Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN RADANG SELAPUT


OTAK (MENINGITIS)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik Keperawatan (PLKK) Daring
Sistem Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :
SARWONO DWI SAPUTRA
2017.02.037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan asuhan keperawatan medical bedah pada pasien radang selaput otak
(meningitis) yang disusun oleh :

Nama : Sarwono Dwi Saputra


NIM : 2017.02.037
Prodi : S1 Keperawatan

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas Praktik Laboratorium Klinik (PLKK) Daring
sistem Keperawatan Medikal Bedah yang dilaksanakan pada 13 juli-31 juli 2020.

Laporan pendahuluan ini telah disetujui


Pada tanggal

Oleh
Pembimbing

Ns. Masroni, M.S (In Nursing)


NIK : 06.077.0612
LAPORAN PENDAHULUAN
RADANG SELAPUT OTAK (MENINGITIS)

1. Konsep Radang Selaput Otak (Meningitis)


1.1 Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon), menerima 20
% curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori
energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam
seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa (Wilson,
2006).

Gambar 2.1. Anatomi selaput otak (Prince, Wilson, 2006)

Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur saraf
yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari
tiga lapis, yaitu:
a. Durameter
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak, sumsum
tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas
durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan
durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk
falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
b. Arakhnoid
Arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan
piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak yang meliputi
seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan arakhnoid disebut
ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah bening. Pada
ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak
dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.

c. Piameter

Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini
melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang
ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak
ke sumsum tulang belakang (Wilson, 2006).

1.2 Definisi Selaput Radang Otak (Meningitis)


Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis. Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges,
biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok,
Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Yuliani, 2001).
Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan medula
spinalis) (Long, 1996).

1.3 Etiologi Selaput Radang Otak (Meningitis)


a. Infeksi Virus :
1) Dari orang ke orang : morbili, gondong, rubella, kelompok enterovirus, kelompok
herpes, kelompok pox, influenza A dan B (David, 2008).
2) Lewat arthropoda : Eastern equine, Western equine, Dengue, Colorado tick fever
(Muttaqin, 2008).
b. Infeksi non virus :
1) Bacterial : meningitis tuberkulosa dan bakterial sering mempunyai komponen
ensefalitis.
2) Spirochete : sifilis, leptospirosis.
3) Jamur : kriptococus, histoplasmosis, aspergilosis, mukomikosis, kandidosis,
koksidiodomikosis.
4) Protozoa : plasmodium, tripanosoma, toksoplasma.
5) Staphylococcus aureus
6) Streptococcus
7) E. Colli
8) Mycobacterium
9) T. palladium (Muttaqin, 2008)
c. Pasca Infeksi
1) Campak
2) Rubella
3) Varisela
4) Virus Pox
5) Vacinia (David, 2008)

1.4 Patofisiologi Selaput Radang Otak (Meningitis)

Pada umum virus masuk sistem limfatik, melalui penelanan enterovirus


pemasukan pada membran mukosa oleh campak, rubella, VVZ, atau HSV : atau
dengan penyebaran hematogen dari nyamuk atau gigitan serangga lain. Di tempat
tersebut mulai terjadi, multiplikasi dan masuk aliran darah menyebabkan infeksi
beberapa organ.
Pada stadium ini (fase ekstraneural) ada sakit demam, sistemik, tapi jika
terjadi multiplikasi virus lebih lanjut pada organ yang ditempati, penyebaran
sekunder sejumlah virus dapat terjadi. Invasi SSS disertai dengan bukti klinis
penyakit neurologis, HSV-1 mungkin mencapai otak dengan penyebaran langsung
sepanjang akson saraf.
Kerusakan neurologis disebabkan oleh invasi langsung dan penghancuran
jaringan saraf oleh pembelahan virus secara aktif dan/atau oleh reaksi hospes
terhadap antigen virus, kebanyakan penghancuran saraf mungkin karena invasi
virus secara langsung, sedangkan respons jaringan hospes yang hebat
mengakibatkan demielinasi dan penghancuran vaskuler serta perivaskuler
(Muttaqin, 2008)
1.5 Pathway Selaput Radang Otak (Meningitis)

Infeksi Virus : Penyakit campak, Infeksi Non-Virus :


Cacar air, Herpes, Bakteri, Jamur, protozoa
Bronchopneumonia

Invansi kuman (virus, bakteri, jamur, dll) ke jaringan serebral via vena nasofaring posterior,
telinga bagian tengah dan saluran mastoid

Reaksi peradangan jaringan serebral

Eksudat Meningen Gangguan Metabolisme Serebral Hipoperfusi

Thrombus daerah korteks dan aliran


darah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan


nekrosis pembuluh darah

Infeksi / septicemia jaringan otak

Iritasi meningen

Sakit kepala dan demam Perubahan fisiologis intrakranial

Hipertermi Nyeri Akut Edema serebral dan peningkatan TIK Peningkatan permeabilitas
darah ke otak

Penekanan area Adhesi menyebabkan Perubahan tingkat Perubahan Bradik


Perubahan
fokal kortikal kelumpuhan saraf kesadaran, perubahan gastrointes ardi
system
perilaku, disorientasi tinal
pernapasan
fotofobia, peningkatan
Regiditas nukal, Koma cheyne-
sekresi ADH
tanda kerning, dan stokes
brudzinki positif
Kematian
Kejang Mual dan
muntah

Risiko ketidakseimbangan
Risiko cidera Cemas / ansietas cairan

Pola nafas Bersihan


tidak efektif jalan nafas
tidak efektif

Prosedur Kelemahan fisik Peningkatan Risiko perfusi


invasive lumbal permebialitas serebral
pungsi kapiler dan tidak efektif
retensi cairan

Risiko
Hipervolemi Perfusi
intoleransi
perifer tidak
aktivitas
efektif
1.6 Manifestasi Klinis Radang Selaput Otak ( Meningitis)
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut
dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi
maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

1.7 Klasifikasi Radang Selaput Otak (Meningitis)


Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya
lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
1.8 Pemeriksaan Penunjang Radang Selaput Otak (Meningitis)
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap
beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif,
kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

1.9 Penatalaksanaan Radang Selaput Otak (Meningitis)


Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai
bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan
meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke
ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat
atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih
efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):


1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1
setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):


1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7
mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan
volume cairan intravena.
1.10 Komplikasi Radang selaput Otak (Meningitis)

1. Hidrosefalus obstruktif
2. Meningococc L Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar (AloDokter, 2020)
11. Attention deficit disorder

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
a. Identitas
Meningitis dapat terjadi pada semua kelompok umur
b. Keluhan Utama
Panas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa sakit kepal dan demam, kejang, letargi
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit, dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala,
dan adanya pengaruh imunologis pada masa sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga memiliki riwayat penyakit yang disebabkan oleh virus seperti : herpes,
hiv, dll. Bakteri: Stapilococcus Aureus, Streptococcus, dll
f. Imunisasi
Apakah riwayat imunisasi lengkap, kapan terakhir diberikan imunisasi DTP
g. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
- Kebiasaan
Sumber air yang digunakan (PAM,sumur). BAB menggunakan jamban atau
tidak, lingkungan yang kumuh
- Status ekonomi
Biasanya menyerang pada klien yang berstatus ekonomi rendah
- Pola Nutrisi dan Metabolisme
Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit
jelek dan membrane mukosa kering
- Pola eliminasi
Inkontinensi dan atau retensi
- Pola istirahat
Pola pada klien meningitis tidak dapat dievaluasi karena klien sering mengalami
apatis sampai koma
- Pola aktivitas
Gejala : perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter
- Pola hubungan dengan peran
Interaksi klien dengan keluarga / orang lain biasanya kurang, karena klien
dengan meningitis kesadaranya menurun dari apatis sampai koma.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada klien dengan radang selaput otak
(meningitis) yaitu (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017)
1) Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi,kanker) d.d suhu tubuh diatas nilai
normal
2) Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologi (inflamasi) d.d klien mengeluh kepala
pusing, mengeluh nyeri, gelisah
3) Risiko Cidera b.d terpapar pathogen, disfungsi autoimun d.d klien kejang
4) Ansietas b.d ancaman terhadap kematian d.d tampak tegang, kondisi klinis
karena penyakit kronis progresif (penyakit autoimun)
5) Pola Nafas Tidak Efektif b.d gangguan neurologis d.d klien tampak dyspnea,
pola nafas abnormal (cheyne-stoke)
6) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi d.d dyspnea, pola napas
berubah
7) Risiko ketidakseimbangan cairan b.d gangguan intestinal d.d klien mual dan
muntah
8) Risiko intoleransi aktivitas b.d ketidakbugaran status fisik d.d gangguan
metabolic
9) Hypervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d dyspnea, edema anasarka
dan/atau edema perifer kondisi klinis kelainan hormone
10) Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d koagulopati (anemia sel sabit) d.d
infeksi otak (meningitis)
11) Risiko perfusi perifer tidak efektif b.d proses endovaskuler
2.3 Tindakan Keperawatan

Tabel 2.1 Tindakan Keperawatan pada pasien dengan Meningitis


No Diagnosa Luaran Intervensi
(Tim Pokja SDKI DPP (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
PPNI, 2017)
1 Hipertermia b.d proses Status Neurologis (L.06053, SLKI hal Pemberian obat (I.02062, SIKI hal 257-258)
penyakit (infeksi) d.d suhu 120) 1) Definisi : mempersiapkan, memberi, dan
tubuh diatas nilai normal 1). Definisi : kemampuan system mengevaluasi keefektifan agen
perifer dan pusat untuk menerima, farmakologis yang diprogramkan
mengolah dan merespon stimulus 2) Tindakan :
internal dan eksternal -Observasi
2). Ekspektasi : Membaik a. identifikasi kemungkinan alergi,
3). Kriteria Hasil interaksi, dan kontraindikasi obat.
Indikator IR-ER b. Verifikasi order obat sesuai indikasi
c. periksa tanggal kadaluarsa obat
Hipertermia 1 2 3 4 5 d. monitor efek samping, toksisitas, dan
Frekuensi 1 2 3 4 5 interaksi obat
kejang
Pucat 1 2 3 4 5 -Terapeutik
Keterangan : a. perhatikan prosedur pemberian obat
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang yang aman dan akurat
didapat dari pasien pada saat b. lakukan prinsip enam benar
pengkajia) (pasien,obat,dosis,rute,waktu,dokumentasi)
ER : Expectation Rate (target yang c. buang obat yang tak terpakai atau
diinginkan setelah dilakukan kadaluarsa
intervensi) d. dokumentasikan pemberian obat dan
1. Meningkat respons terhadap obat
2. Cukup meningkat
3. Sedang -Edukasi
4. Cukup menurun a. jelaskan jenis obat, alasan pemberian,
5. Menurun tindakan yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian
b. jelaskan factor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan efektifitas
obat
2 Nyeri Akut b.d agen Tingkat nyeri (L.08066, SLKI hal Manajemen Nyeri (I.08238, SIKI hal 201-202)
pencedera fisiologi 145) 1) Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
(inflamasi) d.d klien 1). Definisi : pengalaman sensorik pengalaman sensorik atau emosional yang
mengeluh kepala pusing, atau emosional yang berkaitan dengan berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
mengeluh nyeri, gelisah kerusakan jaringan aktualatau fungsional dengan onset mendadak atau
fungsional, dengan onset mendadak lambat dan berintensitas ringan hingga
atau lambat dan berintensitas ringan berat dan konstan
hingga berat dan konstan 2) Tindakan :
2). Ekspektasi : menurun -Observasi
3). Kriteria Hasil a. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Indicator IR-ER frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. identifikasi skala nyeri
Keluhan 1 2 3 4 5 c. identifikasi nyeri non verbal
nyeri d. identifikasi factor yang memperberat
Gelisah 1 2 3 4 5 dan memperingan nyeri
Muntah 1 2 3 4 5 e. monitor pemberian efek samping nyeri
Mual 1 2 3 4 5
Keterangan : -Terapeutik
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang a. berikan efek non farmakologisuntuk
didapat dari pasien pada saat mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi music,
pengkajia) kompres hangat/dingin, aromaterapi)
b. fasilitasi istirahat dan tidur
ER : Expectation Rate (target yang c. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
diinginkan setelah dilakukan dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
intervensi)
1. Meningkat -Edukasi
2. Cukup meningkat a. jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Sedang b. anjurkan menggunakan analgetik secara
4. Cukup menurun tepat
5. Menurun c. ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3 Risiko Cidera b.d terpapar Kontrol kejang (L.06050, SLKI hal Manajemen kejang (I.06193, SIKI hal 189-190)
pathogen, disfungsi 56) 1) Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
autoimun d.d klien kejang 1). Definisi : kemampuan untuk kontraksi otot dan gerakan yang tidak
mengendalikan atau mengurangi terkendali
munculnya episode kejang 2) Tindakan :
2). Ekspektasi : Meningkat -Observasi
3). Kriteria Hasil a. monitor terjadinya kejang berulang
Indicator IR-ER b. monitor karakteristik kejang
c. monitor status neurologis
Kemampuan 1 2 3 4 5 d. monitor tanda-tanda vital
mengidentifikasi
factor risiko/ -Terapeutik
pemicu kejang a. baringkan pasien agar tidak jatuh
Kemampuan 1 2 3 4 5 b. pertahankan kepatenan jalan nafas
mencegah factor c. longgarkan pakaian, terutama bagian
risiko/pemicu leher
kejang d. damping selama periode kejang
Keterangan :
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang e. jauhkan benda-benda berbahaya
didapat dari pasien pada saat terutama benda tajam
pengkajia)
ER : Expectation Rate (target yang -Edukasi
diinginkan setelah dilakukan a. anjurkan keluarga menghindari
intervensi) memasukkan apapun kedalam mulut
1. Menurun pasien saat periode kejang
2. Cukup menurun b. anjurkan keluarga tidak menggunakan
3. Sedang kekerasan untuk menahan gerakan pasien
4. Cukup meningkat
5. Meningkat -Kolaborasi
Anjurkan pemberian antikonvulsan, jika
perlu

4 Ansietas b.d ancaman Tingkat ansietas (L.09093, SLKI hal Terapi relaksasi (I.09326, SIKI hal 436)
terhadap kematian d.d 132) 1) Definisi : menggunakan teknik peregangan
tampak tegang, kondisi 1). Definisi : kondisi emosi dan untuk mengurangi tanda dan gejala
klinis karena penyakit pengalaman subyektif terhadap objek ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan
kronis progresif (penyakit yang tidak jelas dan spesifik akibat oto, atau kecemasan
autoimun) antisipasi bahaya yang memungkinkan 2) Tindakan :
individu melakukan tindakan untuk -Observasi
menghadapi ancaman a. identifikasi penurunan tingkat energy,
2). Ekspektasi : Menurun ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
3). Kriteria Hasil gejala lain yang mengganggu kemampuan
Indicator IR-ER kognitif
b. identifikasi teknik relaksasi yang efektif
Verbalisasi 1 2 3 4 5 c. monitor respon terhadap terapi relaksasi
khawatir akibat
kondisi yang -Terapeutik
dihadapi a. ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
Perilaku gelisah 1 2 3 4 5 gangguan dengan pencahayaan dan suhu
Perilaku tegang 1 2 3 4 5 ruangan yang nyaman
Keterangan : b. gunakan pakaian longgar
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang c. gunakan relaksasi sebagai strategi
didapat dari pasien pada saat penunjang dengan analgetik atau tindakan
pengkajia) medis lain
ER : Expectation Rate (target yang
diinginkan setelah dilakukan -Edukasi
intervensi) a. jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan
1. Meningkat jenis relaksasi yang ada
2. Cukup meningkat b. jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
3. Sedang yang dipilih
4. Cukup menurun c. anjurkan mengambil posisi yang
5. Menurun nyaman
d. anjurkan sering menulangi atau melatih
tekhnik yang dipilih
5 Pola Nafas Tidak Efektif Status neurologis Dukungan ventilasi (I.01002, SIKI hal 49)
b.d gangguan neurologis 1). Definisi : kemampuan system saraf 1) Definisi : memfasilitasi dalam
d.d klien tampak dyspnea, perifer dan pusat untuk menerima, mempertahankan pernapasan spontan
pola nafas abnormal mengolah dan merespon stimulus untuk memaksimalkan pertukaran gas
(cheyne-stoke) internal dan eksternal diparu-paru
2). Ekspektasi : Membaik 2) Tindakan :
3). Kriteria Hasil -Observasi
Indicator IR-ER a. identifikasi adanya kelelahan otot bantu
napas
b. monitor status respirasi dan oksigenasi
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5 -Terapeutik
a. pertahankan kepatenan jalan nafas
b. berikan posisi semi fowler atau fowler
c. berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Pola nafas 1 2 3 4 5
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
-Edukasi
Keterangan :
a. ajarkan melakukan teknik relaksasi
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang
napas dalam
didapat dari pasien pada saat
b. ajarkan mengubah posisi secara mandiri
pengkajia)
c. ajarkan teknik batuk efektif
ER : Expectation Rate (target yang
diinginkan setelah dilakukan
-Kolaborasi
intervensi)
a. kolaborasi pemberian bronchodilator,
1. Memburuk
jika perlu
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik

6 Bersihan jalan napas tidak Tingkat infeksi (L.14137,SLKI hal Terapi oksigen (I.01026, SIKI hal 430-431)
efektif b.d proses infeksi 139) 1) Definisi : memberikan tambahan oksigen
d.d dyspnea, pola napas 1). Definisi : derajat infeksi untuk mencegah dan mengatasi kondisi
berubah berdasarkan observasi atau sumber kekurangan oksigen jaringan
informasi 2) Tindakan :
2). Ekspektasi : Menurun -Observasi
3). Kriteria Hasil a. monitor kecepatan aliran oksigen
Indicator IR-ER b. monitor posisi alat terapi oksigen
c. monitor aliran oksigen secara periodik
d. monitor tanda- tanda hipoventilasi
Cairan berbau 1 2 3 4 5 e. monitor tanda dan gejala toksikasi
busuk oksigen dan atelektasis
Sputum 1 2 3 4 5
berwarna hijau -Terapeutik
Keterangan : a. bersihkan secret pada mulut, hidung, dan
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang trakea. Jika perlu
didapat dari pasien pada saat b. pertahankan kepatenan jalan napas
pengkajia) c. berikan oksigen tambahan, jika perlu
ER : Expectation Rate (target yang
diinginkan setelah dilakukan -Edukasi
intervensi) a. ajarkan pasien dan keluarga cara
1. Meningkat menggunakan oksigen dirumah
2. Cukup meningkat
3. Sedang -Kolaborasi
4. Cukup menurun a. kolaborasi penentuan dosis oksigen
5. Menurun b. kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur

7 Risiko ketidakseimbangan Tingkat mual/muntah (tingkat nausea) Manajemen cairan (I.03098, SIKI hal 159)
cairan b.d gangguan (L.08065, SLKI hal 144) 1) Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
intestinal d.d klien mual 1). Definisi : perasaan tidak nyaman keseimbangan cairan dan mencegah
dan muntah pada bagian belakang tenggorok atau komplikasi akibat ketidakseimbangan
lambung yang dapat mengakibatkan cairan
muntah 2) Tindakan :
2). Ekspektasi : Menurun -Observasi
3). Kriteria Hasil a. monitor status hidrasi
Indicator IR-ER b. monitor berat badan harian
c. monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Keluhan mual 1 2 3 4 5
Perasaan ingin 1 2 3 4 5 -Terapeutik
muntah a. catat intake-output dan hitung balans
Perasaan asam 1 2 3 4 5 cairan 24 jam
di mulut b. berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Frekuensi 1 2 3 4 5 c. berikan cairan intravena, jika perlu
menelan
Keterangan : -Kolaborasi
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang a. kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
didapat dari pasien pada saat
pengkajia)
ER : Expectation Rate (target yang
diinginkan setelah dilakukan
intervensi)
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

8 Risiko intoleransi aktivitas Konservasi energi (L.05040,SLKI hal Manajemen energy (I.05178, SIKI hal 176)
b.d ketidakbugaran status 51) 1) Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
fisik d.d gangguan 1). Definisi : kemampuan penggunaan energy untuk mengatasi atau
metabolic menggunakan energy secara efektif mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
dan efisien proses pemulihan
2). Ekspektasi : Meningkat 2) Tindakan :
3). Kriteria Hasil -Observasi
Indicator IR-ER a. identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
Aktivitas fisik 1 2 3 4 5 b. monitor pola dan jam tidur
yang
direkomendasikan -Terapeutik
Aktivitas yang 1 2 3 4 5 a. lakukan latihan rentang gerak pasif
tepat dan/atau aktif
Pembatasan 1 2 3 4 5 b. berikan aktivitas distraksi yang
energy menenangkan
Keterangan :
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang -Edukasi
didapat dari pasien pada saat a. anjurkan tirah baring
pengkajia) b. anjurkan melakukan aktivitas secara
ER : Expectation Rate (target yang bertahap
diinginkan setelah dilakukan c. anjurkan menghubungi perawat jika
intervensi) tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
1. Menurun c. ajarkan strategi koping untuk
2. Cukup menurun mengurangi kelelahan
3. Sedang
4. Cukup meningkat -Kolaborasi
5. Meningkat Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
9 Hypervolemia b.d Keseimbangan cairan (L.03020, SLKI Pemantauan cairan (I.03121, SIKI hal 238-239)
gangguan mekanisme hal 41) 1) Definisi : mengumpulkan dan
regulasi d.d dyspnea, 1). Definisi : ekuilibrium antara menganalisis data terkait pengaturan
edema anasarka dan/atau volume cairan diruang intraselular dan keseimbangan cairan
edema perifer kondisi klinis eksraselular tubuh 2) Tindakan :
kelainan hormone 2). Ekspektasi : Meningkat -Observasi
3). Kriteria Hasil a. monitor tekanan darah
Indicator IR-ER b. monitor berat badan
c. monitor waktu pengisian kapiler
Edema 1 2 3 4 5 d. monitor intake dan output cairan
Asites 1 2 3 4 5 e. identifikasi tanda-tanda hipervolemia
Konfusi 1 2 3 4 5
Keterangan : -Terapeutik
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang a. atur interval waktu pemantauan sesuai
didapat dari pasien pada saat dengan kondisi pasien
pengkajia) b. dokumentasikan hasil pemantauan
ER : Expectation Rate (target yang
diinginkan setelah dilakukan -Edukasi
intervensi) a. jelaskan tujuan dan prosedur
1. Meningkat pemantauan
2. Cukup meningkat b. informasikan hasil pemantauan, jika
3. Sedang diperlukan
4. Cukup menurun
5. Menurun

10 Risiko perfusi serebral Status neurologis (L. 06053, SLKI hal Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I.
tidak efektif b.d 120) 06194, SIKI hal 205)
koagulopati (anemia sel 1). Definisi : kemampuan system saraf 1) Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
sabit) d.d infeksi otak perifer dan pusat untuk menerima, peningkatan tekanan dalam rongga kranial
(meningitis) mengolah dan merespon stimulus 2) Tindakan :
internal dan eksternal -Observasi
2). Ekspektasi : Membaik a. identifikasi penyebab peningkatan TIK
3). Kriteria Hasil b. monitor tanda/gejala peningkatan TIK
Indicator IR-ER c. monitor status pernapasan
d. monitor intake dan output cairan
Sakit kepal 1 2 3 4 5 e. monitor cairan serebro spinalis
Frekuensi 1 2 3 4 5
kejang
hipertermia 1 2 3 4 5 -Terapeutik
pucat 1 2 3 4 5 a. minimalkan stimulus dengan
Kongesti 1 2 3 4 5 menyediakan lingkungan yang tenang
konjungtiva b. berikan posisi semi fowler
Keterangan : c. cegah terjadinya kejang
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang d. hindari pemberian cairan iv hipotonik
didapat dari pasien pada saat
pengkajia) -Kolaborasi
ER : Expectation Rate (target yang a. kolaborasi pemberian sedasi dan
diinginkan setelah dilakukan antikonvulsan
intervensi) b. kolaborasi pemberian diuretic osmosis,
1. Meningkat jika perlu
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

11 Risiko perfusi perifer tidak Perfusi perifer (L.02011, SLKI hal 84) Pencegahan Syok (I.02068, hal 285-286)
efektif b.d proses 1). Definisi : keadekuatan aliran darah 1) Definisi : mengidentifikasi dan
endovaskuler pembuluh darah distal untuk menurunkan resiko terjadinya
menunjang fungsi jaringan ketidakmampuan tubuh menyediakan
2). Ekspektasi : Meningkat oksigen dan nutrient untuk mencukupi
3). Kriteria Hasil kebutuhan jaringan
Indicator IR-ER 2) Tindakan :
-Observasi
Pengisian 1 2 3 4 5 a. monitor status kardiopolmunal
kapiler b. monitor status oksigenasi
Akral 1 2 3 4 5 c. monitor status cairan
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5 d. monitor tingkat kesadaran dan respon
sistolik pupil
Tekanan darah 1 2 3 4 5 e. periksa riwayat alergi
distolik
Keterangan : -Terapeutik
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang a. berikan oksigen untuk mempertahankan
didapat dari pasien pada saat saturasi oksigen >94%
pengkajia) b. persiapkan intubasi dan ventilasi
ER : Expectation Rate (target yang mekanis, jika perlu
diinginkan setelah dilakukan c. pasang jalur iv jika perlu
intervensi) d. lakukan test kulit untuk mencegah reaksi
1. Memburuk alergi
2. Cukup memburuk
3. Sedang -Edukasi
4. Cukup membaik a. jelaskan penyebab/ factor risiko syok
5. Membaik b. jelaskan tanda dan gejala awal syok
c. anjurkan menghindari allergen

-Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian iv, jika perlu
b. kolaborasi pemberian tranfusi darah,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

AloDokter. (2020, Juli Kamis). About Us: AloDokter. Retrieved from AloDokter Web Site:
https://www.alodokter.com/meningitis/komplikasi#:~:text=Berikut%20adalah%20bebera
pa%20komplikasi%20yang,Gangguan%20ingatan
David. (2008). Manajemen Ekuitas Merek, Alih bahasa oleh Aris Ananda. Jakarta: Mitra Utama.
Long, C. B. (1996). Keperawatan Medikal Bedah 3. Alih Bahasa Yayasan Alumni Pendidikan
Keperawatan. Bandung: Yayasan alumni pendidikan keperawatan.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta:
Salemba Medika.
Smeltzer, B. (2001). keperawatan medikal bedah brunner and suddarth. jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, S. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan 1st edn. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia .
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan. 1st edn. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, S. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. 1st edn. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Wilson, P. (2006). patofisiologi vol.2 : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Yuliani, S. &. (2001). Asuhan Keperawatan pada Penyakit Dalam. Jakarta: Agung Setia.
LEMBAR KONSULTASI
NAMA : SARWONO DWI S
NIM : 201702037
DOSEN PEMBIMBING : Ns. MASRONI.,M.S. (In Nursing)

Tanggal Saran Tanda Tangan


Pembimbing
16 juli 2020 1. Lembar pengesahan pakai Times New
Roman
2. Pathway ikuti etiologi di patofisiologi
3. Luruskan penulisan sesuai atas
4. Tambahkan sitasi pada komplikasi
5. Perbaiki penulisan pengkajian
6. Perbaiki table Intervensi (sesuai yang
dicontohkan pak roni)

Anda mungkin juga menyukai