Anda di halaman 1dari 2

Studi kasus pada pasien bedah digestif

Kasus 1
Ny. M usia 25 tahun pekerjaan pembantu rumah tangga, keluhan SMRS karena
merasakan perih dan nyeri mendadak pada bagian abdomen, mual muntah lebih dari 3 kali
dalam sehari. Menurut diagnosis dokter menderita colic abdomen. 1 bulan yang lalu
mengalami usus buntu dan menjalani operasi apendictomy. Selama dirawat di RS pasien
tidak bisa buang air besar, nafsu makan ada tapi muntah, dari hasil recall 24 jam hanya 25%
kebutuhan, konsistensi muntah dari warna cair
bening sampai cair berwarna hijau pekat. Muntah lebih dari 5 kali dalam sehari mulut berasa
pahit dan sulit menelan.
Data fisik klinik : Tinggi lutut= 41 cm, LILA = 19,5 ; TD= 120/80 mmHg (18 Oktober 2015)
TD=
100/80 (19 Oktober 2016), suhu tubuh= 37,9 C, Nadi= 88, RR(Respiration rate) = 24,
keadaan umum= sadar, bed rest, lemah, lesu.
Data Laboratorium : GDS= 102 mg%, Ureum= 17,6 mg%, Kreatinin= 0,6 mmHg,
Natrium= 145mmol/L, Kalium= 3,5 mmol/L, Klorida= 104 mmol/L, HBSAG=(-), Hb= 12,5
gr%, Leukosit= 11.300 mm, Trombosit= 301.000 mm, Hematokrit= 38,9%
Pasien sangat suka makan pedas dan suka makanan yang berasa asam. Kebiasaan
makan pasien sehari-hari tidak teratur, makan hanya jika merasakan lapar berat. Frekuensi
makan sayur 5 kali dalam seminggu dan jarang makan buah, gemar makan kopi dan suka
minum obat pencahar. Makanan yang diberikan RS mulai dari cair (susu dan sirup) hingga
lunak. Obat-obatan yang dikonsumsi dulcolax dan cefalotaxim.
Kasus 2
Tn. I, usia 60 tahun, dirawat di RS dengan diagnosis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3
distal. Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung
hasil panen. Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien. Sejak 3
bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat kelas III RS
selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsy pasien didiagnosis Ca recti dan harus menjalani
operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh sulit BAB tetapi masih bisa buang angin,
setiap BAB bercampur darah, dan keras seperti kotoran kambing. Keluhan disertai nyeri perut
hilang. BB pasien sekarang 48 kg, dan TB 163 cm.
Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 17,5 g/dl), Hematokrit 27 % (N = 4052 %), Eritrosit 3,32 jl/UL ( N= 4,5-6,5 jt/UL), Leukosit 8200 /mm3 (N = 3800
10600/mm3), trombosit 342.000/mm3 (N = 150.000-450.000/mm3), albumin 2,5 g/dl (N =
3,5-5 g/dl), dan protein total 4,8 g/dl (N = 6,3-8,2 g/dl). Data klinis pasien adalah TD 110/70
mmHg, nadi 88x/menit, RR : 20x/menit, suhu afebris. Secara fisik pasien tampak kurus,
lemah, pucat, bising usus (+), dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 x/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur,
ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2
kali/minggu, meskipun istrinya sudah memasakkan sayur. Setelah sakit, pasien makan lebih
sedikit dari biasanya. Hasil recall 24 jam saat di RS didapatkan bahwa supan pasien hanya
70% dari kebutuhan yang dianjurkan.
Susun asuhan gizi menggunakan metode terstandart (NCP) !

Kasus 3
Ny. Dw usia 37 tahun MRS dengan diagnosa post op.cesar. BB saat ini 60 kg, TB 150 cm.
Ny. Dw merupakan ibu rumah tangga dengan 1 anak yang baru dilahirkannya, suaminya
bekerja sebagai sopir angkot. Keluhan yang dirasakan nyeri pasca operasi dan luka yang
masih basah. pasien memiliki riwayat penyakit gastritis sejak satu tahun yang lalu. Hasil
recall 24 jam menunjukkan bahwa asupan hanya 27% dari kebutuhan. Pasien takut
mengkonsumsi lauk hewani karena khawatir lukaya tidak kunjung sembuh, pasien tidak
memiliki alergi makanan. Dari hasil pemeriksaan didapatkan TD 130/80 mmHg, suhu tubuh
37 C, nadi 80x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 9 g/dl, leukosit 21.000/cmm.
Susun asuhan gizi menggunakan metode terstandart (NCP) !

Anda mungkin juga menyukai