Anda di halaman 1dari 105

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

KANKER SERVIKS DENGAN PELAKSANAAN IVA


(INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT)
PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS
KECAMATAN TANAH ABANG
JAKARTA PUSAT

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh :

YAYU DAMAYANTI
NIM 11212193

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2022
PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


KANKER SERVIKS DENGAN PELAKSANAAN IVA
(INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT)
PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS
KECAMATAN TANAH ABANG
JAKARTA PUSAT

Dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian


Tugas akhir pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh :

YAYU DAMAYANTI
NIM 11212193

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dengan Pelaksanaan


IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Pada Wanita Usia Subur
Di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Jakarta Pusat

Telah mendapatkan persetujuan untuk dilakukan Ujian Skrips

Jakarta, 22 Januari 2023

Menyetujui
Pembimbing Skripsi

Dr. Lenny Rosbi R, S.Kp., M.Si., M.Kep

Mengetahui

Ka. Prodi S1 Keperawatan

Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan


Tentang Kanker Serviks Dengan Pelaksanaan IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat) Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kecamatan tanah
Abang Jakarta Pusat”, ini telah diujikan dan dinyatakan Lulus dalam ujian
skripsi dihadapan penguji pada tanggal 30 Januari 2023.

Penguji I

Dr. Lenn y Rosbi R, S.Kp., M.Si., M.Kep

Penguji II

Ns. Gaung Eka Ramadhan, S.Kep., MKM

Penguji III

Ns. Ratna Sari Dinaryanti, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
PROGRAM S1 KEPERAWATAN

Riset, 2023
Yayu Damayanti

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks dengan Pelaksanaan


IVA pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta
Pusat

VII + 69 Halaman + 16 Tabel + 2 Skema + 4 Lampiran

ABSTRAK

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi dari sel serviks dan hampir semua
disebabkan oleh infeksi HPV. Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua setelah
kanker payudara yang paling sering ditemukan di Indonesia. Pencegahan bisa
dilakukan dengan deteksi dini melalui IVA test. Rendahnya tingkat pengetahuan
tentang kanker serviks merupakan salah satu factor yang mempengaruhi rendahnya
jumlah wanita yang melakukan deteksi dini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan pelaksanan IVA pada Wanita
Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Desain Penelitian
ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian
ini adalah Wanita Usia Subur sebanyak 109 responden dengan teknik pengambilan
sampel simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Hasil penelitian sebagian besar responden kategori usianya
dewasa awal yaitu diantara 29,56 tahun sampai dengan 32,42 tahun, tingkat
pendidikan menengah (SMA/SMK) sebanyak 69 responden (64%) dan mayoritas
responden bekerja sebanyak 63 orang (57,8%). Hasil uji statistik menggunakan Chi
Square dipenelitian ini adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker
serviks dengan pelaksanaan IVA di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta
Pusat (Pvalue = 0,024). Dari hasil penelitian ini perlunya ditingkatkan lagi
pengetahuan tentang kanker serviks dan pentingnya deteksi dini melalui
penyuluhan kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Kanker Serviks, IVA


Daftar Pustaka : 33 (2003-2021)

iv
COLLEGE OF HEALTH SCIENCES PERTAMEDIKA
S1 NURSING PROGRAM

Research, 2023

Yayu Damayanti

Corelation levels of knowledge about cervical cancer with the Implementation of


the IVA in women of fertile age in Puskesmas Tanah Abang, Central Jakarta.

VII + 69 Pages + 16 Tables + 2 Schematics + 4 Appendices

ABSTRACT

Cervix cancer is a malignancy that occurs from cervical cells and almost all are
caused by HPV infection. Cervical cancer is the second most common type of
cancer after breast cancer in Indonesia. Prevention can be done by early detection
through IVA test. The low level of knowledge about cervical cancer is one of the
factors that affects the low number of women who make early detection. This study
aims to determine the relationship between the level of knowledge and the
implementation of IVA in women of childbearing age at the Tanah Abang District
Health Center, Central Jakarta. The research design is a correlative descriptive
with a cross sectional approach. The sample of this study were 109 women of
childbearing age using simple random sampling technique. The instrument used in
this research is a questionnaire. The results of the study were that most of the
respondents were in the early adult age category, namely between 29.56 years and
32.42 years, secondary education level (SMA/SMK) as many as 69 respondents
(64%) and the majority of respondents working as many as 63 people (57.8%) . The
results of statistical tests using Chi Square in this study showed that there was a
relationship between the level of knowledge about cervical cancer and the
implementation of IVA at the Tanah Abang District Health Center, Central Jakarta
(Pvalue = 0.024). From the results of this study, it is necessary to increase
knowledge about cervical cancer and the importance of early detection through
health education.

Keywords : Knowledge, Cervical Cancer, IVA


Bibliography : 33 (2003-2021)

v
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Yayu Damayanti
NIM : 11212193
Mahasiswa S1 Keperawatan / Angkatan : Non Reguler XV
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan laporan
penelitian mata ajar riset keperawatan saya yang berjudul :

“Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks dengan Pelaksanaan IVA


(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) pada Wanita Usia Subur di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sangsi yang telah ditetapkan.

Demikian surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 22 Januari 2023


Yang Membuat Pernyataan

(Yayu Damayanti)

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitis akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA


(STIKes PERTAMEDIKA), saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yayu Damayanti


NIM : 11212193
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi penembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA Hak Bebas Royalti Noneklusif
(Non-exclusive Royalti Free Right) atas skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks dengan Pelaksanaan IVA


(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) pada Wanita Usia Subur di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneklusif ini STIKes Pertamedika berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (Database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat : Jakarta
Pada Tanggal : 22 Januari 2023

Yayu Damayanti

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yayu Damayanti


Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Januari 1996
Alamat : Griya Mutiara Asri, Cluster Soka, Jl Soka Raya
Blok AD4 No.1, Bekasi

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 04 Sidareja, Cilacap


Lulus tahun 2006
2. SMP Negeri 01 Sidareja, Cilacap
Lulus Tahun 2009
3. SMA Negeri 01 Sidareja, Cilacap
Lulus tahun 2012
4. Akper Keperawatan RSP TNI AU Jakarta
Lulus tahun 2015

Riwayat Pekerjaan : 1. Perawat Siloam Hospital Lippo Village


( 2015 – 2017 )
2. Perawat Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
(2017 – Sekarang )

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunianya sehingga Proposal Skripsi dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks dengan
Pelaksanaan IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat) pada Wanita Usia Subur
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat”.
Proposal Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Skripsi pada
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
Peneliti menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan
sampai selesainya Proposal Skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1. drg. Mira Dyah Utami, MARS, selaku Direktur Utama PERTAMEDIKA/IHC
dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefudin., SH., MM., CHRP., CHRA, selaku Ketua Pengurus
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA dan Pembimbing Skripsi yang
dengan kesabaran dan kebaikkannya telah membimbing penulis selama proses
penelitian ini.
5. Sri Martini, SE., MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA
6. Achirman, SKM., M.Kep, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp, M.Si., M.Kep selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA .
8. Ns. Gaung Eka Ramadhan, S.Kep., MKM, selaku penguji 1, sidang proposal
skripsi yang dengan kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis.
9. Ns. Ratna Sari Dinaryanti, M.Kep., Sp.KMB, selaku penguji 2, sidang proposal
skripsi yang dengan kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis.
10. Ns. Devi Trianingsih, S.Kep, M.Kep selaku PA Program Studi S1 Keperawatan
Non Reguler Kelas A yang selalu memberi support

ix
11. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
12. dr. Ovi Norfiana, MKM , selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Jakarta Pusat yang sudah mengizinkan diadakannya penelitian ini.
13. Yanti Noviyanti Sri Puji Astuti, S.Kom, MAP, selaku Kepala Sub Bagian Tata
Usaha Puskesmas Kecamatan Tanah Abang yang sudah mengizinkan
diadakannya penelitian ini.
14. dr. Dwi Maisa Mawarti Selaku Kepala Satuan Pelayanan UKP yang sudah
mengizinkan diadakannya penelitian ini.
15. Bapak Sutopo dan Ibu Dariyem (Alm) selaku orang tua yang memberi support
dan mendoakan.
16. Kolonel Kes Seno Hadi., SKM, M.Si dan Ns. Wahyuni Dwi Rahayu, S.Kep,
M.Kep (Wali Orang Tua) yang selalu mendukung, memberi semangat dan
mendoakan agar penelitian ini selesai tepat pada waktunya.
17. Terimakasih kepada koordinator Unit Pelayanan Penyakit Tidak Menular
Kecamatan Tanah Abang yang sudah membantu terlaksananya proposal ini.
18. Teman-teman satu ruangan Unit Penyakit Tidak Menular, Tindakaa, Jiwa, dan
Psikologi Klinis yang selalu support selama proposal ini.
19. Para Pejuang Toga khususnya mahasiswa NR 15 yang selalu saling
menguatkan dan mengingatkan sehingga penelitian ini dapat selesai .
20. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi sehingga selesainya penelitian ini

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini banyak sekali


kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan penulisan dan penyusunan hasil penelitian dimasa mendatang

Jakarta, 22 Januari 2023

Yayu Damayanti

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vii
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xiv
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
BAB II ............................................................................................................... 11
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 11
A. Deskripsi Teoritis .................................................................................... 11
B. Kerangka Teoritis .................................................................................... 30
C. Penelitian Terkait ...................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III.............................................................................................................. 34
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL ......... 34
A. Kerangka Konsep .................................................................................... 34
B. Hipotesa .................................................................................................. 36
C. Definisi Operasional .................................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV ............................................................... Error! Bookmark not defined.
METODOLOGI PENELITIAN ........................... Error! Bookmark not defined.
A. Desain Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.

xi
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Error! Bookmark not
defined.
C. Tempat Penelitian...................................... Error! Bookmark not defined.
D. Waktu Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.
E. Etika Penelitian ......................................... Error! Bookmark not defined.
F. Alat Pengambilan Data/Instrumen Penelitian ........... Error! Bookmark not
defined.
G. Prosedur Pengumpulan Data ...................... Error! Bookmark not defined.
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........ Error! Bookmark not defined.
BAB V............................................................................................................... 52
HASIL PENELITIAN........................................................................................ 52
A. Analisis Data ........................................................................................... 52
B. Analisa Bivariat....................................................................................... 55
BAB VI ............................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ................................................................................................ 56
A. Interpretasi dan Hasil Diskusi .................................................................. 56
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 63
BAB VII ............................................................................................................ 64
PENUTUP ......................................................................................................... 64
A. Simpulan ................................................................................................. 64
B. Saran ....................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 32


Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Tingkat Pengetahuan ...................................... 40
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia .......................................... 47
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan ................................. 48
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Status Pernikahan………………48
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Status Pekerjaan ........................ 48
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pengetahuan ................. 49
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan IVA ........................................... 50
Tabel 5.7 Hubungan anatara Tingkat Pengetahuan dengan ............................ 50
Pelaksanaan IVA .......................................................................................... 50

xiii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Riwayat Alami kanker serviks ................................................... 12


Skema 2.2 Kerangka Teoritis ...................................................................... 27
Skema 2.2 Kerangka Konsep ...................................................................... 30

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker adalah pertumbuhan sel secara tidak wajar atau secara tidak terkontrol,
sehingga dapat merusak jaringan yang berada disekitarnya serta dapat menjalar
ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut dengan metastasis, World Health
Organization (WHO, 2013).

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh pada serviks yang merupakan
pintu masuk kearah rahim (uterus) yang terletak antara rahim dan liang
senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur diatas 30 tahun, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker
serviks juga dapat terjadi pada wanita yang berumur antara 22 sampai 55 tahun
(Diananda, 2009).

Berdasarkan data WHO penyakit kanker merupakan penyebab kematian


terbanyak di dunia, dimana kanker sebagai kematian nomor 2 didunia sebesar
13% setelah penyakit kardiovaskular. Setiap tahun, 12 juta orang di dunia
menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Diperkirakan pada
tahun 2030 kejadian tersebut dapat mencapai hingga 26 juta orang dan 17 juta
diantaranya meninggal dunia akibat kanker, terlebih untuk Negara miskin dan
berkembang kejadiannya akan lebih cepat. (Kemenkes RI, 2014)

Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013


prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk.
Prevalensi kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,1 permil), Jawa
Tengah (2,1 permil), Bali (2 permil) Bengkulu dan DKI Jakarta masing-masing
(1,9 permil). Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker
payudara dan kanker leher Rahim (serviks) sedangkan pada laki-laki adalah
kanker paru dan kanker kolorektal. Berdasarkan estimasi Globocan,
International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insidens

1
2

kanker di Indonesia 134 per 100.000 penduduk dengan insidens tertinggi pada
perempuan adalah kanker payudara sebesar 40 per 100.000 penduduk dengan
kanker serviks 17 per 100.000. (Kemenkes, 2014)

Hingga saat ini kanker serviks masih merupakan salah satu penyebab kematian
tertinggi di negara berkembang. Kanker ini dapat dicegah bila program
skrining dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahunnya
dijumpai sekitar 500.000 penderita baru 270.000 diantaranya meninggal setiap
tahunnya, diseluruh dunia dan umumnya terjadi di Negara berkembang.
Terdapat sekitar 15.000 kasus baru di Jakarta dan 1 orang perempuan setiap
hari meninggal dunia akibat kanker serviks. Perempuan usia 40-50 tahun
merupakan kelompok rawan dikarenakan kanker serviks sering diderita oleh
kelompok usia ini. Penyakit kanker merupakan penyakit tidak menular yang
ditandai dengan adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh
cepat tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh
penderita. (Yayasan Kanker Indonesia, 2014). Meskipun kanker merupakan
penyakit yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti, namun dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti merokok/terkena paparan asap rokok,
mengkonsumsi alkohol, paparan sinar ultraviolet pada kulit, obesitas dan diet
tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan infeksi yang berhubungan dengan
kanker. Para ahli memperkirakan bahwa 40% kanker dapat dicegah dengan
mengurangi faktor terjadinya kanker tersebut. (Kemenkes RI, 2015)

Kanker menyerang siapa saja baik pria maupun wanita, anak-anak ataupun
dewasa. Jenis kanker yang sering dialami oleh wanita adalah kanker payudara,
kanker leher rahim (serviks), kanker colorektum, kanker ovarium, kanker
paru.(Kemenkes RI, 2014). Menurut Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2017 Kanker
leher rahim (serviks) adalah keganasan yang terjadi dan berasal dari sel leher
rahim , hampir semua kanker leher Rahim disebabkan oleh infeksi Human
Papiloma Virus (HPV). Sedangkan menurut Yayasan Kanker Indonesia, 2014
Kanker serviks adalah keganasan primer dari serviks (kanalis dan atau porsio).
3

Yang paling umum adalah jenis epithelial seperti skuamosa, adenoma, dan
jenis campuran.

Faktor risiko kanker serviks dibagi dalam dua kategori. Risiko mayor adalah
infeksi Human Papiloma Virus (HPV) terutama tipe 16 dan 18, merupakan
penyebab utama kanker serviks. HPV sendiri ditransmisikan melalui hubungan
seksual. Risiko minor kanker serviks adalah : menikah muda (<20 tahun),
memiliki banyak pasangan seksual (baik perempuan maupun pasangannya),
terpapar Infeksi Menular Seksual (IMS), memakai pil kontrasepsi jangka
panjang, merokok, defisiensi vitamin A/C/E. (Yayasan Kanker Indonesia,
2014)

Kanker leher Rahim (serviks) stadium dini jarang memberikan gejala, pada
stadium yang lebih tinggi pun dimana kanker menembus stroma saja masih
mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda dini kanker serviks umumnya tidak
spesifik, seperti secret vagina yang agak banyak dan berbau, kadang-kadang
dengan bercak perdarahan. Pada umumnya tanda yang sangat minimal ini
sering diabaikan penderita. Pada fase lebih lanjut sebagai akibat nekrosis dan
perubahan-perubahan proliferative jaringan serviks timbul keluhan-keluhan
sebagai berikut perdarahan vaginal yang abnormal, perdarahan kontak,
keputihan yang abnormal, gangguan miksi (disuria), gangguan defekasi, nyeri
di perut bawah atau menyebar, limfedema. (Yayasan Kanker Indonesia, 2014)

Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar keluar dari serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis, dapat dijumpai tanda lainnya seperti
nyeri yang menjalar ke panggul atau kaki. Beberapa penderita mengeluhkan
nyeri berkemih, hematuria, perdarahan rektum sampai sulit berkemih dan susah
buang air besar. Hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul atau
nervus iskhiadus. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai bawah
menimbulkan edema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila telah terjadi
penyumbatan kedua ureter. (Yayasan Kanker Indonesia, 2014)
4

Pencegahan yang utama kanker serviks adalah tidak berperilaku seksual


berisiko untuk terinfeksi HPV seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual
dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 18 tahun),
selain itu juga menghindari risiko lain yang dapat memicu terjadinya kanker
seperti paparan asap rokok, meningkatkan daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan banyak mengandung
vitamin C, A dan asam folat. (Yayasan Kanker Indonesia, 2014). Melakukan
skrining untuk menentukan apakah mereka telah terinfeksi HPV atau
mengalami lesi pra kanker yang harus dilanjutkan dengan pengobatan yang
sesuai bila ditemukan lesi. Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah
dikembangkan untuk beberapa tipe yaitu tipe 16 dan 18. Kendala utama
pelaksanaan vaksin saat ini adalah biaya yang masih mahal. (Kemenkes
RI,2014)

Program skrining sangatlah penting dalam upaya deteksi dini kanker serviks
dikarenakan semakin dini stadium yang ditemukan , semakin tinggi tingkat
keberhasilan pengobatan. Kanker serviks dapat dicegah dengan menemukan
lesi pra kanker dalam skrining yang kemudian ditatalaksana dengan baik.
Menjalani skrining pra kanker dianjurkan bagi semua perempuan berusia 20-
50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra kanker lebih
mungkin terdeteksi, biasanya 5 sampai 20 tahun lebih awal. (Kemenkes RI,
2014)

Perempuan yang disarankan untuk melakukan pemeriksaan lesi pra kanker


adalah berusia 20-50 tahun, berusia muda saat pertama kali melakukan
hubungan seksual (usia <20 tahun) mempunyai riwayat pernah mengalami
Infeksi Menular Seksual, Hasil Pap smear sebelumnya yang tak normal,
memiliki banyak anak, dan merokok. Selain itu, sangat disarankan pada ibu-
ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (HIV/AIDS) atau
menggunakan kortikosteroid secara kronis (misalnya pengobatan asma atau
lupus), dikarenakan mereka berisiko lebih tinggi terjadinya kanker serviks jika
mereka memiliki HPV. (Kemenkes RI, 2014)
5

Menurut Yayasan Kanker Indonesia (2014), metode skrining yang lazim


digunakan adalah test Pap Smear. Pemeriksaan Pap Smear adalah pemeriksaan
sitologis dari apusan sel-sel yang diambil dari leher rahim. Slide diperiksa oleh
teknisi sitologi atau dokter ahli patologi untuk melihat perubahan sel yang
mengindikasikan terjadinya inflamasi, displasia atau kanker. Test Pap Smear
di Indonesia ternyata masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya, dimana
tenaga ahli sitologi masih kurang sehingga tidak bisa dilakukan secara masal
dan masih mahalnya reagen.

Saat ini di negara-negara berkembang telah diperkenalkan suatu metode yang


diyakini dapat mengatasi masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan test Pap
Smear. Metode ini disebut sebagai Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).
Metode ini sangat mudah dan murah karena hanya menggunakan asam asetat
(asam cuka) yang harganya murah serta menggunakan alat pemriksaan yang
sederhana, hasilnya pun dapat langsung diketahui saat itu juga. Berdasarkan
hasil penelitian, ternyata sensitivitas dan spesifisitas IVA tidak jauh beda
dengan test Pap Smear. Oleh karena itu metode IVA harus diperkenalkan
secara luas di Indonesia. (Program Pecegahan Kanker Serviks, 2014).

Pemerintah Indonesia menargetkan minimal 80% wanita usia 20-50 tahun


melakukan deteksi dini setiap 5 tahun. Jumlah wanita Indonesia yang telah
melakukan deteksi dini sebanyak 575.503 orang dengan hasil IVA positif
sampai tahun 2012 sebanyak 25.805 wanita dan 666 wanita suspek kanker
serviks. (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan DKI Jakarta
tahun 2022, bahwa Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah dilakukan
pemeriksaan IVA berjumlah 70.200 orang sedangkan jumlah WUS yang
diterdata berjumlah 1.758,565 orang atau sekitar 3,99 % sedangkan prevalensi
WUS yang sudah dilakukan pemeriksaan IVA di wilayah Kota Administrasi
Jakarta Pusat yaitu 4,05 % dengan hasil IVA positif 1,32 %.
6

Belum tercapainya target pemeriksaan IVA disebabkan kurangnya


pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks, keengganaan WUS
diperiksa karena malu. Penyebab lainnya seperti keraguan akan pentingnya
pemeriksaan, kurangnya pengetahuan, serta ketakutan merasa sakit saat
pemeriksaan, (Irawan, 2010). Faktor - faktor yang berhubungan dengan
perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker serviks adalah sikap, pengetahuan,
dan usia ibu. Dari ketiga faktor tersebut sikap merupakan faktor yang paling
mempengaruhi ibu untuk melakukan pemeriksaan IVA. Wanita yang bersikap
negatif terhadap pemeriksaan IVA disebabkan oleh kurangnya informasi
mengenai pentingnya pemeriksaan IVA dan dari sikap yang negatif itu wanita
menyepelekan pentingnya pemeriksaan IVA. Informasi tentang kanker serviks
dan deteksi dini dapat diperoleh melalui TV, radio, brosur, leaflet, teman,
keluarga, bahkan petugas kesehatan termasuk kader. Sedangkan
pendidikan,pekerjaan, dukungan tenaga kesehatan dan dukungan
suami/keluarga tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku ibu dalam
pemeriksaan IVA. (Tarigan, 2014)

Kanker serviks adalah kanker yang menjadi ancaman berbahaya bagi wanita
yang menyerang organ reproduksi. faktor-faktor yang mempengaruhi Belum
tercapainya target pemeriksaan IVA dalam deteksi dini kanker serviks pada
PUS. Perilaku pemeriksaan IVA dalam deteksi dini kanker serviks pada
perilaku positif, yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan pengetahuan
tentang pemeriksaan IVA. (Retno Palupi Siwi, 2017).

Pengetahuan tentang kanker serviks di Indonesia masih tergolong rendah,


hanya sekitar 2% dari wanita Indonesia yang tahu tentang kanker serviks.
(Retnosari, 2006). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
7

melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).


(Notoatmodjo, 2010)

Menurut Meliono faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu,


pendidikan, media dan keterpaparan informasi. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003)

Penelitian yang dilakukan oleh Mirayashi tahun 2014 menyimpulkan terdapat


hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks
dan keikutsertaan melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Aliyanyang
Pontianak. Penelitian yang dilakukan oleh Maharsie pada tahun 2012 dengan
judul hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan
keikutsertaan ibu melakukan IVA test di Kelurahan Jebres Surakarta.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sari 2021 dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS) dalam melakukan deteksi dini
kanker serviks metode IVA di Puskesmas Glugur Darat tahun 2021.

Study pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Kecamatan Tanah


Abang Jakarta Pusat didapatkan data Pemeriksaan IVA di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang pada tahun 2022 bulan Januari sampai dengan bulan
September Sasaran Wanita Usia Subur sebanyak 28.209 orang dengan target
sasaran IVA tes sebanyak 21.159 orang, yang sudah dilakukan IVA tes
sebanyak 604 orang atau 2,8% dari target dengan hasil IVA positif sebanyak
24 orang kemudian dirujuk ke RS tipe C dan B untuk penanganan selanjutnya.
Belum tercapainya target pemeriksaan IVA. Hasil dari wawancara didapatkan
data dari 15 orang wanita usia subur didapatkan 2 orang yang mengetahui
tentang pengertian, faktor resiko, perjalanan penyakit, klasifikasi, tanda gejala
dan cara pencegahan kanker serviks dan pemeriksaan IVA yaitu 1 orang yang
mau melaksanakan pemeriksaan IVA dan 1 orang belum mau melaksanakan
IVA karena masih takut, 13 orang tidak tahu tentang pengertian, syarat
pemeriksaan , langkah-langkah pelaksanaan IVA, langkah-langkah test IVA
8

dan klasifikasi dari hasil test IVA. Berdasarkan data di atas penyebab belum
tercapainya target pemeriksaan IVA karena kurangnya pengetahuan tentang
pengertian, faktor resiko, perjalanan penyakit, klasifikasi, tanda gejala, cara
pencegahan kanker serviks kanker serviks dan pengertian, syarat pemeriksaan
, langkah-langkah pelaksanaan IVA, langkah-langkah test IVA, klasifikasi dari
hasil test IVA. Sehingga kurang kepedulian Wanita Usia Subur melakukan
pemeriksaan dini.

Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan tentang Kanker Serviks dengan
pelaksanaan pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang.

B. Perumusan Masalah
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh pada serviks yang merupakan
pintu masuk kearah rahim (uterus) yang terletak antara rahim dan liang
senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur diatas 30 tahun, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker
serviks juga dapat terjadi pada wanita yang berumur antara 22 sampai 55 tahun
(Diananda, 2009). Menurut Yayasan Kanker Indonesia, 2014 metode skrining
yang lazim digunakan adalah test Pap Smear. Pemeriksaan Pap Smear adalah
pemeriksaan sitologis dari apusan sel-sel yang diambil dari leher rahim. Slide
diperiksa oleh teknisi sitologi atau dokter ahli patologi untuk melihat
perubahan sel yang mengindikasikan terjadinya inflamasi, displasia atau
kanker. Test Pap Smear di Indonesia ternyata masih memiliki kendala dalam
pelaksanaannya, dimana tenaga ahli sitologi masih kurang sehingga tidak bisa
dilakukan secara masal dan masih mahalnya reagen.

Saat ini di negara-negara berkembang telah diperkenalkan suatu metode yang


diyakini dapat mengatasi masalah yang ditemukan dalam peaksanaan test Pap
Smear. Metode ini disebut sebagai Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).
Metode ini sangat mudah dan murah karena hanya menggunakan asam asetat
9

(asam cuka) yang harganya murah serta menggunakan alat pemriksaan yang
sederhana, hasilnya pun dapat langsung diketahui saat itu juga. Berdasarkan
hasil penelitian, ternyata sensitivitas dan spesifisitas IVA tidak jauh beda
dengan test Pap Smear. Oleh karena itu metode IVA harus diperkenalkan
secara luas di Indonesia. (Program Pecegahan Kanker Serviks, 2014).

Program skrining sangatlah penting dalam upaya deteksi dini kanker serviks,
dikarenakan semakin dini stadium ditemukan, semakin tinggi tingkat
keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
asetat) merupakan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks yang paling cocok
di negara berkembang karena sangat mudah, murah, bisa dilakukan , hasilnya
pun bisa diketahui saat itu juga. Namun pada pelaksanaannya, jumlah wanita
usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA masih kurang dikarenakan
kurang pengetahuan tentang kanker serviks, merasa malu, merasa belum
penting melakukan pemeriksaan IVA, dan takut terjadi nyeri. Berdasarkan data
tersebut, Apakah Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker
Serviuks dengan Pelaksanaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat pada
Wanita Usia Subur di Puskesmas Kecamatan tanah Abang?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan tentang Kanker serviks dengan pelaksanaan tes IVA pada
Wanita Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia, status pernikahan,
pendidikan dan pekerjaan) di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tanah Abang.
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan responden tentang Kanker
serviks di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.
c. Mengidentifikasi pelaksanaan tes IVA pada responden di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.
10

d. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan responden tentang


kanker serviks dengan pelaksanaan tes IVA di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat untuk Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang
kanker serviks, IVA test dan memberikan informasi serta masukan objektif
pada pelayanan kesehatan terutama Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
mengenai kurang pengetahuan dan pelaksanaan pemeriksaan IVA pada
wanita usia subur dan wanita usia subur yang tidak melakukan pemeriksaan
IVA.
2. Manfaat untuk Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan informasi terutama
dalam ilmu keperawatan terkait dengan masalah kurang pengetahuan dan
pelaksanaan pemeriksaan IVA pada wanita usia subur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas konsep wanita usia subur, konsep kanker serviks,
konsep pemeriksaan IVA dan konsep tingkat pengetahuan.

A. Deskripsi Teoritis
1. Wanita Usia Subur (WUS)
a. Pengertian Wanita Usia Subur
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(2011), Wanita Usia Subur adalah wanita yang berumur 20-50 tahun baik
yang berstatus kawin, belum kawin, atau janda.

Wanita Usia Subur (WUS) menurut Kemenkes RI (2011) adalah semua


wanita yang telah memasuki usia antara 15-49 tahun tanpa
memperhitungkan status perkawinannya.

Yang dimaksud Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan
organ reproduksinya berfungsi baik antara umur 20-45 tahun. Puncak
kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita
memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an tahun
prosentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40
tahun, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40
tahun wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.
Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting
untuk diketahui (Suparyanto, 2011)

b. Organ Reproduksi
Organ reproduksi pada wanita terdiri atas ovarium, tuba Fallopi, uterus
dan vagina. Ovarium terletak di bawah perut, dan berfungsi sebagai
tempat produksi ovum (Sel Telur). Tuba Fallopi (saluran telur atau
oviduk) berbentuk seperti pipa dan ujungnya berbentuk corong dengan
rumbai-rumbai. Rumbai ini berfungsi untuk menangkap ovum yang

11
12

dilepaskan ovarium. Uterus atau rahim merupakan tempat tumbuh dan


berkembangnya janin. Vagina merupakan tempat keluarnya bayi saat
dilahirkan. Proses reproduksi pada manusia diawali dengan pembentukan
sel kelamin pada laki-laki dan perempuan. (Wikniosastro, 2015)

Menurut Wiknisosatro, 2015 Gangguan Sistem Reproduksi Wanita


terdiri dari :
1) Keputihan
2) Vaginitis
3) Bartolinitis
4) Kanker Serviks

2. Kanker Serviks
a. Pengertian Kanker Serviks
Kanker adalah pertumbuhan sel secara tidak wajar atau secara tidak
terkontrol, sehingga dapat merusak jaringan yang berada disekitarnya serta
dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut dengan
metastasis, World Health Organization (WHO, 2013).

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh pada serviks yang
merupakan pintu masuk kearah rahim (uterus) yang terletak antara rahim
dan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang
telah berumur diatas 30 tahun, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa
kanker serviks juga dapat terjadi pada wanita yang berumur antara 22
sampai 55 tahun (Diananda, 2009).

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim),
tetapi terbentuknya sangat perlahan. Awalnya beberapa sel berubah dari
normal menjadi sel-sel prakanker, baru kemudian menjadi sel kanker.
Terjadinya bertahun-tahun. Namun, ada kalanya terjadi lebih cepat yang
sering disebut displasia (Soebachman, 2011).
13

Kanker serviks adalah proses keganasan atau bisa disebut juga tumbuhnya
tumor ganas pada leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina) sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya (Sukaca, 2009; Nugroho dan
Utama, 2014).
Kanker serviks adalah keganasan primer dari serviks (kanalis servikalis
dan atau poriso). (Yayasan Kanker Indonesia, 2014)

b. Faktor risiko Kanker Serviks


Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks.
Menurut Yayasan Kanker Indonesia, 2014 faktor risiko kanker serviks
dibagi dalam dua kategori :
1) Risiko mayor
Infeksi Human Papiloma Virus (HPV), terutama tipe 16 dan 18,
merupakan penyebab utama kanker serviks. HPV sendiri
ditransmisikan melalui hubungan seksual.
Hampir setiap 1 dari 10 orang perempuan yang terinfeksi HPV akan
mengalami perubahan menjadi lesi pra kanker atau dispalsia pada
jaringan epitel rahim.

2) Risiko Minor
a. Pola hubungan seksual dan hubungan seksual dengan pria
yang mempunyai pasangan seksual lebih dari satu.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara lesi pra kanker dan kanker serviks dengan
aktivitas seksual pada usia dini, khususnya sebelum umur 17
tahun. Hal ini diduga ada hubungan dengan belum matangnya
daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos.
Frekuensi hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih
tingginya risiko pada usia, tetapi tidak pada kelompok usia lebih
14

tua. Jumlah pasangan seksual menimbulkan konsep pria berisiko


tinggi sebagai vektor yang dapat menimbulkan infeksi yang
berkaitan dengan penyakit hubungan seksual. (Suwiyoga, 2007)
b. Paritas

Kanker serviks sering terjadi pada wanita yang sering


melahirkan. Semakin sering melahirkan, semakin besar risiko
mendapatkan kanker serviks. Paritas dapat meningkatkan insiden
kanker serviks, lebih banyak merupakan refleksi dari aktivitas
seksual dan saat mulai kontak seksual pertama kali daripada
akibat trauma persalinan. Pada wanita dengan paritas 5 atau lebih
mempunyai risiko terjadinya kanker serviks 2,5 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita dengan paritas 3 atau kurang.
(Suwiyoga, 2007)
c. Merokok
Dilihat dari segi epidemiologinya, perokok aktif dan pasif
berkontribusi pada perkembangan kanker serviks yaitu 2 sampai
5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak perokok. Pada
wanita yang merokok terdapat nikotin yang bersifat ko
karsinogen di cairan serviksnya sehingga dapat mendorong
terjadinya pertumbuhan kanker. (Suwiyoga, 2007)
d. Kontrasepsi Oral
Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih
dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. World
Health Organization (WHO) melaporkan risiko relatif pada
pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat
sesuai dengan lamanya pemakaian. (Sjamsuddin, 2001)
e. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
terjadinya kanker serviks. Pernyataan tersebut diperkuat dengan
adanya penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih
prevalen pada wanitadengan tingkat pendidikan dan pendapatan
15

yang rendah. Adanya kaitan yang erat antara status sosial


ekonomi rendah dengan status gizi karena status gizi
berhubungan dengan daya tahan tubuh baik terhadap infeksi
maupun kemampuan untuk melawan keganasan. (Suwiyoga,
2007)

c. Perjalanan Penyakit Kanker Serviks

Servik Normal
60% membaik dlm
Infeksi HPV
waktu 2-3 tahun
Perubahan yang berkaitan dg HPV

Sekitar 15% berkembang dalam 3-4 tahun

Lesi Derajat Rendah


Kofaktor
HPV
30%-70% berkembang dalam 10 tahun Resiko
Tinggi
Lesi Derajat Tinggi

Kanker Invasif

Skema 2.1 Riwayat Alami kanker serviks Sumber : DepKes RI, 2009

HPV menyerang seorang perempuan, virus ini akan langsung melekat


pada sel yang berada pada lapisan basal dari epitel serviks. Virus tersebut
akan mengakibatkan terjadinya kelainan pada sel-sel yang disebut
displasia yang disebut juga sebagai CIN (Cervikal Intrapitheal Neoplasia)
atau NIS (Neoplasia Intraepelital Serviks). Berdasarkan kesepakatan,
untuk mempermudah penilaian NIS dibagi menjadi 3 (NIS 1,2,3) sesuai
dengan peningkatan derajat keparahan displasia.
16

Pada umumnya sekitar 60% perempuan yang terinfeksi dapat sembuh


sendiri sekalipun sudah mencapai stadium NIS 1. Setelah 3-4 tahun
sebanyak 15% dari perempuan dengan NIS 1 akan mengalami progesi
kearah NIS 2 atau 3 atau karsinoma insitu. Dalam waktu 10 tahun sekitar
30-70% akan menjadi kanker serviks yang invasif. Dengan demikian itu
perlu sekitar 10-15 tahun sejak awal terjadinya infeksi HPV hingga
munculnya kanker serviks. Jangka waktu itu adalah masa dimana kita
melakukan pencegahan terhadap kanker serviks. Salah satu caranya adalah
dengan melakukan skrining untuk mendeteksi adanya kelainan pada
serviks akibat virus tersebut. (Yayasan Kanker Indonesia, 2014)

Displasia dibagi menjadi 3 tipe yaitu ringan, sedang dan berat. Sekarang
ini, tipe displasia dibagi 2 yaitu Low Grade Squamous Intraepithelial
Lesion (displasia ringan) dan High Grade Squamous Intraepithelial Lesion
(dysplasia, sedang dan berat). Displasia ringan dapat kembali ke sel
normal tanpa pengobatan dengan persentase lebih dari 70%, meskipun
demikian dysplasia ringan juga dapat berkembang menjadi kanker.
Displasia sedang dan berat harus segera diobati bila ditemukan karena
peluang untuk menjadi kanker jauh lebih besar dibanding displasia ringan.
Beberapa penelitian menunjukkan persentase kejadian kanker serviks
pasca displasia adalah 12 % setelah 5 tahun, 18 % setelah 10 tahun dan 30
% setelah 20 tahun (Sanif, 2002)

d. Klasifikasi Kanker Leher Rahim


Histopatologi kanker serviks dibagi menjadi empat klasifikasi
(dikutip dari Yantiningsih, 2000) yaitu:
1) Stadium I : Kanker hanya terbatas pada daerah mulut dan leher rahim
(serviks). Pada stadium ini dibagi dua. Pada stadium I-A baru didapati
karsinoma mikro invasive di mulut rahim. Pada stadium I- B kanker
sudah mengenai leher rahim.
2) Stadium II : Kanker sudah mencapai badan rahim (korpus) dan
sepertiga vagina. Pada stadium II-A, kanker belum mengenai jaringan
17

- jaringan di seputar rahim (parametrium). Stadium II-B mengenai


parametrium.
3) Stadium III : Pada stadium III-A, kanker sudah mencapai dinding
panggul. Stadium III-B kanker mencapai ginjal.
4) Stadium IV : Pada stadium IV-A, kanker menyebar ke organ-organ
terdekat seperti anus, kandung kemih, ginjal, dan lain-lain. Pada
stadium IV-B, kanker sudah menyebar ke organ-organ jauh seperti hati,
paru-paru, hingga otak.

e. Gejala dan Tanda


Kanker serviks stadium dini sangat jarang memberikan gejala. Pada
stadium yang lebih tinggi pun dimana kanker sudah menembus stroma saja
tidak menimbulkan gejala. Tanda dini kanker serviks umumnya tidak
spesifik, seperti secret vagina yang agak banyak dan agak berbau, kadang-
kadang dengan bercak darah. Pada umumnya tanda yang sangat minimal
ini sering diabaikan penderita. Pada fase lebih lanjut sebagai akibat
nekrosis dan perubahan-perubahan proliferative jaringan serviks timbul
keluhan-keluhan sebagai berikut perdarahan vaginal yang abnormal,
perdarahan kontak, keputihan yang abnormal, gangguan miksi (disuria),
gangguan defekasi, nyeri di perut bawah atau menyebar, limfedema.
(Yayasan Kanker Indonesia, 2014)

Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar keluar dari serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis, dapat dijumpai tanda lainnya seperti
nyeri yang menjalar ke panggul atau kaki. Beberapa penderita
mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, perdarahan rektum sampai sulit
berkemih dan susah buang air besar. Hal ini menandakan keterlibatan
ureter, dinding panggul atau nervus iskhiadus. Penyebaran ke kelenjar
getah bening tungkai bawah menimbulkan edema tungkai bawah, atau
terjadi uremia bila telah terjadi penyumbatan kedua ureter. (Yayasan
Kanker Indonesia, 2014)
18

f. Cara Mencegah Kanker Serviks


(Menurut Kemenkes RI, 2014) :
1) Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual berisiko untuk
terinfeksi HPV seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual dan tidak
melakukan hubungan seksual pada usia dini.
2) Selain itu juga menghindari factor risiko lain yang dapat memicu
terjadinya kanker seperti paparan asap rokok, menindak lanjuti hasil
pemeriksaan Pap smear dan IVA dengan hasil posistif , dan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang dan banyak mengandung vitamin C, A dan asam
folat
3) Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah mereka
telah terinfeksi HPV atau mengalami lesi pra kanker yang harus
dilanjutkan dengan pengobatan yang sesuai bila ditemukan lesi
4) Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan untuk
beberapa tipe yaitu bivalen (tipe 16 dan 18) atau kuadrivalen (tipe
6,11,16,18). Kendala utama pelaksanaan vaksin saat ini adalah biaya
yang sangat mahal.

g. Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan yang dianjurkan International Federation of
Gynecologists and Obstetricians Staging System for Cervical Cancer
(FIGO) adalah pemeriksaan klinis yang merupakan dasar penentuan
stadium. Pemeriksaan tersebut terdiri dari :
1) Test HPV
Menggunakan teknik pemeriksaan molekuler, DNA yang terkait
dengan HPV diuji dari sebuah contoh sel yang diambil dari leher serviks
atau liang senggama.
2) Tes Pap Smear
Pemeriksaan sitologis dari asupan sel-sel yang diambil dari serviks.
Slide diperiksa oleh teknisi sitologi atau dokter ahli patologi untuk
19

melihat perubahan sel yang mengindikasikan terjadinya inflamasi,


dysplasia atau kanker.
3) Tes IVA
Pemeriksaan inspeksi visual dengan mata telanjang (tanpa pembesaran)
seluruh permukaan serviks dengan bantuan asam asetat/cuka yang
diencerkan. Pemeriksaan dilakukan tidak dalam keadaan hamil maupun
haid.
4) Servikografi
Kamera khusus digunakan untuk memfoto serviks. Film dicetak dan
foto diinterpretasikan oleh petugas terlatih. Pemeriksaan ini terutama
digunakan sebagai tambahan dari deteksi dini dengan menggunakan
IVA, tetapi dapat juga sebagai skrining primer.
5) Kolposkopi
Pemeriksaan visual bertenaga tinggi (pembesaran) untuk melihat
serviks, bagian luar dank anal bagian dalam serviks. Biasanya disertai
biopsy jaringan ikat yang tampak abnormal. Terutama digunakan untuk
mendiagnosa.

h. IVA
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) tes adalah tes visual dengan
menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iodium
lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah
dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami
displasia sebagai salah satu metode skrining kanker serviks. Pemeriksaan
ini tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah
zona transisional seringkali terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak
dengan pemeriksaan inspekulo (Laras, 2009).

Inspeksi Visual Asetat (IVA) yaitu suatu metode pemeriksaan dengan


mengoles serviks atau leher Rahim menggunakan lidi wotten yang telah
dicelupkan kedalam asam asetat / asam cuka 3-5% dengan mata telanjang.
Daerah yang tidak normal akan berubah menjadi putih ( acetowhite )
20

dengan batas yang tegas, dan mengindikasi bahwa serviks memiliki lesi
prakanker. Jika tidak ada perubahan warna, maka dianggap tidak ada
infeksi pada serviks. ( Kumalasari & Andhyatoro 2010 )
Kelebihan tes IVA adalah kesederhanaan teknik , biaya yang murah,
kemampuan untuk memberikan hasil yan segera, dapat dilakukan secara
masal.
Pemeriksaan IVA bagi semua perempuan berusia 20-50 tahun, perempuan
yang disarankan melakukan pemeriksaan IVA yaitu,
1) Berusia 20-50 tahun
2) Berusia muda saat pertama kali melakukan hubunga seksual (usia <20
tahun)
3) Memiliki banyak pasangan seksual
4) Mempunyai riwayat pernah mengalami IMS
5) Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal.
6) Memiliki banyak anak
7) Merokok
8) Ibu-ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh
(HIV/AIDS)
9) Perempuan yang mengkonsumsi kortikosteroid secara berhari-hari
10) Tes IVA dapat dilakukan kapan saja bahkan dalam siklus
menstruasi, pada saat kehamilan, dan saat asuhan nifas atau paska
keguguran.

Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada


serviks. tersebut menunjukan perubahan pada sel-sel yang menutupi
serviks dengan menghasilkan reaksi plak putih (acetowhite). Pertama-
tama petugas melakukan menggunakan speculum untuk memeriksa
serviks. Lalu dibersihkan untuk menghilangkan cairan keputihan
(discharge), kemudian asam asetat dioleskan secara merata pada serviks.
Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK diperiksa untuk melihat
apakah terjadi perubahan kea rah plak putih (acetowhite). Hasil tes positif
21

atau negatif harus dibahas bersama, dan pengobatan sebaiknya harus


diberikan setelah konseling, jika diperlukan dan tersedia.

Langkah-langkah pelaksanaan IVA test menurut DepKes RI, (2009)


adalah sebagai berikut:
1) Asesmen Klien dan Persiapan
a) Langkah 1
Sebelum melakukan test IVA, diskusikan tindakan dengan
ibu/klien. Jelaskan mengapa test tersebut dianjurkan dan apa yang
akan dilakukan saat pemeriksaan. Jelaskan juga mengenai sifat
temuan yang mungkin dan tindak lanjut atau pengobatan yang
mungkin diperlukan.
b) Langkah 2
Pastikan peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia. Bawa
ibu/klien keruang pemeriksaan, minta dia untuk BAK terlebih
dahulu. Minta ibu/klien untuk melepas pakaian (termasuk pakaian
dalam) sehingga dapat dilakukan pemeriksaan panggul dan test IVA.
c) Langkah 3
Bantu ibu/klien memposisikan dirinya di atas meja ginekologi,
tutup badan ibu dengan selimut, nyalakan lampu/senter dan arahkan
ke vagina ibu.
d) Langkah 4
Cuci tangan, lakukan palpasi perut
e) Langkah 5
Pakai sarung tangan
f) Langkah 6
Atur peralatan dan bahan pada nampan

2) Langkah-langkah Test IVA


a) Langkah 1
Periksa kemaluan bagian luar kemudian periksa mulut uretra apakah
ada keputihan. Lakukan palpasi Skene’s and Bartholin’s glands.
22

Katakan pada ibu/klien bahwa spekulum akan dimasukkan dan ibu


mungkin merasakan beberapa tekanan.
b) Langkah 2
Dengan hati-hati masukkan spekulum sepenuhnya atau sampai
terasa ada penolakan kemudian perlahan-lahan membuka
bilah/cocor untuk melihat serviks. Atur spkulum sehingga seluruh
serviks dapat terlihat. Hal tersebut mungkin sulit pada kasus-kasus
dimana serviks berukuran besar atau sangat anterior atau posterior.
Mungkin perlu menggunakan kapas lidi, spatula atau alat lain untuk
mendorong serviks dengan lembut ke atas atau ke bawah agar dapat
dilihat.
c) Langkah 3
Bila serviks dapat dilihat seluruhnya, kunci cocor spekulum dalam
posisi terbuka sehinggaakan tetap ditempat saat melihat serviks.
d) Langkah 4
Pindahkan sumber cahaya agar serviks dapat terlihat dengan jelas.
e) Langkah 5
Amati serviks dan periksa apakah ada infeksi (cervicitis) seperti
cairan putih keruh (mucopus), ektopi (ectropion), tumor yang terlihat
atau kista Nabothian, nanah atau lesi “strawberry” (infeksi
Trihomonas).
f) Langkah 6
Gunakan kapas lidi untuk membersihkan cairan yang keluar, darah
atau mukosa dari serviks. Buang kapas lidi ke dalam wadah tahan
bocor atau kantung plastik.
g) Langkah 7
Identifikasi cervical os dan SSK (sambungan skuamo kolumnar)
dan area sekitarnya.
h) Langkah 8
Basahkan kapas lidi ke dalam larutan asam asetat kemudian oleskan
pada serviks. Bila perlu gunakan kapas lidi bersih untuk mengulang
pengolesan asam asetat sampai serviks benar- benar telah diolesi
23

asam secara merata, buang kapas lidi yang telah dipakai.


i) Langkah 9
Setelah serviks dioles dengan larutan asam asetat, tunggu minimal 1
menit agar diserap dan sampai muncul reaksi acetowhite.
j) Langkah 10
Periksa SSK (sambungan skuamo kolumnar) dengan teliti, lihat
apakah serviks mudah berdarah, cari apakah ada plak putih yang
menebal atau epitel ecetowhite.
k) Langkah 11
Bila perlu oleskan lagi asam asetat atau usap dengan kapas lidi bersih
untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris yang terjadi saat
pemeriksaan dan yang mengganggu pandangan, buang kapas lidi
yang telah dipakai.
l) Langkah 12
Bila pemeriksaan visual pada serviks sudah selesai, gunakan kapas
lidi yang baru untuk menghilangkan asam asetat yang tersisa pada
serviks dan vagina, buang kapas lidi yang telah dipakai.
m) Langkah 13
Lepaskan spekulum secara halus, jika hasil test IVA negatif
letakkan spekulum ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi. Jika hasil positif dan setelah konseling klien
menginginkan pengobatan segera maka letakkan spekulum pada
nampan atau wadah agar dapat digunakan lagi saat krioterapi.
n) Langkah 14
Lakukan pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rectovaginal (jika
perlu), periksa kelembutan gerakan serviks, ukuran, bentuk dan
posisi uterus, kehamilan atau abnormalitas dan pembesaran uterus
atau kepekaan (tenderness) adneksa.

Klasifikasi Hasil Tes IVA menurut Yayasan Kanker Indonesia (2014)


a) Normal : licin, merah muda, bentuk porsio normal
24

b) Atopik : servisitis (inflamasi,hiperemis) banyak flour, ektropion,


polip
c) Abnormal : plak putih, tukak, epitel acetowhite (bercak putih)
d) Kanker Serviks : pertumbuhan seperti bunga kol, tukak menggaung,
pertumbuhan mudah berdarah.
Hasil IVA tes positif bukan menunjukan ada kanker serviks melainkan
lesi pra kanker keadaan ini masih dapat disembuhkan.

Menurut Samadi (2011), kriteria pemeriksaan IVA test atau hasil


pemeriksaan IVA test, dikelompokkan sebagai berikut :
a) Normal
b) Radang/Servitis/Atipik adalah gambaran tidak khas pada mulut
rahim akibat infeksi, baik akut maupun kronis pada mulut rahim.
c) IVA test positif/ditemukan bercak putih: berarti ditemukan lesi
prakanker.
d) Curiga kanker serviks

3) Faktor yang mendukung WUS (Wanita Usia Subur) melakukan


pemeriksaan IVA (Menurut sari, 2017) :

a) Faktor pendidikan

b) Pekerjaan
c) Usia
d) Status perkawinan
e) Keterpaparan informasi
f) Dukungan tenaga kesehatan
g) Jarak ke fasilitas kesehatan
h) KB
i) Merokok
j) Pola haid
k) Riwayat penyakit keluarga.
25

4) Masalah lain yang mempegaruhi pemeriksaan IVA (Menurut sari,


2017) :
a) Keengganan wanita diperiksa karena malu
b) Penyebab lain ialah kerepotan
c) Keraguan akan pentingnya pemeriksaan
d) Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan
e) Takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi
f) Ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan
g) Rasa segan diperiksa oleh dokter pria atau pun bidan
h) Kurangnya dorongan keluarga terutama suami

2. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya
perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia


melalui pengamatan panca indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya
(Meliono,2007)

Pengetahuan adalah suatu hal yang diketahui oleh seseorang yang


berkaitan dengan sehat, sakit ataupun kesehatan. Setiap orang memiliki
pengetahuan yang berbeda-beda tergantung penginderaan masing-masing
individu terhadap suatu hal (Notoatmojo, 2018).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi intensitas
26

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan


seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera
penglihatan (mata). (Notoatmodjo, 2010)

b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yang
bergerak dari yang sederhana sampai yang kompleks yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menyatakan.

2) Memahami (Understanding)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan
menjelaskan secara benar arti suatu bahan pelajaran atau tentang obyek
yang diketahui dan dapat diinterpretasikan materi tersebut secara benar,
seperti menafsirkan, menjelaskan, meringkas tentang sesuatu.
Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada tahu.

3) Penerapan (Application)
Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu
bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkrit, seperti
menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip, dan teori.
Kemampuan ini lebih tinggi nilainya dari pemahaman.

4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menggunakan atau menjabarkan
sesuatu ke dalam komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya
dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal masalah-
masalah, hubungan antar bagian, serta prinsip digunakan dalam
organisasi materi pelajaran.
27

5) Sintetis (Synthetic)
Kemampuan sintetis merupakan kemampuan untuk menghimpun
sesuatu ke dalam keseluruhan, seperti merumuskan tema, rencana, atau
melihat hubungan/ abstrak dari berbagai informasi atau fakta. Jadi
kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan
informasi dan fakta.

6) Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan untuk
membuat suatu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau
kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat bersifat internal dan
dapat bersifat relevan dengan maksud tertentu.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2003) :
1) Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh
Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia
mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk
menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.

2) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi
didukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin
seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang
diharapkan.
28

3) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle
Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan bahwa tidak
adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis
cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi
dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.

4) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal
ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua
seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau mahluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal,
umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga
waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari lahir
hingga semasa (masa kini).(Depkes,2009)

Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009) :


 Masa Balita : 0 – 5 tahun
 Masa Kanak-Kanak : 5 – 11 tahun
 Masa Remaja Awal : 12 – 16 tahun
 Masa Remaja Akhir : 17 – 25 tahun
 Masa Dewasa Awal : 26 – 35 tahun
 Masa Dewasa Akhir : 36 – 45 tahun
29

 Masa Lansia Awal : 46 – 55 tahun


 Masa Lansia Akhir : 56 – 65 tahun
 Masa Manula : 65 tahun sampai atas

Faktor External menurut Notoatmodjo (2003), antara lain :


1) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan
keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang tentang berbagai hal.

2) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut
apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang
berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media
massa.

3) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka
sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang.
30

d. Pengukuran Pengetahuan
Data yang bersifat kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan
data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau
pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan
dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah
dipersentasekan lalu ditafsirkan kedalam kalimat yang bersifat kualitatif.
Menurut Arikunto (2006) pengukuran pengetahuan seseorang data
diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif ,
dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1) Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan
2) Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan.
3) Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.

B. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Maharsie pada tahun 2012 dengan judul
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan
keikutsertaan ibu melakukan IVA test di Kelurahan Jebres Surakarta.
Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu usia
30-50 tahun sudah menikah dan belum berhenti haid (menopause). Sampel
dengan menggunakan rumus cochan diperoleh hasil sebanyak 66 responden.
Teknik pengambilan sampel menggunakan cluser random sampling. Uji
yang dilakukan adalah Chi square. Dari uji analisa tersebut diperoleh hasil
sebagai berikut hasil uji korelasi dengan menggunakan Chi square
didapatkan nilai P value = 0,000 <0,05. Dengan demikian, terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan tentang kanker serviks dengan
keikutsertaan IVA test.

2. Penelitian yang dilakukan Mirayashi tahun 2014 dengan judul hubungan


tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan keikutsertaan melakukan
pemeriksaan IVA di Puskesmas Alianyang Pontianak. Penelitian ini
merupakan studi analitik dengan metode potong lintang. Cara pemilihan
sampel adalah non-probability sampling dengan teknik purposive sampling.
31

Sebanyak 88 wanita berusia 25-49 tahun diwawancarai dengan


menggunakan kuesioner dan dianalisa dengan uji Chi-Square. Hasil uji Chi-
Square menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan
keikutsertaan dalam melakukan pemeriksaan inspeksi visual asetat
(p=0,009). Kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan tentang kanker serviks dan keikutsertaan dalam melakukan
pemeriksaan inspeksi visual asetat di Puskesmas Alianyang Pontianak.

3. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sari 2021 dengan judul faktor-faktor
yang mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS) dalam melakukan deteksi
dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas Glugur Darat tahun 2021.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross-Sectional. Populai
dalam penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) usia 25-50 tahun yang
telah menikah jumlah 274 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 93
responden, teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis dengan rumus
uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden tidak
reproduksi, mayoritas responden memiliki pengetahuan yang rendah,
mayoritas responden memiliki paritas >3. Ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan (p=0,000), sikap (0,0,00), jumlah paritas
(p=0,02), penggunaan KB (p=0,011), sumber informasi (p=0,003), dan
dukungan suami (0,000) dengan tindakan IVA. Tidak ada hubungan yang
signifikan antara variabel umur (p=0421), dan status pekerjaan (p=0,059)
dengan tindakan IVA. Dari penelitian ini, kesimpulannya adalah bahwa 73,1
% WUS tidak melakukan IVA karena kurangnya pengetahuan tentang IVA.
Saran untuk puskesmas sebaiknya mengikutsertakan suami WUS dalam
konseling agar suami memahami dan akhirnya memberikan dukungan dalam
melakukan pemeriksaan deteksi dini metode IVA.
32

4. Penelitian lain yang dilakukan oleh Masturoh tahun 2016 dengan judul
faktor-faktor yang mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS) dalam
melakukan deteksi dini kanker serviks metode IVA. Jenis penelitian ini
adalah kuantitatif dengan desain Cross-Sectional. Populai dalam penelitian
ini adalah 3.400. Sampel dalam penelitian ini adalah 163 responden, teknik
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan rumus uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan faktor yang mempengaruhi pemeriksaan
kanker serviks adalah pendidikan (p=0,000), pengetahuan (p=0,023), sikap
(p=0,005), dukungan petugas kesehatan (p=0,025), akses informasi
(p=0,029), akses menuju pelayanan kesehatan (p=0,007), dukungan teman
(p=0,000), dan tidak ada pengaruh antara dukungan suami (p=0,222), tidak
ada pengaruh antara keterjangkauan biaya dengan perilaku wanita usia subur
dalam pemeriksaan IVA(p=1,000). Diharapkan wanita usia subur
meningkatkan kesadaran untuk melakukan IVA tes guna mendeteksi dini
adanya kanker serviks.

5. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fauza tahun 2018 dengan judul faktor-
faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan wanita usia subur (WUS)
dalam Deteksi Dini Kanker Serviks metode IVA di Puskesmas Kota Padang
2018. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross-Sectional.
Populai dalam penelitian ini adalah 1000. Sampel dalam penelitian ini adalah
110 responden, teknik sampel yang digunakan adalah consecutive sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan
rumus uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,041), akses informasi
(p=0,000) dan dukungan suami (p=0,000) dengan keikutsertaan WUS dalam
deteksi dini kanker serviks metode IVA. Hasil analisis multivariat
menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi
keikutsertaan WUS dalam deteksi dini kanker serviks yaitu dukungan suami
(p=0,000) dan POR=46,693. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan,
sikap, akses informasi, dan dukungan suami. Disarankan Puskesmas dapat
33

meningkatkan sosialiasi dan promosi kesehatan yang dilakukan rutin


mengenai pentingnya melakukan deteksi dini kanker serviks metode IVA.

C. Kerangka Teoritis
Skema 2.2 Kerangka Teoritis Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
Kanker Seriks dengan Pelaksanaan IVA

Faktor Internal
Pengetahuan
WUS (Wanita Pemeriksaan IVA : 1. Pendidikan
Usia subur) : Metode pemeriksaan 2. Minat
dengan mengoles 3. Pengalaman
1. Wanita yang serviks menggunakan 4. Usia
berumur 20- kanker serviks : lidi wotten yang telah
50 tahun Tumor ganas dicelupkan kedalam
2. Baik yang yang tumbuh asam asetat
berstatus pada serviks Pengetahuan
kawin, belum Pelaksanaan Tes IVA : tentang
Pemeriksaan
kawin, atau 1. Melaksanakan Tes kanker
deteksi dini :
janda. IVA serviks :
Gangguan 1. Test HPV 2. Tidak melaksanakan
sistem 1. Baik
2. Tes Pap tes IVA
reproduksi 2. Kurang
smear Masalah lain yang
Wanita: 3. Tes IVA mempegaruhi
1. Keputihan 4. Servikografi pemeriksaan IVA :
2. Vaginitis 5. Kolposkopi Kurangnya Faktor
3. Bartolinitis pengetahuan tentang Eksternal
4. kanker pentingnya Pengetahuan
serviks pemeriksaan 1. Ekonomi
2. Informasi
3. Kebudayaan
/Lingkungan

Sumber: Azwar, 2009; Depkes RI, 2009; Diananda, 2009; Donsu, 2017; Kemenkes
RI, 2014; Kumala & Andhyatoro 2010; Laras 2009; Nugroho dan Utama,
2014; Meliono, 2007; Notoatmojo, 2018; Sanif, 2002; Sari, 2017;
34

Soebachman, 2011; Sjamsuddin, 2001; Sukaca, 2009; Suparyanto, 2011;


Suwigyo, 2007; Wikiosastro, 2015; World Health Organization, 2013;
Yatiningsih, 2000; Yayasan Kanker Indonesia, 2014;
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang tidak dapat langsung diamati atau diukur.
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep
dikembangkan berdasarkan tujuan penelitian yang sudah dirumuskan dan
didasari oleh kerangka teori yang berada dalam tinjauan kepustakaan
(Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep merupakan tahap yang penting dalam
suatu penelitian. Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan
hasil penelitian dengan teori (Nursalam, 2016).
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan
merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara emprise
atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2007).

Pada penelitian ini, peneliti mengelompokkan variabel menjadi dua bagian


yaitu :
1. Variabel Independen ( Variabel bebas)
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh
peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel
bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungan
atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam,2008).
Variabel Independen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan tentang kanker serviks.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)


35

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel


respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.
Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang
diamati dari suatu organism yang dikenai stimulus, dengan kata lain,
variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan
ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,2008).
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan tes IVA.

3. Variabel perancu (counfonding variable)


Merupakan varibel yang berhubungan baik dengan variabel independen
maupun dependen. Keberadaan variabel perancu akan mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sehingga harus
diidentifikasi secara konseptual, dikendalikan ketika menentukan kriteria
sampel penelitian atau saat uji statistik.

Skema 2.3 Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang


Kanker serviks dengan Pelaksanaan IVA

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan Pelaksanaan Tes IVA


tentang Kanker Serviks :
1. Dilaksanakan
1. Baik 2. Tidak Dilaksanakan

2. Kurang
36

Karakteristik Responden
1. Usia
2. Pekerjaan
3. Pendidikan

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel confonding (variabel yang tidak diteliti )

B. Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban penelitian, patokan dugaan atau dalil sementara yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo,2005).
Secara umum pengertian hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis
(peryataan), yaitu suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan
pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau
harus ditolak, berdasarkan fakta atau data emprise yang telah dikumpulkan
dalam peneliti. Hipotesis juga merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan
yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.
(Hidayat, 2007).
Hipotesis harus memiliki landasan teoritis, bukan hanya sekedar suatu dugaan
yang tidak mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu
kesimpulan. Adapun ciri-ciri suatu hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan (Statement). Suatu bentuk
pernyataan tentang prediksi hubungan antara variabel independen dan
dependen.
2. Hipotesis harus didukung oleh teori dan hasil penelitian terdahulu. Setelah
menemukan fenomena masalah, peneliti melakukan penelusuran literatur
dan telaah pustaka.
37

3. Hipotesis harus dapat diuji, hal ini berarti suatu hipotesis harus terdiri dari
variabel-variabel yang dapat diukur dan dapat dibanding-bandingkan.
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas, artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian serta tidak terlalu luas
sifatnya.
Jenis hipotesis berdasarkan rumusan pernyataan dibagi manjadi dua yaitu
hipotesis kerja (hipotesis alternatif) dan hipotesis statistik (hipotesis null).
1. Hipotesis Alternatif (HA) : Adalah pernyataan tentang prediksi hasil
penelitian berupa hubungan antar variabel yang diteliti. Hipotesis ini
menyatakan secara langsung tentang prediksi hasil penelitian. Pada
penelitian ini hipotesis HA : Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang
kanker serviks dengan pelaksanaan IVA pada wanita usia subur di
Puskesmas Kecamatan Tanah abang.
2. Hipotesis Null (H0) : Adalah pernyataan hipotesis yang digunakan untuk
kepentingan uji statistik terhadap data hasil penelitian. Hipotesis ini
dirumuskan untuk menyatakan kesamaan, tidak adanya perbedaan atau
tidak adanya hubungan antar variabel. Pada penelitian ini hipotesis H0 :
Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan
pelaksanaan IVA pada wanita usia subur di Puskesmas Kecamatan Tanah
abang.
38

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Skala


Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Penelitian operasional ukur
Variabel Independen
Pengetahuan Tingkat Responden Kuesioner Dikategorikan Nominal
responden pengetahuan mengisi dengan
responden kuesioner menggunakan cut
tentang dengan off point by
kanker serviks menggunakan median yaitu :
skala Guttman 1. Baik ≥28
0 = Salah 2. Kurang baik
1 = Benar <28

Variabel Dependen
Pelaksanaan Responden Responden Kuesioner 1. Mau Nominal
pemeriksaan mau mengisi melaksanakan
IVA melaksanakan kuesioner IVA skor : 1
pemeriksaan dengan 2. Tidak Mau
IVA dan tidak menggunakan melaksanakan
mau skala Guttman IVA skor : 0
melaksanakan 0 = Ya
meriksaan 1 = Tidak
IVA
39

Variabel Definisi Skala


Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Penelitian operasional ukur
Karakteristik Responden
1. Usia Lama hidup Responden Kuesioner Dikategorikan Nominal
seseorang mengisi berdasarkan nilai
sejak kuesioner usia rata-rata
dilahirkan responden
sampai
dengan saat
ini tahun
berjalan

2. Tingkat Jenjang Responden Kuesioner 1.Dasar (SD- Ordinal


Pendidikan pendidikan mengisi
SMP)
formal yang kuesioner
dilakukan
hingga tamat 2. Menengah
dan (SMA/Sederajat)
mempunyai
ijazah 3. Tinggi
(Perguruan
Tinggi)
3. Status tugas atau Responden Kuesioner 1. Bekerja Nominal
Pekerjaan kerja yang mengisi
menghasilkan kuesioner 2. Tidak Bekerja
sebuah karya
bernilai
imbalan
dalam bentuk
uang bagi
seseorang.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian
( Dharma, 2011 ). Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis
penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain penelitian deskriptif
bertujuan untuk memaparkan variable penelitian tanpa melakukan analisa
hubungan antar variabel yang diteliti, sedangkan analitik merupakan penelitian
yang bertujuan mencari hubungan antar variabel yang diteliti, ditentukan
berdasarkan uji statistik. Dharma (2011) menyatakan pendekatan cross
sectional adalah suatu penelitian dimana pengambilan data terhadap beberapa
variabel penelitian dilakukan pada satu waktu.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan


tentang kanker serviks dengan pelaksanaan IVA pada Wanita Usia Subur di
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat

B. Populasi, sampel penelitian dan teknik pengambilan sample


1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Jiwantoro,
2017). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti yang
memiliki karakteristik tertentu (Notoatmojo, 2012). Populasi juga
merupakan keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga.
Adapun anggota dari populasi disebut elemen populasi (Hastono, 2011).
Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori : populasi target yaitu
seluruh unit populasi dan populasi survey yaitu sub unit dari populasi target.

40
41

Populasi dalam penelitian ini adalah Jumlah Target Wanita Usia Subur yang
melakukan pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang Jakarta Pusat yaitu 21.159 orang selama bulan Januari sampai
September tahun 2022.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Jiwantoro, 2017). Sampel adalah bagian dari populasi
yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008).
Sampel dalam penelitian ini adalah Wanita Usia Subur yang menjadi klien
di Unit Pelayanan Penyakit Tidak Menular Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang Jakarta Pusat.
Adapun sampel pada penelitian ini harus memenuhi beberapa kriteria
dibawah ini yaitu :

a. Kriteria inklusi ( Kriteria yang layak diteliti )


Adalah karakteristik umum subyek penelitin dari suatu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti (Jiwantoro, 2017). Adapun kriteria
inklusi, diantaranya adalah :
1) Wanita Usia Subur usia 20-50 tahun
2) Sudah menikah
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Adalah menghilangkan /mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria
inklusi dari studi karena berbagai sebab antara lain :
1) Wanita usia <20 tahun dan >50
2) Tidak bisa baca dan tulis
3) Responden tidak berada di tempat penelitian
4) Respon tidak mengisi kuisioner secara lengkap

3. Teknik Pengambilan Sampel


Menurut Kerlinger (2006), simple random sampling adalah metode
penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga
setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama
42

untuk terpilih atau terambil. Perhitungan besar sampel pada penelitian ini
diperoleh berdasarkan besar populasi dengan menggunakan rumus Slovin
(Sevilla et. al., 2007), di bawah ini

n=

1+ N (α)²

Keterangan
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
α :batas toleransi kesalahan yang diinginkan penelitian ini digunakan
10%

Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu


n = 21.159

1 + 21.159 (0.01)
= 99.32 = 99 Orang + 10% dari jumlah responden
= 109 Orang

C. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian
(Notoatmodjo, 2011).Penelitian ini akan dilakukan di Unit Pelayanan Penyakit
Tidak Menular Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat Usia Subur
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat karena di tempat tersebut
belum pernah dilakukan penelitian sehingga data pada studi pendahuluan yang
dilakukan menunjukkan 80% wanita yang belum mengetahui kanker serviks
dan pemeriksaan IVA sehingga mereka tidak mau melaksanakan pemeriksaan
IVA di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat.
43

D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan
penelitian (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan
Oktober 2022 sampai bulan Januari 2023.
1. Waktu persiapan
Penelitian ini diawali dengan pengajuan judul, begitu disetujui maka
peneliti mengajukan proposal, selanjutnya peneliti mengajukan surat ijin
penelitian baik dari Stikes Pertamedika maupun Puskesmas Kecamatan
Tanah Abang dengan tujuan untuk memperoleh ijin penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti memberikan kuesioner kepada perawat di ruang rawat inap
Puskesmas Kecamatan tanah Abang mengenai pelaksanaan pengetahuan
dan kepatuhan mencuci tangan pada pemasangan infus sesuai dengan
prosedur yang benar.
3. Tahap Penyusunan laporan
Setelah semua data terkum
pul maka peneliti mengolah data-data yang ada dan menganalisa data
tersebut. Setelah laporan dan hasil data tersusun dengan baik, dilanjutkan
dengan seminar hasil penelitian dan revisi bila ada yang harus direvisi.

E. Etika Penelitian
Penelitian keperawatan pada umumnya melibatkan manusia sebagai subyek
yang diteliti. Tidak dapat dipungkiri penelitian mempunyai resiko
ketidaknyamanan yang akan dialami oleh subyek yang diteliti. Oleh karena
itulah sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti meminta ijin ke pihak
Puskesmas Kecamatan tanah Abang sebagai tempat penelitian.
Empat prinsip utama dalam etika penelitian keperawatan menurut Dharma
(2011) yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Pada penelitian ini, peneliti memberi kebebasan responden untuk
menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Tidak ada
paksaan penekanan pada responden untuk bersedia ikut dalam penelitian.
44

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy


confidentiality)
Pada penelitian ini, peneliti meniadakan identitas seperti nama subjek
kemudian diganti dengan inisial, sehingga informasi yang menyangkut
identitas subjek tidak terekspos secara luas.
3. Menghormati keadilan dan inkluisivitas (respect for justice inclusiveness)
Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan keuntungan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan sehingga responden bisa menentukan keikutsertaan
dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm
and benefits)
Peneliti sebelum melakukan penelitian ini sudah melakukan konsultasi
dengan dosen pembimbing terkait manfaat dan kerugian yang mungkin
ditimbulkan, dan peneliti juga menyakinkan responden bahwa informasi
yang diberikan tidak akan dipergunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan
sehingga pelaksanaan penelitian tidak ada kendala atau penolakan
responden.

F. Alat Pengambilan Data/Instrumen Penelitian


1. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengkur atau menilai suatu fenomena (Dharma, 2011).
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo,2012). Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner tersebut
disusun oleh peneliti sendiri. Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Bagian pertama berisi karakteristik responden yang meliputi nomor
responden, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan status perkawinan
b. Bagian kedua berisi kuesioner pengetahuan kanker serviks dengan
menggunakan skala Guttman
c. Bagian ketiga berisi kuesioner tentang pelaksanaan IVA dengan
menggunakan skala Guttman.
45

Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner akan


dilakukan uji kemampuan instrumen terlebih dahulu dengan melakukan
uji validitas (kesahihan) dan reabilitas (konsisten).

2. Uji validitas dan reliabilitas


Untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data maka harus dilakukan uji validasi dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesalahan
suatu instrumen (Arikunto, 2010) . Prinsip validasi adalah pengukuran dan
pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam
mengumpulkan data (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini uji validitas
dilakukan di Puskesmas Kelurahan Petamburan dengan jumlah responden
yaitu 30 respoden wanita usia subur.
Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment yaitu:
N(∑XY)˗(∑X)(∑Y)
𝑟=
√{N(∑X 2 )˗(∑X)2 (N(∑Y 2 )˗(∑Y)2 )}
Keterangan :
r : Koefisien korelasi/indeks korelasi
N : Jumlah responden
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Jumlah skor total item
XY : Skor item dikali skor total

Setelah dihitung seluruh korelasi setiap pertanyaan dengan total skornya,


kemudian dibandingkan dengan tabel nilai product moment untuk
mengetahui nilai korelasinya signifikan atau tidak.

Pada penelitian ini dengan sampel uji coba 30 responden nilai r- tabelnya
0,361, maka item kueisioner dikatakan valid bila r-hitung ≥ 0,361 demikian
sebaliknya bila r-hitung < 0,361 maka kuesioner dikatakan tidak valid.
46

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan di Puskesmas Kelurahan


Petamburan dengan jumlah responden yaitu 30 respoden ( jumlah
respodnen uji coba n = 30, r table = 0,361) 30 responden ini sudah
mewakili untuk uji validitas dan sudah memenuhi kriteria inklusi pada
penelitian ini.

Tabel 4.1 Hasil Uji Kuesioner Tingkat Pengetahuan


No. Pernyataan R Hitung Keterangan
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 0,410 – 0,920 Valid
13, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 20,21, 23, 24, 25, 26

6,9,12 0,029 – 0,189 Tidak Valid


Pernyataan yang valid digunakan dalam kuesioner penelitian dan
pernyataan yang tidak valid tidak digunakan dalam kuesioner penelitian.

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya (Notoatmodjo, 2012). Menurut Sugiyono (2012) instrumen
yang reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Penelitian
ini menggunakan teknik reliabilitas internal karena penulis dalam
menganalisis data hanya memberikan kuesioner kepada responden satu kali
pengetesan saja. Adapun rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas
adalah rumus koefisien reliabilitas alpha cronbach, yaitu :
Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha cronbach yaitu :

k ΣSi
r = [ ][1- ]
k−1 St
Keterangan
r : Reliabilitas instrumen
k : Mean kuadrat antara subyek
∑Si : Mean kuadrat kesalahan
St : Varians total
47

Tabel 4.2 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha Cronbach


Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 – 0,20 Kurang Reliabel
˃0,20 – 0,40 Agak Reliabel
˃0,40 – 0,60 Cukup Reliabel
˃0,60 – 0,80 Reliabel
˃0,80 – 1,00 Sangat Reliabel
Sumber : Sugiyono (2014)

Berdasarkan uji kuesioner yang dilakukan terhadap 30 responden Wanita


Usia Subur di Puskesmas Kelurahan Petamburan diperoleh nilai Alpha
Cronbach kuesioner variable tingkat pengetahuan adalah 0,970 (≥ 0,6 )
sehingga dapat disimpulkan bahwa item pernyataan yang digunakan dalam
penelitian ini reliabel dan dapat digunakan sebagai instrument dalam
penelitian.

G. Prosedur Pengumpulan data


Menurut Hastono (2011) mengatakan bahwa data yang dikumpulkan
menyangkut variabel bebas dan terikat. Data yang telah dikumpulkan
kemudian diolah.
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar
kuesioner .Data yang sudah ada dikumpulkan, dicek kelengkapannya dan
kemudian dianalisa. Pengumpulan data secara langsung kepada responden
Unit Pelayanan Penyakit Tidak Menular Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang dengan prosedur sebagai berikut :
1. Berdasarkan surat pengantar dari ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Pertamedika Jakarta untuk mengambil data awal dalam pembuatan
proposal riset keperawatan.
2. Setelah permohonan izin penelitian dikeluarkan oleh Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA, surat tersebut disampaikan ke
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jakarta Pusat.
48

3. Surat rekomendasi penelitian dikeluarkan oleh Pelayanan Terpadu Satu


Pintu Jakarta Pusat setelah itu disampaikan ke Puskesmas Kecamatan
Tanah Abang, Jakarta Pusat.
4. Setelah persiapan dalam pengambilan data telah siap maka proses
pengambilan data terhadap responden dilaksanakan dengan tetap
mengacu kepada kriteria inklusi sehingga pengambilan data dapat
diukur dengan baik.
5. Melakukan pengambilan data dengan mendatangi satu persatu
responden yang memenuhi syarat untuk terlibat dalam penelitian ini.
Peneliti mencari responden sesuai dengan kriteria inklusi dengan tetap
berpegang pada etika penelitian.
6. Setelah memberikan penjelasan kepada responden tentang judul
penelitian, tujuan, manfaat serta prosedur penelitian, penelitian
memberikan kuesioner kepada responden dan meminta responden untuk
berpartisipasi dalam penelitian.
7. Setelah responden yang diambil datanya, maka proses pengambilan
data dianggap telah selesai. Kemudian peneliti melakukan pengolahan
data terhadap semua data yang telah terkumpul dari masing-masing
responden.
Untuk mengukur tingkat pengetahuan, dan pelaksanaan pemeriksaan
IVA dengan menggunakan skala Guttman. Kuesioner pengetahuan
terdiri dari 33 butir pertanyaan, untuk penilaian jawaban yang benar
bernilai 1 jawaban salah bernilai 0. Kuesioner pelaksanaan IVA terdiri
1 butir pernyataan untuk penilaian yang mau melaksanakan bernilai 1
dan yang tidak mau melaksanakan bernilai 0.

H. Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Tehnik Pengolahan
Pengolahan data menurut Hastono (2017) merupakan salah satu bagian
rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data lalu
menghubungkan data di kuesioner dengan tujuan penelitian. Data perlu
49

diolah sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat


digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.

Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan maka diperoleh beberapa


butir soal yang valid untuk dilakukan analisis hasil penelitian. Kemudian
kuesioner yang telah diisi oleh responden maka data tersebut diolah melalui
4 tahapan/proses (Notoatmodjo, 2012) yaitu :
a. Editing data
Adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner.
Peneliti meneliti kembali apakah isian dalam lembar kuesioner sudah
lengkap terisi semua atau tidak. Setelah dilakukan pengecekan
didapatkan setiap kuesioner terisi lengkap.
b. Coding data
Adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau
bilangan. Untuk Pengetahuan bila nilai kurang baik < mean/median, dan
bila nilai Baik ≥ mean/median. Sedangkan untuk kepatuhan mencuci
tangan bila kurang baik skor < mean/median dan bila Baik ≥
mean/median.
c. Processing data
Data yang sudah berbentuk kode (angka) dimasukkan kedalam program
komputer yaitu Aplikasi pengelolaan data statistik.
d. Cleaning data
Melakukan cek ulang untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode dan ketidaklengkapan, kemudian dilakukan koreksi.

2. Analisa Data
a. Uji Normalitas
Menurut Priyanto (2014) uji normalitas adalah hal yang penting karena
dengan data yang terdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapat
mewakili populasi. Uji Normalitas adalah sebagai pengujian tentang
kenormalan distribusi data. Penggunaan uji normalitas adalah pada
50

analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data bahwa
data tersebut terdistribusi secara normal.
Memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data-data yang
mendekati atau merupakan distribusi normal yang dapat dilihat dari:

1. Nilai signifikansi atau probabilitas <0.05, maka data terdistribusi


secara tidak normal.
2. Nilai signifikansi atau probabilitas >0.05, maka data terdistribusi
secara normal.
Tabel 4.3
Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova
Normalitas
Statistic Df Sig.
Pengetahuan .346 109 .000

Sumber : Olahan data tahun 2022

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui hasil uji Normalitas tersebut diketahui


nilai sig. < 0,05 maka hasil tersebut dinyatakan berdistribusi tidak normal
maka cut off poin menggunakan nilai median

b. Analisa Univariat
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penulis
mendeskripsikan variabel penelitian yaitu variabel independen
(pengetahuan), varibael dependen (pelaksanaan tes IVA) dan identitas
dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan prosentase karena semua
data berbentuk kategorik. Analisa univariate menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝑓
P= x 100%
𝑁

Keterangan :
P : Presentase
51

f : Frekuensi tiap kategori


N : Jumlah sampel

c. Analisa Bivariat
Adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dan
besarnya hubungan atau pengaruh antara satu variable independen dan
variabel dependen (Bustami, 2011). Analisa bivariat penelitian ini untuk
melihat hubungan variabel independen pengetahuan dan variabel
dependen Pelaksanaan tes IVA menggunakan uji statistic chi square
karena data baik variabel independen dan variabel dependen berbentuk
kategori. Menurut Sabri dan Hastono (2014) uji hipotesis yang digunakan
adalah uji statistic Chi Square (x²) dengan batasan kemaknaan α (alfa)
atau p = 0,05 dengan rumus sebagai berikut :

(0 − E)
X² = ∑
E
Keterangan :
X² : Nilai Chi Square
0 : Nilai hasil pengamatan untuk tiap kategori
E : Nilai hasil yang diharapkan untuk tiap kategori

Keputusan untuk menguji kemaknaan digunakan batas kemaknaan 5%


(α = 0,05) adalah :
a. Bila nilai p value ≤ α, maka Ho ditolak, artinya ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan pelaksanaan IVA di Puskesmas Kecamatan
Tanah Abang.
b. Bila nilai p value > α, maka Ho gagal ditolak (diterima) artinya tidak
ada hubungan tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan IVA di
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.
52

BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menyajikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas


Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Hasil analisis dikelompokan menjadi
analisa univariat dan analisa bivariat. Pada analisa univariat akan disajikan
karakteristik responden yang meliputi usia, pendidikan dan status pekerjaan serta
variabel independen dan dependen, sedangkan analisa bivariat untuk melihat ada
tidaknya hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker tentang kanker serviks
dengan pelaksanaan IVA di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat.
A. Analisis Data
1. Hasil Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini responden yang menjadi sampel sebanyak 109
orang yang berkunjung ke Unit Pelayanan Penyakit Tidak Menular
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Gambaran
karakteristik responden yang diamati meliputi usia, jenis kelamin,
pendidikan, status nikah dan status pekerjaan. Data lengkap mengenai
karakteristik responden tersebut dilihat pada tabel-tabel di bawah ini:
1) Usia

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Responden
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
tahun 2022, n= 109

Variabel Mean Sd Min-Max 95%CI

Usia 30,99 7,53 21 – 49 29,56 -32,42

Berdasarkan table 5.1 didapatkan bahwa rata-rata usia responden adalah


30,99 tahun, dengan variasi 7,53 tahun. Usia termuda responden adalah
21 tahun dan usia tertua 49 tahun. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini bahwa rata-rata umur responden berada diantara 29,56
tahun sampai dengan 32,42 tahun.
53

2) Pendidikan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi berdasarkan Status Pendidikan Responden
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
tahun 2022, n=109
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
Dasar 29 26,6
Menengah 69 64
Tinggi 11 10,1
Total 109 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa respodnen dengan tingkat


Pendidikan Dasar sebanyak 29 responden (26,6%), tingkat Pendidikan
Menengah sebanyak 69 responden (64%), dan tingkat Pendidikan
Tinggi sebanyak 11 responden (10,1 %).

3) Status Pernikahan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi berdasarkan Status Nikah Responden
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
tahun 2022, n=109
Status Jumlah Persentase
Kawin 109 100
Total 109 100

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa responden dengan status


nikah sebanyak 109 (100%).
4) Pekerjaan
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi berdasarkan Status Pekerjaan Responden
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
tahun 2022, n=109
Status Pekerjaan Jumlah Persentase
Bekerja 63 57,8
Tidak Bekerja 46 42,2

Total 109 100


54

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa respodnen dengan status


pekerjaan yang bekerja sebanyak 63 responden (57,8%), dan responden
yang tidak bekerja sebanyak 46 responden (42,2%).

b. Variabel Independen (Tingkat Pengetahuan)


Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden di
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
tahun 2022, n=109
Tingkat Jumlah Persentase
Pengetahuan
Baik 45 41,3
Kurang Baik 64 58,7
Total 109 100

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa responden dengan tingkat


pengetahuan yang baik sebanyak 45 responden (41,3%) dan tingkat
pengetahuan kurang baik sebanyak 64 responden (58,7%).

c. Variabel Dependen (pelaksanaan pemeriksaan IVA)


Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan IVA Responden
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
tahun 2022, n=109

Pelaksanaan IVA Jumlah Persentase


Mau 55 50,
Tidak Mau 54 48,6

Total 109 100

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukan bahwa reponden yang mau


melaksanakan pemeriksaan IVA sebanyak 55 responden (50,5%) dan
yang tidak mau pemeriksaan melaksanakan IVA 54 responden (49,5%).
55

2. Analisa Bivariat
Tabel 5.7
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Pelaksanaan IVA
di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
tahun 2022

Tingkat Pelaksanaan IVA ∑ OR P Value


Pengetahuan Mau Tidak Mau (95% CI)
N % N % N
Baik 29 64.4 16 35.6 45 2.649 0.024
Kurang Baik 26 40.6 38 59.4 64 (1.204- 5.827)
Jumlah 55 50.5 54 49.5 109

Berdasarkan table 5.7 Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
kanker serviks dengan pelaksanaan IVA pada wanita usia subur diperoleh bahwa
ada sebanyak 29 (64.4%) responden tingkat pengetahuan baik dan mau
melaksanakan IVA. Sedangkan di antara tingkat pengetahuan kurang baik, ada 26
(40.6%) yang mau melaksanakan IVA. Hasil Uji Chi Square diperoleh nilai
p=0.024 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi yang mau melaksanakan
IVA antara tingkat pengetahuan yang baik dan kurangh baik (bisa juga
kesimpulannya; ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
pelaksanaan IVA). Dari hasil analisis diperoleh pula nila OR 2.649 artinya Wanita
usia subur dengan tingkat pengetahuan baik mempunyai odds 3 kali lebih tinggi
untuk mau melaksanakan IVA disbanding Wanita usia subur dengan tingkat
pengetahuan kurang baik. Dengan kata lain: “wanita usia subur dengan tingkat
pengetahuan yang baik mempunyai peluang/ kesempatan untuk melaksanakan IVA
3 kali lebih besar dibandingkan Wanita usia subur dengan tingkat pengetahuan
kurang baik.
BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan pembahasan tentang hasil penelitian secara umum
sesuai denga tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan tentang kanker serviks dengan pelaksanaan IVA pada Wanita
Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat pada bulan
Januari 2023 dengan cara membandingkan hasil penelitian dengan teori dan
penelitian terkait, mendiskusikan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya. Pembahasan penelitian ini dibagi menjadi analisa Univariat dan
Bivariat.

A. Interpretasi dan Hasil Diskusi


1. Berdasarkan hasil analisis univariat yang terdiri dari karakteristik
responden, tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan
pelaksanaan IVA pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang Jakarta Pusat.
a. Usia
Pada penelitian ini dari 109 responden, didapatkan hasil responden
berdasarkan kelompok usia didominasi oleh kategori usia dewasa
awal yaitu sebanyak 83 orang (77,1%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan


oleh Masturoh tahun 2016 dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS) dalam melakukan deteksi
dini kanker serviks metode IVAyang menjelaskan bahwa dari 90
responden didapatkan kelompok usia dewasa awal tahun
mendominasi sebanyak 73 orang (81,5%).

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu


keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun
yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur

56
57

sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian,
umur itu diukur dari lahir hingga semasa (masa kini). (Depkes,2009)

Menurut analisa peneliti, responden dengan usia produktif yang


datang untuk berobat ke Unit Pelayanan Penyakit Tidak Menular di
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat adalah kategori
usia dewasa awal karena penduduk Wanita Usia Subur di
Kecamatan Tanah Abang lebih banyak usia dewasa awal dibanding
usia dewasa akhir. Selain itu prosentase responden kategori usia
dewasa awal yang lebih banyak dari kategori usia lain sesuai dengan
proporsi Wanita Usia Subur di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tanah Abang. Menurut data penduduk menurut kelompok umur
tahun 2022 yaitu kategori usia dewasa awal sebanyak 21.749 orang
(77,1%), dan kategori usia dewasa akhir sebanyak 6.460 (22,9%) .

b. Pendidikan
Pada penelitian ini dari 109 responden sebagian besar respondennya
mempunyai tingkat pendidikan menengah sebanyak 80 orang
(3,4%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Mirayashi (2014)


dengan judul hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks
dan keikutsertaan melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas
Alianyang Pontianak yang menjelaskan bahwa dari 88 responden
yang paling banyak mempunyai tingkat pendidikan berupa SMA
yaitu sebanyak 59 responden (67%). Penelitian lain yang sesuai
dengan penelitian ini yaitu hasil penelitian Maharsie (2012) dengan
judul hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks
dengan keikutsertaan ibu melakukan IVA test di Kelurahan Jebres
Surakarta yang menjelaskan dari 66 responden mayoritas tingkat
pendidikannya SMA sebanyak 22 responden (67%).
58

Pendidikan adalah usaha adalah setiap usaha, pengaruh,


perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju
pada kedewasaan (Notoatmojo,2003). Sedangkan GBHN Indonesia
mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai salah satu dasar
untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Menurut analisa peneliti, mayoritas tingkat pendidikan responden


yaitu tingkat menengah (SMA/SMK) yang menandakan bahwa
tingkat pendidikan responden sudah cukup baik karena tingkat
pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan.
Sehingga responden dapat mengerti akan pentingnya pemeriksaan
kesehatan khususnya kesehatan repoduksi.

c. Status Pekerjaan
Pada penelitian ini dari data 109 responden didapatkan sebagian
besar reponden bekerja yaitu 63 orang (57,8%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan


oleh Mirayashi (2014) judul hubungan tingkat pengetahuan tentang
kanker serviks dan keikutsertaan melakukan pemeriksaan IVA di
Puskesmas Alianyang Pontianak yaitu dari 88 responden sebanyak
63 reponden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Maharasie (2012)
judul hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks
dengan keikutsertaan ibu melakukan IVA test di Kelurahan Jebres
Surakarta didapatkan dari 66 responden yang bekerja sebagai Ibu
Rumah Tangga yaitu 22 orang (58%).

Istilah pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah


kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia dan digunakan untuk
suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai
59

imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan


sehari – hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi.
Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama
disebut karier. (Depkes RI,2009)

Menurut analisa peneliti, keadaan sosial ekonomi penduduk


Kecamatan Tanah Abang tergolong menengah ke atas dikarenakan
sebagian besar responden masih usia produktif dan masih mampu
bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup mereka sehingga
berpengaruh pada tingkat penghasilan responden.

d. Tingkat Pengetahuan
Pada penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan responden
tentang kanker serviks di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
didapatkan dari 109 responden didominasi oleh tingkat pengetahuan
kurang baik sebanyak 64 orang (58,7%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan


oleh Sari (2021) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi
Wanita Usia Subur (WUS) dalam melakukan deteksi dini kanker
serviks metode IVA di Puskesmas Glugur Darat tahun 2021. Populai
dalam penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) usia 25-50
tahun yang telah menikah jumlah 274 orang. Sampel dalam
penelitian ini adalah 93 responden, teknik sampel yang digunakan
adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Data dianalisis dengan rumus uji Chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki pengetahuan
yang rendah, mayoritas responden memiliki paritas >3.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu


seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
60

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di


pengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga), dan indera penglihatan (mata). (Notoatmodjo,2010).

Menurut analisa peneliti, mayoritas tingkat pengetahuan responden


tentang kanker serviks yaitu kurang baik karena kurangnya
sosialisasi, tidak memahami faktor resiko , menikah di usia muda,
memiliki banyak pasangan seksual sehingga terkena penyakit infeksi
menular seksual.

e. Pelaksanaan IVA
Pada penelitian ini didapatkan data dari 109 responden sebanyak 55
responden yang mau melaksanakan IVA (50,5%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan


oleh Masturoh (2016) dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS) dalam melakukan deteksi
dini kanker serviks metode IVA. didapatkan dari 90 responden
didapatkan 56 orang (62,2%) tidak memanfaatkan pelayanan IVA.

Inspeksi Visual Asetat (IVA) yaitu suatu metode pemeriksaan


dengan mengoles serviks atau leher Rahim menggunakan lidi wotten
yang telah dicelupkan kedalam asam asetat / asam cuka 3-5% dengan
mata telanjang. Daerah yang tidak normal akan berubah menjadi
putih (acetowhite dengan batas yang tegas, dan mengindikasi bahwa
serviks memiliki lesi prakanker. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dianggap tidak ada infeksi pada serviks. (Kumalasari &
Andhyatoro 2010)

Menurut analisa peneliti, sudah banyaknya responden yang mau


melaksanakan IVA, namun masih banyak juga yang tidak mau
61

karena berdasarkan hasil wawancara banyak responden yang merasa


kawatir, malu, kurang peduli dengan kesehatannya, takut dengan
rasa nyeri, takut jika terdeteksi terkena kanker serviks sehingga
menumbuhkan kesadaran responden akan pentingnya deteksi dini
kanker serviks.

2. Berdasarkan hasil Analisa Bivariat


Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks pada
Wanita Usia Subur dengan Pelaksanaan IVA di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat

Hasil analisa bivariate diperoleh ada hubungan yang signifikan antar


tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan pelaksanaan IVA di
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Hasil uji statistik
diperoleh nilai Pvalue = 0,024 (Pvalue <0,05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masturoh (2016) dengan


judul faktor-faktor yang mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS)
dalam melakukan deteksi dini kanker serviks metode IVA. yaitu
didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
dengan pemanfaatan pelayanan tes IVA (p = 0,003).

Hasil ini juga sejalan dengan penelitian oleh Mirayashi (2014), yaitu
dengan judul hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks
dan keikutsertaan melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas
Alianyang Pontianak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan tentang kanker serviks dan keikutsertaan dalam
melakukan pemeriksaan inspeksi visual asetat (p=0,009).

Hasil penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Maharsie (2012) dengan judul hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang kanker serviks dengan keikutsertaan ibu melakukan IVA test di
62

Kelurahan Jebres Surakarta. Dari uji analisa tersebut diperoleh hasil


sebagai berikut hasil uji korelasi dengan menggunakan Chi square
didapatkan nilai P value = 0,000 <0,05.

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melaluiproses


sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya
perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017), selanjutnya
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan panca indera. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya (Meliono,2007)

IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) tes adalah tes visual dengan
menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iodium
lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah
dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami
displasia sebagai salah satu metode skrining kanker serviks.
Pemeriksaan ini tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause,
karena daerah zona transisional seringkali terletak di kanalis servikalis
dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo (Laras, 2009).
Inspeksi Visual Asetat (IVA) yaitu suatu metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks atau leher Rahim menggunakan lidi wotten yang telah
dicelupkan kedalam asam asetat / asam cuka 3-5% dengan mata
telanjang. Daerah yang tidak normal akan berubah menjadi putih
(acetowhite ) dengan batas yang tegas, dan mengindikasi bahwa serviks
memiliki lesi prakanker. Jika tidak ada perubahan warna, maka
dianggap tidak ada infeksi pada serviks. (Kumalasari & Andhyatoro
2010).

Menurut analisa peneliti adanya hubungan yang bermakna antara


tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan pelaksanaan IVA
63

pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta


Pusat. Sebagian responden yang tidak mau melaksanakan IVA karena
tidak memahami faktor resiko kanker serviks seperti menikah usia
muda,memilki banyak pasangan, terkena infeksi menular seksual,
memakai pil KB, merokok, juga tidak tahu Gejala fase lanjutan antara
lain perdarahan saat berhubungan, keputihan yang banyak dan nyeri di
perut bawah. Disamping itu responden yang memiliki pengetahuan
tentang kanker serviks akan lebih mudah menerima informasi sehingga
dapat mengambil keputusan dalam pelaksanan IVA karena responden
lebih memahami tentang pentingnya pemeriksaan IVA. Dapat
disimpulkan semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang kanker serviks
semakin tinggi pula pelaksanaan IVA di Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang Jakarta Pusat. Dengan kata lain, tingkat pengetahuan tentang
kanker serviks berbanding lurus dengan pelaksanaan pemeriksaan IVA.
Responden dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi cenderung
mau melaksanakan pemeriksaan IVA.

B. Keterbatasan Penelitian
1. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang cenderung bersifat
subjektif, sehingga kejujuran responden sangat menentukan data yang akan
di berikan.
2. Penelitian hanya terbatas lingkup penelitian di satu Unit Pelayanan saja.
BAB VII
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan tingkat
pengetahuan tentang kanker serviks dengan pelaksanaan IVA pada Wanita
Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar responden mempunyai kategori usia dewasa awal yaitu
diantara 29,56 tahun sampai dengan 32,42 tahun dengan tingkat pendidikan
menengah (SMA/SMK) sebanyak 69 responden (64%) dan mayoritas status
pekerjaan responden bekerja sebanyak 63 responden (57,8%).
2. Mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang
kanker serviks sebanyak 45 responden (41,3%)
3. Hasil dari penelitian didapatkan data dari 109 responden sebanyak 55
responden (50,5%) yang mau melaksanakan.
4. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kanker
servis dengan pelaksanaan IVA pada Wanita Usia Subur di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat (Pvalue = 0,024).

C. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan terutama di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat untuk lebih meningkatkan,
mengoptimalkan, dan mengembangkan program kesehatan reproduksi,
khususnya dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang kanker serviks
dan pemeriksaan IVA.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan
referensi tambahan untuk memperluas wawasan bagi peneliti selanjutnya

64
65

mengenai pengetahuan tentang kanker serviks dengan pelaksanaan IVA


dengan variabel-variabel yang saat ini belum diteliti oleh peneliti dan dapat
bermanfaat bagi masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis (Edisi


Revisi 2010), Jakarta: Rineka Cipta.

(2014). Buku Acuan Untuk Dokter dan Bidan Program


Pencegahan Kanker Serviks . Jakarta: Yayasan Kanker Indonesia DKI Jakarta.

Christina Triwiyani (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS dengan


Pengambilan Keputusan Untuk Melakukan Pemeriksaan IVA di
Puskesmas Kebak Rambat 1 STIKES KUsuma HUsada Surakarta
,(skripsi)

Eminia Masturoh (2016), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur


dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang ,(skripsi)

Fauza (2018) faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan wanita usia


subur (WUS) dalam Deteksi Dini Kanker Serviks metode IVA di Puskesmas
Kota Padang.

Hariyanto,S (2011) Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.


Bandung PT Remaja Rosdakarya .

Mirayashi D. (2014). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker


Serviks dan Keikutsertaan Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat
di Puskesmas Alianyang Pontianak (jurnal)

Kartini,K (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Pers.


Lesse, M (2012 ) , Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan
Keikutsertaan Ibu melakukan test IVA di Kelurahan Jebres Surakarta, (jurnal)

Sabri,L & Hastono,S. P (2014). Statistik Kesehatan, PT Raja Grafindo


Persada Depok

Notoatmodjo, S.(2003). Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Rineka Cipta.

(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

(2007). Kesehatan Masyarakat , Jakarta Rineka Cipta


(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka
Cipta

(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan.


Jakarta
Priyoto. (2014). Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Riwidikdo, H. (2010) Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Roswati Dani Ningrum dan Dyah Fajarsari (2012), faktor-faktor yang


mempengaruhi motivasi ibumengikuti deteksi dini kanker serviks melalui
metode inspeksi visual asam asetat (iva) di kabupaten banyumas , (jurnal)

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua) (Penerj. Tri Wibowo.
B.S). Jakarta: Kencana.
Siregar, S., (2012_, Metode Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta

Soekanto, S. (2005). Sosiologi Budaya Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

(2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Hastono,S.P (2017), Analisa Data Pada Bidang Kesehatan, PT Raja
Grafindo Persada Depok

Wawan, A dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Widyastuti, Dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Fitramaya

Komite Penanggulangan Kanker Nasional, Panduan Penatalaksanaan Kanker


Serviks. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.pdf

Kemenkes RI, (21 April 2015), Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan
dan Deteksi Dini Kanker Serviks dan Kanker Payudara.
http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/Buku_Panduan_Pelaksanaan_I
VA-SADANIS_2015.pdf (diakses, 25 November 2017)
Irawan. (2010), Deteksi Dini Kanker Serviks dengan IVA test.
http://edisicetak.joglosemar.co/cgi-sys/suspendedpage.cgi?q=berita/deteksi-
dini-kanker-serviks-dengan-iva-test-10852.html

Profile Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (2016)


http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINS
I_2016/11_DKI_Jakarta_2016.pdf

Permenkes No.29 tahun 2017 tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan


Kanker Leher Rahim
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._29_ttg_Penang
gulangan_Kanker_Payudara_dan_Kanker_Leher_Rahim_.pdf

Batasan dan Pengertian MDK. (2011)


http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Yayu Damayanti
NIM : 11212193
Adalah mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKES PERTAMEDIKA
Jakarta akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan
tentang Kanker Serviks dengan Pelaksanaan IVA pada Wanita Usia Subur di
Puskesmas Kecamatan Tanah abang Jakarta Pusat .”
Dengan ini saya mohon kepada responden untuk bersedia menandatangani lembar
persetujuan untuk menjadi responden dan menjawab pertanyaan peneliti sesuai
dengan petunjuk yang ada. Jawaban responden akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya di gunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas bantuan dan partisipasi dari responden saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Desember 2022

Hormat saya,

(Yayu Damayanti)
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nomor Responden :
Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan dari pertanyaan yang saya ajukan
mengenai penelitian ini, saya memahami tujuan penelitian ini untuk menganalisa
“Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks dengan Pelaksanaan IVA
pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat.”
Saya mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak
saya sebagai responden dan saya menyadari penelitian ini tidak berdampak negatif
bagi saya.

Dengan ditanda tangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jakarta, Desember 2022


Peneliti Yang Menyatakan,

(Yayu Damayanti) (Responden)


LAMPIRAN

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER
SERVIKS DENGAN PELAKSANAAN IVA PADA WANITA USIA SUBUR
DI PUSKESMAS KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT

Kode Responden

*diisi oleh peneliti


Tanggal :

Petunjuk umum pengisian kuisioner


1. Isilah identitas anda terlebih dahulu dengan lengkap.
2. Bacalah pertanyaan dengan teliti.
3. Cara pengisiannya dengan tanda checklist (√ ) pada jawaban yang
dianggap benar atau sesuai untuk setiap pertanyaan yang telah disediakan.
4. Anda dapat menanyakan kepada peneliti jika ada pertanyaan yang kurang
dimengerti.
5. Setelah pertanyaan diisi dengan lengkap, dapat dikumpulkan kembali
kepada peneliti.
A. Kuisioner Karakteristik Responden

1. Nomor Telepon :
2. Usia
a. 20-50 thn ( )
3. Pendidikan Terakhir
a. SD ( ) c. SMA/SMK ( )
b. SMP ( ) d. Perguruan Tinggi ( )
4. Pekerjaan
a. Bekerja ( )
b. Tidak Bekerja ( )
5. Status Perkawinan
a. Sudah Menikah ( )
b. Belum Menikah ( )

B. Petunjuk umum pengisian kuisioner

Berilah satu tanda checklist ( √ ) pada kolom pernyataan yang sesuai,


dengan kriteria :
1. Benar
2. Salah

Aspek Tahu
PERNYATAAN BENAR SALAH
NO
Kanker Serviks (leher rahim) adalah
1.
keganasan/tumbuhnya tumor ganas pada
serviks (leher rahim).
Penyakit kanker serviks (leher rahim)
2
sering menyerang Wanita Usia Subur (30-
50 tahun).
Kanker serviks atau leher rahim
3
merupakan penyakit menular.
Penyakit kanker leher rahim dapat
4
menyebabkan kematian.
Penyebab kanker serviks (leher rahim)
5
adalah bakteri.
Gejala awal kanker serviks adalah jarang
6
atau tidak memberikan tanda / gelaja.
Gejala fase lanjutan antara lain perdarahan
7
saat berhubungan, keputihan yang banyak
dan nyeri di perut bawah.

Aspek Memahami
NO PERNYATAAN YA TIDAK

Jika gejala pra-kanker ditemukan,


8 kejadian kanker leher rahim yang lebih
parah tidak dapat dicegah.

Faktor resiko kanker serviks yaitu


9 menikah usia muda,memilki banyak
pasangan, terkena infeksi menular
seksual,memakai pil KB, merokok

Pencegahan kanker serviks yang paling


10 efektif
adalah melaksanakan pemeriksaan IVA

Pemeriksaan untuk mengetahui adanya


11 gejala kanker leher rahim adalah dengan
pemeriksaan IVA dan Papsmear.

Aspek Penerapan
PERNYATAAN BENAR SALAH
NO
Seorang wanita mulai melakukan
12 pemeriksaan IVA segera setelah
menikah/ melakukan hubungan seksual.

Pemeriksaan IVA dilakukan pada organ


13 kewanitaan bagian dalam.
Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan
14 dengan mengoleskan larutan asam asetat
(cuka dapur) ke leher rahim.

Hasil dari pemeriksaan IVA harus


15
menunggu beberapa hari.

Hasil pemeriksaan IVA dapat diketahui


16 saat itu juga.
Pemeriksaan IVA bisa dilakukan dimana
17
saja.
Pemeriksaan IVA di Puskesmas tidak
18 dikenakan biaya (ditanggung BPJS).

Manfaat melakukan deteksi dini kanker


19
leher rahim adalah hanya untuk
meningkatkan kunjungan puskesmas dan
sebenarnya kurang bermanfaat.

Aspek Analisis

NO PERNYATAAN YA TIDAK
(kuisioner pelaksanaan tes iva)

Manfaat pemeriksaan IVA adalah sebagai


20 pencegahan dini kanker serviks.

Pemeriksaan IVA dapat mencegah


21
kehamilan.

Pemeriksaan IVA dapat mencegah kanker


22 serviks

Puskesmas Kecamatan Tanah Abang


23 memberikan pelayanan dalam
melaksanakan pemeriksaan IVA.
Aspek Sintesis dan Evaluasi
PERNYATAAN YA TIDAK
NO

1. Saya mau melaksanakan pemeriksaan


IVA
UJI VAREL PENGETAHUAN
Scale: Pengetahuan

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.958 26
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
P1 39.9333 74.271 .737 .956
P2 39.6667 76.989 .432 .958
P3 39.7000 74.700 .698 .956
P4 39.7333 73.030 .889 .954
P5 39.7000 74.838 .681 .956
P6 39.7333 80.340 .029 .962
P7 39.6667 73.678 .843 .955
P8 39.8333 73.040 .869 .954
P9 39.6333 79.068 .189 .960
P10 39.7667 73.220 .855 .955
P11 39.6667 74.161 .782 .955
P12 39.7000 81.045 -.049 .963
P13 39.7667 73.357 .838 .955
P14 39.6667 76.437 .499 .958
P15 39.7333 73.444 .838 .955
P16 39.7333 73.237 .864 .954
P17 39.7333 74.271 .737 .956
P18 39.8667 74.947 .643 .957
P19 39.8000 74.441 .703 .956
P20 39.7667 73.564 .813 .955
P21 39.8000 75.407 .589 .957
P22 39.6667 73.264 .896 .954
P23 39.7667 72.737 .914 .954
P24 39.8000 74.924 .645 .957
P25 39.8000 73.959 .760 .955
P26 39.7000 74.424 .732 .956

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
41.3333 80.851 8.99169 26
Terlihat ada 3 item yang tidak valid yaitu P6, P9 & P12 (< 0,361), maka di keluarkan
yang lebih kecil lebih dahulu yaitu P12.

Scale: Pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
Case Processing Summary .963 25
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
P1 38.3000 74.424 .741 .961
P2 38.0333 77.206 .428 .964
P3 38.0667 74.892 .697 .961
P4 38.1000 73.197 .891 .959
P5 38.0667 75.030 .680 .961
P6 38.1000 80.369 .048 .967
P7 38.0333 73.895 .839 .960
P8 38.2000 73.200 .872 .960
P9 38.0000 79.172 .200 .965
P10 38.1333 73.430 .852 .960
P11 38.0333 74.378 .778 .961
P13 38.1333 73.499 .844 .960
P14 38.0333 76.585 .504 .963
P15 38.1000 73.679 .832 .960
P16 38.1000 73.403 .866 .960
P17 38.1000 74.507 .731 .961
P18 38.2333 75.082 .649 .962
P19 38.1667 74.626 .703 .961
P20 38.1333 73.706 .819 .960
P21 38.1667 75.661 .581 .962
P22 38.0333 73.482 .892 .960
P23 38.1333 72.878 .920 .959
P24 38.1667 75.109 .646 .962
P25 38.1667 74.075 .769 .961
P26 38.0667 74.685 .722 .961

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
39.7000 81.045 9.00249 25

Masih ada 2 item yang tidak valid yaitu P6 & P9 (< 0,361), maka di keluarkan maka di
keluarkan yang lebih kecil lebih dahulu yaitu P6.

Scale: Pengetahuan
Reliability Statistics
Case Processing Summary Cronbach's Alpha N of Items
N % .967 24
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
P1 36.7000 73.803 .738 .966
P2 36.4333 76.530 .430 .968
P3 36.4667 74.189 .704 .966
P4 36.5000 72.534 .894 .964
P5 36.4667 74.257 .695 .966
P7 36.4333 73.220 .843 .965
P8 36.6000 72.593 .867 .964
P9 36.4000 78.455 .205 .970
P10 36.5333 72.740 .858 .964
P11 36.4333 73.702 .782 .965
P13 36.5333 72.878 .841 .965
P14 36.4333 75.909 .506 .967
P15 36.5000 72.948 .843 .965
P16 36.5000 72.810 .860 .964
P17 36.5000 73.776 .741 .965
P18 36.6333 74.516 .639 .966
P19 36.5667 74.047 .694 .966
P20 36.5333 73.085 .816 .965
P21 36.5667 74.944 .588 .967
P22 36.4333 72.806 .896 .964
P23 36.5333 72.257 .917 .964
P24 36.5667 74.461 .645 .966
P25 36.5667 73.564 .752 .965
P26 36.4667 73.982 .729 .966
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
38.1000 80.369 8.96487 24

Masih ada 1 item yang tidak valid yaitu P9 (< 0,361), maka di keluarkan P6 tsb.

Scale: Pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
Case Processing Summary .970 23
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
P1 35.0000 71.931 .743 .969
P2 34.7333 74.823 .410 .971
P3 34.7667 72.323 .707 .969
P4 34.8000 70.648 .902 .967
P5 34.7667 72.392 .698 .969
P7 34.7333 71.375 .846 .968
P8 34.9000 70.714 .875 .967
P10 34.8333 70.833 .868 .967
P11 34.7333 71.926 .775 .968
P13 34.8333 70.971 .851 .968
P14 34.7333 74.202 .487 .971
P15 34.8000 71.062 .851 .968
P16 34.8000 70.924 .868 .967
P17 34.8000 72.028 .731 .969
P18 34.9333 72.685 .637 .970
P19 34.8667 72.257 .689 .969
P20 34.8333 71.178 .826 .968
P21 34.8667 73.085 .589 .970
P22 34.7333 71.030 .890 .967
P23 34.8333 70.420 .920 .967
P24 34.8667 72.602 .647 .969
P25 34.8667 71.637 .764 .968
P26 34.7667 72.185 .724 .969

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
36.4000 78.455 8.85749 23

Sudah valid 23 item (> 0,361) yaitu dengan nilai 0,410 – 0,920 dan Cronbach's Alpha 0,970
( artinya sangat reliable)
ANALISIS PENELITIAN

UJI NORMALITAS DATA PENGETAHUAN

Descriptives
Statistic Std. Error
TAHU Mean 28.8165 .31069
95% Confidence Interval for Lower Bound 28.2007
Mean Upper Bound 29.4324
5% Trimmed Mean 29.0158
Median 28.0000
Variance 10.522
Std. Deviation 3.24370
Minimum .00
Maximum 32.00
Range 32.00
Interquartile Range 2.00
Skewness -6.421 .231
Kurtosis 58.100 .459

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TAHU .346 109 .000 .427 109 .000
a. Lilliefors Significance Correction
HASIL UNI VARIAT

Statistics
USIA
N Valid 109
Missing 0
Mean 30.99
Std. Error of Mean .721
Median 29.00
Mode 26
Std. Deviation 7.526
Minimum 21
Maximum 49

USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 21 4 3.7 3.7 3.7
22 2 1.8 1.8 5.5
23 8 7.3 7.3 12.8
24 8 7.3 7.3 20.2
25 7 6.4 6.4 26.6
26 10 9.2 9.2 35.8
27 4 3.7 3.7 39.4
28 7 6.4 6.4 45.9
29 6 5.5 5.5 51.4
30 9 8.3 8.3 59.6
31 5 4.6 4.6 64.2
32 4 3.7 3.7 67.9
33 4 3.7 3.7 71.6
34 5 4.6 4.6 76.1
35 1 .9 .9 77.1
36 2 1.8 1.8 78.9
38 2 1.8 1.8 80.7
39 3 2.8 2.8 83.5
41 4 3.7 3.7 87.2
42 1 .9 .9 88.1
43 3 2.8 2.8 90.8
45 2 1.8 1.8 92.7
46 2 1.8 1.8 94.5
47 2 1.8 1.8 96.3
48 1 .9 .9 97.2
49 3 2.8 2.8 100.0
Total 109 100.0 100.0
Descriptives
Statistic Std. Error
USIA Mean 30.99 .721
95% Confidence Interval for Lower Bound 29.56
Mean Upper Bound 32.42
5% Trimmed Mean 30.57
Median 29.00
Variance 56.639
Std. Deviation 7.526
Minimum 21
Maximum 49
Range 28
Interquartile Range 9
Skewness .900 .231
Kurtosis -.134 .459

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
USIA .149 109 .000 .903 109 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics
JENIS KELAMIN PENDIDIKAN STATUS NIKAH PEKERJAAN
N Valid 109 109 109 109
Missing 0 0 0 0

JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PEREMPUAN 109 100.0 100.0 100.0

PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D3 5 4.6 4.6 4.6
S1 6 5.5 5.5 10.1
SD 15 13.8 13.8 23.9
SMA 29 26.6 26.6 50.5
SMEA 1 .9 .9 51.4
SMK 39 35.8 35.8 87.2
SMP 14 12.8 12.8 100.0
Total 109 100.0 100.0

STATUS NIKAH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KAWIN 109 100.0 100.0 100.0

PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BEKERJA 63 57.8 57.8 57.8
TIDAK BEKERJA 46 42.2 42.2 100.0
Total 109 100.0 100.0
Statistics
IVA TAHUKATT
N Valid 109 109
Missing 0 0
Mean 1.50 1.5872
Std. Error of Mean .048 .04738
Median 1.00 2.0000
Mode 1 2.00
Std. Deviation .502 .49462
Minimum 1 1.00
Maximum 2 2.00

IVA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid MAU MELAKUKAN PEM IVA 55 50.5 50.5 50.5
TDK MAU MELAKUKAN PEM 54 49.5 49.5 100.0
IVA
Total 109 100.0 100.0

TAHUKATT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 45 41.3 41.3 41.3
KURANG BAIK 64 58.7 58.7 100.0
Total 109 100.0 100.0
HASIL BIVARIAT

TAHUKATT * IVA Crosstabulation


IVA
MAU TDK MAU
MELAKUKAN MELAKUKAN
PEM IVA PEM IVA Total
TAHUKATT BAIK Count 29 16 45
% within TAHUKATT 64.4% 35.6% 100.0%
KURANG BAIK Count 26 38 64
% within TAHUKATT 40.6% 59.4% 100.0%
Total Count 55 54 109
% within TAHUKATT 50.5% 49.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.997 1 .014
b
Continuity Correction 5.082 1 .024
Likelihood Ratio 6.064 1 .014
Fisher's Exact Test .019 .012
Linear-by-Linear Association 5.942 1 .015
N of Valid Cases 109
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.29.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for TAHUKATT 2.649 1.204 5.827
(BAIK / KURANG BAIK)
For cohort IVA = MAU 1.586 1.099 2.290
MELAKUKAN PEM IVA
For cohort IVA = TDK MAU .599 .385 .932
MELAKUKAN PEM IVA
N of Valid Cases 109
DOKUMENTASI PENELITIAN

Pengisian Kuesioner untuk Uji Varel di Unit Penyakit Tidak Menular


Puskesmas Kelurahan Petamburan
DOKUMENTASI PENELITIAN

Pengisian Kuesioner Penelitian di Unit Pelyananan Penyakit Tidak Menular


di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang

Anda mungkin juga menyukai