Anda di halaman 1dari 23

PENUGASAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT ASAM URAT / ARTRITIS GOUT


Diajukan Guna Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan
Gerontik

AEP SAEPUDIN
NIM : 1490122199

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL
TA 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
NAMA: AEP SAEPUDIN
PENYAKIT ASAM URAT / NIM :1490122199
ARTRITIS GOUT
Kelas : Alih jenjang A
KEL : 1
A. Definisi
1. Definisi Athritis Gouth/Asam Urat
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena penumpukan purin atau
eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis
Kronis yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar
sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih (Edu S.
Tehupeiory,2019).

Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang memiliki gambaran khusus, yaitu
sering mengenai usia pertengahan, sedangkann pada wanita biasanya mendekati
masa manopause. (Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid kedua, 2018; 542).

Gout arthritis, atau lebih dikenal dengan nama penyakit asam urat, adalah salah satu
penyakit inflamasi yang menyerang persendian.
Arthritis Pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari
hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn
karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Gout
mungkin primer atau sekunder
Gout primer merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat
1. Gout sekunder Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam
urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.

B. Etiology
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalampembentukan purin atau ekresi
asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia.Hyperuricemia
pada penyakit ini disebabakan oleh:

1. Pembentukan asam urat yang berlebih.

a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.

b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana


penyakit lain, sepertileukimia.
2. Kurang asam urat melalui ginjal.

a. Gout primer renal terjadi karena ekresi asamurat di tubulus distal ginjal yang
sehat. Penyabab tidakdiketahui
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya
glumeronefritis kronis atau gagal ginjal kronis.

Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah
diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout
Kronis berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg / dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan
para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang
bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein.
Kemasan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit
PMNdan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram
vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram
dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel
6. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial,
yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

C. Faktor resiko
1. Penyakit atau kondisi medis tertentu

Beberapa kondisi medis dapat menjadi penyebab kadar asam urat tinggi. Pasalnya,
beberapa kondisi medis dapat memengaruhi cara ginjal dalam menyaring asam urat atau
dapat menyebabkan asam urat diproduksi lebih banyak. Berikut ada beberapa kondisi
medis tersebut:
a. Penyakit ginjal
American Kidney Fund menyebut, penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan ginjal
tidak berfungsi sebagaimana mestinya dalam menyaring limbah, termasuk
asamurat. Kondisi ini menyebabkan asamurat tidak dapat keluar dengan
maksimal sehingga menumpuk di persendian
b. Diabetes
Diabetes adalah penyakit yang terjadi ketika kadar glukosa darah berada di atas
normal, baik karena kurangnya insulin atau resistensi terhadap insulin. Penelitian
menunjukkan bahwa resistensi insulin dapat menyebabkan kadar asam urat tinggi.
Selain itu, resistensi insulin juga dikaitkan dengan obesitas danhipertensi, yang
juga merupakan faktor risiko asam urat lainnya.

c. Psoriasis
Memiliki psoriasis dan psoriasis arthritis bisa menjadi penyebab Anda
mengalami asam urat. Dilansir dari Arthritis Foundation, pada psoriasis dan psoriasis
arthritis, asam urat dianggap sebagai produk sampingan dari pergantian sel
kulit yang cepat dan peradangan sistemik.
Selain itu, beberapa kondisi medis lainnya pun disebut dapat menjadi
penyebab asam urat Anda tinggi, seperti :

1) Sleep apnea
2) Penyakit jantung

3) Hipotiroidisme

4) Tekanan darah tinggi atau hipertensi

5) Beberapa jenis kanker

6) Beberapa kelainan genetik yang langka

2. Pertambahan Usia Dan Jenis Kelamin

Penyakit asam urat lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Pasalnya, wanita
memiliki kadar asam urat yang lebih rendah daripada pria. Meski demikian, kadar
asamurat wanita pascamenopause meningkat mendekati level pria
Oleh karena itu, penyakit asam urat umumnya lebih sering menyerang pria dewasa
pada usia 30-50 tahun, sedangkan wanita berisiko mengalami penyakit ini pada usia
pascamenopause

3. Riwayat Keluarga

Terkadang, gen yang diturunkan dari orangtua atau keluarga membuat ginjal Anda tidak
dapat mengeluarkan zat asam urat sebagaimana mestinya. Hal inilah yang dapat menjadi
penyebab terjadinya penyakit asam urat, terutama jika anggota keluarga Anda,
seperti orangtua atau kakek-nenek Anda, memiliki riwayat penyakit yang sama.

D. Klasifikasi

1. Gout primer Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih
atau akibat penurunan ekresi asam urat.
2. Gout sekunder &isebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam
urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu
E. Patofisiology(Pathwayyangmenunjukanminimal 5masalahkeperawatan)
F. Tanda dan gejala
Gout berkembang dalam 4 tahap:

1. Tahap asimtomatik:
Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.
2. Tingkat Kronis:
Serangan Kronis pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi
pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada
sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan
sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.

3. Tingkat Interkritikal:
Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai
aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan
pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun
kemudian akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali
sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.

4. Tingkat Kronik:
Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi Kronis. Frekuensi
serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas
serangan.Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya
berlangsung terus-menerus disertai bengkak dan kaku pada sendi yang sakit.

G. Diagnostik Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tingkat asam urat serum meningkat.

b. LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine 24 jam ureum, kreatinin..
Peningkatan kadar asam urat serum (hyperuricemia), Peningkatan asam urat pada
urine 24 jam, Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal urat monosodium,
Peningkatan kecepatan waktu pengendapan

c. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.

d. Tingkat asam urat urine dapat normal atau meningkat.

e. Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau toffee menunjukan kristal
urat monosodium yang membuat diagnosis.
2. Pemeriksaan X-Ray
Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan
sendi.

H. Analisa Data
Terlampir
I. Ringkasan Diagnostik Keperawatan (minimal 4 masalah keperawatan, merujuk
pada NANDA 2018 – 2020; NANDA 2020.

Terlampir
J. Intervensi Keperawatan (5 intervensi mandiri dan 2 intervensi kolaborasi, sesuai
kaidah OTEK (observasi, terapeutik, edukasi, kolaborasi).
Terlampir

Daftar Pustaka
Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aeusculapius.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.
Suparyanto. Metabolisme Purin dan Pirimidin. (Online) 20 November 2022.
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2019.

Fakultas Kedokteran UI. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1. Jakarta:


Media Aesculapius, 2001.
Diakses pada tanggal 20 November 2022, dengan alamat URL
: Diakses pada tanggal 20 November 2022, dengan alamat
URL :
Diakses pada tanggal 20 November 2022, dengan alamat URL :
Diakses pada tanggal 12 November 2022, dengan alamat URL :
Diakses pada tanggal 20 November 2022, dengan alamat URL :
C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Data Subjektif: Neri Kronis
Pembentukan Asam urat
meningkat
1. Keluhan tentang intensitas
nyeri
penurunan Hormon sendi
2. Keluhan tentang
karakteristik nyeri
pengelupasan sel tulang
3. Skala Nyeri

Data Objektif:
1. Perubahan pada parameter
pengikisan sendi dan tulang
fisiologis
2. Perubahan selera makan
3. Diaforesis
4. Perilaku distraksi Nyeri kronis
5. Ekspresi wajahnyeri
6. Sikap tubuhmelindungi
7. Putusasa
8. Bukti nyeri dengan
menggunakan skala nyeri
2 Data Subjektif : Hambatan Mobilitas
Asam urat meningkat
1. Klienmengatakan nyeri Fisik
pada kaki dan persendian
2. Skala nyeri sedang (5)
penurunan Hormon sendi

Data Objektif :
1. Klien tampak nyeri ketika
menggerakan kakinya pengelupasan sel tulang
2. Klien tampak meringis
3. Aktivitas klien terbatas
karna nyeri

pengikisan sendi dan tulang

Nyeri Pada Sendi

Gangguan mobilitas fisik


D. Ringkasan Diagnosa Keperawatan
Setiap Diagnosa Keperawatan harus dilengkapi dengan format ringkasan.
Dx Keperawatan Nyeri Kronis (Domain 12 Kelas 1 Kode 00133)
Definisi Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association For The
Study Of Pain) awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas
ringan hingga berat dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3
bulan

Batasan karakteristik Data Mayor


1. Perubahan pada parameter fisiologis
2. Perubahan selera makan
3. Diaforesis
4. Perilaku distraksi
5. Ekspresi wajah nyeri
6. Sikap tubuh melindungi
7. Putusasa
8. Bukti nyeri dengan menggunakan skala nyeri
Data Minor
1. Fokus menyempit
2. Sikap melindungiarea nyeri
3. Perilaku protektif
4. Laporan perilaku nyeri
5. Fokus pada diri sendiri
6. Keluhan tentang intensitasnyeri
7. Keluhan tentang karakteristik nyeri
8. Dilatasi pupil

Pengkajian Identitas
Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada
pria dewasa ( 30 th keatas) dan Wanita terjadi pada
usia menopause ( 50 – 60 th ).
Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah
dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah.
Pemeriksaan fisik :

a. Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat


keperawatan
b. Nyeri tekan pada sendi yang terkena

c. Nyeri pada saat digerakkan

d. Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna

keunguan)
e. Denyut jantung berdebar

f. Riwayat psikososial

g. Cemas dan tKronis untuk melakukan kativitas

h. Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja

Faktor yg berhubungan Etiologi


1. Agen cedera biologis
2. Agen cedera kimiawi
3. Agen cedera fisik

Alternatif Dx Defisit Pengetahuan


(Saran Penggunaan)

Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang::


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 nyeri
berkurang

TUPEN

Dengan kriteria hasil :


1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun
4. Frekuensi nadi membaik
5. Pola napas membaik
6. Tekanan darah membaik
7. Pola tidur membaik

Intervensi (NIC) 1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi frekuensi,


kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yg memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6. Identifikasi pengaruhnyeri terhadap kualitas hidup
7. Berikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (akupresur, imajinasi terbimbing, relaksasi)
8. Control lingkungan yang memperberat nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
9. Fasilitasi istirahatdan tidur
10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemeliharaan strategi meredakan nyeri
11.

Ket: * Tuliskan referensi buku dan halaman. NANDA, NIC, NOC (Hal.445)
Dx Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik(Domain 4 Kelas 2. Kode 00085
Definisi Keterbatasan dalam gerakan fisik satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah

Batasan karakteristik Data Mayor

1. Gangguan sikap berjalan


2. Penurunan keterampilan motorik halus
3. Penurunanketerampilan motorik kasar
4. Penurunan rentang gerak
5. Waktu reaksi memanjang
6. Kesulitan membolak-balikposisi
Data Minor
1. Ketidaknyamanan
2. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
3. Dispnea setelah beraktivitas
4. Tremor akibat bergerak
5. Instabilitas postur
6. Gerak lambat
7. Gerakan spastik
8. Gerakan tidak terkoordinasi

Pengkajian Identitas
Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi
pada pria dewasa ( 30 th keatas) dan Wanita terjadi pada
usia menopause ( 50 – 60 th ).
Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah
dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah.
Pemeriksaan fisik :

i. Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat


keperawatan
j. Nyeri tekan pada sendi yang terkena
k. Nyeri pada saat digerakkan

l. Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna


keunguan)
m. Denyut jantung berdebar

n. Riwayat psikososial

o. Cemas dan tKronis untuk melakukan kativitas

p. Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja

Faktor yg berhubungan Etiologi


1. Ntoleran aktivitas
2. Ansietas
3. Indeks masa tubuh diatas persentil ke75 sesuai usia
4. Depresi
5. Nyeri
6. Penurunan kekuatan otot
7. Malnutrisi
8. Kaku sendi

Alternatif Dx Defisit Pengetahuan


(Saran Penggunaan)

Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang::


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
Mobilitas Meningkat

TUPEN

Dengan kriteria hasil :

1. Berjalan dengan langkah yang efektif meningkat


2. Berjalan dengan langkah pelan meningkat
3. Berjalan dengan langkah sedang meningkat
4. Jari (kiri) membaik
5. Berjalan dengan langkah cepat membaik
6. Nyeri saat berjalan menurun membaik
7. Kaku pada persendian Menurun
8. Keenganan berjalan Menurun
9. Perasaan khawatir saat berjalan Menurun

Intervensi (NIC)
1. Indentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleriransi fisik melakukan pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilitas
5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(mis.pagar tempat tidur)
6. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
8. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
9. Anjurkan melakukan mobilisasi aktif
10. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
(mis.duduk di tempat tidur duduk di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur ke kursi)

Ket: * Tuliskan referensi buku dan halaman. NANDA, NIC, NOC (Hal.217)
E. Intervensi Keperawatan (5 intervensi mandiri dan 2 intervensi kolaborasi)
No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri kronis Observasi
Setelah dilakukan tindakan Observasi
1. Mengidentifikasi lokasi dapat
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi
menentukan intervensi yang
nyeri berkurang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
tepat
2. Identifikasi skala nyeri
Dengan kriteria hasil :
3. Identifikasi respon nyeri non verbal 2. Pengkajian Skala nyeri
1. Keluhannyeri menurun 4. Identifikasi factor yg memperberat
diperlukan untuk melakukan
2. Meringis menurun
dan memperingannyeri
3. Gelisah menurun intervensi
4. Frekuensi nadi membaik 5. Identifikasi pengaruh budaya
5. Pola napas membaik 3. Mengidentifikasi faktor nyeri
6. Tekanan darah membaik terhadap responnyeri
dapat memudahkan untuk
7. Pola tidurmembaik 6. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
intervensi selanjutnya
kualitas hidup
4. Intensitas nyeri dapat
Terapeutik berpengaruh teradap kualitas
1. Berikan tekhnik non farmakologis hidup pasien
untuk mengurangi rasa nyeri Terapeutik
(akupresur, imajinasi terbimbing, 1. Tekhnik non farmakologis
relaksasi) dapat merelaksasi dan
2. Control lingkungan yang melokalisir rasa nyeri
memperberat nyeri (suhu ruangan, 2. Lingkungan yang nyaman
pencahayaan, kebisingan) dapat mengurangi nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur karna menimbulkan sfek
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
relaksasi
dalam pemeliharaan strategi
3. Istirahat yang cukup dapat
meredakan nyeri
merelaksasi otot
Edukasi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
1. Edukasi penyebab nyeri
pemicu nyeri
dapat memberikan
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara pengetahuan padapasien
2. Strategi yang tepat dalam
mandiri
mengurangi nyeri dapat
4. Ajarkan tekhnik non farmakologis
merelaksasi
untuk mengurangi nyeri
3. Mengajarkan monitor rasa
nyeri dapatmempermudah
untuk pemantauan rasa
nyeri
2 Hambatan Mobilitas
Setelah Dilakukan Tindakan Observasi Observasi
Fisik 1. Indentifikasi adanya nyeri atau keluhan 1. Mengidentifikasi nyeri untuk
Keperawatan Selama 2 X
fisik lainnya menentukan aktivitas yang tepat
24 mobilitas fisik
2. Identifikasi toleriransi fisik melakukan 2.
meningkat dengan kriteria
pergerakan
hasil :
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
1. Pergerakan ekstremitas
darah sebelum memulai mobilisasi
meningkat
4. Monitor kondisi umum selama
2. Kekuatan otot
melakukan mobilitas
meningkat
3. Rentang gerak ROM Terapeutik
meningkat 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
4. Nyeri menurun alat bantu (mis.pagar tempat tidur)
5. Kaku sendi menurun
6. Gerakan tidak 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

terkoordinasi menurun 3. Libatkan keluarga untuk membantu

7. Gerakan terbatas pasien dalam meningkatkan pergerakan

menurun Edukasi
8. Kelemahan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
fisik menurun
2. Anjurkan melakukan mobilisasi aktif
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus di lakukan (mis.duduk di tempat tidur
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

Anda mungkin juga menyukai