Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN LEUKIMIA

Dewi Siti Oktavianti


DEFINISI

• Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari


sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi.
• Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur
atau akumulasi ssel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal.
• Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus
limfatikus, dan invasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan
kulit.
ETIOLOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi


terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan
terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pengobatan
kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen,
kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.
ETIOLOGI

4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik


seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar
monozigot
JENIS LEUKEMIA

1. Leukemia Mielositik Akut


2. Leukemia Mielositik Kronis
3. Leukemia Limfositik Akut
4. Leukemia Limfositik Kronis
Leukemia Mielositik Akut
Merupakan leukimia yang mengenai sel stem
hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit,
eritrosit dan trombosit.
LMA lebih sering ditemukan pada usia dewasa
(85%) dari pada anak-anak (15%).
Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi
Manifestasi Klinis LMA

• Demam dan infeksi karena neutropenia


• Lemah dan fatigue karena anemia
• Cenderung pendarahan karena
trombositopenia
• Gejala tambahan karena proliferasi sel
leukemia didalam organ: pembesaran hati dan
limpa, hiperplasia gusi, nyeri tulang
Leukemia Mielogenus Kronis

Termasuk dalam sistem keganasan sel stem


mieloid.
LMK merupakan suatu penyakit mieloproliferatif yg
ditandai dengan produksi berlebihan granulosit yg
relative matang
Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk
akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
LMK menyerang individu usia pertengahan dg
puncak pd usia 40-50 tahun
Pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang
Manifestasi Klinis LMK

a. Fase Kronis
• Fase kronis : berjalan selama 2-5 tahun dan
responsive thd kemoterapi
• Gejala yg ditemukan pd fase ini :
1. Gejala hiperkatabolik ; berat badan
menurun, lemah, anoreksia, dan berkeringat
malam
• Splenomegali
• Anemia
b. Fase akselerasi
-Pada fase ini proporsi sel muda meningkat dan 2/3
menunjukkan sel blast seri myeloid, 1/3nya
menunjukkan sel limfoid
-Gejala pada fase ini : demam, Lelah, nyeri tulang,
respons thd kemoterapi menurun dan akhirnya mjd
gambaran leukimia akut
Leukemia Limfositik Akut (LLA)

❖ LLA dianggap sebagai proliferasi ganas


limfoblast.
❖ Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan, puncak insiden
usia 4 tahun
❖ Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.
❖ Gejala : Lelah, panas tanpa infeksi, purpura,
nyeri tulang dan sendi, penurunan berat badan,
splenomegaly, hepatomegali
Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

▪ Merupakan suatu proliferasi ganas limfoblast


▪ Merupakan kelainan ringan mengenai individu
usia 50 sampai 70 tahun.
▪ Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan
gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik
atau penanganan penyakit lain.
▪ Gejala LLK : anemia, splenomegaly,
hepatomegaly, pembesaran kelenjar getah
bening
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik,


anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. Leukosit : mungkin lebih dari 50000/cm dengan
peningkatan sel darah putih immatur
6. PTT : memanjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG

7. LDH : mungkin meningkat


8. Asam urat serum : mungkin meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat
mengindikasikan derajat keterlibatan
PENATALAKSANAAN MEDIS

1. kemoterapi
2. Irradiasi kranial
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
a. Fase induksi
• Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan.
• Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid
(prednison), vincristin dan L-asparaginase.
• Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang
dari 5%.
Fase Kemoterapi

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat


▪ Pada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal
untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak.
▪ Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan
sistem saraf pusat.
Fase Kemoterapi

c. Konsolidasi
• Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan
untuk mempertahankan remisi dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
• Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan.
• Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
PENGKAJIAN

1. Riwayat penyakit : pengobatan kanker


sebelumnya
2. Riwayat keluarga : adanya gangguan
hematologis, adanya faktor herediter misal
kembar monozigot)
3. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan,
kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia,
muntah, sesak, nafas cepat
4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam,
stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas, infeksi
perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan
5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa, pembentukan hematoma, purpura;
▪ kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula:
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
6. Kaji adanya pembesaran testis, hematuria,
hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekitar rektal
dan nyeri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAN INTERVENSI

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya


sistem pertahanan tubuh sekunder gangguan
pematangan sel darah putih, peningkatan jumlah
limfosit immatur, imunosupresi, peneknan sumsum
tulang.
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negatif
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
a. Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi
pengunjung sesuai indikasi.
b. Cuci tangan untuk semua petugas dan
pengunjung.
c. Awasi suhu, perhatikan hubungan antara
peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi.
Observasi demam sehubungan dengan takikardia,
hipotensi, perubahan mental samar.
d. Cegah menggigil : tingkatkan cairan, berikan mandi
kompres
e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan
f. Auskultsi bunyi nafas, perhatikan gemericik,
ronkhi; inspeksi sekresi terhadap perubahan
karakteristik, contoh peningktan sputum atau
sputum kental
g. Inspeksi kulit untuk nyeri tekan, area
eritematosus; luka terbuka. Bersihkan kulit
dengan larutan antibakterial.
h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan
mulut dengan sikat gigi halus.
i. Tingkatkan kebersihan perianal. Berikan rendam
duduk menggunakan betadine atau Hibiclens
j. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
k. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein
dan cairan.
l. Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan injeksi)
bila mungkin.
m. Kolaborasi :
1. Awasi pemeriksaan laboratorium misal : hitung darah
lerngkap, apakah SDP turun atau tiba-tiba terjadi
perubahan pada neutrofil; kultur gram/sensitivitas.
2. Kaji ulang seri foto dada.
3. Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotik.
4. Hindari antipiretik yang mengandung aspirin.

5. Berikan diet rendah bakteri misal makanan dimasak,


diproses
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan berlebihan : muntah,
perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan :
mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan :
demam, hipermetabolik
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Volume cairan adekuat d. Nadi teraba
b. Haluaran urin 30ml/jam e. Mukosa lembab
c. Tanda vital stabil : TD 90/60 mmHg, nadi 100 x/menit,
RR 20 x/mnt
f. Kapileri refill < 2 detik
Intervensi :
a. Awasi masukan/haluaran. Hitung kehilangan cairan
dan keseimbangna cairan. Perhatikan penurunan
urin, ukur berat jenis dan pH urin.
b. Timbang berat badan tiap hari
c. Awasi TD dan frekuensi jantung
d. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi
membran mukosa.
e. Beri masukan cairan 3-4 L/hari
f. Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie,
area ekimosis; perhatikan perdarahan gusi, darah
warna karat atau samar pada feses dan urin;
perdarahan lanjut dari sisi tusukan invasif.
g. Implementasikan tindakan untuk mencegah
cedera jaringan/perdarahan.
h. Batasi perawatan oral untuk mencuci mulut bila
diindikasikan
i. Berikan diet halus.
Kolaborasi :
1. Berikan cairan IV sesuai indikasi
2. Awasi pemeriksaan laboratorium : trombosit, Hb/Ht,
pembekuan.
3. Berikan SDM, trombosit, faktor pembekuan.
4. Pertahankan alat akses vaskuler sentral eksternal
(kateter arteri subklavikula, tunneld, port implan)
5. Berikan obat sesuai indikasi : Ondansetron,
allopurinol, kalium asetat atau asetat, natrium
biukarbonat, pelunak feses.
3. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi leukosit
jaringan sistemik
▪ Tujuan : nyeri teratasi
▪ Kriteria hasil :
a. Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
b. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri
c. Tampak rileks dan mampu istirahat
✔ Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat
dan sisi (gunakan skala 0-10)
b. Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal
misal tegangan otot, gelisah.
c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan
penuh stres.
d. Tempatkan pada posis nyaman dan sokong sendi,
ekstremitas dengan bantal.
e. Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang
gerak lembut.
f. Berikan tindakan kenyamanan ( pijatan, kompres
dingin dan dukungan psikologis)
g. Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan
pasien sendiri
h. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.
i. Dorong menggunakan teknik menajemen nyeri
contoh latihan relaksasi/nafas dalam, sentuhan.
j. Bantu aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
k. Kolaborasi :
1. Awasi kadar asam urat
2. Berika obat sesuai indikasi : analgesik
(asetaminofen), narkotik (kodein, meperidin,
morfin, hidromorfon)
3. Agen antiansietas (diazepam, lorazepam)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai