang baik dapat menimbulkan
serangan akut yang berulang akibat beberapa pencetus seperti trauma lokal, diet tinggi purin,
stress, dan pemakaian diuretik. [4,6]
Fase IV

Fase ini adalah fase arthritis gout kronik yang ditandai dengan munculnya tofus (deposit
monosodium urat pada beberapa sendi namun tanpa tanda radang). Tofus ini dapat pecah
sendiri dan sering menimbulkan infeksi sekunder. Pada fase ini sering terjadi kerusakan
sendi, gangguan fungsi ginjal dan gangguan kardiovaskuler.

2.1.5 Pemeriksaan penunjang


1. Kadar asam urat serum meningkat
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat
4. Analisis cairan sinoval dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis
5. Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan
sendi.
2.1.6 Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan penanganan
hiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada
jaringan, terutama persendian.
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik
Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan gout.
Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan pada
pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
Terapi farmakologi
6
Page

Penatalaksaan serangan gout akut


Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya indometasin
200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi terhadap
NSAID.
1. NSAID : NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien
yang mengalami serangan gout akut. Hal terpenting yang menentukan
keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada
seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan
dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri
hilang. Indometasin banyak diresepkan untuk serangan akut gout, dengan dosis
awal 75-100 mg/hari. Dosisi ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan
dengan meredanya gejala serangan akut. NSAID lain yang umum digunakan
untuk mengatasi episode gout akut adalah :
- Naproxen : Awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
- Piroxicam : Awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
- Diclofenac : Awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam,
kemud ian 50 mg dua kali/hari selama 8 hari.
2. COX-2 inhibitor : Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 inhibitor yang
dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout.
3. Colchicine : Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan
gout akut.
4. Steroid : Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah pemberian
steroid intra-artikular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika
hanya 1 atau 2 sendi yang terkena.
Penatalaksanaan serangan gout kronik

Penggunaan allopurinol, urikourik dan feboxostat (sedang dalam pengembangan)


untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini :

1. Allopurinol : Obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah


allopurinol. Berfungsi untuk menontrol gejala, melindungi fungsi ginjal.
Allopurinol juga menurunkan produksi asam urat.
2. Obat urikosurik : Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang sedikit
7

mengekspresikan asam urat dapat diterapi dengan obat urikosurik.


Page
Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g 2 kali/hari) dan sulfipirazon
(100mg 3-4 kali/hari).
2.1.7 Komplikasi
1. Tophi. Tophi adalah salah satu komplikasi asam urat paling umum yang
ditandai dengan penumpukan kristal-kristal di bawah permukaan kulit.
2. Deformitas sendi. Gout (asam urat) yang tidak diobati, ditambah dengan
serangan gout (asam urat) terus-menerus, dapat menyebabkan jaringan sendi
kita jadi semakin rusak. Akibatnya, sendi kita akan keluar dari jalurnya
sehingga sulit digerakkan.
3. Batu ginjal. Batu ginjal adalah salah satu komplikasi gout (asam urat) yang
perlu kita waspadai. Kita mungkin jadi bertanya-tanya, apa hubungannya gout
(asam urat) dengan batu ginjal ?

Faktanya, kristal yang menyebabkan asam urat terbentuk dari dalam ginjal.
Semakin lama kita membiarkan gout (asam urat) tanpa pengobatan, maka
kristal tersebut dapat menumpuk dan memicu batu ginjal.

4. Sakit ginjal kronis. Organ ginjal berperan penting untuk membantu


mengeluarkan zat toksik, produk limbah (seperti asam urat), dan urine dari
dalam tubuh. Ketika organ vital ini rusak, maka tubuh kita jadi kehilangan
kemampuan untuk menyaring zat-zat buangan tadi dan lama-kelamaan
memicu sakit ginjal kronis.

Menurut National Kidney Foundation, penyakit ginjal kronis dan asam urat
saling berhubungan. Orang dengan sakit ginjal kronis akan lebih sering terkena asam urat,
sedangkan orang dengan asam urat juga berisiko tinggi terkena sakit ginjal kronis.

2.1.8 Pencegahan

Karena asam urat sebenarnya ada secara alami di dalam tubuh, jumlahnya bisa
meningkat karena ada faktor dari luar, misalnya makanan. Ada beberapa trik agar asam urat
tidak melejit jumlahnya. Menurut situs Best Gout Remedies, caranya adalah sebagai berikut :

1. Menghindari makanan yang kaya purin, seperti : Daging ayam, telur ayam, kerang,
8

udang, kepiting, kacang-kacangan dan masih banyak jenis lain. Tukar dengan
Page
makanan rendah purin atau yang kadar purinnya sedang-sedang saja. Untuk jenis
makanan dengan kadar purin masing-masing.
2. Kurangi asupan minuman beralkohol Atau lebih baik dipangkas saja sekaligus.
Minuman beralkohol, terutama bir, adalah jenis minuman dengan kadar purin
tertinggi. Jika tidak dapat rneninggalkan alkohol, minumlah dengan porsi sedang,
yaitu tidak lebih dari satu atau dua gelas wine sehari.
3. Minum banyak air. Terutama minuman yang diionisasi atau yang mengandung
mineral. Minumlah delapan hingga 12 gelas sehari. Kurangi konsumsi air alkalin
dan jangan minum air berbaking soda, sebab mengandung banyak garam.
4. Minum susu dan jus jeruk Menurut beberapa riset, susu menurunkan kadar asam urat.
Jika Anda potensial menderita asam urat, risikonya dapat diturunkan bila minum
segelas susu setiap hari.
5. Multivitamin. Minimal asup satu tablet multivitamin setiap hari. Pilih yang paling kuat
dan mengandung mineral seperti kalsium, magnesium, dan zinc, terutama untuk mereka
yang telah berusia di atas 40 tahun.
6. Turunkan berat badan. Jika Anda termasuk kelebihan berat, sebaiknya turunkan berat
badan. Penurunan berat badan adalah tip paling penting dalam pencegahan asarn urat,
meski yang paling sulit untuk dilakukan.

9
Page

2.1.9 Penyimpangan KDM


Peningkatan Asam urat dalam sel keluar
pemecahan sel

.
Asam urat dalam serum
meningkat (hiperuresemia)

Hipersaturasi asam urat dalam


Terbentuk kristal plasma dan garam urat dicairan
monosodium urat (MSU) tubuh

Dijaringan lunak dan Penumpukan dan


persendian pengendapan MSU

Pembentukan tophus

Respon inflamasi meningkat

Pembesaran dan penonjolan


sendi

Kontraktur sendi Deformitas sendi

Kekakuan sendi Nyeri akut

Gangguan rasa nyaman

Hambatan mobilitas fisik


10
Page

2.2 Konsep keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Anamnesa
- Identitas Klien
- Riwayat kesehatan klien
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat kesehatan keluarga
- Head to toe terdiri dari:
Pemeriksaan dilakukan mulai dari kepala sampai kaki (menggunakan Data
fokus) dengan menggunakan teknik inspeksi (gerakan dada yang tidak simetris),
palpasi (terdapat getaran yang tidak simetris), perkusi, dan auskultasi
3. Aktivitas/istirahat
4. Kardiovaskuler
5. Integritas ego
6. Makanan/cairan
7. Higiene
8. Neurosensori
9. Nyeri/kenyamanan
10. Keamanan
11. Interaksi sosial

2.2.2 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut b/d agen cidera biologi (pembengkakan sendi)
2. Hambatan mobilitas fisik b/d kekakuan sendi
3. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit

2.2.3 Intervensi keperawatan


Dx 1 : Nyeri akut b/d agen cedera biologi (pembengkakan sendi)
a. Tujuan : Pasien mampu mengontrol nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan
11

selama 1 x 24 jam
Page

b. Kriteria hasil :
- Mengekspresikan pemahaman tentang faktor penyebab nyeri
- Menunjukkan kemampuan untuk mengurangi atau mengontrol nyeri dengan
menggunakan keterampilan yang dipelajari.
c. Intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyaeri
dan skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat/dingin).
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Dx 2 : Hambatan mobilitas fisik b/d kekakuan sendi
a. Tujuan : pasien mampu meningkatkan mobilitas setalah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam.
b. Kriteria hasil :
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah

c. Intervensi

- identifikasi tingkat aktifitas


- identifiksi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik,psikologis dan sosial
- fasilitasi makna aktivitas yg di pilih
- anjurkan melakukan aktivitas fisiki,sosial,spiritual dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
- kolaborasi dengan trapisokupasi dalam merencanakan dan memonitor
12

program aktivitas jika sesuai


Page
Dx 3 : Gangguan pola tidur b/d kurangnya kontrol tidur ( nyeri sendi)
a. Tujuan : Klien mampu tidur dengan nyaman dan kualitas tidur dalam batas normal
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam.
b. Kriteria hasil :
- jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
- pola tidur, kualitas dalam batas normal.
- Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
c. intervensi
- monitor Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyaeri dan skala nyeri.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Kontrol lingkungan yg memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Anjurkan memonitor nyeri sceara mandiri
- Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pembreian obat analgesik jika di perlukan

13
Page

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :


a. Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah
salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA.
b. Asam urat dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi
karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan
kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam
urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada
persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
c. Gejala Asam Urat seperti ; Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun
tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri
luar biasa pada malam dan pagi, kaku pada sendi.

3.2 Saran
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan
masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, mahasisa/perawat mengetahui atau
mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan Gout (Asam urat)
pada lansia. Harus juga mampu menjalin hubungan yang baik dengan klien.
2. Untuk mahasiswa/perawat diharapkan mampu menciptkan hubungan yang
harmonis dengan lansia sehingga lansia diharapkan mampu membantu dan
memotivasi klien dalam proses penyembuhan.
14
Page

DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Amin, Hardhi (2015). North American Nursing Diagnosis Association : NIC-NOC, Edisi
Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction Jogja

Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC, 1999

15
Page

Anda mungkin juga menyukai