Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HIV-AIDS

ASUHAN KEPERAWATAN TRIKOMONIASIS VAGINALIS


DAN KANDIDIASIS VAGINALIS

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh (kelompok 6):

Astuti 201813061

Febby Valentina 201813070

Maria G Sarbunan 201813081

Rana Nisrina Yahya 201813092

Siti Assabilla Saidatussyifa 201813100

Sigit Aditya Candra 201813112

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
STIKES - AKBID WIJAYA HUSADA BOGOR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Bogor,

(kelompok 6)

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya dijumpai di
traktus genitaourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan melalui hubungan seksual,
yang dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non-gonococcoal pada pria.
Trichomonas vaginalis sangat banyak ditemukan di berbagai tempat, ataupun
belahan Dunia manapun, Trichomonas vaginalis lebih banyak ditemukan pada negara
berkembang dari pada negara yang maju, contohnya adalah negara Indonesia, hal ini
disebabkan karena kurangnya tingkat pendidikan dan minimnya pengetahuan serta
kurangnya kesadaran tentang bagaimana menjaga kebersihan diri oleh masyarakat itu
sendiri.
Penyakit ini memiliki gejala yang kurang diketahuai sehingga terkadang orang
yang terkena protozoa ini tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi pada tahap
awal, cara penularan penyakit ini juga sangat gampang melalui lingkungan disekitar kita
tanpa kita sadari.
Kandidiasis adalah suatu infeksi dari jamur. Jenis jamur yang menginfeksi
adalah dari genus candida. Biasanaya berupa superficial dari derah kutaneus tubuh yang
lembab.infeksi yang paling sering disebabkan oleh candida albikans. Infeksi ini sering
menyerang kulit ,membrane mukosa mulut, dan vagina. Dari jamur ini jarang sekali
terjadi terdapat infeksi sistemik atau endocarditis.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Trikomoniasis Vaginalis


A. Definisi
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas vaginalis. Parasit ini paling sering menyerang wanita, namun pria dapat
terinfeksi dan menularkan ke pasangannya lewat kontak seksual. Vagina merupakan
tempat infeksi paling sering pada wanita, sedangkan uretra (saluran kemih) merupakan
tempat infeksi paling sering pada pria.
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau
kronis dan merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas vaginalis.
Parasit ini paling sering menyerang wanita, namun pria dapat terinfeksi dan menularkan
ke pasangannya lewat kontak seksual. Vagina merupakan tempat infeksi paling sering
pada wanita, sedangkan uretra (saluran kemih) merupakan tempat infeksi paling sering
pada pria.
Trikomoniasis adalah suatu penyakit menular seksual pada vagina atau uretra yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Trikomoniasis adalah salah satu tipe dari Vaginitis, merupakan penyakit infeksi
protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual, terutama sebagai Penyakit Menular Sexual (PMS), dan sering
menyerang traktus urogenitalis bagian bawah yang dapat bersifat akut atau kronik dan
pada wanita maupun pria, namun pada pria peranannya sebagai penyebab penyakit
masih diragukan.
Trikomoniasis (biasanya disebut sebagai “trich”) adalah penyakit menular seksual
yang paling umum dapat disembuhkan di dunia. Penyakit ini juga merupakan salah satu
dari tiga infeksi vagina yang paling umum pada wanita
B. Etiologi
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini
menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terkena penyakit ini.
Trikomoniasis menyerang (uretra) saluran kemih pada pria, namun biasanya tanpa

2
gejala, sedangkan pada wanita, trikomoniasis lebih sering menyerang vagina. Resiko
untuk terkena penyakit ini tergantung aktivitas seksual orang tersebut. Beberapa faktor
resiko untuk terkena penyakit ini antara lain :
 Jumlah pasangan seksual selama hidupnya
 Pasangan seksual saat ini
 Tidak memakai kondom saat berhubungan seksual

Trichomonas vaginalis, organisme bersel tunggal yang memiliki ekor seperti


cambuk. Meskipun organisme ini bisa menginfeksi saluran kemih-kelamin pria dan
wanita, tetapi gejala-gejalanya lebih sering ditemukan pada wanita. Sekitar 20% wanita
pernah mengalami trikomoniasis vagina selama masa reproduktifnya. Pada pria,
organisme ini menginfeksi uretra, prostat dan kandung kemih, tetapi kasusnya jarang
menimbulkan gejala. Organisme ini lebih sulit ditemukan pada pria.
 Trichomonas vaginalis adalah protozoa dengan flagela.
 Rata-rata masa inkubasi adalah 1 minggu namun dapat bervariasi antara 4-
28 hari.
 Trikomoniasis umumnya merupakan penyakit menular seksual.
 Risiko untuk terkena infeksi ini tergantung pada aktifitas seksual klien.
 Faktor-faktor risiko untuk terkena T vaginalis termasuk hal berikut ini:
- Jumlah pasangan seks selama hidupnya
- Pasangan seksual saat ini
- Tidak memakai kondom saat hubungan seksual
 Memakai kontarsepsi oral (pil KB)

C. Patofisiologi
Pada wanita sebelum usia pubertas, dinding vagina yang sehat tipis dan
hypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7, pemeriksaan dengan pembiakan
(kultur) akan menunjukkan beberapa mikroorganisma. Setelah gadis menjadi
dewasa, dinding vagina menebal dan laktobasilus menjadi mikroorganisme yang
dominan, PH vagina menurun hingga kurang dari 4,5. Gambaran fisiologis discharge
vagina normal terdiri dari sekresi vaginal, sel-sel exfoliated dan mukosa serviks.
Frekunsi discharge vagina bervariasi berdasar umur, siklus menstruasi dan
3
penggunaan kontrasepsi oral. Lingkungan vagina normal digambarkan oleh adanya
hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus dan flora endogen lain, estrogen,
glikogen, pH vagina dan produk metabolisme flora dan organisme patogen.
Lactobacillus acidophilus memproduksi hydrogen peroxide (H2O2), yang bersifat
toksik terhadap organisme patogen dan menjaga pH vagina sehat antara 3.8 dan 4.2.
Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari infeksi, dan laktobasilus adalah
flora dari vagina yang dominan (walaupun bukan merupakan stau-satunya flora
vagina). Masa inkubasi sebelum timbulnya gejala setelah adanya infeksi bervariasi
antara 3-28 hari. Vaginitis muncul karena flora vagina diganggu oleh adanya
organisme patogen atau lingkungan vagina berubah sehingga memungkinkan
organisme patogen berkembang biak. Selama terjadinya infeksi protozoa
Trichomonas vaginalis, trikomonas yang bergerak-gerak (jerky motile trichomonads)
dapat dilihat dari pemeriksaan dengan sediaan basah. PH vagina naik, sebagaimana
halnya dengan jumlah lekosit polymorphonuclear (PMN). Lekosit PMN merupakan
mekanisme pertahanan utama dari pejamu (host/manuasia), dan mereka merespon
terhadap adanya substansi kimiawi yang dikeluarkan trichomonas. Trichomonas
vaginalis merusak sel epitel dengan cara kontak langsung dan dengan cara
mengeluarkan substansi sitotoksik. Trichomonas vaginalis juga menempel pada
protein plasma pejamu, sehingga mencegah pengenalan oleh mekanisme alternatif
yang ada di pejamu dan proteinase pejamu terhadap masuknya . Trichomonas
vaginalis.

Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, douching, stress dan hormon


dapat mengubah lingkungan vagina dan memungkinkan organisme patogen tumbuh.
Pada vaginosis bakterial, dipercayai bahwa beberapa kejadian yang provokatif
menurunkan jumlah hydrogen peroxide yang diproduksi Lactobacillus acidophilus
mikroorganisme. Hasil dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan
perkembangbiakan berbagai organisme yang biasanya ditekan pertumbuhannya
seperti G. vaginalis, Mobiluncus hominis dan Mobiluncus species. Organisme
tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti ‘amine’, yang akan
meningkatkan pH vagina dan menyebabkan exfoliasi sel epitel vagina. Amine inilah
yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi vaginosis bakterial.
Dengan fisiologi yang sama, perubahan lingkungan vagina, seperti peningkatan
4
produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat progesterone karena kontrasepsi
oral, memperkuat penempelan albicans ke sel epitel vagina dan memfasilitasi
pertumbuhan jamur. Perubahan-perubahan ini dapat mentransformasi kondisi
kolonisasi organisme yang asimptomatik menjadi infeksi yang simptomatik. Pada
pasien dengan trikomoniasis, perubahan tingkat estrogen dan progesterone,
sebagaimana juga peningkatan pH vagina dan tingkat glikogen, dapat memperkuat
pertumbuhan dan virulensi Trichomonas vaginalis.
D. Tanda dan Gejala
Pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut
maupun kronik. Pada kasus akut terlihat sekret vagina keruh kental berwarna
kekuning-kuningan, kuning hijau, berbau tidak enak dan berbusa. Dinding vagina
tampak kemerahan dan sembab. Selain itu didapatkan rasa gatal dan panas di vagina.
Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama
yang dirasakan penderita dengan trikomoniasis. Pasien dengan trikomoniasis dapat
juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian bawah. Bila
sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar bibir
vagina. Pada kasus yang kronis, gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak
berbusa.Berbeda dengan wanita, pada pria biasanya tidak memberikan gejala.
Kalaupun ada, pada umumnya gejala lebih ringan dibandingkan dengan wanita.
Gejalanya antara lain iritasi di dalam penis, keluar cairan keruh namun tidak banyak,
rasa panas dan nyeri setelah berkemih atau setelah ejakulasi.
 Pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina.
 Pada kasus akut terlihat :
- Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-
kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental, berbusa, dan berbau.
Trichomonas vaginalis menghasilkan produk metabolit misalnya amin,
yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina.
Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada
vaginosis bacterial.
- Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab (Strawberry Appearance)
- Perdarahan kecil – kecil pada permukaan serviks.
- Didapatkan rasa gatal dan panas di vagina.

5
- Dysuria
- Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual (dispareunia) mungkin juga
merupakan keluhan utama yang dirasakan penderita dengan trikomoniasis.
- Dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian
bawah.
- Bila sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di
sekitar bibir vagina.
 Pada kasus yang kronis, gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak
berbusa.
 Pada pria biasanya tidak memberikan gejala. Kalaupun ada, pada umumnya gejala
lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Gejalanya antara lain :
- iritasi di dalam penis
- keluar cairan keruh namun tidak banyak
- rasa panas dan nyeri setelah berkemih atau setelah ejakulasi.
E. Pemeriksaan Diagnostic
 Pemeriksaan Spekulum; Pemeriksaan spekulum untuk menginspeksi vagina dan
serviks secara langsung. Ada beberapa macam, speculum metal cusco, atau
bivalve adalah yang paling popular. Speculum ini terdiri dari dua daun yang
dimasukkan dalam keadaan tertutup, dan kemudian dibuka dengan menekan
pegangannya. 2 macam speculum dua daun yaitu :
1. Graves (speculum cocor bebek), speculum yang lebih umum digunakan.
Daun – daunnya lebih lebar dan melengkung pada sisinya.
2. Pedersen, mempunyai daun yang lebih sempit dan rata, dipakai untuk
wanita dengan introitus kecil.
Teknik Penggunaan :
- pasien dibaringkan dalam posisi litotomi
- cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
- keringkan tangan dengan handuk bersih
- gunakan sarung tangan dengan benar
- bersihkan vulva dan perineum dengan kasa kering
- ambil spekulum cocor bebek (sesuaikan dengan ukuran yang
dibutuhkan) dengan tangan kanan dan masukkan ke dalam introitus
6
vagina dengan posisi lebar spekulum pada sumbu vertikal
(anteroposterior)
- Pemeriksa menggunakan jari telunjuk dan tengah kiri untuk
memisahkan labia dan menekan perineum, speculum yang masih
tertutup, dengan dipegang oleh tangan kanan pemeriksa dimasukkan
secara miring dengan perlahan-lahan kr dalam introitus diatas jari-jari
tangan kiri. Speculum tidak boleh di masukkan secara vertical, karena
dapat timbul sedera pada uretra/meatus.
- Spekulum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina,kalau sudah
masuk dengan lengkap, speculum diputar ke posisi transversal, dengan
peganganya sekarang mengarah ke bawah, dan dibuka secara perlahan-
lahan.
- Dinding vagina dan serviks dapat divisualisasikan adanya :
 secret, eritema, erosi, ulserasi, leukoplakia, atau massa.
 Apa bentuk orifisium externum servisis?
 Apa warna serviks?
 Pemeriksaan Laboratorium; Dasar pemeriksaan adalah
menyingkirkan kemungkinan lain.
 pH vagina; Menentukan pH vagina dengan mengambil apusan yang berisi
sekret vagina pada kertas pH dengan range 3,5 –5,5. pH yang lebih dari 4,5
dapat disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan bacterial vaginosis.
 Apusan basah/Wet mount; Apusan basah dapat digunakan untuk identifikasi
dari flagel, pergerakan dan bentuk teardrop dari protozoa dan untuk identifikasi
sel. Tingkat sensitivitasnya 40–60 %, tingkat spesifiknya mendekati 100% jika
dilakukan dengan segera.
 Pap Smear; Tingkat sensitivitasnya 40 – 60 %. Spesifikasinya mendekati 95–
99%.
 Test Whiff; Tes ini digunakan untuk menunjukkan adanya amina-amina dengan
menambahkan Potassium hidroksid ke sampel yang diambil dari vagina dan
untuk mengetahui bau yang tidak sedap.
 Kultur; Dari penelitian Walner – Hanssen dkk, dari insiden Trikomoniasis dapat
deteksi dengan kultur dan tidak dapat dideteksi dengan Pap Smear atau apusan

7
basah.Kebanyakan dokter tidak mengadakan kultur dari sekresi vagina secara
rutin.
 Direct Imunfluorescence assay; Cara ini lebih sensitive daripada apusan basah,
tapi kurang sensitive dibanding kultur. Cara ini dilakukan untuk mendiagnosa
secara cepat tapi memerlukan ahli yang terlatih dan mikroskop fluoresesensi.
 Polimerase Chain Reaction. Cara ini telah dibuktikan merupakan cara yang
cepat mendeteksi Trichomonas vaginalis.
F. Penatalaksanaan
a. Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.
 Secara topikal dapat berupa :
1. Bahan cairan berupa irigasi,misalnya Hidrogen peroksida 1- 2 % dan larutan
asam laktat 4%
2. Bahan berupa supositoria,bubuk yang bersifat trikomonoasidal
3. Jel dan krim yang berisi zat trikomonoasidal
 Secara sistemik (oral) :
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :
- Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg / hari selama 7 hari
- Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
- Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
- Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram
b. Pengobatan Mitra Seksual
Mitra seksual harus diobati sesuai dengan rejimen penderita. Dosis yang
dianjurkan untuk mitra seksual pria adalah dosis multiple selama 7 hari.
Efektifitas dosis tunggal belum banyak diteliti. Latief melaporkan 40% kegagalan
pengobatan pada pria dengan dosis tunggal.
c. Pengobatan Pada Kehamilan
Pengobatan Trichomoniasis dalam kehamilan perlu dilakukan. Mengingat bahwa
infeksi pada bayi dapat mengakibatkan secret vagina yang berlebihan, piuria dan
irritability. Metronidazol kontra indikasi dalam kehamilan trimester I, sedangkan
obat yang lain tidak ada yang manjur, oleh karena itu metronidazol diberikan pada
trimester II atau ke III dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram.
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita .

8
- Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual untuk mencegah
jangan terjadi infeksi
- Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan sebelum
dinyatakan sembuh
- Hindari pemakaian barang – barang yang mudah menimbulkan transmisi.
d. Infeksi Oleh Galur Resisten
Dengan munculnya laporan-laporan mengenai galur Trichomonas vaginalis yang
resisten terhadap metronidasol, maka dalam menghadapi kegagalan pengobatan
selalu harus diperhatikan bahwa pengobatan konvensional sampai saat ini sangat
jarang mengalami kegagalan. Berdasarkan hal tersebut, maka sebelum
menyatakan galur penyebab tersebut resisten terhadap metronidasol, hendaknya
disingkirkan dahulu factor-faktor yang dapat menimbulkan kegagalan
pengobatan, yaitu:
- Konsentrasi metronidasol yang tidak mencukupi,
- Inaktivasi metronidasol oleh bakteri,
- Konsentrasi seng dalam serum yang rendah,
- Reinfeksi.
Pengobatan local tidak dianjurkan, karena jarang sekali diperlukan kecuali pada
penderita yang tidak tahan terhadap pemberian obat oral atau telah terjadi
kegagalan pada pengobatan oral. Infeksi dengan galur resisten kadang-kadang
responsive dengan pengobatan local.
- Vaksinasi
Usaha mengadakan vaksinasi telah dilaksanakan dengan menggunakan vaksin
Lactobacillus acidophilus, namun kegagalan vaksiasi telah dilaporkan. Telah
dilaporkan pula bahwa ternyata tidak ada reaktivitas silang antara L. acidophilus
dengan T. vaginalis.
G. Komplikasi
1. Infeksi pelvis
2. Pada kehamilan :
- lahir premature
- bayi berat lahir rendah
- selulitis posthysterectomy

9
H. Pencegahan
Karena trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual, cara terbaik
menghindarinya adalah tidak melakukan hubungan seksual. Beberapa cara untuk
mengurangi tertularnya penyakit ini antara lain:
- Pemakaian kondom dapat mengurangi resiko tertularnya penyakit ini.
- Tidak pinjam meminjam alat-alat pribadi seperti handuk karena parasit ini
dapat hidup di luar tubuh manusia selama 45 menit.
- Bersihkan diri sendiri segera setelah berenang di tempat pemandian umum.

2.2 Kandidiasis Vaginalis


A. Definisi
Kandidiasis vaginalis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang terjadi di
sekitar vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imun tubuhnya lemah.
Kandidiasis dapat menyerang wanita di segala usia, terutama pada usia pubertas,
keparahannya berbeda antara satu wanita dengan wanita yang lain dan dari waktu ke
waktu pada wanita yang sama (Daili S, 2009)

10
BAB III

PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN TRIKOMONIASIS VAGINALIS DAN
KANDIDIASIS VAGINALIS
3.1 Asuhan Keperawatan Trikomoniasis Vaginalis
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
a. Nyeri
b. Luka
c. Perubahan fungsi seksual
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
b. Dahulu: Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Bagian Luar
 Inspeksi
- Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
- Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan eksoria
- Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pemebengkakan
ulkus, keluaran dan nodul
b. Pemeriksaan Bagian Dalam
 Inspeksi
Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan warnanya
 Palpasi
- Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula.
- Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan
- Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
- Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan
B. Diagnosa
1. Nyeri b/d reaksi infeksi
11
2. Cemas b/d penyakit
3. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi
4. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual
5. Resiko terhadap infeksi b/d kontak dengan mikroorganisme
6. Risiko penularan b/d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
7. Harga diri rendah b/d penyakit
8. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan
C. Intervensi
1. Nyeri b/d reaksi infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
a. Mengenali faktor penyebab
b. Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
c. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
d. Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi:
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
presipitasi.
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
e. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
f. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided
imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS,
hipnotis, terapi aktivitas)
g. Berikan analgesik sesuai anjura.
h. Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
i. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.
2. Cemas b/d penyakit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
12
a. Tidak ada tanda-tanda kecemasan
b. Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas
c. Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat
d. Menunjukkan fleksibilitas peran
Intervensi:
a. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipneu, ekspresi cemas non verbal)
b. Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut
c. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
d. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
e. Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis
3. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi
Kriteria hasil:
Memperhatikan bahwa nyeri ini ada mengidentifikasi aktivitas yang
meningkatkan dan menurunkan nyeri dapat mengidentifikasi dan menurunan
sumber-sumber nyeri
Intervensi:
a. Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal
b. Meluruskan kesalahan konsep pada keluarga
c. Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi klien
d. Berikan privasi selama prosedur tindakan
4. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual
Kriteria hasil:
Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan peningkatan
kepuasan dengan pola seksual. Melaporkan keinginan untuk melanjutkan aktivitas
seksual
Intervensi:
a. Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan seksual,
masalah seksual
b. Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual
c. Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual
5. Resiko terhadap infeksi b/d kontak dengan mikroorganisme
Kriteria hasil:
13
Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang benar, bebas dari proses
infeksi nasokomial selama perawatan dan memperlihatkan pengetahuan tentang
fakor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan pencegahan yang
tepat.
Intervensi:
a. Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia.
b. Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi.
c. Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab, resiko-resiko
pada kekuatan penularan dari infeksi.
d. Terapi antimikroba sesuai order dokter.
6. Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan:
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
Intervensi:
a. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
b. Bahaya penyakit menular
c. Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
d. Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
e. Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat menghindarinya.
7. Harga diri rendah b.d penyakit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan mengekspresikan
pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi
sebelumnya dengan indikator:
a. Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
b. Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
c. Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil
Intervensi:
1. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
2. Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari
kehidupan

14
3. Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan,
penampilan, pekerjaan)
4. Bantu klien menerima perasaan positif dan negative
5. Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi
8. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil:
Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis, mampu
menunjukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan rasional dari tindakan
dan pasien ikut serta dalam program pengobatan.
Intervensi:
a. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
b. Berikan informasi mengenai terapi obat-obatan, interaksi, efek samping dan
pentingnya pada program.
c. Tinjau factor-faktor resiko individual dan bentuk penularan/tempat masuk
infeksi
Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan.
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika
klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke
dalam format yang telah ditetapkan institusi.
E. Evaluasi
1. Klien dapat mengontrol nyeri dengan baik
2. Tingkat kecemasan klien dapat diatasi
15
3. Tingkat kenyamanan klien kembali seperti sebelum sakit
4. Pola seksualitas dapat berfungsi secara normal
5. Tidak terjadi infeksi
6. Klien mengerti tentang sifat menular dari penyakit sehingga tidak terjadi penularan
7. Klien dapat memandang penyakit dengan positif dan memulai aktifitas seperti bias.
8. Klien mengerti mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

3.2 Asuhan Keperawatan Kandidiasis Vaginalis

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Sjaiful. 2001. Penyakit Menular Seksual, Edisi 2. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Mandals, dkk. 2006. Penyakit Infeksi, Edisi 6. Jakarta. Erlangga
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
http://www.irwanashari.com/2009/11/trikomoniasis-vaginalis.html Diakses pada tanggal 17
Mei2010
http://www.kesrepro.info/?q=node/309 Diakses pada tanggal 17 Mei 2010
http://ismailskep.wordpress.com/2008/11/07/trichomonas-vaginalis/ Diakses pada tanggal 17
Mei 2010

18

Anda mungkin juga menyukai