Anda di halaman 1dari 10

Nama : Natasya Santa Elisabeth Siahaan

Nim : 207032031
Kelas : S2 Reguler 2021

Analisis Kasus Pemulasaraan Jenazah Wanita di RSUD dr. Djasamen Saragih


Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara
Dalam Perspektif Berpikir Sistem

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2018). Di Indonesia ada begitu
banyak rumah sakit. Rumah sakit bukan hanya berdasarkan milik pemerintah atau
swasta saja, tetapi juga dibedakan dari kelas-kelas atau tipe rumah sakit itu sendiri.
Setiap tipe rumah sakit memiliki perbedaan pada fungsi, fasilitas dan penunjang
medis/ pelayanan kesehatan. Berdasarkan Permenkes RI No.30 Tahun 2019,
pelayanan rumah sakit umum pemerintah departemen kesehatan dan pemerintah
daerah diklasifikasikan menjadi empat yaitu kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D.
Berdasarkan profil RSUD dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar,
RSUD dr. Djasamen Saragih merupakan rumah Sakit Kelas B pendidikan
berdasarkan SK Kementerian Kesehatan RI, No.HK.03.05/I/1735/2012. RSUD dr.
Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar menjadi rumah sakit rujukan bagi daerah
kabupaten/kota di sekitarnya. RSUD dr. Djasamen Saragih merupakan rumah sakit
pendidikan yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi
untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum guna mencapai kompetensi
di bidang kedokteran atau kedokteran gigi. PP RI no.93 tahun 2015 menjelaskan
Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat
pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang

1|Page
pendidikan kedokteran dan/atau kedokteran gigi, pendidikan berkelanjutan, dan
pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi (Kemendagri, 2016).
Menurut Permenkes No 56 Tahun 2014 pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit kelas B paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan farmasi, pelayanan
keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan rawat inap,
pelayanan penunjang nonklinik meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur,
teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem
informasi dan komunikasi, pemulasaraan jenazah, sistem penanggulangan kebakaran,
pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air bersih.
Pemulasaran jenazah adalah proses perawatan jenazah yang meliputi kegiatan
memandikan, mengkafani, menyembahyangi dan pemakaman jenazah. Di instalasi
pemulasaraan jenazah terdapat beberapa pegawai yaitu meliputi dokter forensik,
petugas administrasi, petugas pemulasaraan jenazah, kepala instalasi pemulasaraan
jenazah, supir ambulans dan bagian pekarya atau petugas pemelihara alat dikamar
mayat. Kamar mayat adalah tempat yang berbahaya karena merupakan tempat resiko
infeksi yang tinggi, sebab terjadinya infeksi yang didapat dari kamar mayat yang
tersering karena individu yang mengabaikan hal-hal yang berbahaya di kamar mayat.
Baru-baru ini ada kasus yang menimpa RSUD dr. Djasamen Saragih
mengenai pemulasaraan jenazah. Kasus ini bermula saat penanganan jenazah Zakiah
berusia 50 tahun, pasien suspek Covid-19 yang meninggal dunia pada minggu 20
September 2020 di RSUD Djasamen Saragih. Jenazah wanita asal Serbelawan,
Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, itu dimandikan empat
orang petugas forensik RSUD Djasamen Saragih. Mereka berjenis kelamin laki-laki,
dua di antaranya berstatus sebagai perawat. Sang suami melaporkan kasus itu ke
polisi dengan tuduhan penistaan agama. Padahal sebelumnya sang suami menyatakan
setuju dengan proses itu.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis kasus pemulasaraan
jenazah wanita di RSUD dr. Djasamen Saragih dalam perspektif berpikir sistem.

2|Page
PEMBAHASAN

2.1 Kasus Tenaga Kesehatan di RSUD dr. Djasamen Saragih


Memandikan Jenazah Perempuan, 4 Pegawai Pria di RSUD Djasamen Saragih
Pematangsiantar Jadi Tersangka (20 September 2020)
Sumber : TribunNews.com

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Kasus pemandian jenazah wanita oleh empat


pegawai pria RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar pada Minggu (20/9/2020)
lalu berbuntut panjang. Suami almarhum, Fauzi Munthe keberatan istrinya
dimandikan pegawai pria karena bertentangan dengan syariat Islam dan tidak ada izin
dari keluarga. Pada konferensi pers yang berlangsung di Mapolres Pematangsiantar,
Jumat (11/12/2020) siang, Kapolres Pematangsiantar AKBP Boy Sutan Binanga
Siregar mengatakan, keempat pegawai RSUD Djasamen Saragih ditetapkan sebagai
tersangka.
"Berkaitan dengan adanya laporan Fauzi Munthe tentang protokol kesehatan
kedokteran, kali ini kita tetapkan tersangka empat pegawai Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) Pematangsiantar," ujar Kapolres.
Keempatnya ditetapkan sebagai tersangka lantaran perbuatannya dianggap melanggar
Pasal 79 C Jo Pasal 51 UU RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
Dengan pasal ini, keempatnya terancam hukuman 5 tahun penjara. Boy
menyampaikan identitas keempat tersangka petugas pemandi jenazah adalah DAA,
RE, ES dan RS. Seluruhnya belum dilakukan penahanan mengingat kinerjanya masih
dibutuhkan oleh RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar. Sebelumnya, Fauzi
Munthe, warga Serbelawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun
merasa kecewa lantaran jenazah istrinya dimandikan oleh empat pegawai RSUD
Djasamen Saragih Pematangsiantar yang bukan muhrim, Minggu (20/9/2020).
Lantaran merasa kecewa, Fauzi dan sejumlah santri sempat mendatangi MUI
Pematangsiantar hingga berujung ke Mapolres Pematangsiantar.

3|Page
2.2 Pembahasan
Berfikir sistem adalah suatu proses untuk memahami suatu fenomena dengan
tidak hanya memandang dari satu atau dua sisi tertentu. Dalam berfikir sistem ini,
juga dapat dilihat adanya satu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen seperti
atasan, bawahan, kolega, dan pihak terkait lainnya. Masing-masing komponen ini
memiliki kontribusi terhadap tujuan sistem. Namun perlu disadari bahwa satu bagian
komponen tidak akan dapat berdiri sendiri dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam
hal ini, interaksi, kerja sama, dan komunikasi yang baik antar komponen, antar
pimpinan, bawahan, kolega, dan yang lainnya, mutlak dibutuhkan.
Dilihat dari manfaat berpikir sistem, sangat penting untuk diterapkan dalam
dunia kesehatan. Masukan (input) dalam pelayanan kesehatan adalah masyarakat
yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Dalam proses pelayanan kesehatan erat
kaitannya dengan pemerintah, sistem kesehatan, infrastruktur kesehatan, peraturan,
dan sebagainya. Hasil pelayanan kesehatan mencakup status kesehatan masyarakat
dan ketersediaan pelayanan kesehatan.
Istilah “berpikir sistem” dipopulerkan dalam buku 5th Discipline oleh Peter
Senge di awal tahun 1990an. Buku ini membahas bahwa untuk menjawab tantangan
kompleksitas dunia di masa akan datang, organisasi perlu membangun 5 kedisiplinan
utama: keahlian personal, visi bersama, belajar secara kelompok, model mental dan
berpikir sistem. Judul Disiplin ke-5 menunjukkan bahwa disiplin terakhir adalah yang
terpenting yaitu disiplin untuk berpikir sistem. Di dalam buku ini Senge berargumen
pentingnya bagi individu dalam organisasi untuk melakukan metanoia (shift of mind –
perubahan pemikiran) melalui penciptaan kembali diri kita melalui belajar tanpa henti
dalam kerangka sistem (Senge 1990).
Ketika seorang manusia dipandang sebagai sebuah sistem juga harus secara
aktif beradaptasi terhadap perubahan, maka ternyata organisasi juga sama. Organisasi
bisa dipandang sebagai sebuah sistem yang harus beradaptasi dengan perubahan yang
bisa sangat kompetitif. Tentunya organisasi secara nyata bukanlah makhluk hidup
yang memiliki kemampuan untuk belajar, hanya manusia didalamnya yang mampu

4|Page
belajar. Jadi yang dimaksud dengan organisasi pembelajar adalah organisasi yang
mendorong manusia didalamnya untuk saling berinteraksi untuk belajar secara
kolektif. Dorongan ini bisa berupa insentif, peraturan, prosedur, struktur organisasi,
dan yang terpenting adalah budaya organisasi.
Coronavirus Disease-19 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi oleh
WHO, hingga saat ini kasusnya masih meningkat secara signifikan dan menimbulkan
banyak korban kematian di lebih dari 150 negara. Indonesia menjadi salah satu
negara dengan kasus COVID-19 yang tinggi dan ditetapkan sebagai bencana non
alam berupa wabah penyakit oleh BNPB, yang tersebar di 34 Provinsi. Kondisi
pandemi mengakibatkan banyaknya korban meninggal dan tidak dapat ditentukan
dengan pasti apakah jenazah atau kematian itu meninggal karena covid-19. Hal ini
membutuhkan langkah-langkah tata laksana secara spesifik untuk mencegah
terjadinya penyebaran kepada tenaga medis maupun tenaga pemulasaraan jenazah,
serta keluarga dan masyarakat secara umum.
WHO juga mengeluarkan pedoman penanganan jenazah Covid-19 sehingga
penularan dari jenazah ke orang sampai saat ini tidak ditemukan. Namun, bagi
masyarakat Indonesia ada beberapa kepercayaan dan tradisi yang harus tetap
dilakukan pada saat penanganan jenazah. Indonesia adalah negara dengan mayoritas
muslim sehingga utuk aturan penanganan jenazah Covid-19 harus persetujuan dari
MUI (Majelis Ulama Indonesia) sehingga memandikan jenazah masih diterapkan.
Pedoman memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah muslim
yang terinfeksi virus corona (COVID-19) tercantum dalam Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Nomor 18 Tahun 2020.
Pedoman ini dipisahkan ke dalam empat bagian, yaitu cara memandikan
jenazah, cara mengafani jenazah, cara menyalatkan jenazah, dan cara menguburkan
jenazah terpapar virus corona. Dalam Fatwa Nomor 18 Tahun 2020 ditegaskan pula
bahwa pengurusan jenazah, terutama dalam memandikan jenazah dilakukan oleh
pihak berwenang, atau petugas muslim yang melaksanakan tajhiz janazah.

5|Page
Ada beberapa poin penting dalam memandikan jenazah yang terkena virus
corona antara lain : petugas yang memandikan wajib berjenis kelamin yang sama
dengan jenazah, tetapi jika tidak ada petugas yang berjenis kelamin sama, maka
petugas yang ada tetap memandikan dengan syarat jenazah tetap memakai pakaian.
Jika tidak, maka jenazah ditayamumkan. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh 4
tenaga kesehatan di RSUD dr. Djasamen Saragih sehingga menyebabkan kemarahan
keluarga almarhumah. Jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh Peter
Senge, rumah sakit perlu membangun 5 kedisiplinan utama: keahlian personal, visi
bersama, belajar secara kelompok, model mental dan berpikir sistem.
Ketika RSUD dr. Djasamen Saragih dianggap sebagai sebuah sistem, maka
rumah sakit harus beradaptasi dengan perubahan yang ada. Rumah sakit harus
mampu mendorong sumber daya dalam kasus ini adalah pegawai didalamnya untuk
saling berinteraksi untuk belajar secara kolektif. Pegawai medis dan non medis
dengan keahlian personal yang tinggi akan sadar kekurangan kemampuan
pengetahuannya, sehingga yang harus dilakukan oleh rumah sakit adalah secara terus
menerus meningkatkan kapasitas mereka sesuai yang dibutuhkan untuk menjalankan
roda rumah sakit. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kerjasama, adil,
visioner, dan peduli seharusnya sering diberikan oleh pimpinan rumah sakit melalui
pertemuan secara berkala, namun tidak kala penting yaitu keteladanan dari
pemimpinnya. Keahlian personal juga merupakan bagian dari upaya untuk
membangun visi rumah sakit. Kemampuan rumah sakit dalam memanfaatkan
keterampilan dan keahlian pegawainya untuk menemukan gambaran masa depan
bersama.
Pimpinan rumah sakit juga harus melakukan pembelajaran tim yang efektif
melalui dialog dan diskusi. Kegiatan dialog dilakukan bukan hanya saat memerlukan
umpan balik dari kebijakan organisasi yang telah diambil atau saat menghadapi
masalah saja tetapi secara periodik ditetapkan waktunya oleh pimpinan rumah sakit.
Dalam kegiatan dialog, pegawai rumah sakit diharapkan mampu mengembangkan
keterbukaan terhadap kritik bagi sesama pegawai rumah sakit. Keterbukaan terhadap

6|Page
kritik tidak hanya berlaku bagi seluruh pegawai tapi juga pimpinan rumah sakit.
Dalam berpikir sistem, rumah sakit lebih memfokuskan perhatian pada hubungan atau
relasi dibandingkan individu-individu secara terpisah. Salah satu syarat rumah sakit
dapat berpikir sistem adalah kesediaan untuk menyadari adanya perubahan,
kompleksitas, dan saling ketergantungan. Keberhasilan rumah sakit dalam
mengemban misinya untuk mencapai tujuan bersama itu karena adanya saling
berhubungan, ketergantungan dan berinteraksi antar pegawai, serta tidak ada
seorangpun yang merasa paling berjasa.
Berpikir sistem bukanlah metode yang harus dijalani secara rumit dan baku,
namun merupakan sebuah karakter yang mencerminkan pemecahan masalah secara
menyeluruh. Menurut WHO dalam laporannya yang berjudul System Thinking for
Health Systems Strengthening, membandingkan dua pendekatan antara pendekatan
umum (usual approach) dengan pendekatan berpikir sistem (system thinking
approach).
Tabel 1. Perbandingan Usual Approach dan Systems Thinking Approach
Usual Approach Systems Thinking Approach
Static thinking : hanya fokus pada sebagian Dynamic thinking : melihat masalah sebagai
masalah akibat dari pola perilaku sepanjang masa
Systems as effect thinking : melihat perilaku Systems as cause thinking : berupaya agar
yang terjadi dalam sistem merupakan akibat perilaku dalam sistem memberikan pengaruh
dari lingkungan positif bagi lingkungan
Tree by tree thinking : meyakini bahwa Forest thinking : meyakini bahwa untuk
untuk memahami sesuatu adalah dengan memahami sesuatu adalah dengan memahami
mengetahui setiap detail dari masalah konteks masalah secara menyeluruh
Factors thinking : mengidentifikasi faktor- Operational thinking : berfokus pada akibat dari
faktor yang memengaruhi dan berhubungan masalah dan memahami bagaimana hal tersebut
dengan suatu masalah bisa terjadi
Straight line thinking : memandang sebab Loop Thinking : memandang sebab-akibat

7|Page
akibat terjadi dalam satu arah, tanpa terjadi dalam proses yang selalu berjalan
memperhatikan ketergantungan antar faktor
Kejadian yang menimpa RSUD dr. Djasamen Saragih dikarenakan pimpinan tidak
melihat rumah sakit sebagai sebuah sistem kompleks yang mempunyai sub sistem
yang memiliki ketergantungan satu sama lain. Pimpinan belum bisa mendorong
pegawai untuk saling berinteraksi untuk belajar secara kolektif. Pegawai rumah sakit
enggan meningkatkan keterampilan dan keahlian karena terikat oleh budaya
organisasi yang buruk dan kaku. Interaksi antara pegawai dan pimpinan juga tidak
terjalin dengan baik, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam menjalankan
prosedur memandikan jenazah. Pimpinan rumah sakit dianggap gagal
mentranformasikan kebijakan baru dalam sebuah tindakan nyata. Rumah sakit hanya
berfokus pada faktor penyebab dari suatu masalah dalam hal ini rumah sakit hanya
berfokus pada peningkatan pelayanan medis dan penyediaan sarana prasarana.
Kesalahan prosedur dalam memandikan jenazah wanita yang dilakukan oleh 4 tenaga
kesehatan pria merupakan kegagalan rumah sakit sebagai sebuah organisasi
pembelajar yang seharusnya mampu beradaptasi pada situasi yang selalu berubah.

8|Page
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
 Pimpinan RSUD dr. Djasamen Saragih masih belum mampu menerapkan
rumah sakit sebagai sebuah organisasi pembelajar.
 Budaya organisasi di RSUD dr. Djasamen Saragih belum mampu mendorong
setiap pegawai secara terus menerus meningkatkan kapasitas mereka untuk
mencapai tujuan organisasi.
 Kesalahan prosedur dalam kasus memandikan jenazah wanita oleh 4 tenaga
kesehatan pria ini mengindikasikan kegagalan pimpinan RSUD dr. Djasamen
Saragih dalam mentransformasikan kebijakan dalam sebuah tindakan nyata.

3.2 Saran
 RSUD dr. Djasamen Saragih hendaknya menerapkan model sistem
pembelajar secara merata pada seluruh bagian rumah sakit, dengan
peningkatan pemberdayaan sumber daya manusia yang ada.
 Perlu adanya peningkatan penyediaan sistem teknologi komputerisasi terpadu
untuk meningkatkan pengetahuan yang mendukung pembelajaran dan
pelatihan penggunaannya kepada pegawai, sehingga RSUD dr. Djasamen
mendukung pembelajaran secara cepat dan efektif bagi pegawai.
 Merumuskan strategi dan kebijakan untuk mendukung adanya pembelajaran
nyata sehingga tercipta budaya pembelajaran di RSUD dr. Djasamen Saragih.
 Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap penerapan model sistem
organisasi pembelajar yang diterapkan oleh RSUD dr. Djasamen, namun tetap
memberikan kebebasan kepada pegawai untuk menjadi tenaga kerja yang
dewasa dalam bertanggung jawab dan menyelesaikan masalah pekerjaannya.

9|Page
DAFTAR PUSTAKA

Hafizurrachman. (2009). Sumber daya manusia rumah sakit di QHospital. Majalah


Kedokteran Indonesia 59(8), 343-347.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 4 tahun 2018 tentang kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien.
Jakarta: Anonim.
Kementerian Dalam Negeri. (2016). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
93 tahun 2015 tentang rumah sakit pendidikan.Jakarta: Anonim.
Majelis Ulama Indonesia. (2020). Pedoman Pengurusan Jenazah No. 18 tahun 2020.
Jakarta: Anonim.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar. (2018).
Profil Rumah Sakit Umum Daerah. dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar
Tahun 2017.
Senge, Peter M. (1994). The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning
Organization, USA-New York: Doubleday.
Simamora, H. (2006). Manajemen sumber daya manusia. (Edisi ke-2). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sutrisno, E. (2011). Manajamen sumber daya manusia. (Edisi ke-1). Jakarta:
Kencana.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2007). Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo.
World Health Organization. (2009). Systems Thinking for Health Systems
Strengthening. Alliance for Health Policy and Systems Research.
World Health Organization. (2020). Pencegahan dan pengendalian infeksi untuk
pemulasaraan jenazah secara aman dalam konteks COVID-19. Panduan interim.
https://m.tribunnews.com/regional/2020/12/11/memandikan-jenazah-perempuan-4-
pegawai-pria-di-rsud-djasamen-saragih-pematangsiantar-jadi-tersangka
https://tirto.id/tata-cara-memandikan-shalat-jenazah-corona-sesuai-fatwa-mui-eKdv

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai