Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu kegiatan jasmani untuk memperkaya

dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar maupun gerak keterampilan
(kecabangan olahraga). Kegiatan itu merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera jasmani
atau sehat jasmani yang berarti juga sehat dinamis yaitu sehat yang disertai dengan kemampuan
gerak yang memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari, artinya memiliki tingkat
kebugaran jasmani yang memadai.
Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang sangat menbutuhkan energi tinggi dan
dapat disetarakan dengan kebutuhan energi/kalori atlet sangat berat. Biasanya olahraga dilakukan
waktu yang relative lama, intensitas yang sangat tinggi, gerakan yang dilakukan adalah gerakan
yang eksplosiv dan berlangsung secara terus-menerus. Suatu cabang olahraga memerlukan
keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh, yaitu kekuatan dan daya ledak otot,
kecepatan dan kelincahan. Daya ledak otot adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi
otot dengan sangat cepat, yang sangat dipengaruhi oleh kekeuatan otot. Kecepatan dalam
berolahraga memerlukan kesegaran jasmani atau kebugaran. Sedangkan kelincahan seorang atlet
untuk bergerak cepat dan merubah arah dan posisi secara tepat membutuhkan keseimbangan
tubuh dan keterampilan yang tinggi.( Kemenkes.2014).
Olahraga berdasarkan pengelompokkan metabolismenya dapat dibedakn menjadi tiga
kelompok, yaitu olah raga dengan system anaerobik, olahraga aerobik, dan olahraga VO 2 Max.
Olahraga aerobik bergantung kepada kerja optimal dari organ-organ tubuhseperti jantung, paruparu dan pembuluh darah untuk mengangkut oksigen. Sedangkan olahraga an-aerobik dengan
intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dan dalam wakru yang singkat, namun
tidak dapat dilakukan ecara terus menerus. Proses ini membutuhkan interval istirahat untuk dapat
meregenerasi sumber energi.( Kemenkes.2014).
Makanan sangat menentukan penampilan olahragawan dalam berbagai hal. Pada tingkat
latihan dasar, gizi yang baik berperan penting dalam mempertahankan kesehatan optimal yang
membuat olahragawan mampu berlatih dan berkompetisi dengan baik. Seorang olahragawan
harus sehat, bebas dari rasa sakit dan bebas dari berbagai penyakit untuk bisa berlatih secara
kontinyu dan teratur serta untuk mempertahankan kebugaran dengan jadwal latihan dan
pertandingan yang ketat. Beberapa aspek gizi yang sering diperhitungkan adalah mengenai
1

bagaimana mempertahankan berat badan yang ideal, konsumsi makanan berenergi tinggi, berlatih
dan bertanding, makanan sesudah berlatih atau bertanding dan banyak hal lainnya.

1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana metabolisme energi pada kerja otot baik secara system anaerob, system
aerob dan system VO2Max?
2. Bagaimana pengaruh gizi olahraga pada kebugaran, penampilan, dan prestasi atlet?

1.3

Tujuan
1. Untuk mengetahui metabolisme energi kerja otot baik secara system anaerob, system
aerob dan system VO2 Max.
2. Untuk mengetahui pengaruh gizi olahraga pada kebugaran, penampilan, dan prestasi
atlet.

1.4

Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui metabolisme energi kerja otot baik secara system anaerob, system
aerob dan system VO2 Max.
2. Dapat mengetahui pengaruh gizi olahraga pada kebugaran, penampilan, dan prestasi
atlet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Metabolisme Energi pada Kerja Otot


2

Prinsip dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untu mensintesis
dan meresintesis molekul Adenosine Triphosphate (ATP). ATP adalah molekul yang berfungsi
sebagai sumber energi untuk reaksi seluler. Dalam tubuh ATP terurai menjadi Adenosine
Diphosphate (ADP) dan gugusan posfat yang terpisah yang selanjutnya akan melepaskan energi
untuk digunakan sebagai sumber tenaga sel-sel tubuh. Pada saat berolahraga, terdapat 3 (tiga)
jalur metabolisme energi yang digunakan yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr) atau anaerobik,
glikolisis anaerobik glukosa (glikolisis) dan pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan
protein (metabolisme aerobik).( Kemenkes.2014)
a.

System Anaerob
Aktivitas anaerobik

merupakan

aktivitas

dengan

intensitas

tinggi

yang

membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat, namun tidak dapat
dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas anaerobik
biasanya

akan

membutuhkan

sehingga

kegiatannya

dapat

interval
dilanjutkan

istirahat

agar

kembali.

ATP dapat

Contoh

dari

diregenerasi
kegiatan/jenis

olahraga yang memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint),
push-up, body building, gimnastik atau juga loncat jauh. Dalam beberapa jenis
olahraga beregu atau juga individual akan terdapat pula gerakan-gerakan/aktivitas
seperti meloncat, mengoper, melempar, menendang bola, memukul bola atau juga
mengejar bola dengan cepat yang bersifat anaerobik.( Hernawati, 2015)
Pada olahraga anaerobik, aktivitas yang dominan adalah aktivitas anaerobik,
energi yang digunakan oleh tubuh diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr)
serta melalui proses glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi
secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi
secara anaerobik akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang apabila
terakumulasi akan menghambat kontraksi otot dan menimbulkan rasa nyeri pada otot.
Hal ini yang menyebabkan gerakan anaerobik yang terdapat pada olahraga power
tidak dapat dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang panjang. Pada jenis
olahraga ini harus diselingi dengan waktu istirahat masing-masing cabang olahraga untuk
memulihkan kembali hidrolisis PCr.(Kemenkes.2014).
Terdapat tiga rangkaian pembentukan energi, dua diantara tiga rangkaian reaksi
untuk sintesis ATP itu adalah sistem ATP-CP dan sistem asam laktat yang keduanya
tergolong anaerobik.
3

Sistem ATP-CP dapat dijelaskan bahwa selama aktivitas dengan intensitas tinggi
penggunaan ATP berlangsung sangat cepat. Fosfatkreatin (creatine phosphate = CP)
seperti halnya ATP tersimpan dalam otot yang bila diuraikan akan melepaskan energy.
Keduanya tergololng kelompok fosfat dan karena itu maka disebut sistem fosfagen.
Energi yang dilepaskan digunakan untuk meresintesis ATP. Rangkaian reaksi gandanya
dapat dinyatakan sebagai berikut:
-

CP Cr + Pi + Eenrgi
Energi + ADP + Pi ATP

Sedangkan sistem asam laktat disebut juga dengan istilah glikolisis anaerobik
(anaerobic glycolysis) yang berarti penguraian glikogen tanpa oksigen. Dalam beberapa
referensi dijelaskan bahwa glikolisis anaerobik berarti metabolisme karbohidrat yang
tidak sempurna. Secara sederhana dan secara berurutan mekanisme sistem ini terjadi
dalam sel otot. Penguraian glikogen menghasilkan energi untuk resintensis ATP. Oleh
karena produk sampingan pada sistem ini adalah asam laktat (lactic acid) maka disebut
juga sistem asam laktat.
Asam laktat yang terakumulasi sangat tinggi dalam darah dan otot dapat
menyebabkan kelelahan otot. Hal ini terjadi karena oksigen tidak mencukupi lagi
(insufficient) dalam memenuhi kebutuhan oksigen dalam sirkulasi. Walaupun
demikian asam laktat masih dapat dikonversi menjadi glukosa. Proses perubahan ini
berlangsung di dalam hati yang dikenal dengan istilah Daur Cori. Melalui sistem ini 180
gram glikogen menghasilkan 3 mol ATP. Rangkaian reaksi ganda pada sistem ini dapat
dilukiskan sebagai berikut:
-

(C6H12O6) n 2 C3H6O3 + Energi (glycogen) (lactic acid)


Energi + 3 Pi + 3ADP 3 ATP

Asam laktat yang menumpuk di dalam sel otot akan cepat berdifusi ke dalam
darah dan dapat menyebabkan kelelahan. Keadaan ini dapat terjadi karena kecepatan
suplai oksigen lebih rendah dibanding regulasi keperluan energi pada saat latihan yang
berat. Hal ini berarti pula kecepatan resintesis ATP tidak dapat mengimbangi kecepatan
penggunaannya. Begitu juga hidrogen dan NAD+(nikotinamida adenindinukleotida)
tidak dapat diproses melalui rantai pernafasan, sedangkan untuk oksidasi didalam
glikolisis sangat tergantung pada adanya NAD+ ini.

Kelelahan yang diderita akibat penumpukan asam laktat bukan merupakan petaka
bagi atlet, sebab asam laktat merupakan sumber energi kimia yang sangat
27 bermanfaat. Jika oksigen sudah cukup kembali (melalui pertukaran gas) seperti pada
saat pulih asal (recovery), atau pada saat intensitas latihan diturunkan atau dikurangi,
maka hidrogen akan terikat ke asam laktat dan diangkut oleh NAD+ selanjutnya
terjadilah oksidasi. Akibat dari mekanisme oksidasi ini maka asam laktat akan dikonversi
menjadi asam piruvat dan dipergunakan sebagai sumber energi. ( A.R Hasadiqin.2015)
b.

System Aerob
Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaa
oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan
bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan
juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber
energi dapat berjalan dengan sempurna.
Aktivitas aerobik biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas
rendah sampai sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup
lama, seperti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging. (Pedoman Gizi Olahraga Prestasi,
2014)
Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang
bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan
produk samping berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Hal inilah yang
menyebabkan mengapa gerakan-gerakan bertenaga saat berolahraga tidak dapat
dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang dan harus diselingi dengan interval
istirahat.
Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme
energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan sebagian kecil
(5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate). ( Hernawati, 2015)
Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat
(glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigliserida
akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi secara aerobik di dalam tubuh.

Diantara ketiga simpanan zat gizi tersebut yang menjadi sumber energi utama saat
berolahraga adalah karbohidrat dan lemak.( Pedoman Gizi Olahraga Prestasi, 2014)
Ada tiga rangkaian reaksi utama dalam sistem aerobik yaitu (1) Glikolisis
Aerobik, (2) Siklus Krebs, (3) Sistem Transport Elektron (STE). (A.R Hasadiqin.2015)
Pada glikolisis aerobik tidak terjadi penumpukan asam laktat karena adanya
oksigen. Hal ini dikarenakan oleh adanya degradasi komplit dari glukosa menjadi CO2
dan H2O melalui proses oksidasi dalam Siklus Krebs dan Sistem Transport
Elektron(STE). Dengan demikian selama glikolisis aerobik 180 gram
28 glikogen dipecah/diurai menjadi 2 mol asam piruvat, dan cukup untuk melepaskan
energi untuk resintesis 3 mol ATP. Rangkuman reaksi sistem ini adalah:
1. (C6H12O6) n 2C3H4O3 + Energi (Glikogen) (Asam piruvat)
2. Energi + 3ADP + 3Pi 3 ATP
Asam piruvat yang terbentuk selama glikolisis aerobik dipecah dengan
pertolongan acetyl co-enzyme A atau disingkat acetyl co-A. Selanjutnya asam piruvat
yang sudah mengalami perubahan kimia ini masuk ke dalam Siklus Krebs atau disebut
juga Citric Acid Cycle/ Tricarboxylic Acid Cycle. Selama Siklus Krebs terdapat dua
perubahan kimia yang penting yakni; 1) terjadi produksi karbondioksida (CO2) dan, 2)
proses oksidasi (khususnya, penghilangan/pelepasan elektron). Seperti yang telah
disebutkan, produksi CO2 menyebar/berdifusi ke dalam darah dan dibawa menuju paruparu, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Kelanjutan dari penguraian glikogen, produk ahkir (H20) terbentuk dari ion
hidrogen dan elektron yang telah dihilangkan di dalam Siklus Krebs serta oksigen yang
kita hirup. Rangkaian spesifik atas bebagai reaksi dimana H 20 terbentuk disebut sistem
transport elektron atau rantai respiratory. Intinya, apa yang terjadi di dalam sistem
transport elektron adalah bahwa ion hidrogen dan elektron "ditransport" menuju oksigen
oleh "pengangkut elektron" melalui serangkaian reaksi enzymatic, yang mana produk
ahkirnya adalah air.
Beta-oksidasi (Metabolisme Lemak) Dalam kondisi-istirahat, sekitar dua-per-tiga
energi kita berasal dari metabolisme lemak dan hanya satu-per-tiga berasal dari
metabolisme karbohidrat. Selama latihan, ketergantungan terhadap lemak sebagai sumber
6

utama asupan secara dramatis menyusut, khususnya di bawah kondisi pengunaan power
yang tinggi, sebagai contoh; melempar, sprint, atau melompat. Akan tetapi, selama
aktivitas dengan durasi panjang (lama), perpaduan penggunaan lemak dan karbohidrat
menjadi sangat penting. "Perpaduan" bahan makanan bergantung pada intensitas dan
durasi latihan, level pengkondisian atlet, serta diet dan status nutrisi atlet. Tahap pertama
penguraian lemak disebut Beta-oksidasi. Intinya, senyawa fatty acid "dispersiapkan"
untuk masuk kedalam Siklus Krebs. Setelah itu, hasil akhirnya berlaku sama dengan
glikogen; yaitu, air dan karbon dioksida terbentuk serta energi dilepaskan untuk
resynthesis ATP. Tiap-tiap mole fatty acid yang telah teroksidasi menghasilkan cukup
energi untuk resynthesize sekitar 140 mole ATP. (A.R Hasadiqin.2015)
c.

Volume Oksigen Maksimal (VO2 Max)


Menurut

Thoden

dalam

modul

Suranto

(2008

118)

dalam digilib.unila.ac.id/7264/15/BAB%20II.pdf VO2max merupakan daya tangkap


aerobik maksimal menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per
satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes, dengan latihan yang makin lama
makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO2max.
Tubuh mampu memasukan O2 lewat cardio respirasi dan kemampuan ini disebut
dengan O2 uptake (VO2). Kemampuan memasukan O2 ini tergantung kepada tingkat
kerja, makin tinggi tingkat kerjanya, makin besar VO2 nya. Artinya pada kerja yang
ringan tak akan terjadi pemasukan yang besar. Kalau seseorang pemasukan yang besar.
bekerja berat sampai lelah biasanya kemampuan memasukkan O2 akan maksimal dan
disebut dengan VO2 max.
VO2 max hanya mampu bekerja terus-menerus bila menerus bila jauh di bawah
VO2 max. Bila seseorang jauh di bawah VO2 max. Bila seseorang bekerja dengan
tingkat kerja sedang saja terbentuknya asam laktat akan selalu dapat saja terbentuknya
asam laktat akan selalu dapat dioksidasi oleh O2. Sehingga ia dapat bekerja terus
menerus. Keadaan ini sering disebut dengan Steady State.
Kalau tingkat kerja dinaikan, pada suatu saat ia tidak akan mampu menampilkan
dalam waktu cukup lama, karena jumlah asam laktat tubuhnya cukup tinggi (normal kalu
mencapai 4 mmol/l darah) dan menyebabkan rasa tak enak, sakit, lelah Batas tersebut
sering disebut dengan ambang anaerobik (Anaerobic threshold). Makin terlatih
seseorang, ambang anaerobiknya mendekati VO2 max.
7

Pengukuran VO2 max dapat dilakukan sebagai berikut:


Langsung dengan Kantong DouglasHarvard step test, lari 1,6 km dll. Sebagai contoh
formula dari lari 1,6 km ialah :
Estimasi VO2 max = 133.61 (13.89 x waktu (13.89 x waktu lari)
Dimana satuan VO2 max = cc/Kg(BB)/menit, waktu lari dalam menit.
Bila seseorang lari sejauh 1,6 km dan menempuh waktu 5 menit 06 detik (5.1 menit),
maka estimasi VO2 max = 133.61 (13,89 x 5,1) = (13,89 x 5,1) = 62,8
cc/Kg(BB)/menit. (digilib.unila.ac.id/7264/15/BAB%20II.pdf)

2.2

Pengaruh Gizi Olah Raga pada Kebugaran, Penampilan, dan Prestasi Atlet
a. Pengaruh Gizi pada Kebugaran
Kebugaran jasmani pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor internal. Faktor
internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap
misalnya genetik, umur, dan jenis kelamin. Mengingat pentingnya kebugaran jasmani bagi
seseorang yang berfungsi mengembangkan kemampuan, kesanggupan dan daya tahan diri
sehingga mempertinggi daya aktivitas kerja, maka tak akan lepas dari faktorfaktor
eksternal, antara lain faktor latihan, faktor istirahat, serta faktor nutrisi. (Irianto, 2004
dalam http://www.infogizi.com)
Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot
berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik,
seseorang haruslah melakukan latihan-latihan olahraga yang cukup, mendapatkan gizi yang
memadai untuk kegiatan fisiknya, dan tidur.
Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat keseimbangan dan intake
makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai dimensi (Jelliffe
dan Jellife 1989 dalam http://www.infogizi.com). Menurut Almatsier (2009)

dalam

http://www.infogizi.com, status nutrisi (nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai


akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
b. Pengaruh Gizi pada Penampilan
Peranan gizi pada atlet dalam

meningkatkan

performa

olahraga

sudah

terbukti.Kecukupan zat gizi dan air yang baik pada atlet sebelum, saat kompetisi dan
setelahkompetisi membuat penampilan mereka tetap vit dan terjaga. Seorang atlet tidak ada
yang langsung dapat meningkatan penampilan saat bertanding atau berlomba tanpa adanya
latihan. Latihan disini dilakukan para atlet dari mulai mereka mengenal apa itu olahraga
dan mereka mulai menyukai olahraga itu sendiri.
( https://www.scribd.com/ Konseling-Gizi-Pada-Atlet)
8

c. Pengaruh Gizi pada Prestasi


Dilihat dari aspek gizi olahraga prestasi, meningkatnya prestasi olahraga tergantung
bagaimana atlet pada cabang olahraga prestasi mendapatkan layanan :
a. Penyelenggaraan makanan ditentukan :
1) Kompetensi petugas yang menangani penyelenggaraan makanan.
2) Fasilitas pendukung yang tersedia untuk penyelenggaraan makanan.
3) Penyedia jasa boga yang terlibat dalam penyelenggaraan makanan.
4) Pendanaan dan pembiayaan yang memadai untuk penyelenggaraan
makanan yang sesuai dengan perencanaan dan implementasinya.
b. Asupan Gizi ditentukan :
1. Pengetahuan dan pemahaman atlet dan pelatih terhadap makanan yang akan
dikonsumsi oleh atlet
2. Kuantitas dan kualitas makanan yang akan dikonsumsi oleh atlet
3. Kondisi fisik dan mental atlet yang terkait dengan kondisi kesehatan, kebutuhan
gizi, program pelatihan dan kompetisi yang dihadapi, serta jenis dan bentuk
makanan yang akan dikonsumsi oleh atlet. (Kemenkes, 2014).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metabolisme pada kerja otot terdiri dari tiga system, dimana ketiga sytem tersebut adalah
sytem kerja otot secara anaerobik, system kerja otot secara aerobik dan selain itu juga terdapat
VO2 Max. anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi
secara cepat dalam waktu yang singkat, namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi
waktu yang lama. Proses metabolisme energi secara anaerobik akan menghasilkan produk
samping berupa asam laktat yang apabila terakumulasi akan menghambat kontraksi otot dan
menimbulkan rasa nyeri pada otot.

Metabolisme kerja otot secara aerobik juga dapat proses yang bersih karena selain akan
menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan produk samping berupa
karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
Selain itu VO2 Max adalah daya tangkap aerobik maksimal menggambarkan jumlah
oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes,
dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan, ukurannya.
Zat gizi dalam olahraga sangat diperlukan sekali bagi atlet, dimana pengaruh gizi
olahraga ini mencakup pengaruh terhadap kebugaran, penampilan, dan prestasi seorang atlet.

10

Anda mungkin juga menyukai