Anda di halaman 1dari 16

MODUL V

BIOMEKANIKA
Analisa Beban Kerja Terhadap Fisik Pekerja

a.1 Tujuan Praktikum


a. Mampu melakukan pengukuran kerja dan memanfaatkannya dalam perancangan
sistem kerja berdasarkan prinsip-prinsip biomekanika
b. Mampu melakukan analisa terhadap beban kerja yang terjadi dalam suatu sistem
kerja dengan metode biomekanika
c. Mampu memahami dan melakukan perbaikan terhadap beban kerja yang dikenakan
pada anggota tubuh pekerja
d. Mampu mengaplikasikan metode-metode yang terdapat dalam prinsip mekanika
khusunya Maximum Pemissble Limit (MPL).

a.2 Dasar Teori


Biomekanika adalan ilmu pengetahuan yang merupakan kombinasi dari ilmu
fisika (khususnya mekanika) dan teknik dengan berdasar pada ilmu biologi dan juga
pengetahuan lingkungan kerja. Biomekanika dari gerakan manusia adalah ilmu yang
menyelidiki, menggambarakan dan menganalisis gerakan-gerakan manusia (Winter,
1990).
Pada dasarnya biomekanika mempelajari dan menganilisis batas-batas kekuatan,
ketahanan, kecepatan, dan ketelitian yag dimiliki manusia dalam melakukan kerja yang
dipengaruhi oleh fakto manusia itu sendiri, sikap kerja dan jenis pekerjaannya.
Biomekanika juga digunakan untuk mengukur, menggambarkan, dan menganalisis
gerakan-gerakan manusia dan interaksinya dengan mesin serta peralatan kerja lainnya.
Oleh karena itu disiplin ilmu biomekanika juga dapat dikatakan sebagai
penggabungan dari beberapa keilmuan tentang tubuh manusia dan ilmu keteknikan yang
berasal dari penjabaran ilmu alam dasar seperti biologi, fisika, anatomi
tubuh.Penggabungan berbagai macam disiplin ilmu tersebut, ditarik intisarinya agar
bersifat lebih aplikatif dalam kehidupan manusia khususnya dalam perancangan sistem
kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar 5.1. Bagan Gabungan Berbagai Macam Disiplin Ilmu

Biomekanika dapat dibagi dua yaitu :


a. General Biomechanic
Merupakan bagian dari biomekanika yang mengolah tentang hukum-hukum dan
konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tubuh oraganic manusia baik dalam
posisi diam (static) maupun bergerak (dynamic).
Diklsifikasikan menjadi dua yaitu :
1) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisi tubuh
pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam
(uniform).
2) Biodynamics adalah biomekanika umum yang berkaiatan dengan gambaran
gerakan-gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematik)
dan gerakan yang disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik)
(Tayyari, 1997).
b. Occupational Biomechanic
Biomekanika yang mempelajari tentang interaksi fisik antara pekerja dengan alat,
mesin dan material dalam suatu sistim kerja yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kerusakan pada tubuh pekerja serta keluhan pada sistim kerangka otot agar
produktifitas maximum dapat dicapai.Perancangan sistim kerja yang ada menjadi
lebih akurat dengan adanya analisa dari sisi biomekanika fisik pekerja.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa biomekanika ini


banyak melibatkan bagian-bagian tubuh manusia yang berkolaborasi untuk menghasilkan
gerak.Gerak ini merupakan integrasi antara tulang, jaringan penghubung (connective
tissue) dan otot.
a. Tulang
Tulang merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai peredam dan
mendistribusikan gaya atau tegangan yang dibebankan pada tulang tersebut. Tulang
yang besar dan panjang berfungsi untuk memberikan perbandingan terhadap beban
yang terjadi pada tulang.Pada aplikasi biomekanika selalu berhubungan erat
dengan kerangka manusia, oleh sebab itu perlu diketahui bentuk dan susunan
tulang kerangka manusia (Nurmianto, 1996).

Gambar 5.2. Kerangka manusia (Nurmiantom, 1988)


Tulang tersusun dari jaringan yang sangat kerasa sehingga berfungsi untuk
pembentuk rangka serta pelingdung organ bagian dalam.Selain itu tulang juga
selalu terikat dengan otot dan jaringan penguhubung (connective tissue) yakni
ligament, cartilage, dan tendon. Tulang juga berperan penting dalam proses
pembentukan sel-sel darah merah dibagian sum-sum. Berikut peran tulang sebagai
pembentuk rangka dan pembentuk gerakan pasif
1) Anggota Gerak Bagian Atas (Upper Limb)
Susunan gerak tubuh bagian atas (Upper Limb) terdiri dari bahu, siku, dan
pergelangan tangan. Struktur bahu terbentuk atas dua tulang utama,yaituscapula
dan humerus. Kedua tulang tersebut membentuk sambungan glenohumeral yang
berfungsi untuk melakukan gerakan elevasi dan rotasi.Tulang humerus mampu
diangkat dengan sudut elevasi sampai 900, sedang gerakan rotasi yang mampu
dicapai ≥1350.

Gambar 5.3. Sistim sambungan pada bahu


Sambungan siku tersusun dari tulang humerus, ulna, dan radius dimana
ketiganya dihubungkan dengan jaringan ligamen membentuk ulnar collateral
ligament. Sambungan ini menempatkan masing-masing tulang yang unik,
sehingga interaksi yang terjadi terbatas dan menyebabkan gerakan yang terbatas
pula.
Gambar 5.4. Sistim sambungan pada siku
Telapak tangan terdiri dari tulang kecil carpals, metacarpals, dan phalanges.
Ketiga tulang tersebut menyatu dengan lengan bawah membentuk sambungan
pergelangan tangan. Sambungan ini dapat melakukan gerakan penegangan dan
pengendoran.

Gambar 5.5. Sistim sambungan pada bagian pergelangan tangan

2) Anggota Gerak Bagian Bawah (Upper Limb)


Gerakan tubuh bagian bawah tersusun atas pinggul, lutut, dan pergelangan
kaki.Bagian ini selain melakukan gerakan melompat dan melangkah, juga masih
dibebani oleh berat beban tubuh.Bagian pinggul tersusun atas tulang femur dan
tulang pelvis yang disatukan oleh jaringan ligamen.Gerakan dasar yang
dilakukan oleh pinggul adalah gerakan rotasi.
Gambar 5.6. Sistim sambungan pada bagian pinggul
Lutut terbentuk dari pertemuan femur dan tibia yang dilindungi mangkok
patella.Gerakan yang mampu dilakukan oleh lutut adalah gerakan peregangan
dengan sudut maksimal 900.

Gambar 5.7. Sistim sambungan pada bagian lutut


Bagian pergelangan kaki merupakan sturktur yang agak rumit.Untuk melakukan
gerakan naik-turun dan ke samping dilakukan sambungan yang berbeda.Pada
intinya pergelangan kaki tersusun tiga tulang pokok, yaitu fibula, tibia, dan
talus.
Gambar 5.8. Sistim sambungan pada bagian pergelangan kaki

b. Jaringan Penghubung (Connective Tissue)


Dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Sambungan Catilagenous
Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk pergerakan yang relatif kecil.
Contoh: Sambungan tulang iga (ribs) dan pangkal tulang iga (sternum)
Sambungan cartilagenous khusus, antara vertebrata (ruas-ruas tulang belakang)
yaitu dikenal sebagai interveterbratal disc, yang terdiri dari pembungkus, dan
dikelilingi oleh inti (puply core). Verterbrae juga terdapat pada ligamen dan otot.
Adanya gerakan yang relatif kecil pada setiap jointnya, dapat mengakibatkan
adanya flaksibelitas badan manusia untuk membungkuk, menengadah, dan
memutar. Sedangkan disc berfungsisebagai peredam getaran pada saat manusia
bergerak baik translasi dan rotasi (Nurmianto, 1996).

2) Sambungan Ligamen
Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk
stabilitas sambungan (joint stability) atau untuk membentuk bagian sambungan
dan menempel pada tulang.Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak
paralel. Oleh karenanya tendon dan ligamen bersifat inelastic dan berfungsi pula
untuk menahan deformasi. Adanya tegangan yang konstan akan dapat
memperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang efektif dalam menstabilkan
sambungan (joints).
Gambar 5.9. Gerak Tangan
Ligamen tersebut untuk membatasi rentang gerakan. Batasan jangkauan dapat
menentukan ruang gerakan atau aktifitas yang digambarkan oleh sistem
sambungan tulang. Sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan lutut.
Dengan adanya alasan bahwa kedua adalah sambungan yang membatasi gerakan
fleksi (flexion). Sambungan siku memberikan kebebasan gerak pada tulang
tangan.
Lengan dan tungkai adalah sambungan yang komplek, yang mampu untuk
mengadakan gerakan 3 dimensi, Contoh: gerakan mengangkat tangan,
sambungan siku juga dibantu oleh sambungan bahu, pergerakan rotasi seluruh
tangan pada sumbunya dan gerakan lengan tangan pada sambungan pergelangan
tangannya. Tangan manusia mempunyai flesibilitas yang tinggi dalam
gerakannya (Nurmianto, 1996).

3) Tendon
Berfungsi sebagai penghubung antara antara tulang dan otot terdiri dari
sekelompok serabut collagen yang letaknya paralel dengan panjang tendon.
Tendon bergerak dalam sekelompok jaringan serabut dalam sutu area dimana
adanya gaya gesekan harus diminimumkan. Bagian dalam dari jaringan ini
mengeluarkan cairan synovial untuk pelumasan (Nurmianto, 1996).

c. Otot (Muscle)
Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot terbentuk atas visber
(fibre), dengan ukuran panjang dari 10-40 mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm dan
sumber energi otot berasal dari pemecahan senyawa kaya energi melalui proses aerob
maupun anaerob.
Hal tersebut di atas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah
disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti
pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklah
memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari (Nurmianto,
1996):
1) Beban otot statis (static muscle loads).
2) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi
pada popliteal (lipat lutut).
3) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah
bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.

Maximum Permissble Limit


Merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan
pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh NIOSH (National Instiute of
Occupational Safety and Health) tahun 1981. Besar gaya tekannya adalah di bawah 6500
N pada L5/S1. Sedangkan batasan gaya angkatan normal (the Action Limit) sebesar 3500
pada L5/S1. Sehingga, apabila Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL (perlu hati-hati) dan
apabila Fc > MPL (berbahaya). Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan , yang
direkomendasikan NIOSH (1991) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 N pd
L5/S1 , namun hanya 1% wanita dan 25% pria yang diperkirakan mampu melewati
batasan angkat ini.
Struktur tulang belakang (vertebral) manusia tersusun dari 33 ruas tulang
belakang yang tersusun menjadi 5 bagian. Berurutan dari bagian atas ke bawah tulang
belakang terdiri dari 7 ruas tulang cervical, 12 ruas tulang thoraric, 5 ruas tulang lumbar,
5 ruas tulang sacral, dan 4 ruas tulang kecil coccygeal. Setiap ruas tulang belakang
dihubungkan dengan jaringan tulang rawan yang disebut dengan intervertebral
disk.Fungsi dari bagian tersebut adalah sebagai peredam kejut terhadap perubahan tulang
dan pembatas ruang gerak tulang belakang.
Perlu diperhatikan bahwa nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur
atau posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan
kriteria keselamatan adalah berdasar pada beban tekan (compression load) pada intebral
disk antara Lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). Untuk mengetahui lebih
jelas lagi L5/S1 dapat dilihat pada gambar 5.10 dibawah ini :
Gambar 5.10. Klasifiasi dan Kodisifikasi Pada Vetebratae
Dalam gerakan pada sistem kerangka otot, otot beraksi terhadap tulang untuk
mengendalikan gerak rotasi di sekitar sambungan tulang, beberap sistem pengukit
menjelaskan hal berikut.Dalam sistem ini otot bertindak sebagai sistem mekanis yang
berfungsi untuk menyuplai energi kinetik dan gerakan angular.
Sistem pengukit pada tubuh manusia terbagi 2 :
a. Sistem Pengukit Tipe 1

R∗L
F=
r
Contohnya terdapat pada otot triceps menarik ulna untuk menggerakkan siku dan
otot quadriceps menarik tibia melalui patella untuk menggerakkan lutut.
b. Sistem Pengukit Tipe 2

(r + R)∗L
F=
r
Contohnya pada otot biceps menarik radius untuk mengangkat siku dan otot
brachialis menarik ulna untuk mengangkat siku.
Perlu kita ketahui bahwa seorang operator bekerja tidak hanya lengan saja yang
mengeluarkan tenaga, tetapi bagian tubuh yang lain seperti punggung, paha, betis dll.
Dalam biomekanik perhitungan guna mencari moment dan gaya dapat dilakukan dengan
cara menghitung gaya dan mement secara parsial atau menghitung tiap segmen yang
menyusun tubuh manusia.

Gambar 5.11. Persentase segmen tubuh

Oleh karena itu, di bawah ini merupakan perhitungan (secara manual) dalam
praktikum ini, yaitu dihitung tiap segmen yang mempengaruhi tulang belakang dalam
melakukan aktivitas pengangkatan, kecuali segmen kaki:
a. Telapak Tangan

b. Lengan bawah (Lower Arm)

c. Lengan Atas (Upper Arm)


d. Punggung

Mt = M(L5/S1)

Dengan menggunakan teknik perhitungan keseimbangan gaya pada tiap segmen


tubuh manusia, maka didapat moment resultan pada L5/S1. Kemudian untuk mencapai
keseimbangan tubuh pada aktivitas pengangkatan, moment pada L5/S1 tersebut
diimbangi gaya otot pada spinal erector (FM) yang cukup besar dan juga gaya perut (FA)
sebagai pengaruh tekanan perut (PA) atau Abdominal Pressure yang berfungsi untuk
membantu kestabilan badan karena pengaruh momen dan gaya yang ada seperti model
pada gambar dibawah ini :
Gambar 5.12. Model sederhana dari punggung bawah (low back) yang diteliti oleh
Chaffin untuk analisis terhadap aktifitas angkat Koplanar Statis
a.3 Alat dan Bahan
a. Beban kerja
b. Timbangan berat badan
c. Penggaris dan meteran
d. Alat pengukur sudut
e. Kamera
a.4 Prosedur Praktikum
a. Masing-masing kelompok mempunyai kesamaan dimensi kerja dan waktu
pelaksanaan praktikum yang telah ditentukan oleh asisten praktikum
b. Setiap kelompok akan dibagi menjadi dua tim yang akan melakukan analisis
biomekanika terhadap operator (salah satu dari anngota tim)
c. Setiap operator akan dikenai kondisi pengangkatan beban dan postur tubuh yang
berbeda
d. Foto posisi tubuh operator agar memudahkan pengumpulan data
e. Setiap kelompok melakukan pengumpulan dan pengambilan data yang dibutuhkan
untuk perhitungan Maximum Permissable Limit (MPL)
f. Lakukan perhitungan Maximum Permissable Limit (MPL) dan analisis postur
tubuh mana yang paling baik untuk pengangkatan beban kerja tersebut
g. Praktikan membuat laporan seusai praktikum Ergonomi. Format dan isi laporan
harus sesuai seperti petunjuk asisten.

a.5 Referensi
Chaffin, D.B. dan Anderson, G. 1984, Occupational Biomechanics, Wiley, New York.
Nurmianto, E., 2008, Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya,
Surabaya.
Pulat, M., 1992, Fundamental of Industrial Ergonomics, New Jersey, 1992.
Kumar, S. 1999. Biomechanics in Ergonomics. Taylor & Francis, London.

Anda mungkin juga menyukai