Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TENTANG AMPUTASI

Prodi : S1 Keperawatan

Semester : V (lima)

Disusun Oleh :

Ernayanti (1420118004)

Hadiyana Tiansari (1420118005)

Haerul Gunawan (1420118006)

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

TAHUN AJARAN 2020 – 2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai AMPUTASI ini tepat pada
waktunya. makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang AMPUTASI bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bagu , 23 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PEMBAHASAN............................................................................................

A. Definisi................................................................................................................
B. Etiologi................................................................................................................
C. Manifestasi Klinis...............................................................................................
D. Patofisiologi........................................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................
F. Penatalaksanaan Medis.......................................................................................

BAB II ASKEP AMPUTASI...................................................................................

A. Pengkajian...........................................................................................................
B. Masalah Keperawatan.........................................................................................
C. Intervensi (Nic)...................................................................................................
D. Kriteria Hasil (Noc)............................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
BAB I

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan ketidak
mampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang bervariasi, tergantung
dari bagaimana alat gerak yang hilang, usia, dan penanganan operasi (untuk kasus
kehilangan alat gerak yang di sebabkan amputasi). Kehilangan alat gerak tersebut dapat
disebabkan berbagai hal, seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir, ataupun kecelakaan.
Operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh manusia ini disebut dengan amputasi,
menurut crenshaw dalam vitriana(2002), amputasi pada alat gerak bawah mencapai 85%-
90% dari seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut(transtibialial amputation)
merupakan jenis operaasi amputsi yang paling sering dilakukan.

 Amputasi adalah menghilangkan sebagian atau seluruhnya dari extremitas (burke,


2008)
 Amputation is the removal of a body part, usually an extremity (brunner & suddarth,
2005)
 Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh (misal paha) dan
embel – embel tubuh (misal ekor), baik sebagian maupun keseluruhan (kedaruratan
medik. 2000)
 Amputasi adalah pengangkatan melalui pembedahan kaki karena trauma, penyakit,
tumor atau anomaly kongenital; terkelupasnya kulit secara umum diperbaiki kembali
untuk memudahkan penyembuhan dan penggunaan peralatan protetik (Standart
Perawatan Pasien Vol. 3. 1998).
 Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau
anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,
osteomielitis dan kanker (PSIK FKUI,1996).
 Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah /traumatik pada tungkai
(Doenges,2000).
 Dalam kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas,
pembuangan suatu anggota badan.
B. ETIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth, (2002), Penyebab tindakan amputasi dapat
dilakukan pada :
1) Kondisi trauma ekstremitas berat atau manula karena penyakit vaskuler perifer
2) Akibat dari cedera seperti fraktur multiple (organ tubuh yang tidak mungkin dapat
diperbaiki)
3) Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
4) Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konsevatif.

Indikasi utama bedah amputasi Iskemia menurut (Smeltzer,2002).

1) Karena penyakit vaskularisasi perifer (sering terjadi sebagai gejala sisa diabetes
militus), gangrene, tumor ganas, infeksi dan arterosklerosis. Penyakit vaskularisasi
perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi ekstremitas bawah.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Wilkinson, (Judith.M. 2006).
1. Kehilangan anggota gerak pada (ektremitas atas atau bawah)
2. menimbulkan rasa nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma
ujung saraf yang dekat dengan permukaan
3. Edema apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa dengan keronitis
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
5. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan.

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya trauma pada ekstrimitas karena penyakit pembuluh darah atau penyakit
vaskuler perifer, tumor ganas, cedera dapat berupa kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan atau patahan. ( Patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka ), karna
penanganan yang salah yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan informasi
seseorang maka trauma akan menjadi lebih parah hingga terjadi nekrosis pada jaringan
dan menimbulkan gas ganggren, Dari sinilah akan dilakukan amputasi yakni memutus
kontinuitas tulang, otot dan saraf, kehilangan organ yang mempengaruhi citra diri.
(Brunner & suddart.2001).
Luka pasca amputasi yang memungkinkan bisa terkena bakteri dan dapat
mengakibatkan infeksi pada luka, Proses infeksi pada luka pasca amputasi menimbulkan
ketidak nyamanan pada penderita karena luka mengeluarkan pus yang dapat menekan
saraf dan terjadi rasa nyeri. Pasca amputasi yang memotong tulang dan otot secara
otomatis saraf juga terputus dan ujung saraf merangsang hipotalamus yang
mengakibatkan gangguan mobilitas fisik pada penderita. (Phillips & Grace. 1996)
Pathway / WOC

Trauma Ekstrimitas Berat

Defisit
Pengetahuan Penanganan Yang Salah
Informasi

Nekrosis Jaringan

Gas Gangren

Terputusnya Kontinuitas
Tulang, Otot, Saraf Amputasi

Luka Pasca Amputasi


Hilang
Organ
Invasi Bakteri Infeksi
Gangguan Citra
Tubuh
Inflamasi Kalor, Rubor, Dolor

Saraf Terputus Vasokontriksi Dilatasi Menekan Saraf

ujung saraf Makrofag, Leukosit

Menempel Pada Jaringan


Merangsang Nyeri
Luka
Hipotalamus

Persepsi Nyeri Pus

Gangguan
Mobilitas Fisik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (daryadi, 2012), pemeriksaan diagnostik pada klien amputasi meliputi:
1. Foto rongten yang mengidentifikasi abnormalitas tulang
2. CT scan mengidentifikasi lesi neoplastik,, osteofelitis, pembentukan hematoma
3. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
4. Biopsy mengkonfrimasi respon inflamasi
5. Hitung darah lengkap atau defensial peningian dan perpindahan ke kiri diduga
operasi

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Obat sebelum dan sesudah amputasi :

Menurut Brunner & Suddarth, (2002), penatalaksanaan meliputi :


a. Tingkat Amputasi, amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat
mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua
faktor yaitu peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional. Tujuan
pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin panjang ekstremitas
konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku
adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi
prostesis.
Amputasi jari kaki dan sebagian kaki hanya menimbulkan perubahan minor dalam
gaya jalan dan keseimbangan. Amputasi Syme (modifikasi amputasi disartikulasi
pergelangan kaki) dilakukan paling sering pada trauma kaki ekstensif dan
menghasilkan ekstremitas yang bebas nyeri dan kuat dan dapat menahan beban berat
badan penuh. Amputasi ekstremitas atas dilakukan dengan mempertahankan panjang
fungsional maksimal. Prostesis segera diukur agar fungsinya bisa maksimal.
b. Sisa Tungkai, tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi,
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat
untuk penggunaan prostesis. Penyembuhan dipercepat dengan penanganan lembut
terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres
lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk
menghindari infeksi.
c. Balutan rigid tertutup, balutan rigid tertutup sering digunakan untuk mendapatkan
kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan
mencegah kontraktur. Puntung kemudian dibalut dengan balutan gips elastis yang
ketika mengeras akan mempertahankan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai
menjerat pembuluh darah. Gips diganti dalam sekitar 10 sampai 14 hari. Bila ada
peningkatan suhu tubuh, nyeri berat, atau gips yang mulai longgar harus segera
diganti.
d. Balutan lunak, balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat
dibalutkan dengan balutan. Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat drainase
luka untuk meminimalkan infeksi.
e. Amputasi bertahap, amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi.
Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan
nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Sepsis ditangani
dengan antibiotika. Dalam beberapa hari, ketika infeksi telah terkontrol dan pasien
telah stabil, dilakukan amputasi definitif dengan penutupan kulit.
BAB II

ASKEP AMPUTASI

A. PENGKAJIAN
Biodata :
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, diagnosa medis, no register dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama : biasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka
post op apabila digerakkan, Keterbatasan aktivitas atau Hambatan mobilitas fisik
3. Riwayat penyakit dahulu : Pada klien fraktur pernah mengalami
kejadian patah tulang apa pernah mengalami tindakan operasi apa tidak.
4. Riwayat Penyakit Sekarang : Pada umumnya penderita mengeluh nyeri
pada daerah luka operasi
5. Riwayat Penyakit keluarga : Didalam anggota keluarga tidak / ada yang
pernah mengalami penyakit fraktur / penyakit menular.
b. Pengkajian fisik

Psikologis : Harga diri (Citra tubuh), reaksi emosional.


Sosial : masalah sehubungan dengan kondisi tentang peran fungsi, reaksi
orang lain (Menarik diri/ isolasi sosial)
Spiritual : adanya gangguan dalam melaksanakan ibadah karna hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan anggota ekstremitas
B. MASALAH KEPERAWATAN
Nyeri (akut) b/d cidera fisik/ jaringan dan trauma saraf)
Gangguan harga diri( citra Tubuh) b/d kehilangan bagian tubuh.
Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakberdayaan kehilangan bagian tubuh
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan anggota ekstremitas.
C. INTERVENSI (NIC)
Terapi Komplementer :
1. Nyeri (akut) b/d cidera fisik/ jaringan dan trauma saraf)
2. Gangguan harga diri( citra Tubuh) b/d kehilangan bagian tubuh.
3. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakberdayaan kehilangan bagian tubuh
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan anggota ekstremitas.
D. KRITERIA HASIL (NOC)
1. Nyeri (akut) b/d cidera fisik/ jaringan dan trauma saraf)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Nyeri (akut) dapat
teratasi dengan tujuan Kontrol Nyeri (1605) dengan kriteria hasil : Kriteria Hasil:
Mengenali kapan nyeri terjadi. Ditingkatkan dari skala 2 ke skala 5 .
Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesic. Ditingkatkan dari skala
2 ke skala 5.
Menggunakan tindakan pencegahan. Ditingkatkan dari skala 2 ke skala5.
2. Gangguan harga diri( citra Tubuh) b/d kehilangan bagian tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Gangguan harga
diri(citra Tubuh) dapat teratasi dengan tujuan Citra Tubuh(1200) dengan Kriteria
Hasil :
Gambaran iternal diri. Ditingkatkan dari skala 1 ke skala 5.
Deskripsi bagian tubuh yang terkena (dampak). Ditingkatkan dari skala 2 ke skala 3.
Penyesuaian terhadap perubahan tampilan fisik.
3. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakberdayaan kehilangan bagian tubuh
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan anggota ekstremitas.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Selain ketidakmampuan fisik, perawat perlu juga mengetahui
aspek psikososial yang ditimbulkan karena aspek tersebut lebih sering dijumpai.
Amputasi akan mengubah gambaran tubuh dan harga diri. Proses selanjutnya dapat
diikuti melalui proses kehilangan.
Kehilangan ekstremitas memerlukan penyesuaian besar. Persepsi pasien mengenai
amputasi harus dipahami oleh tim perawatan kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri
dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang harus dieselaraskan sedemikan rupa
sehingga tidak akan menghilangkan rasa diri berharaga.
Mobilitas atau kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
berubah dan pasien perlu belajar bagaimana menyesuaikan aktivitas dan lingkungan
untuk mengakomodasikan diri dengan penggunaan alat bantu dan bantuan mobilitas. Tim
rehabilitasi bersifat multidisiplin (pasien, perawat, dokter, pekerja sosial, psikologis, ahli
prostesis, pekerja rehabilitasi vokasional) dan membantu pasien mencapai derajat fungsi
tertinggi yang mungkin dicapai dan parisipasi dalam aktivitas hidup.

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
2. Manual of Nursing Practice, 4th edition, J.B. Lippincott Co. Philadelphia. Brunner,
Lillian S; Suddarth, Doris S ( 2008 ), 
3. Daryadi. 2012. Askep Amputasi. http://www.nsyadi.blogspot.com (online), diakses: 21
April 2013
4. Amalia, 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Amputasi. (online)
(http: //aramdhani. blogspot .com/2013/04/ asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan 28.
html, diakses 29 November  2013)
5. Nanda International.2013.Nursing Diagnosis Definition and Classification 2013 –
2014.United Kingdom:Willey Blackwell Publishing Ltd
6. Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed-3. Jakarta : EGC.
7. Kun, Saputra. 2013. Asuhan Keperawatan pasien Dengan
Amputasi.http://www.kamusakep.blogspot.com (online), diakses: 21 April 2013.
8. Makassar. 2011. Askep Amputasi. http://sebastianamegarezky-
makassar.blogspot.com(online), diakses: 21 April 2013.
9. Suratun, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
10. Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC –
NOC.edisi 2018/2020.Yogyakarta:

Anda mungkin juga menyukai