PEMBIMBING
1. DEWI YATI
3. ELLEN WIDIAWATI
5. GLORIA ALBERTINA
6. ISMI ABDUS K
7. TRISIA MORIKA
8. SULISTIYAWATI
9. YAYU DAMAYANTI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang
dengan diabetes untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas
dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Smeltzer & Bare, 2001).
Dalam konteks kehamilan, pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan
fisiologis yang berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat karena adanya
hormon plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan
tersebut bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan,
berbagai faktor dapat mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat
sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa. Selama lebih dari satu abad, telah
diketahui bahwa diabetes yang datang pada saat kehamilan dapat
menyebabkan efek buruk pada keadaan klinis fetus dan neonatus (Buchanan &
Xiang,2005).
Diabetes Melitus (DM) dengan kehamilan (Diabetes Mellitus
Gestational DMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan
insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada
golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan.
Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama
masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga (OPHD-Oregon
Public Health Division, 2009).
Prevalensi DMG sulit ditentukan karena standar penetapan diagnosis
yang berbeda-beda. Standar penetapan diagnosis tersebut adalah menurut
WHO (2011), ADA (2009), O’Sullivan-Mahan (1992), dan Perkeni (2002).
Diagnosis DMG menurut The American Diabetes Association (ADA) yakni
dilakukan untuk setiap ibu hamil dimulai sejak kunjungan pertama (trimester 1
untuk menapis DM Pragestasi (DMpG), bila negatif diulangi pada kehamilan
24-28 minggu untuk menapis DM Gestasi (ADA, 2009); menurut WHO
skrining dan diagnosis yang direkomendasikan adalah satu tahap (One Step
2
Approach) yakni dengan TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) dengan
memberikan beban 75 gram glukosa anhidrus setelah berpuasa selama 8–14
jam (WHO, 2011). Menurut Perkeni (2002), penapisan DMG dianjurkan pada
semua ibu hamil pada pertemuan pertama dengan petugas kesehatan. Bila
hasilnya negatif, pemeriksaan diulang pada masa kehamilan 24-28 minggu.
Menurut O’Sullivan-Mahan (1992), DMG adalah pemeriksaan kadar gula
darah melalui tahapan tes tantangan glukosa (TTG) dan tes toleransi glukosa
oral (TTGO).
Di Indonesia, prevalensi DMG sekitar 1,9–3,6% dan sekitar 40-60
wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca
persalinan akan mengidap Diabetes Mellitus atau gangguan toleransi glukosa
(Suparman, 2003). Menurut WHO (1999), dikutip oleh Agency for Healthcare
Research and Quality (AHRQ), (2008) dijelaskan bahwa kejadian DMG
meningkat pada ibu hamil dengan faktor risiko antara lain peningkatan berat
badan pada masa kehamilan >0,5 kg/minggu, umur lebih dari 25 tahun,
riwayat DM dalam keluarga, riwayat DMG, dan ethnic. Penelitian yang
dilakukan oleh Taber Lisa, et al tahun 2010 menyebutkan bahwa faktor risiko
ibu dengan DMG adalah wanita yang didiagnosis dengan DM gestasional
berada pada risiko tinggi untuk diabetes masa depan, dengan 17%-63%
diabetes tipe 2 dalam waktu 5-16 tahun dalam kelompok etnis yang berbeda.
Sedangkan anak-anak mereka dalam jangka panjang berada pada peningkatan
risiko obesitas dan intoleransiglukosa.
DMG dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko, yang pada gilirannya
berhubungan dengan resistensi insulin (obesitas, pada etnis risiko, usia ibu).
DMG berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal dan ibu
memiliki risiko untuk dapat menderita penyakit diabetes melitus yang lebih
besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Meningkatnya
komplikasi perinatal dan ibu memiliki risiko untuk dapat menderita Diabetes
Mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
(Jung, 2008).
3
B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan permasalahan
sebagai berikut:
C. TujuanPenulisan
1. TujuanUmum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus.
2. Tujuankhusus
a. Mahasiswa dapat memahami pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis dan penatalaksanaan pada pasien ibu hamil dengan
penyakit penyerta diabetesmellitus.
b. Mahasiswa mampu menyusun pengkajian, intervensi keperawatan
pada pasien ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetesmellitus.
c. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada
pasien ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus dan
mampu mengevaluasi implementasikeperawatan.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui
pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian ini kami
menggunakan metode presentasi supaya para audience dapat dengan mudah
mencerna materi ini.
E. ManfaatPenulisan
1. Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita diabetes mellitus pada ibu
hamil.
2. Sebagai sumber informasi bagi para pembaca tentang diabetes mellitus
pada ibu hamil.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh
si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelumhamil
b. Ibu mengalami/menderita DM saathamil
5
b. KelasB
Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama
10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
c. KelasC
Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama
10-19 tahun dengan tidak disertai penyakit vascular.
d. KelasD
Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia
10 tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah.
e. KelasE
Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul
termasuk arteri uterus.
3. Etiologi
Pada masa kehamilan, plasenta akan memproduksi lebih banyak
horman, seperti hormon estrogen, HPL ( Human Plasenta Lactogen ),
termasuk hormon yang membuat tubuh kebal terhadap insulin,yaitu
hormon yang menurunkan kadar gula darah. Akibatnya ,kadar gula darah
meningkat dan meyebabkan Diabetes Gestasional.
6
Risiko Tinggi DM Gestasional:
a. Umur lebih dari 30tahun
b. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
c. Riwayat DM pada keluarga (ibu atauayah)
d. Pernah mengalami Diabetes Gestasional pada kehamilan sebelumnya
e. Pernah menderita DM gestasionalsebelumnya
f. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
g. Adanya glukosuria
7
4. Manifestasiklinik
a. Poliuri (banyakkencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyakminum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih
banyakminum.
c. Polipagi (banyakmakan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
1) Penurunan beratbadan
2) Kesemutan,gatal
3) Pandangankabur
4) Pruritus vulvae padawanita
5) Lemas, lekas lelah, tenagakurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian
tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan
lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada
di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien
dengan DM walaupun banyak makan akan tetapkurus.
8
5. Patofisiologi
Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenic ditandai dengan
resistensi insulin dengan peningkatan kompensasi sebagai respon β-sel dan
hyperinsulinemia. Resistensi insulin biasanya dimulai pada trimester
kedua dan memaju ke seluruh sisa dari kehamilan. Plasenta sekresi
hormon seperti progesteron, kortisol laktogen, plasenta, prolaktin, dan
hormon pertumbuhan, merupakan penyumbang utama kepada resistensi
insulin yang terlihat dalam kehamilan. Resistensi pada insulin mungkin
berperan dalam memastikan bahwa janin memiliki tenaga yang cukup dari
glukosa dengan mengubah metabolisme energi ibu dari karbohidrat ke
lemak.
Wanita dengan GDM memiliki keparahan yang lebih besar dari
resistensi insulin dibandingkan dengan resistensi insulin terlihat pada
kehamilan normal. Mereka juga memiliki penurunan dari peningkatan
kompensasi dalam sekresi insulin, khususnya pada fase pertama sekresi
insulin. Penurunan pada insulin fase pertama mungkin menandakan
kerusakan fungsi sel β. Xiang et al menemukan bahwa wanita dengan
GDM Latino meningkat resistensi terhadap pengaruh insulin pada
clearance glukosa dan produksi dibandingkan dengan wanita hamil
normal. Selain itu, mereka menemukan bahwa wanita dengan GDM
mengalami penurunan 67% sebagai kompensasi β-sel mereka
dibandingkan dengan normal peserta kontrolhamil.
Ada juga kebanyakan wanita dengan GDM yang memiliki bukti
autoimun sel islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada wanita
dengan GDM berkisar 1,6-38%. Prevalensi autoantibodi lain, termasuk
autoantibodi insulin dan antibody asam glutamat dekarboksilase, juga
telah variabel. Wanita-wanita ini mungkin menghadapi risiko untuk
mengembangkan bentuk autoimun diabetes di kemudian hari. Akhirnya,
dalam 5% dari semua kasus GDM, β-sel ketidakmampuan untuk
mengkompensasi resistensi insulin adalah hasil dari cacat di β -sel, seperti
mutasi pada glukokinase. (Sumber : Journal Clinical Diabetes January
2005 Vol23).
9
6. Komplikasi
a. Komplikasi padaIbu:
1) Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertamakehamilan
2) Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat
resistensiinsulin
3) Infeksi salurankemih
4) Preeklampsi
5) Hidramnion
6) Retinopati
7) Trauma persalinan akibat bayibesar
b. Masalah pada anak:
1) Abortus
2) Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tubedefek
3) Respiratorydistress
4) Neonatalhiperglikemia
5) Makrosomia
6) Hipocalcemia
7) Kematian perinatal akibat diabeticketoasidosis
8) Hiperbilirubinemia
Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional:
a. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/gangren.
b. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik),
syaraf (stroke,neuropati).
c. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi,stroke
7. PemeriksaanDiagnostik
Kriteria Diagnosis:
a. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:
b. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak
mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.Atau:
10
c. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan
dengan Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalamair.
11
c. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal
glukosuria, obatobatan, danlainnya
d. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300mg%
e. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
f. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400mg%
g. Dapat digunakan untuk kontrol hasilpengobatan
h. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikanpedoman.
8. Penatalaksanaanmedic
a. ManajemenFarmakalogi
1) Insulin adalah terapi farmakologis yang paling konsisten yang telah
ditunjukkan untuk mengurangi morbiditas janin ketika
ditambahkan dengan evaluasi Terapi Nutrisi Medis (MNT).
Pemilihan kehamilan untuk terapi insulin dapat didasarkan pada
ukuran glikemia ibu dengan atau tanpa penilaian karakteristik
pertumbuhan janin. Ketika kadar glukosa ibu digunakan, terapi
insulin dianjurkan ketika MNT gagal untuk mempertahankan
glukosa dipantau berdasarkan kadar glukosaberikut:
a) Glukosa darah puasa seluruh : ≤ 95 mg / dl (5,3 mmol /l)
b) Glukosa plasma puasa : ≤ 105 mg / dl (5,8 mmol /l)
c) Glukosa darah postprandial 1-jam keseluruhan : ≤ 140 mg / dl
(7,8 mmol / l) Glukosa 1-jam postprandial plasma : ≤ 155
mg / dl (8,6 mmol /l)
d) Glukosa darah postprandial 2-jam keseluruhan: ≤ 120 mg / dl
(6,7 mmol / l)
e) Glukosa postprandial plasma 2-jam : ≤ 130 mg / dl (7,2mmol
/l)
2) Insulin harus digunakan bila insulin yang diresepkan, dan
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri Harian (SMBG) harus
dibimbing dan waktu dosis regimen insulin. Penggunaan insulin
analog belum cukup teruji diGDM.
12
3) Pengukuran lingkar perut janin awal pada trimester ketiga dapat
mengidentifikasi sebagian besar bayi tanpa risiko kelebihan
makrosomia dengan tidak adanya terapi insulin ibu. Pendekatan ini
telah diuji terutama pada kehamilan dengan ibu kadar glukosa
serum puasa <105 mg / dl (5,8 mmol /l).
4) Agen penurun glukosa oral secara umum tidak dianjurkan selama
kehamilan. Namun, dalam satu percobaan klinis yang
membandingkan penggunaan insulin dan glyburide pada wanita
dengan GDM menunjukkan ia tidak mampu memenuhi tujuan
glikemik pada MNT . Semua pasien berada di luar trimester
pertama kehamilan di inisiasi terapi. Glyburide tidak disetujui FDA
untuk pengobatan GDM dan studi lebih lanjut diperlukan dalam
populasi pasien yang lebih besar untuk membuktikeamanannya.
b. ManajemenNon-Farmakalogi
1) Semua wanita dengan GDM harus mendapat konseling gizi, oleh
seorang ahli diet terdaftar bila mungkin, sesuai dengan
rekomendasi oleh American Diabetes Association. Individualisasi
terapi nutrisi medis (MNT) tergantung pada berat badan ibu dan
tinggi dianjurkan. MNT harus mencakup penyediaan kalori dan
nutrisi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan
harus konsisten dengan tujuan glukosa darah ibu yang telah
ditetapkan. Diet kurang kalori dapat digunakan bagi tahapsedang.
2) Untuk wanita gemuk (BMI> 30 kg / m 2). Pembatasan kalori 30-
33% (25 kkal / kg berat aktual per hari) telah terbuktikan dapat
mengurangi hiperglikemia dan kadar plasma trigliserida tanpa
menunjukkan peningkatan pada ketonuria. Pembatasan karbohidrat
untuk 35-40% dari kalori telah terbukti menurunkan kadar glukosa
ibu dan membaikan kondisi ibu danjanin.
3) Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan
konsentrasi glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun
dampak latihan komplikasi neonatal menunggu uji klinis yang
ketat, efek penurun glukosa menguntungkanmenjamin
13
rekomendasi bahwa perempuan tanpa kontraindikasi medis atau
obstetri didorong untuk memulai atau melanjutkan program latihan
sederhana sebagai bagian dari pengobatan untuk GDM.
4) GDM tidak dengan sendirinya merupakan indikasi untuk kelahiran
certio cesearan atau untuk partus sebelum 38 minggu kehamilan.
Perpanjangan masa kehamilan 38 minggu meningkatkan risiko
makrosomia janin tanpa mengurangi tingkat bedah caesar,
sehingga melahirkan janin pada minggu 38 dianjurkan tetapi
kondisi obstetric haruspertimbangan.
c. Monitor / Surveilans (AntenatalCare)
1) Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi
hiperglikemia parah cukup untuk menentukan kadar risiko efek
pada janin. Pemantauan diri glukosa darah harian (SMBG)
tampaknya lebih unggul mengetahui kadar gula darah yang benar.
Bagi wanita yang diobati dengan insulin, bukti-bukti terbatas
menunjukkan bahwa pemantauan postprandial lebih unggul dari
pemantaunpreprandial.
2) Pemantauan keton urin mungkin berguna dalam mendeteksi kalori
yang tidak memadai atau asupan karbohidrat pada wanita
diperlakukan dengan pembatasan kalori.
3) Surveilans harus ditingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi
karena dapat menyebabakan kematian pada janin , terutama ketika
kadar glukosa puasa melebihi 105 mg / dl (5,8 mmol / l) atau
jangka masa kehamilan berlanjut. Inisiasi, frekuensi, dan teknik
khusus yang digunakan untuk menilai kesejahteraan janin akan
tergantung pada risiko kumulatif janin bergantung dari GDM dan
kondisi medis lain / kondisi obstetri yanghadir.
4) Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi,
terutama di awal trimester ketiga, dapat membantu dalam
mengidentifikasi janin yang dapat manfaat dari terapi insulin ibu.
(Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol23)
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
15
h. Pola Aktivitas Sehari-hari:
1) Pola Nutrisi: Polidipsi, Poliuri, Mual dan muntah, Obesitas,
Nyeri tekan abdomen, Hipoglikemi, Glukosuria,Ketonuria.
2) Pola eliminasi:
a) BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau
sering berkemih.
b) BAB : biasanya tidak ada gangguan.
3) Pola personal hygiene: Pola atau frekuensi mandi, menggosok
gigi,keramas.
i. Pola istirahat tidur : Gangguan pola tidur karena perubahan peran
dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
j. Pola aktifitas dan latihan : Aktivitas yang berlebih pada keadaan
hipoglikemi dapat menyebabkan rasa lapar meningkat, pusing,
nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkal dan
pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhadap
cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidak
patuhan diet ibu.
k. Pemeriksaan Fisik:
1) Keadaan umum jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa
merasa lemah danletih
2) TD ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena
komplikasi dari ibu dengan DM adalah preeklamsia dan
eklamsia.
3) Nadi pada keadaan hiperlikemi biasanya nadi lemah dancepat.
4) Respirasi pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis
biasanya RR meningkat dan napas bau keton.
5) Suhu tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab
pada kondisihipoglikemi.
6) Berat badan ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan
berlebih, dan terjadi peningkatan berat badan waktu hamil yang
berlebih.
16
B. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Defisist Nutrisi b.d Peningkatan Kebutuhan
Metabolisme
2) Resiko Tinggi cidera janin b. d besarnya ukuran janin/ paritas
banyak
3) Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan
perubahan kontrol diabetik
4) Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi/
Ketidaktahuan Menemukan sumber informasi
17
NO INTERVENSI RASIONAL
Monitor asupan dan
1. keluarnya makanan dan Kebutuhan metabolisme prenatal
berubah selama trimester pertama
cairan serta kebutuhan
kalori dalam 24 jam
2 Timbang berat badan Penambahan berat badan adalah
setiap kunjungan kunci petunjuk untuk memutuskan
penyesuaian kebutuhan kalori.
3 Diskusikan perilaku
makan & jenis aktifitas
fisik yang sesuai
4 Lakukan kontrak
prilaku
5 Rencanakan program
pengobatan untuk
perawatan dirumah
18
19
2. Risiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan besarnya ukuran
janin
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam tingkat
cedera janin menurun dengan Kriteria hasil:
NO INTERVENSI RASIONAL
7 Lakukan manuver
Leopold untuk
menentukan posisi
janin
20
NO INTERVENSI RASIONAL
9. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
21
3. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan
perubahan kontrol diabetik.
Kriteria evaluasi : Tetap normotensive, Mempertahankan
normoglikemia, Bebas dari komplikasi (seperti infeksi, pemisahan
plasenta).
NO INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Perhatikan klasifikasi Klien dengan klasifikasi D, E atau
white untukdiabetes. F adalah berisiko tinggi terhadap
Kaji derajad kontrol komplikasi kehamilan.
22
diabetik.
2. Kaji perdarahan Perubahan vaskuler yang
pervaginam dan nyeri dihubungkan dengan diabetes
tekanabdomen. menandakan resiko abrupsi
plasenta.
3. Pantau terhadap tanda Distensi uterus berlebihan karena
dan gejala persalinan makrosomia atau hidramnion
preterm dapat mempredisposisikanpada
persalinan awal.
4. Bantu untuk belajar Memungkinkan keakuratan tes
memantau glukosa urin yang lebih besar karena
darah di rumah yang ambang ginjal terhadap glukosa
dilakukan 6 kali menurun selamakehamilan.
sehari.
5. Periksa keton dalam Ketonuria menandakan adanya
urin setiap hari kondisi kelaparan yang secara
negatif dapat mempengaruhi
perkembangan janin
6. Identifikasi kejadian Insiden hipoglikemia sering terjadi
hipoglikemia dan pada trimester ketiga karena aliran
hiperglikemia. glukosa darah dan asam amino
yang kontinue pada janin dan
untuk menurunkan kadar insulin
antagonis laktogen plasenta.
Insiden hiperglikemia memerlukan
regulasi diet atau insulin untuk
normoglikemia khususnya pada
trimester kedua dan ketiga karena
kebutuhan insulinsering
meningkat dua kali
7. Kolaborasi
Pantau kadar glukosa Mendeteksi ancaman ketoasidosis,
23
serum setiap menentukan adanya ancaman
kunjungan. hipoglikemia.
8. Jadwalkan Latar belakang retinopati dapat
Pemeriksaan berlanjut selama kehamilan karena
oftalmologi selama keterlibatan vaskuler berat. Terapi
trimester pertama, koagulasi laser dapat memperbaiki
trimester kedua dan dan menurunkan fibrosis optik.
ketiga bila berada
dalam diabetes
klasifikasi kelas D
atau diatasnya
Kriteria evaluasi:
1. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama
kehamilan.
2. Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes
laboratorium dan aktivitas yang melibatkan pengontrolan
diabetes.
3. Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan
pemberianinsulin.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
Kaji pengetahuan Diabetes mellitus gestasional
tentang proses dan besisiko terhadap ambilan glukosa
tindakan terhadap yang tidak efektif dalam sel,
penyakit termasuk penggunaan lemak dan protein
hubungan dengan diet, untuk energi secara berlebihan dan
latihan, stres dan dehidrasi seluler saat air dialirkan
kebutuhan insulin. dari sel oleh konsentrasi hipertonik
24
glukosa dalam serum
25
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. N usia 38 th, islam, ibu rumah tangga, G1PoAo HPHT 10 Juli 2021, usia
kg,mual terutama pagi hati,muntah tidak ada,GDS : 380 mg/dl,hasil HBALC : 9.4,
klien megatakan sering kencing pada malam hari cepat merasa haus dan sering
merasa lapar, klien mengatakan cepat lelah, jalan sedikit sudah ngos ngosan,
klien mengatakan cemas karena gula darah tinggi, klien mengatakan tidak tahu
Data Fokus
5. Klien tidak tahu apa itu Diabetes 2. Klien tampak kelelahan dan
memegangi perutnya
26
3. Klien tampak cemas dan sering
Analisa Data
Data Objektif
1. Tanda-tanda Vital :
27
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 84xmeit
RR : 24 xmeit
Suhu : 36,5 c
BB : 70 kg
HBA1C : 9.4
Intervensi keperawatan
Diagnosa 3 : Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tetang cara perawatan diabetes
selama hamil
8. Beri informasi tanda dan gejala, gejala komplikasi DM (ketoasidosis, shock insulin,
Preeklamsi )
9. Diskusikan tentang aktivitas yang dapat di lakukan sehari sehari dan jadwal olah
raga
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka
ini dinamakan dengan Diabetes melitus gestasional, sedangkan bila
Diabetes Melitus telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan
Diabetes Melitus pregestasi. Diabetes Melitus yang terjadi pada ibu hamil
dan diketahui saat hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca
persalinan, maka ini dinamakan Diabetes Melitus gestasional, namun
apabila setelah 6 minggu persalinan Diabetes Melitus belum juga sembuh,
maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi Diabetes Melitus. Diabetes
mellitus gstasional perlu penanganan yang serius, karena dapat
mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan
janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan secara
professional terhadap ibu hamil dengan Diabetes Melitus, supaya tidak
lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi yang tidakdiinginkan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran
dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan.
Sebagai berikut :
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit
diabetes mellitus gestasional hendaknya pasien segera kerumah sakit
agar dapat dilakukan tindakankeperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik
secara teoritis maupun praktek tentang penyakit diabetes mellitus
gestasional agar dapat melakukan tindakan keperawatan.
30
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/132750368/Asuhan-Keperawatan-Pada-Ibu-Hamil-
Dengan-Diabetes-Melitusdiakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 15:25 WIB
https://media.neliti.com/media/publications/67971-ID-analisis-faktor-yang-
berhubungan-dengan.pdf diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 15:15
WIB
Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23 diakses pada tanggal 13 Februari
2018, pukul 16:00 WIB
http://jemariinspirasimu.blogspot.co.id/2015/10/askep-diabetes-melitus-pada-ibu-
hamil.html diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 14:35 WIB
31
32