kembali keatas
darah melalui edukasi tentang gaya hidup sehat, konsumsi gizi seimbang serta
memelihara berat badan ideal; hidup aktif berolahraga serta tidak merokok. Upaya
kuratif yang mahal seperti perawatan intensif, tidak besar peranannya terhadap
penurunan moralitas dalam populasi.
Upaya dalam rangka paradigma sehat kardioveskular dapat digambarkan sebagai
berikut, lihat tabel :
Upaya yang
diperlukan
1. Merokok
Tidak merokok
Berhenti merokok
menganjurkan Orang seterusnya
lain agar tidak merokok
2. Konsumsi Makanan
3. Tekanan Darah
Memeriksa tekanan
darah sebelum usia
kerja dan sebelum usia
40 tahun
4. Berat Badan
Memelihara berat
badan ideal
Memelihara berat
badan ideal
6. Relaksasi
Upaya ini dicakup dalam slogan Panca upaya jantung kesehatan jantung yang
dicanangkan oleh Yayasan Jantung Indonesia sejak tahun ini , yaitu "SEHAT" yang
merupakan singkatan dari Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hindari Stress, Atasi tekanan
darah tinggi, Teratur berolah raga
kembali keatas
"Apabila kita ingin mendeteksi penyakit jantung koroner (PJK) pada stadium yang
sangat dini sekali (artinya belum ada penyempitan ) sampai saat ini belum ada petanda
Marker yang bisa bener-bener menunjukan bahwa seseorang sudah menderita stadium
awal sekali dari PJK . Kateterisasi jantung, yaitu memasukan pipa lentur kedalam jantung
untuk memotret pembuluh darah itu, hanya dapat menunjukan bila sudah ada
penyempitan, jadi ini bukan deteksi dini.
Pemeriksaaan ini biayanya mahal dan mempunyai resiko kematian meskipun kecil"
Ujar santoso. Pemeriksaan uji latih jantung (treadmill Test) Mampu mendeteksi pada 80%
orang yang sudah mempunyai penyempitan pembuluh koroner bermakna, meskipun
orang tersebut tidak mempunyai keluhan atau gejala sakit dada dalam keadaan biasa.
"Jadi tes ini sebenarnya juga bukan deteksi dini, namun penting apabila kita mencurigai
adanya PJK terutama pada usia 40 tahun keatas dan orang-orang yang mempunyai
faktor resiko. Biaya pemeriksaan relatif murah." Tuturnya lagi.
Pemeriksaan skening ultrafast bisa menunjukan adanya plak pengapuran sebesar 2
mm di pembuluh darah, namun lagi-lagi ini bukan petanda yang dini sekali. Pemeriksaan
ini juyga relatif mahal meskipun bahayanya praktis tidak ada.
Oleh karena itu, kata Santoso, sebenarnya yang penting adalah mendeteksi ada
tidaknya faktor resiko pada seseorang jauh sebelum terjadi kelainan di pembuluh darah.
Faktor resiko yang dengan mudah dan relatif sangat murah di periksa adalah : riwayat
keluarga yang menderita penyakit jantung atau stroke, tekanan darah tinggi , merokok,
berat badan berlebih (gemuk), kelebihan kolesterol (dislipidemia), kencing manis
(diabetes militus).
Orang yang mempunyai orang tua kandung atau saudara kandung yang meniggal
tiba-tiba, atau mengalami serangan jantung atau stroke pada usia muda dibawah 60
tahun hanrus lebih tanggap. Ia harus mengusahakan agar jangan ada faktor-faktor resiko
lain pada dirinya. ia harus sejak dini mengusahakan gaya hidup sehat (tidak merokok,
rajin olah raga, makan-makanan sehat-seimbang dll ).
Tekanan darah tinggi dapat di deteksi dengan memeriksakan tekanan darah,
pertama kali pada usia remaja, kemudian sebelum memasuki lapangan kerja , dan kalau
normal, sekurang-kurannya di ulangi pada usia 40 tahun.
Berat badan dapat di periksa sejak dini, dan bila ada kegemukan (kelebihan berat
badan ) segera mengusahakan menurunkannya dengan diet dan olah raga.
Kadar kolesterol perlu diperiksa pada masa kanak-kanak dan usia remaja , apabila di
dalam riwayat keluarga ada faktor keturunan yang kuat , misalnya kakek sakit jantung
atau stroke, ayah atau ibu juga menderita sakit jantung atau stroke.
Kadar gula darah, juga pada prinsipnya harus di deteksi pada usia dini apabila ada
riwayat kencing manis yang kuat di dalam keluarga kandung.
Faktor resiko lain, seperti kadar fibrinogen, homosistein, kadar ipa, tidak begitu
penting di periksa sejak dini, dan sampai saat ini belum diterima luas.
kembali keatas
Sementara itu Dr. Jetty Sedyawan SpJP bagian kardiologi FKUI melaporkan,
prevalensi penyakit kardioveskular di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Survei Kesehatan Rumah tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1992 menunjukan,
bahwa penyakit tersebut telah menempati urutan pertama dalam penyebab kematian. Di
negara Amerika Serikat , karena upaya masyarakat, pelayanan kesehatan dan
pemerintah dalam penanggulangan penyakit kardioveskular, kejadian penyakit tersebut
menurun, namun masih tetap merupakan penyebab uatma kematian. Dilaporkan bahwa
setiap tahun terdapat 1,5 juta pasien terkena serangan jantung atau dalam terminologis
medis di sebut Infrak Miokard Akut ( IMA ) dan terjadi kematian sejumlah 500 ribu pasien
pertahun. Ternaytaa 50% dari kematian tersebut terjadi pada jam pertama IMA dan pada
umumnya kematian tersebut terjadi di luar rumah sakit, disebabkan fibrikasi ventrikel.
Kenyataan tersebut, Jetty menunjukan bahwa peran pra rumah sakit merupakan
elemen yang strategis dalam menentukan tingkat survival. Peran masyarakat, dokter
keluarga, sistem pelayanan gawat darurat dan peran rumah sakit yaitu Instansi Gawat
darurat (IGD) di pusat layan kesehatan sangat menentukan dalam keberhasilan
penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit kardioveskular. Pasien, keluarga,
masyarakat dan dikter keluarga diharapkan peduli perlunya penatalaksanaan IMA
dengan cepat dan benar. Keterlambatan meminta pertolongan dan kurangnya
kemampuan dokter yang pertama menangani pasien , bukan saja menjadikan pasien
masuk dalam resiko tinggi untuk kematian akibat fibrilasi ventrikel, tetapi juga akan
meurunkan efektifitas pemberian terapi trombolitik untuk menyelamatkan moikard dan
mencegah meluasnya daerah infrak.
kembali keatas
pasien harus segera di bawa ke pusat layan kesehatan yang mampu merekam dan
interpretasi EKG, melaksanakan "Advance Cardiac life Support (ACLS), monitor EKG, dan
pemberian reperfusi dengan trombolitik ataupun angioplasti bila ada indikasi.
"Primary Care Plysicians" termasuk dokter keluarga harus berperan banyak dalam
strategi tatalaksana awal. Pelayanan ambulan gawat darurat yang dilengkapi peralatan
standar ACLS, petugas mampu BHD dan BHL, sehingga mereka mampu memberikan
pengobatan di perjalanan menuju rumah sakit, bila di perlukan.
Karena tingginya kejadian fibrikasi ventrikel dan aritmia letal lainnya pada jam-jam
pertama serangan IMA, maka monitor EKG harus segera dipasang dan disiapkan
defibrilasi. Ingat penggunaan triad untuk memudahkan mengingat tindakan pada
penatalaksanaan awal yaitu : Airway-breathing-Circulatiopn (ABC) dan oksigen-IV-Monitor
(OIM), untuk tatalaksana IMA perlu memahami obat-obatan dan tindakan bila terjadi
komplikasi IMA sesuai ACLS.
Penatalaksanaan awal IMA terdiri dari tatalaksana pra rumah sakit dan tatalaksana
di rumah sakit. Algoritme IMA menyajikan rekomendasi penatalaksanan awal pasienpasien dengan sakit dada dan kemungkinan IMA. Terdapat 4 komponen yang harus
melaksanakan koordinasi untuk mencapai hasil yang terbaik dari penatalaksanan yaitu :
Masyarakat, sistem Gawat darurat dan unit perawatan koroner.
kembali keatas
Ke-empat, membantu pelayanan lanjutan yang diperlukan oleh pasien. Peranan ke-4
dari dokter keluarga dalam pelaksanan penyakit serangan jantung serta penyakit
serangan otak adalah membantu pelanan lanjutan, utamanya dalam memberikan
informasi yang lengkap tentang pasien. Keberhasilan penatalaksanaan penyakit
serangan jantung serta penyakit serang otak adalah membantu pelayanan lanjutan ,
utamanya dalam memberikan informasi yang lengkap tentang pasien. Penatalaksanaan
penyakit serangan jantung serta penyakir serangan otak sangat di tentukan antara lain
oleh pengetahuantentang kebiasaan-kebiasaan pasien, obat-obat yang sering digunakan,
serta tentang kesehatan pasien secara umum, yang memang dimiliki secara lengkap
oleh setiap dokter keluarga.
Source :
BIDI Berita Ikatan Dokter Indonesia