“ Amputasi “
Anggota Kelompok 6
Dosen Pembimbing :
Ns.Netti,S.Kep.M.Pd
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan atas kehadriat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia- Nya kepada kita semua sehingga pemakalah berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Amputasi”. Untuk pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu pemakalah harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita, Aamiin.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C.Tujuan .....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan ............................................................................................16
B.Saran .......................................................................................................16
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amputasi berasal dari kata latinamputare yang berarti “pancung”. Dalam ilmu kedokteran
diartikan sebagai “membuang” sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau
tonjolan alat (organ tubuh) (Reksoprodjo, 2002).Amputasi pada ektremitas bawah sering
diperlukan sebagai akibat penyakit vaskuler perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes
mellitus), edical, trauma (cedera remuk, luka bakar, luka bakar dingin, luka bakar listrik),
deformitas kongenital, atau tumor ganas (Brunner & Suddarth, 2002).Lima puluh hingga 75 %
amputasi ekstremitas bawah dilakukan pada pasien-pasien yang menderita Diabetes Melitus
(DM).Sebanyak 50% dari kasus-kasus amputasi ini diperkirakan dapat dicegah bila pasien
diajarkan tindakan preventif untuk merawat kaki dan mempraktikkannya setiap hari (Brunner &
Suddarth, 2002). DM adalah penyakit kronis serius yang disebabkan oleh faktor keturunan atau
lingkungan.DM adalah gangguan edicalm karbohidrat, lemak dan protein yang berhubungan
dengan defisiensi edical atau absolut kerja insulin yang ditandai dengan hiperglikemia. DM akan
menyebabkan perubahan patofisiologi pada berbagai edica organ seperti mata, ginjal, ekstremitas
bawah. Kaki edical adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksijaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah (Decroli,
2008). Makroangiopati dan neuropati pada kaki diabetes sering juga disebut kaki edical.
Neuropati yang berperan pada komplikasi ini terutama adalah neuropati pada kaki yang
menyebabkan mati rasa (baal, kebas). Mati rasa menyebabkan penderitanya tidak akan
merasakan apa-apa walaupun kakinya terluka parah. Jika tidak cepat diatasi, apalagi kalau
kemasukan kuman (infeksi), kaki yang terluka tersebut bisa menjadi borok parah dan bisa
terancam diamputasi (operasi kaki/tungkai) (Kariadi, 2009).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Dapat mengetahui gambaran asuhan keperawatan edical bedah pada klian amputasi
BAB II
PEMBAHASAN
1.Definisi
Amputasi merupakan pengangkatan anggota tubuh yang melibatkan pemotongan sebagian atau
seluruh anggota badan ( Marrelli.T.M.2008 ). Amputasi adalah tindakan untuk menghilangkan
bagian tubuh, seperti jari tangan, jari kaki, tangan, kaki, lengan atau tungkai.Amputasi juga
diartikan sebagai pengangkatan melalui bedah atau traumatik pada tungkai.amputasi ekstremitas
bawah lebih sering dari pada ekstremitas atas.( Doenges,2000 )
2.Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi menurut Sjamsuhidajat (1997):
a.Trauma
b.Tumor ganas
c.Kecelakaan
d.Kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah
e.Atau penyakit lainnya
3.Gejala Amputasi
Gejala amputasi yang dapat dialami, terutama pada amputasi akibat cedera, antara lain:Rasa
sakit, yang tingkat rasa sakitnya tidak selalu sebanding dengan tingkat keparahan cedera atau
perdarahan Perdarahan, yang tingkat keparahannya tergantung pada lokasi dan jenis cedera yang
dialami Jaringan tubuh rusak atau remuk, tetapi sebagian jaringan masih terhubung dengan otot,
tulang, sendi, atau kulit
4.
4.Patofisiologi Amputasi
Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan metode :
a.Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada pasien dengan infeksi yang
mengembang atau berat. Dimana pemotongan dilakukan pada tingkat yang sama. Bentuknya
benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak
terinfeksi.
b.Metode tertutup. Dilakukan dalam kondisi yang lebih mungkin. Pada metode ini kulit tepi
ditarik atau dibuat skalf untuk menutupi luka, pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah
yang diamputasi
5.WOC Amputasi
5.
6.Komplikasi Amputasi
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi setelah amputasi, yaitu:
a.Nyeri
b.Perdarahan
c.Infeksi
d.Sulit menggerakkan sendi di dekat organ tubuh yang hilang
e.Phantom limb, yaitu sensasi nyeri yang muncul di organ tubuh yang hilang
f.Gangguan mental, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD), mudah marah, g.depresi, dan
ingin bunuh diri
7.Penatalaksaan
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai peyembuhan luka amputasi dan menghasilkan sisa
tungkai (unting) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat. Pada lansia mungkin mengalami
kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa
tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid) dan
menggunakan teknik aseptic dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar
operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus direncanakan apakah penderita harus
imobilisasi atau tidak dan pemasangan dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis
sementara (pylon) dan kaki buatan. Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi
yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaos
kaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan.
6.
Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang ketika mengeras akan
memberikan tekananyang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh darah. Gips
diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai
longgar harus segera diganti.
a.Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala
sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan.
Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
b.Amputasi Bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi
guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan
dibiarkan mongering. Jika dalam beberapa hari infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil,
dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.
c.Protesis
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera dapat dimulai.
Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah membiasakan pasien menggunakan
protesis sedini mungkin. Kadang protesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka
sembuh. Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah protesis sementara diberikan setelah 4
minggu. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya defek
system musculoskeletal harus diatasi, termasuk defek faal. Pada ektremitas bawah, tujuan
protesis ini sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk ektremitas atas tujuan itu sulit
dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas sinyal miolektrik dari otot
biseps dan triseps.
7.
A.Asuhan Keperawatan Teoritis Pasien Amputasi
a. Pengkajian
1) Biodata
3) Riwayat kesehatan masa lalu: Kelainan therosclerosis (jatuh, infeksi, trauma, dan fraktur) ,
cara penanggulangan dan penyakit (amputasi).
5) Pemeriksaan fisik: keadaan umum dan kesadaran, keadaan theroscle (kulit dankuku),
(hipertensi dan takikardi), neurologis (spasme otot dan kesemutan),keadaan ekstremitas,
keterbatasan rentang gerak dan adanya kontraktur, dan sisa tungkai (kondisi dan
fungsi).Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara
utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan
tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala
merupakan trauma/ tindakan darurat.Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
-Integumen : Kulit secara umum.Lokasi amputasi : Mengkaji kondisi umum kulit untuk
meninjau tingkat hidrasi. Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi
semakin buruk, perdarahan atau kerusakan
-Sistem Cardiovaskuler :Cardiac reserve Pembuluh darah: Mengkaji tingkat aktivitas harian
yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu theroscl fungsi jantung.
Mengkaji kemungkinan therosclerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
-Sistem Respirasi: Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis,
riwayat gangguan nafas.
8.
Sistem Urinari: Mengkaji jumlah urine 24 jam. Mengkaji adanya perubahan warna, BJ urine
-Cairan dan elektrolit: Mengkaji tingkat hidrasi.. Memonitor intake dan output cairan.
9.
7) Pemeriksaan diagnostik: rontgen (lokasi/luas), CT scan, MRI, arteriogram, darah lengkap dan
kreatinin.
B.Diagnosa Keperawatan
-) Nyeri Akut
-) Ansietas
C.Intervensi Keperawatan
a.Nyeri Akut
Kriteria Hasil :
-gelisah menurun
-Meringis menurun
10.
Observasi
Terapeutik
-pertimbangkan jenis dan sumbet nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
11.
b.Ansietas
Kriteria Hasil :
-pucat menurun
-konsentrasi membaik
Observasi
Terapeutik
12.
Edukasi
Kolaborasi
Kriteria Hasil :
-nyeri menurun
-kecemasan menurun
Observasi
13.
Terapeutik
Edukasi
Kriteria Hasil :
-pendarahan menurun
-nyeri menurun
-kemerahan menurun
Observasi
14.
Terapeutik
Edukasi
D.Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan pasien
(Riyadi, 2010).Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
E.Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan
dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009). Evaluasi
keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
15.
BAB III
PENDAHULUAN
A.Kesimpulan
Amputasi berasal dari kata latinamputare yang berarti “pancung”. Dalam ilmu kedokteran
diartikan sebagai “membuang” sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau
tonjolan alat (organ tubuh) (Reksoprodjo, 2002).Amputasi pada ektremitas bawah sering
diperlukan sebagai akibat penyakit vaskuler perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes
mellitus), edical, trauma (cedera remuk, luka bakar, luka bakar dingin, luka bakar listrik),
deformitas kongenital, atau tumor ganas (Brunner & Suddarth, 2002).Gejala amputasi yang dapat
dialami, terutama pada amputasi akibat cedera.Tujuan utama pembedahan adalah mencapai
peyembuhan luka amputasi dan menghasilkan sisa tungkai.
B.Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan amputasi. Semoga makalah kami ini, dapat dijadikan referensi bagi penulis
selanjutnya. Diharapkan para pembaca bisa memberikan saya kritik dan saran untuk dapat
menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan makalah-makalah kami selanjutnya.
16.
DAFTAR PUSTAKA