Anda di halaman 1dari 6

Tugas

Nama : NURUL ZAHIRA A.N


Nim : S18031
Kelas : A
1. PENGERTIAN VAKSINASI
Vaksinasi adalah penyumtikan mikroba mati atau lemah untuk merangsang
system kekebalan tubuh terhadap mikroba tersebut, sehingga tubuh
menghasilkan anti body untuk mencegah penyakit. Vaksinasi bekerja dengan
merangsang system kekebalan tubuh, melawan penyakit dengan system alami
tubuh.
Vaksinasi disebut juga imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh
seseorang untuk memberikan kekebalan  terhadap penyakit tersebut. Kata
vaksinasi berasal dari Bahasa latin vacca yang berarti sapi - diistilahkan
demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang menginfeksi sapi
( cacar sapi ).
2. JENIS IMUNISASI DASAR PADA BAYI
1. BCG
Vaksinasi BCG atau  Bacillus Calmette Guérin harus diberikan pada bayi sebelum
masuk usia 3 bulan. Jika bayi sudah berusia lebih dari 3 bulan maka sebaiknya
dilakukan uji tuberkulin trlebih dulu.

Vaksinasi BCG bisa diberikan pad abayi jika uji tuberkulin bernilai hasil negatif.
Tempat penyuntikan yang dianjurkan untuk vaksin BCG yaitu pada lengan kanan
atas.

2. DTP
Vaksinasi DTP merupakan singkatan dari difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini
diberikan tidak hanya satu kali namun dianjurkan untuk diberikan sebanyak lima
kali. Vaksin diberikan pada rentang usia yang berbeda-beda yaitu:

o 2 bulan, 4 bulan, 6–18 bulan dan 4-6 tahun


o Rentang usia (2,3, 4 dan 18 bulan) dan SD kelas 1

3. Campak

Vaksinasi campak diberikan selama tiga kali. Caksin campak adalah jenis vaksin
dasar yang harus diberikan saat bayi berusia 9 bulan. Kemudian vaksin kembali
diberikan saat balita berusia 2 tahun. Terakhir, vaksin diberikan saat anak masuk
sekolah SD.

4. Cacar Air

Vaksin cacar air disebut juga dengan vaksin varicella. Vaksinasi diberikan untuk
mencegah virus varicella zoster yang menjadi penyebab penyakit cacar air.

Vaksinasi ini harus diberikan pada anak yang belum pernah terkena cacar air.
Umumnya, vaksin bayi ini diberikan pada saat anak berusia 12 – 15 bulan.

5. Hepatitis B

Vaksinasi hepatitis B diberikan untuk mencegah infkesi hati akibat virus hepatitis
b. vaksin ini harus diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan. Vaksinasi diberikan
dalam 3 dosis:

o Dosis pertama: Diberikan saat bayi baru lahir, sebelum bayi berusia 12 jam.
o Dosis kedua: Diberikan saat usia bayi berusia 1 sampai 2 bulan.
o Dosis ketiga: Diberikan saat usia bayi berusia 6 sampai 12 bulan.
Jika bayi mendapatkan vaksin kombinas dengan kandungan hepatitis B, bayi dapat
diberikan 4 dosis. 

Jika bayi lahir dari ibu yang memiliki hepatitis B maka ia perlu vaksin hepatitis B
dosis pertama sebelum 12 jam. Bayi juga memerlukan tambahan imunoglobulin
hepatitis B pada saat bersamaan di bagian paha yang berbeda. Suntikan dilakukan
setelah mendapat suntikan vitamin K1. 
Dosis selanjutnya dapat diberikan sesuai dengan jadwal. Namun jika bayi lahir dari
ibu dengan hepatitis B maka saat usia 9-18 bulan, ia perlu diperiksa antiHBs dan
HbsAg.

6. Hib

Vaksin Hib dapat melindungi anak dari infeksi bakteri Haemophilus influenzae tipe
B (Hib). Vaksin Hib sebaiknya diberikan saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan dan 6
bulan. Kemduian diulang pada usia 12-15 bulan dengan dosis tergantung usia bayi
(3 atau 4 dosis).

7. Flu

Vaksinasi flu direkomendasikan untuk diberikan mulai usia 6 bulan. Vaksin


diberikan setiap tahun hingga anak berusia 8 tahun dalam 2 dosis dasar/awal.

8. MMR

Vaksin MMR merupakan kombinasi dari vaksin campak atau Measles (M) dan
Rubella (R). Vaksin MMR diberikan pada dua dosisi dengan rentang usia yang
berbeda, yaitu: 

o Dosis pertama berikan saat anak berusia 12 – 15 bulan.


o Dosis kedua diberikan saat anak berusia 4-6 tahun.
Rentang waktu yang diberikan antara dosis pertama dengan dosis kedua berjarak
setidaknya 28 hari. Vaksin ini dapat diberikan bersama dengan vaksin yang lain.

9. PVC

Vaksin PCV berfungsi untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
pneumokokus penyebab penyakit meningitis dan pneumonia. Bayi yang berusia 2
bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 12-15 bulan, harus mendapatkan vaksinasi secara
rutin.

10. Polio

Anak perlu mendapatkan vaksin polio sebanyak 4 dosis dengan jadwal pemberian
dosis pertama saat lahir. Kemudian dilanjutkan pada saat si kecil berusia 2 bulan,
4 bulan dan 6 bulan. Setelah itu, diberikan ulang saat berusia 18 bulan dan 4–6
tahun.

11. Rotavirus

Vaksinasi rotavirus dibagi menjadi 2 jenis yang diberikan sebanyak 2 atau 3 dosis
bergantung jenis vaksin yang digunakan.

Vaksinasi dapat diberikan dengan cara diminum (bukan disuntik) pada bayi
berusia 2 bulan dan 4 bulan untuk 2 dosis. Sedangkan untuk 3 dosis diberikan
pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Vaksin ini dapat diberikan dengan vaksin
lain. 

3. JENIS – JENIS VAKSIN


1. Live attenuated vaccine

Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya
virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulangulang, namun masih
mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah.

2. Inactivated vaccine (Killed vaccine)

Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia
(formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri
atau virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja.

3. Vaksin Toksoid

Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang
jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang
terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu
tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik dan
meningkatkan imunogenesitasnya. Contoh : Vaksin Difteri dan Tetanus

4. Vaksin Acellular dan Subunit


Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin
vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin hemofilus
influenza tipe b (Hib) dan vaksin Influenza.

5. Vaksin Idiotipe

Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari
antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang
disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai
antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai
dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.

6. Vaksin Rekombinan

Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar.


Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem
ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan
teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin
DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen
pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus
disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin
bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal
hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen
vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima
vaksin.

7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)


Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi
dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba
diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan
ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA
plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam
DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya.

Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat


imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan
isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini
sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang
percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang
respon humoral dan selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada
manusia saat ini sedang dilakukan.

4. CARA DAN RUTE PEMBERIAN VAKSIN


Rute vaksin meliputi:
- Rute oral: diberikan melalui mulut
- Rute subkutan: disuntikkan ke area tepat di bawah kulit ke dalam jaringan ikat
yang berlemak
- Rute intramuskular: disuntikkan ke jaringan otot
- Rute intradermal: disuntikkan ke dalam lapisan kulit
- Rute intranasal: diberikan ke hidung

Anda mungkin juga menyukai