Anda di halaman 1dari 36

STATUS UJIAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Penguji :
Dr. Budi M. Lumunon, SpOG
Oleh :
Vito Jonathan Budiono
(07120110034)

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan
Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I, R.S Sukanto
1

RESUME

Pasien Ny.E, G3P2A0, Gravid 6 minggu datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 10 hari
yang lalu. Mual dan muntahnya bertambah sering sampai sekarang. Pada 2 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien muntah sebanyak 12-15 kali, setiap makan dan minum pasien selalu muntah. Pasien merasa
sangat mual dan lemas sehingga sangat kesulitan untuk makan dan minum. Pada 1 hari sebelum masuk
rumah sakit pasien sempat melihat terdapat darah pada muntah nya, tetapi warna merah nya tidak jelas
apakan merah terang atau merah kehitam-hitaman karena sudah bercampur pada makanan dan jumlah nya
tidak teralu banyak. Pasien juga mengalami penurunan berat badan sebesar 3Kg. Sekarang pasien sangat
kesulitan untuk melakukan aktifitas nya. Pasien sebelum nya juga pernah mengalami mual dan muntah
pada kehamilan yang kedua, tetapi tidak sampai membuat dirinya dirawat dirumah sakit. Pasien memiliki
riwayat penyakit maag sejak remaja tetapi tidak berat, pasien tidak memiliki alergi obat-obatan.
Pasien memiliki riwayat keguguran dua kali, pada kehamilan pertama dan kedua. Tetapi pasien
tidak di curretage karena saat di USG, tidak terdapat bekas janin.
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan penurunan berat badan sebesar 3Kg. Lalu ditemukan tandatanda dehidrasi seperti mukosa bibir anemis, dan mukosa oral kering. Lalu ditemukan juga nyeri tekan
pada daerah epigastric. Hasil USG pasien menunjukan hamil tunggal, dengan estimasi 6 minggu 3 hari.
Hasil Lab ditemukan keton bodies ++ pada urin, dan hypochloremia.

BAB I
ILUSTRASI KASUS

1.1 Identitas
Istri
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Alamat
Tanggal Masuk

: Ny. E
: 26 tahun
: Islam
: SMA
: ASR POL Rawa Denok RT 4/12 NO.70
: 19 September 2015

Suami
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Alamat

: Tn.R
: 29 tahun
: Islam
:: ASR POL Rawa Denok RT 4/12 NO.70

1.2 Data Dasar


1.2.1 Anamnesa
Anamnesa didapatkan secara autoanamnesa pada tanggal 20 September 2015, pukul
19:00 WIB
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 10 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan
-Pasien merasa pusing sejak 7 hari yang lalu
-Pasien merasa sakit pada daerah ulu hati nya sejak 3 hari yang lalu

Riwayat Kehamilan Sekarang


Pasien yang sedang mengandung 6 minggu datang dengan keluhan mual,dan muntah
sejak 10 hari yang lalu hingga sekarang yang tidak kujung berhenti. Pada awal nya mual dan
muntah yang di rasakan pasien tidak begitu parah dan frekuensi nya pun tidak terlalu sering
sehingga tidak menggangu aktifitas pasien. Mual yang dialami pasien biasanya terjadi pada pagi
hari saat bangun tidur. Tetapi lama kelamaan frekuensi mual dan muntah yang dirasakan oleh
pasien semakin sering bahkan sepanjang hari dan menyebabkan aktifitas pasien sangat terganggu.
3

Pada awal nya pasien muntah sehari sebanyak satu sampai dua kali, dan jumlah nya tidak teralu
banyak, kira kira setengah sampai satu gelas aqua. Tetapi lama kelamaan muntah nya pun
semakin bertambah sering dan bertambah banyak, puncak nya pada 2 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit, pasien sehari muntah sebanyak 12 sampai 15 kali. Pasien mengaku karena
mual dan lemas serta rasa penuh pada perut yang luar biasa, pasien sangat tidak nafsu untuk
makan, dan kesulitan untuk makan bahkan untuk minum. Setiap pasien makan atau minum selalu
di muntahkan, jadi muntahnya berbentuk makanan atau cairan. Lalu pada 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, sempat terdapat darah pada muntah pasien, menurut pengakuan pasien darah nya
tidak teralu banyak, dan warna nya tidak teralu jelas karena sudah bercampur pada makanan.
Pasien juga mengaku pusing, lemas serta nyeri pada bagian ulu hatinya. Nyeri yang
dirasakan seperti rasa terbakar, dan rasa nyeri nya hilang timbul. Nyeri mereda saat pasien
beristirahat dan meminum air hangat. Pasien juga mengalami penurunan berat badan sebanyak
3Kg. Berat badan pasien saat kehamilan 1-2 minggu seberat 50-51Kg, sekarang berat badan
pasien seberat 47Kg.
Pasien sebelum nya sudah ke klinik dekat rumah, dan mendapatkan obat, tetapi pasien
tidak tahu diberikan obat apa, dan menurut pengakuan pasien obat nya tidak teralu berpengaruh
terhadap mual dan muntah nya hanya sedikit membaik.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit maag dari remaja yang menurut pengakuan pasien
tidak teralu berat dan pasien tidak memerlukan obat untuk mengontrol maag nya.
Tidak terdapat keluhan lain seperti demam, dan gangguan buang air besar. Menurut
pengakuan pasien tidak ada nyeri saat membuang air kecil, tetapi pasien jadi jarang membuang
air kecil, pasien hanya membuang air kecil 1-2 kali sehari, disertai jumlah yang sedikit sekitar 1
gelas aqua, dan berwarna kuning pekat.
Pola Makan
Pasien memiliki pola makan yang tidak teratur dari remaja.
Riwayat Kebiasaan

Pasien tidak pernah merokok


Pasien tidak pernah mengkonsumsi alcohol

Riwayat Penyakit dahulu


Pasien pernah mengalami mual, muntah saat hamil yang kedua, tepat nya 7-8 bulan yang
lalu, tetapi tidak pernah sampai membuat pasien harus di rawat di rumah sakit.
Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit maag
4

Riwayat Tekanan Darah Tinggi disangkal.


Riwayat Penyakit Kencing Manis disangkal.
Riwayat Asma disangkal.
Riwayat Alergi disangkal.
Riwayat Penyakit Jantung disangkal.
Riwayat Penyakit Paru disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat kencing manis pada keluarga disangkal


Riwayat sakit jantung pada keluarga disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi pada keluarga disangkal
Riwayat kolesterol tinggi pada keluarga disangkal
Riwayat astma pada keluarga disangkal
Riwayat alergi obat pada keluarga disangkal

Riwayat Haid

Menarche
Siklus
Lamanya haid
Dismenorrhea
Menorrhagia
HPHT

: 12 tahun
: Teratur, 30hari
: 7 hari
::: 4 Oktober 2015

Riwayat KB: -

Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali dengan suami pasien dan sudah menikah selama 3 tahun
Riwayat Obstetri
Pasien G3P2A0, sedang mengandung selama 6 minggu, dan memiliki riwayat keguguran
sebanyak dua kali. Terjadi abortus pada kehamilan pertama dan kedua pasien, tetapi tidak
menyebabkan pasien harus menjalani curretage, karena sudah bersih saat di USG.

Penolong

Riwayat

Jenis

Persalinan

Kelamin

Hamil

Tahun

BBL

Keterangan

Pertam

2014

Abortus

a
Kedua

Februar

Abortus

Ketiga

i 2015
Oktobe

Hamil Ini
5

r 2015

1.2.2

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 20 November 2015, pada pukul 20:00 WIB

1.2.2.1 Status Generalisata

Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi
: 72 x / menit
Laju nafas
: 18x / menit
Suhu
: 36,4 C
Berat badan
: 47 kg
Tinggi badan
: 158 cm
IMT
:
Kepala
Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher

: Deformitas (-)
: Tampak simetris, tidak ada deformitas
: konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Septum nasi di tengah, sekret -/: Meatus akustikus eksterna +/+, Sekret -/: Mukosa bibir pucat, mukosa oral kering.
: Trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.

Toraks
Pulmo : I : Gerak nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Stem fremitus thoraks kanan = kiri
P : Sonor simetris pada kedua lapangan paru
A : Bunyi nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Cor

: I : Ictus cordis tidak terlihat


P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas jantung normal
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Tampak cekung

Palpasi

: Palpasi ringan : nyeri tekan (+) terdapat nyeri tekan epigastric


6

Palpasi dalam: tidak dilakukan


Auskultasi

: Bising usus sulit dinilai

Punggung
Inspeksi

: Deformitas (-), Alignment tulang baik, lesi kulit (-)

Palpasi

: Fremitus kanan = kiri, nyeri ketok costovertebral -/-

Ekstremitas

: edema -/- , akral hangat, CRT < 2 detik

Genitalia

Vagina : Tidak tampak kelainan, tidak tampak air ketuban, fluor (-), fluxus(-)
Pemeriksaan dalam :
Tidak dilakukan
Inspekulo :
Tidak dilakukan.
1.2.3

Pemeriksaan Penunjang
USG (20/11/15)

Janin Tunggal Hidup


Crown Rump Length : 6.3mm
Umur kehamilan

: 6 minggu 3hari

HPHT

: 4Oktober 2015

PEMERIKSAAN LABORATORIUM,19 NOVEMBER 2015


PEMERIKSAAN
Hemoglobin
Hematokrit
Platelet
WBC
GDS

HASIL
11.7 g/dl
32 %
297 x 103 /l
8,2 x 103 /l
78

NILAI NORMAL
12-14 g/dl
35-47 %
150-450 x103/l
3.6-11 x103/l
<300

Natrium
Kalium

137
3,9

135-145
3,8-5,0
8

Chlorida

96

98-106

PEMERIKSAAN LABORATORIUM,20 NOVEMBER 2015


URINALISIS
PEMERIKSAAN
URINE
Warna
Kejernihan
Reaksi / pH
Berat Jenis
Protein
Bilirubin
Glucose

Ketones
Blood / Hb
Nitrite
Urobilinogen
Leukosit
Sedimen:
Leukosit
Eritrosit
Sel Epitel
Silinder
Kristal

HASIL

NILAI NORMAL

Kuning
Agak Keruh
6.0
1.065
-

5-8.5
1.000-1030
Negative
Negative
Negative

++
0,1
-

Negative
Negative
Negative
0,1-1,0 IU
Negative

1-2
1-3
+
-

PEMERIKSAAN

/LPB
/LPB
/LPK

Diagnosis
20 November 2015, Jam 20:00 WIB
Diagnosis Kerja: G3P0A2, Usia 26 tahun, gravid 6 minggu, dengan hiperemesis gravidarum
1.3 Dafar Masalah
Muntah sebanyak 12-15 kali per hari sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Terdapat darah yang bercampur pada makanan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Pasien sangat kesulitan sulit untuk makan maupun minum
Frekuensi dan jumlah buang air kecil pasien menjadi sangat berkurang
Nyeri pada bagian epigastrik
Berat badan pasien turun seberat 3kg
Pada pemeriksaan lab didapatkan ketonuria ++
1.4 Uraian Masalah
Muntah sebanyak 12-15 kali per hari sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
9

Muntah sebanyak 12-15 kali per hari adalah masalah karena tidak sesuai dengan teori,
lalu dapat menyebabkan gangguan ke ibu serta ke janin nya. Saat muntah yang teralu
berlebih,menyebabkan tubuh ibu kekurangan cairan, yabg berakibat gangguan perfusi ke
organ-organ yang vital. Selain itu muntah berlebih dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit yang dapat berbahaya untuk ibu, maupun janin nya. Karena
elektrolit berguna untuk perkembangan janin, dan pada saat umur kehamilan 6 minggu
sedang terjadi organogenesis. Selain itu muntah yang berlebih dapat menyebabkan erosi
pada daerah gastroesophageal junction, yang menyebabkan hematemesis. Gejala tersebut

adalah Mallory-Weiss Tear Syndrome.


Muntah darah sejak 1 hari yang sebelum masuk rumah sakit
Muntah darah merupakan masalah pada kehamilan karena tidak sesuai dengan teori.
Muntah darah atau hematemesis dapat menyebabkan anemia pada kehamilan. Bila dalam
jumlah yang besar dan tidak di tangani, muntah darah dapat menyebabkan shock dan
menganggu perfusi ke organ vital salah satu nya plasenta, oleh karena itu berbahaya bagi

ibu maupun perkembangan janin.


Pasien sangat kesulitan untuk makan dan minum
Pasien sangat kesulitan untuk makan dan minum merupakan masalah pada kehamilan,
karena dapat menyebabkan kurang nya nutrisi, vitamin pada ibu. Padahal kita tahu pada
saat hamil 6 minggu, janin sangat membutuhkan asupan nutrisi dari ibu untuk
organogenesis. Selain itu tidak dapat minum dapat membuat tubuh ibu hipovolemia dan
keadaan tersebut dapat menyebabkan gangguan perfusi ke organ vital. Selain itu
kompensasi tubuh saat tubuh kelaparan, yaitu dengan memecahkan cadangan lemak,
pemecahan lemak yang berlebihan akan menyebabkan terbentuk nya atau meningkat nya
keton bodies. Keton bodies akan di ekskresikan melalui urin.

Frekuensi dan jumlah urin pasien menjadi sangat berkurang


Bekurang nya jumlah dan frekuensi urin bisa merupakan tanda bahwa tubuh sangat
kekurangan cairan. Saat tubuh dalam keadaan hipovolemia dapat menyebabkan gangguan
perfusi ke ginjal, gangguan perfusi ginjal dapat membuat sel ginjal menjadi necrosis.
Menurut william komplikasi paling berbahaya dari hiperemesis gravidarum adalah acute
kidney injury atau kerusakan sel ginjal, dan berkurang nya jumlah urine adalah gejala

klinis dari keadaan tersebut.


Nyeri pada epigastrik
Nyeri pada bagian epigastrik adalah masalah karena tidak seharusnya terjadi menurut
teori, pada pasien ini nyeri epigastrik disebabkan oleh gatritis yang diderita nya. Pasien
tersebut memang sudah memiliki riwayat gastritis dan diperparah dengan kurang nya

10

makanan yang masuk ke dalam tubuh nya. Bila hal ini terus terjadi dapat membuat luka

pada lambung atau peptic ulcer yang dapat menyebabkan hematemesis.


Berat badan pasien turun seberat 3kg
Turun berat badan pada pasien hamil berupakan sesuatu yang fisiologis, karena turun berat
badan bisa menjadi tanda bahwa janin sang ibu tidak berkembang.

Pada pemeriksaan urin ditemukan ketonuria ++


Ketonuria bukan merupakan sesuatu yang seharusnya terjadi pada ibu hamil. Ketonuria
merupakan tanda bahwa tubu sang ibu sangat kekurangna asupan gizi atau kelaparan.

1.5 Prognosis
Quo ad vitam

: bonam.

Quo ad fungsionam

: bonam

Quo ad sanactionam

: bonam.

1.6 Perencanaan
Rencana Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan USG
Rencana Terapi.
Inj. Ondansetron 3x8 mg,
Inj. Ranitidine 2x50mg,
Antacid po,
Asam Folat po
Rencana Edukasi
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien sebaik-baiknya. Lalu dijelaskan therapi
yang akan didapatkan pasien untuk kesembuhannya. Serta memberi tahu bahwa penyakit nya
dapat sembuh.

1.7 Follow Up

11

20/11/2015
S

: Mual (+), Muntah (+), Pusing (+)

:
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/ 70 mmHg
Nadi
: 72 x / menit
Laju nafas
: 18 x / menit
Suhu
: 36,4 C

Kepala
Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher

: Deformitas (-)
: Tampak simetris, tidak ada deformitas
: konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Septum nasi di tengah, sekret -/: Sekret -/: Mukosa bibir pucat, mukosa oral kering.
: Trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.

Toraks
Pulmo : I : Gerak nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Fremitus hemitoraks kanan = kiri
P : Sonor simetris pada kedua lapangan paru
A : Bunyi nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Cor

: I : Ictus cordis tidak terlihat


P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas jantung normal
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Dalam batas normal

Palpasi

: Nyeri tekan (+) pada bagian epigastric

Auskultasi

: BU (+)

Punggung
Inspeksi

: Deformitas (-), Alignment tulang baik, lesi kulit (-)

Palpasi

: Fremitus kanan = kiri, nyeri ketok costovertebral -/-

Ekstremitas

: edema -/- , akral hangat, CRT < 2 detik


12

Genitalia : Tidak ada kelainan genetalia


A: G3P0A2, Usia 26 tahun, gravid 6 minggu, dengan hiperemesis gravidarum
P:
Rencana Diagnostik :
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, pemeriksaan USG
Rencana Terapi

:
Inj. Ondansetron 3x8mg, Inj.Ranitidine 2x50mg, Antacid po

Rencana Edukasi

:
Menjelaskan pasien bahwa, sedang dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
untuk menentukan diagnosis penyakit nya. Lalu diberikan terapi untuk
menghilangkan mual dan muntah nya.

21/11/2015
S

: Mual (+), Muntah (-), Pusing (+)

:
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/ 60 mmHg
Nadi
: 76 x / menit
Laju nafas
: 20 x / menit
Suhu
: 36,4 C

Kepala
Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher

: Deformitas (-)
: Tampak simetris, tidak ada deformitas
: konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Septum nasi di tengah, sekret -/: Sekret -/: Mukosa bibir pucat, mukosa oral kering.
: Trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.

Toraks
Pulmo : I : Gerak nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Fremitus hemitoraks kanan = kiri
P : Sonor simetris pada kedua lapangan paru
A : Bunyi nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

13

Cor

: I : Ictus cordis tidak terlihat


P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas jantung normal
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Dalam batas normal

Palpasi

: Nyeri tekan (+) pada bagian epigastric

Auskultasi

: BU (+)

Punggung
Inspeksi

: Deformitas (-), Alignment tulang baik, lesi kulit (-)

Palpasi

: Fremitus kanan = kiri, nyeri ketok costovertebral -/-

Ekstremitas

: edema -/- , akral hangat, CRT < 2 detik

Genitalia : Tidak ada kelainan genetalia


A: G3P0A2, Usia 26 tahun, gravid 6 minggu, dengan hiperemesis gravidarum
P:
Rencana Diagnostik :
Rencana Terapi

:
Inj. Ondansetron 3x8mg, Inj.Ranitidine 2x50mg, Antacid po, Asam folat
Po

Rencana Edukasi

:
Menjelaskan pasien bahwa pemeriksaan sudah dilakukan, dan pasien
menderita hiperemesis gravidarum, lalu meng edukasi tentang penyakit
nya, serta memberi tahu penanganan nya, dan menjelaskan bahwa
penyakitnya dapat disembuhkan jadi pasien tidak usah kawhatir.

22/11/2015
S

: Mual (-), Muntah (-), Pusing (+)

:
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

14

Nadi
Laju nafas
Suhu
Kepala
Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher

: 70 x / menit
: 22 x / menit
: 36,4 C
: Deformitas (-)
: Tampak simetris, tidak ada deformitas
: konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Septum nasi di tengah, sekret -/: Sekret -/: Mukosa bibir merah, mukosa oral basah.
: Trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.

Toraks
Pulmo : I : Gerak nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Fremitus hemitoraks kanan = kiri
P : Sonor simetris pada kedua lapangan paru
A : Bunyi nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Cor

: I : Ictus cordis tidak terlihat


P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas jantung normal
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Dalam batas normal

Palpasi

: Sudah tidak ada nyeri tekan pada bagian epigastric

Auskultasi

: BU (+)

Punggung
Inspeksi

: Deformitas (-), Alignment tulang baik, lesi kulit (-)

Palpasi

: Fremitus kanan = kiri, nyeri ketok costovertebral -/-

Ekstremitas

: edema -/- , akral hangat, CRT < 2 detik

Genitalia : Tidak ada kelainan genetalia


A: G3P0A2, Usia 26 tahun, gravid 6 minggu, dengan hiperemesis gravidarum
P:
Rencana Diagnostik :
Rencana Terapi

15

Inj. Ondansetron 3x8mg, Inj.Ranitidine 2x50mg, Antacid po, Asam folat


Po
Rencana Edukasi

:
Menjelaskan bahwa keadaan pasien sudah dapat membaik, sehingga
pasien dapat dipulangkan, lalu menjelaskan bahwa pasien harus
mengatur pola makan nya, pasien juga harus sering makan dengna porsi
yang kecil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan muntah
selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga 14-16
minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual dan muntah selama kehamilan dapat
berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual dan muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 %
kehamilan. Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat selama
kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20 pasien per 1000
kehamilan. Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit,
asambasa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada hiperemesis
gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam
hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk
dan dirawat di rumah sakit..
16

ETIOLOGI
Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti dan
multifaktorial. Walaupun beberapa mekanisme yang diajukan bisa memberikan penjelasan yang
layak, namun bukti yang mendukung untuk setiap penyebab hiperemesis gravidarum masih
belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum.
Teori yang dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis hiperemesis gravidarum, yaitu faktor
endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin antara lain Human
Chorionic

Gonodotrophin,

estrogen,

progesteron,

Thyroid

Stimulating

Hormone,

Adrenocorticotropine Hormone, human Growth Hormone, prolactin dan leptin. Sedangkan yang
terkait dengan faktor non endokrin antara lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi
Helicobacter

pylori,

kelainan

enzym

metabolik,

defisiensi

nutrisi,

anatomi

dan

psikologis.Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa
penulis sebagai berikut:

Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim, hidramnion, kehamilan ganda,


estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.

Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik akibat
hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi

Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan
pekerjaan
Keluhan muntah yang berat dan persisten tidak selalu menandakan hiperemesis gravidarum.

Penyebab-penyebab lain seperti penyakit gastrointestinal, pielonefritis dan penyakit metabolik


perlu dieksklusi. Satu indikator sederhana yang berguna adalah awitan mual dan muntah pada
hiperemesis gravidarum biasanya dimulai dalam 4-8 minggu setelah hari pertama haid terakhir.
Karena itu, awitan pada trimester kedua atau ketiga menurunkan kemungkinan hiperemesis
gravidarum. Demam, nyeri perut atau sakit kepala juga bukan merupakan gejala khas hiperemesis
gravidarum. Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan untuk mendeteksi kehamilan ganda atau
mola hidatidosa.
17

18

PATOGENESIS
Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human chorionic ganodotropin (hCG) akan
menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan muntah.
Progesterone juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas
lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. Penurunan kadar thyrotropin-sttimulating
hormone (TSH) pada awal kehamilan juga berhubungan meskipun mekanismenya belum jelas.
Hyperemesis gravidarum merfleksikan perubahan hormonal yang lebih drastik dibandingkan
kehamilan biasa. HCG akan dapat terdeteksi oleh urin pada hari ke 8 sampai 9 setelah ovulasi.
Setelah itu kadar nya akan meningkat dua kali lipat pada hari ke 14 sampai ke 20, dan akan pada
puncak nya pada minggu ke 8 dan 9. Lalu hormon HCG akan kembali stabil pada hari ke 100130.

19

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis


terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebankan dehidrasi
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain
itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.

MANIFESTASI KLINIS
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi dalam 3 tingkatan:
1

Tingkatan I: Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium. nadi meningkat sekitar 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik turun, turgor
kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.

Tingkatan II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, lidah
mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata
20

sedikit ikterik. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena pempunyai
aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3

Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makin menurun
hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopati werniche yang ditandai
dengan : nistagmus, diplopia, gangguan mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil,
tekanan darah menurun, dan temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus
makin berat, terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam.
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dimulai dengan menegakkan diagnosis
kehamilan terlebih dahulu. Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan amenorea, serta mual dan
muntah berat yang mengganggu aktivitas sehari- hari. Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan
untuk menemukan tanda-tanda kehamilan, yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan
dengan konsistensi lunak dan serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang kadar

-hCG dalam

urin pagi hari dapat membantu menegakkan diagnosis kehamilan.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum, kolestasis
obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, hipertiroidisme dan infeksi
Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum
21

kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat ditemukan riwayat
sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium yang berkurang dengan
makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi atau obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis dan melena dapat ditemukan pada ulkus
peptikum.
Pada kolestasis dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. ikterus,
warna urin gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan
bilirubin.Pada perlemakan hati akut ditemukan gejala kegagalan fungsi hati seperti hipoglikemia,
gangguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati
hepatik.Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan gambaran klinis
gagal hati.
Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan nyeri perut kanan bawah.
Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan lokasi nyeri dapat berpindah ke atas
sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Apendisitis akut pada kehamilan
memiliki tanda-tanda yang khas, yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan)
dan tanda Alder (apabila pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena itu,
perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4 dan TSH pada
pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit Graves, tetapi pasien
hiperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis penyakit Graves, seperti proptosis
dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4 meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit
Graves, pemeriksaan tersebut perlu diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20
minggu usia gestasi, saat kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme.
Pemberian

propiltiourasil

pada

pasien

hipertiroidisme

dapat

meredakan

gejala-gejala

hipertiroidisme, tetapi tidak meredakan mual dan muntah.


Sebuah studi lain yang menarik menemukan adanya hubungan antara infeksi kronik
Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Pada studi tersebut, sebanyak
61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum menunjukkan hasil tes deteksi genom
H. pylori yang positif, namun studi tersebut masih kontroversial. Sebuah studi lain di Amerika
Serikat mendapatkan tidak terdapat hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan infeksi H.
pylori.

22

Type

Differential diagnoses

Infections
(usually

accompanied

by

fever

Urinary tract infection

Hepatitis

Meningitis

Gastroenteritis

or

associated neurological symptoms)

Gastrointestinal disorders
(usually accompanied by abdominal pain)

Appendicitis

Cholecystitis

Pancreatitis

Fatty liver

Peptic ulcer

Small bowel obstruction

Thyrotoxicosis (common in Asian


subcontinent)

Metabolic

Drugs

Addison's disease

Diabetic ketoacidosis

Hyperparathyroidism

Antibiotics

Iron supplements

Molar pregnancy

Gestational trophoblastic diseases (rule


out with urine -hCG)

23

choriocarcinoma

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian
makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertimbangkan
sebagai terapi tambahan.
Pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan diberikan setelah rehidrasi dan kondisi
hemodinamik stabil. Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien
buruk. Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan
agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai
farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah randomized trial, kombinasi
piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan.
Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berat
hiperemesis, yaitu Wernickes encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu
diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan
retina atau hambatan gerakan ekstraokular.
Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan
aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin menyembuhkan
mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui
efek anti- kolinergik dan penekanan reticular activating system. Obat- obatan tersebut
dikontraindikasikan terhadap pasien dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin,
penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang yang
tidak terkendali, dan glaukoma sudut tertutup. Namun, hanya didapatkan sedikit informasi
mengenai efek terapi antiemetik terhadap janin.
Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin gagal.
Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet bukal dengan efek samping sedasi yang lebih
kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki
24

efektivitas yang sama untuk mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek samping
mengantuk dan pusing yang lebih ringan. Studi kohort telah menunjukkan bahwa penggunaan
metoklopramid tidak berhubungan dengan malformasi kongenital, berat badan lahir rendah,
persalinan preterm, atau kematian peri- natal. Namun, metoklopramid memiliki efek samping
tardive dyskinesia, tergantung durasi pengobatan dan total dosis kumulatifnya. Oleh karena itu,
penggunaan selama lebih dari 12 minggu harus dihindari.
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron mulai sering
digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas. Seperti
metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek
samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi
mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan.
Untuk

kasus-kasus

refrakter,

metilprednisolon

dapat

menjadi

obat

pilihan.

Metilprednisolon lebih efektif daripada promethazine untuk penatalaksanaan mual dan muntah
dalam kehamilan, namun tidak didapatkan perbedaan dalam tingkat perawatan rumah sakit pada
pasien yang mendapat metilprednisolon dengan plasebo. Hanya sedikit bukti yang menyatakan
kortikosteroid efektif. Dalam dua RCT kecil, tidak didapatkan kegunaan metilprednisolon
ataupun plasebo, tetapi kelompok steroid lebih sedikit mengalami re-admission. Efek samping
metilprednisolon sebagai sebuah glukokortikoid juga patut diperhatikan. Dalam sebuah
metaanalisis dari empat studi, penggunaan glukokortikoid sebelum usia gestasi 10 minggu
berhubungan dengan risiko bibir sumbing dan tergantung dosis yang diberikan. Oleh karena itu,
penggunaan glukokortikoid direkomendasikan hanya pada usia gestasi lebih dari 10 minggu.

25

26

Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi
dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama
24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan glukosa, multivitamin,
magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan. Cairan dekstrosa dapat
menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg
diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat
mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium.
Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama
pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan
rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum
27

Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk : mengganti persediaan glikogen


tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi
yang cukup

Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :


-

Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total


Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan

pasien, yaitu 7-10 gelas per hari


makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam

porsi kecil
Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan

selingan malam
Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan gizi pasien

Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :


1. Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum
berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau
rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka
tidak diberikan dalam waktu lama.
2. Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan
yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
3. Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan.
Dietdiberikan

sesuai

kesanggupan

pasien,

dan

minuman

boleh

diberikan
28

bersamamakanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat
gizi.
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang
umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang
mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan
penyedap) juga tidak dianjurkan.
Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet hiperemesis I. Makanan
yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam setelah makan. Diet hiperemesis kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C,
sehingga diberikan hanya selama beberapa hari .Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien
diberikan diet hiperemesis II. Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai
gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua
zat gizi, kecuali vitamin A dan D. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup dalam
semua zat gizi, kecuali kalsium
Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan mual
dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan
nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat
pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang
sering menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe lebih
efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa
refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak ditemukan efek samping
signifikan terhadap keluaran kehamilan. Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral,
empat kali sehari.
Nutrisi enteral harus dipikirkan jika terdapat muntah yang berkepanjangan, namun harus
diingat bahwa total parenteral nutrition (TPN) selama kehamilan meningkatkan risiko sepsis dan
steatohepatitis, terutama akibat penggunaan emulsi lipid. Oleh karena itu, TPN sebaiknya hanya
diberikan pada pasien dengan penurunan berat badan signifikan (>5% berat badan) yang tidak
respon dengan antiemetik dan tidak dapat ditatalaksana dengan nutrisi enteral.

KOMPLIKASI
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat
29

menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang
berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan
fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi
nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan
kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit
tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.
Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan
elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis
metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang
berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum sama sekali, sehingga cadangan
karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan.
Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasi dengan sempurna dan
terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan
ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan
laboratorium pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif
hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam darah dan
proteinuria.
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu
sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat
berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan.
Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima menit
kurang dari tujuh.

30

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Saya setuju bahwa pasien ini didagnosis dengan hiperemesis gravidarum. Alesan saya setuju
karena setelah dilihat dari gejala klinis, pemeriksaan fisik, hasil lab, dan hasil USG sesuai dengan teori
yang saya baca tentang hiperemesis gravidarum.
Ny. E datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 10 hari yang lalu, dan frekuensi dan
muntah nya bertambah sering dan puncak nya sebanyak 12-15 kali per hari. Bahkan 1 hari sebelum
masuk rumah sakit sempat terdapat darah yang bercampur makanan pada muntah nya. Ny. E juga
mengeluhkan nyeri pada bagian ulu hati nya, dan sangat sulit untuk makan dan minum karena rasa mual,
dan lemas nya. Berat badan pasien juga turun sebesar 3Kg. Gejala klinis diatas adalah ciri khas dari
Hiperemesis Gravidarum.
Mual dan muntah pada usia kehamilan adalah suatu yang wajar pada ibu hamil. Tidak semua
pasien yang sedang mengandung dengan gejala mual muntah bisa kita sebut hiperemesis gravidarum.
Karena terdapat juga morning sickness yang sangat sering terjadi pada ibu hamil. 70-80% wanita yang
sedang hamil mengalami gejala morning sickness, tetapi hanyak 1% yang terkena Hiperemesis
gravidarum. Bisa dibilang Hiperemesis gravidarum adalah bentuk yang jauh lebih parah dan lebih
berbahaya dibandingkan morning sickness.
Gejala klinis pada Ny. E sesuai pada teori dan dapat dibilang bahwa Ny.E terdiagnosis
Hiperemesis Gravidarum bukan morning sickness.

31

Dari gejala klinis kita juga dapat memasukan pasien tersebut kedalam Hiperemesis Gravidarum
Stage II. Yang membedakan nya dengan stage I adalah terdapat nya keton bodies pada urin Ny.E. Lalu
yang membedakan nya dengan stage III adalah terjadi nya penurunan kesadaran atau koma, dan tidak
terdapat tanda-tanda penurunan kesadaran maupun koma pada Ny.E.
Lalu ditemukan juga hematemesis pada 1 hari yang lalu, hematemesis bisa disebabkan karena
luka nya mukosa lambung dekat gastroesophageal junction. Hal ini bisa terjadi karena sering tinggi nya
tekanan intragastrick secara tiba-tiba, contoh nya pada orang muntah.

32

Hasil pemeriksaan fisik Ny.E juga mendukung diagnosis Hiperemesis Gravidarum, karena
ditemukan penurunan berat badan >5% dari berat sebelum hamil. Lalu ditemukan juga mukosa bibir yang
pucat, dan mukosa oral yang kering. Seharusnya ditemukan juga tanda-tanda dehidrasi lain nya, seperti
mata cekung, turgor kulit menurut, taki kardi, dan lain lain nya. Tetapi pada pasien ini tidak saya
temukan, karena pemeriksaan fisik, saya lakukan pada tanggal 20/11/15 setelah pasien mendapatkan
rehidrasi dan obat-obatan lainnya.
Pada pemeriksaan laboratorium Ny.E ditemukan juga gangguan elektrolit seperti hypochloride,
hal ini dapat terjadi karena menurun nya kandungan asam pada darah, yang disebabkan oleh frekuensi
muntah yang berlebihan. Lalu juga terdapat keton ++ pada urin pasien, hal ini dapat terjadi karena
pemecahan lemak yang luar biasa karena pasien kelaparan, dan hasil lemak tersebut teroksidasi menjadi
keton bodies. Lalu jumlah keton yang berlebih tersebut pada darah, menyebabkan ketok tersebut di
eksresikan melalui urin.
Lalu diagnosis Hiperemesis Gravidarum diperkuat dengan adanya hasil USG yang menunjukan
bahwa Ny.E hamil serta membuang diagnosis lain nya seperti kehamilan ganda atau kehamilan mola.
Karena pasien dengan kehamilan ganda atau kehamilan mola, juga sangat sering mengeluhkan mual dan
muntah yang berlebihan, hal tersebut dikarenakan tinggi nya hormon HCG pada pasien mola maupun
pasien hamil ganda. USG pada pasien Hiperemesis Gravidarum juga sangat berguna untuk melihat
perkembangan janin, karena pasien hiperemesis gravidarum memiliki komplikasi pertumbuhan janin yang
terhambat.
Menurut sumber yang saya baca, tatalaksana yang harus diberikan pada pasien dengan
hiperemesis gravidarum adalah perbaikan keadaan umum, suplai cairan dan nutrisi, puasa selama 24-48
jam, setelah membaik atur gizi makanan atau diet hiperemesis dan dapat diberikan vitamin dan obatobatan seperti anti emetic, anti histamin, dan obat untuk menekan asam lambung. Jadi pasa pasien ini
saya tidak sepenuh nya setuju, contohnya pasien ini masih diberi makan bubur dan nasi, padahal sesuai
teori seharusnya di puasakan.

Selain itu pemberian terapi, saya kurang setuju hanya dengan RL,

seharusnya dapat dikombinasikan dengan D5%. Tetapi mungkin karena pasien tidak dipuasakan, maka
pasien tidak perlu diberikan D5%.
Suplai cairan dapat dilakukan dengan RL atau NaCl selama 3 jam untuk melihat pengeluaran urin
nya melalui foley catheter, lalu dapat diberikan D5%, atau juga dapat mengkombinasikan RL dengan
D5% = 1:2. Tetapi yang harus diingat sebelum memberikan D5% pasien wajib menerima thiamine
(vitamin B1) 100mg, untuk menghindari Wernicke Encephalophaty. Wernicke Encephalophaty adalah
33

gangguan sistem syaraf yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1, pasien akan mengalami gangguan
mental, ataxia, dan gangguan pada mata.
Pada pasien setelah memberikan cairan, kita masukan infus neurobion (B1,B6,B12). Pemberian
vitamin B6 merupakan lini pertama pada pengobatan hiperemesis gravidarum. Setelah itu kita puasakan
pasien selama 24-48 jam. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG),
merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai
farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Tetapi karena pasien kita puasakan , kita memberikan
terapi yang adekuat melalui injeksi. Pilihan nya adalah ondansetron. Ondansetron adalah monotherapi
yang kuat dan efektif dalam mengatasi hiperemesis gravidarum. Ondansetron dibandingkan anti emetic
seperti metoclopramide tidak memiliki efek samping seperti tardive diskinesia.
Pemberian ranitidin, juga sangat berguna pada Ny.E, yang memiliki riwayat maag dan mengeluh
sakit pada daerah epigastric. Ranitidin bekerja sebagai anti histamin, yang meng block produksi asam
lambung.
Pemberian anti-histamine dan steroid bisa kita pertimbangkan bila pada penderita hiperemesis
gravidarum yang sangat sulit untuk sembuh. Tetapi pemberian steroid harus diberikan dengan dosis yang
sangat rendah, dan harus pada kehamilan diatas 10 minggu. Karena dapat menganggu proses
organogenesis khususnya bibir sumbing.
Terminasi adalah pilihan terakhir bila pengobatan tidak berhasil, bahkan gejala nya berangsur
angsur semakin berat sehingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina.
Saran saya terhadap pasien adalah mengubah pola makan dan gizi makanan nya. Pasien harus
menghindari makanan yang merangsang motilitas GIT seperti makanan pedas, atau makanan yang
berlemak tinggi. Lalu pasien juga harus makan menjadi lebih sering dalam porsi yang dikit seperti 2-3
jam sekali. Makanan yang di rekomendasikan adalah makanan ringan, kacang-kacangan, khusus nya
makanan kering. Minum +- 30 menit setelah makan, dan mengkonsumsi makanan yang berprotein dan
rendah lemak.

34

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum adalah diagnosis eksklusi, jadi kita dapat mengdiagnosis dengan cara
menyingkirkan diagnosis-diagnosis penyakit lain nya. Hiperemesis Gravidarum biasanya muncul
pada kehamilan 4-8 minggu dan berakhir pada kehamilan 16 minggu. Hiperemesis gravidarum
merupakan versi lebih parah dari morning sickness, karena meyebabkan penurunan berat badan >5%
dari awal kehamilan, lalu terdapat gangguan keseimbangan elektrolit, dan dapat meyebabkan
ketonuria. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan Lab, serta pemeriksaan USG sangat membantu dalam
mengdiagnosis Hiperemesis gravidarum. Selain pemberian terapi, pengaturan pola makan dan gizi
makanan juga memegan peran penting dalam kesembuhan hiperemesis gravidarum.

35

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spon CY. Williams Obstetric.
22nd ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2005.
2. Edmonds DK, editor. Dewhurst's textbook of obstetrics & gynaecology. 8th ed. West Sussex:
Wiley- Blackwell; 2012.
3. ACOG Practice Bulletin: Nausea and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol. 2004;103(2):80314.
4. Hansen WF, Yankowitz J. Pharmacologic therapy for medical disorders during pregnancy. Clin
Obstet Gynecol. 2002;45:136.
5. Kuscu NK, Koyuncu F. Hyperemesis gravidarum: current concepts and management. Postgrad
Med J. 2002;78:76-79.
6. Sonkusare S. Hyperemesis gravidarum: a review. Med Journal Malaysia. 2008;63:272-276.
7. Veenendaal MV, van Abeelen AF, Painter RC, et al. Consequences of hyperemesis gravidarum for
off- spring: a systematic review and meta-analysis. BJOG. 2011;118:1302-1313.
8. Boelig RC, Berghella V, Kelly AJ, Barton SJ, Edwards SJ. Interventions for treating hyperemesis
gravidarum (Protocol). Cochrane Database of Systematic Reviews. 2013 (6).
9. Edmonds DK, editor. Dewhurst's textbook of obstetrics & gynaecology. 8th ed. West Sussex:
Wiley- Blackwell; 2012.
10. Mullin PM, Ching C, Schoenberg F, MacGibbon K, Romero R, Goodwin TM, et al. Risk factors,
treatments, and outcomes associated with prolonged hyperemesis gravidarum. Journal of Matern
Fetal Neonatal Med. 2012 Jun;25(6):632-6.

36

Anda mungkin juga menyukai