Oleh
Kelompok 9
Indah Andryani 1814051058
Tria Amanda 1814051076
Hanifah Sabilla 1854051008
Penggunaan kemampuan indera manusia dalam dunia industri dan usaha telah
meluas. Masyarakat luas baik sebagai konsumen atau sebagai manusia sosial juga
sudah biasa menggunakan kemampuan indera manusia untuk penilaian benda-
benda kebutuhan sehari-hari atau untuk apresiasi lingkungan. Penerimaan
konsumen terhadap suatu produk diawali dengan Produknya terhadap
penampakan, rasa dan tekstur (Suradi K, 2007). Uji sensori atau uji organoleptik
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menggunakan indera manusia untuk
mengukur tekstur, penampakan, aroma, dan juga flavor pada produk pangan.
Mutu sensori memiliki peran yang sangat penting dalam penilaian mutu produk
pangan. Hal ini dikarenakan pengujian fisik dan kimia, serta uji gizi mampu
menunjukkan mutu produk pangan, namun tidak akan berarti apabila produk
trsebut tidak enak dimakan karena sifat sensorinya yang tidak menarik
(Rakhmah, 2012).
Uji hedonik merupakan pengujian yang paling banyak digunakan untuk mengukur
tingkat kesukaan terhadap produksi. Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik,
misalnya sangat suka, suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka
dan lain-lain. Uji kesukaan disebut juga uji hedonik, dilakukan apabila uji dari
desain untuk memilih satu produk diantara produk lain secara langsung. Uji ini
dapat diaplikasikan pada saat pengembangan produk atau pembanding produk
dengan produk pesaing. Uji kesukaan meminta penelis untuk harus memilih satu
pilihan diantara yang lain.. Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Skala hedonik dapat juga direntangkan
atau dialirkan menurut rentangan skala yang akan dikehendakinya (Setyaningsih
dkk, 2010).
Skala hedonik juga dapat diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu
menurut tingkat kesukaan (Soekarto, 2000). Penggunaan skala hedonik pada
prakteknya dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan. Uji hedonik banyak
digunakan untuk menilai produk akhir. Skala hedonik berbeda dengan skala
kategori lain dan respon yang diharapkan tidak monoton dengan bertambah
besarnnya karakteristik fisik, namun menunjukkan suatu puncak (preferency
maximum) di atas dan rating yang menurun (Rahardjo, 2002). Prinsip pada uji
hedonik ini adalah panelis diminta untuk mencoba suatu produk tertentu,
kemudian setelah itu panelis diminta untuk memberikan tanggapan dan penilaian
atas produk yang baru dicoba tersebut tanpa membandingkannya dengan yang
lain. Sedangkan secara umum, Tujuan dari uji hedonik ini adalah untuk
mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk dan untuk menilai
komoditi jenis atau produk pengembangan secara organoleptik (Michael, 2009)
1.2 Tujuan
Biskuit crackers merupakan salah satu jenis makanan ringan yang banyak
digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Biskuit crackers dapat dengan
dengan mudah dijumpai pada hamper semua took yang menjual makanan kecil,
mulai dari swalayan diperkotaan hingga warung-warung yang berada di pedesaan.
Tepung terigu merupakan salah satu bahan utama yang digunakan dalam
pembuatan biskuit. proses pembuatan biskuit melibatkan proses pemanggangan
adonan hingga kadar air yang terkandung dalam adonan tersebut mencapai kurang
lebih 5 %. Crackers merupakan salah satu jenis biskuit yang memiliki bentuk
yang pipih dengan rasa yang mengarah asin. Crackers memiliki tekstur yang
renyah dan mudah dipatahkan, apabila dipatahkan potongan crackers akan
memiliki penampang yang berlapis-lapis (Smith, 1972).
Crackers merupakan biskuit yang terbuat dari adonan keras yang diperoleh
melalui proses fermentasi atau pemeraman. Bahan dasar yang digunakan untuk
pembuatan crackers yaitu, tepung terigu, lemak, garam dan agen fermentasi
seperti ragi, gula dan air. selain bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan
crackers ada juga bahan tambahan lain yang ditambahkan dalam pembuatan
crackers seperti bahan pengembang, susu bubuk atau skim. baik bahan dasar
maupun bahan tambahan akan dibentuk menjadi sebuah adonan yang homogeny
yang selanjutnya di lakukan fermentasi selama kurang lebih 1 jam (Smith, 1972).
2.2 Uji Sensori
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan uji sensori meliputi sampel,
panelis, dan pernyataan respon yang jujur. Panelis yang digunakan pada pengujian
sensori biasanya panelis terlatih yang memiliki tingkat kepekaan yang lebih dan
telah terlatih dalam menilai mutu produk untuk mengukur daya simpan serta
kualitas produk itu sendiri (Handbook dan Chichester, 2010). Penilaian kualitas
sensori dapat dilakukan dengan melihat bentuk, ukuran, kejernihan, kekeruhan,
warna, serta sifat-sifat permukaan, seperti kasar-halus, suram, mengkilap,
homogeny-heterogen, dan datar-bergelombang (Setyaningsih et al, 2010).
Uji hedonic merupakan salah satu jenis pengujian sensori yang dilakukan pada
suatu produk bahan pangan. Uji hedonic termasuk ke dalam salah satu uji
penerimaan. Panelis yang digunakan pada pengujian hedonic merupakan panelis
yang tidak terlatih. Panelis yang melakukan pengujian hedonic akan dimintai
tanggapan pribadinya untuk mengungkapkan dan mengemukakan mengenai
tingkat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap suatu produk pangan. Tingkat
kesukaan pada pengujian hedonic disebut dengan skala hedonic. Tingkat-tingkat
kesukaan dan ketidaksukaan pada skala hedonic, misalnya amat sangat suka,
sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak suka, tidak suka dan sangat tidak
suka (Soekarto, 1985).
Adanya skala hedonic pada pengujian hedonic dapat digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya perbedaan yang terdapat pada suatu produk secara tidak
langsung (Rahayu, 2001). Skala hedonic yang digunakan dalam suatu pengujian
produk pangan dapat direntangkan ataupun diciutkan menurutrentang skala
pengujian yang dikehendaki. Skala hedonic juga dapat dituangkan dalam bentuk
skala numeric menggunakan angka mutu yang menunjukkan tingkat kesukaan
atau ketidaksukaan panelis pada suatu produk yang dilakukan pengujian.
Pengujian hedonic biasanya digunakan untuk mempertahankan mutu dari suatu
produk, pengadaan perbaikan/optimasi produk, serta pengembangan produk baru.
III. METODOLOGI PERCOBAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat 21 Mei 2021 pukul 07.00-09.50 WIB
di laboratorium Uji Sensori Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah piring kecil, nampan, gelas
kumur, dan kuisioner.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 4 macam crackers rasa keju
dari berbagai merk, dan air putih.
3.3 Prosedur Pelaksanaan
3.3.1 Penyiapan Sampel
Sampel
Data
Hasil
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Uji Hedonic yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip pengujian hedonic yaitu panelis dimintai tanggapan pribadinya untuk
mengungkapkan dan mengemukakan mengenai tingkat kesukaan atau
ketidaksukaannya terhadap suatu produk pangan dengan tingkatan skala
hedonic yang telah ditetapkan.
2. Hasil yang diperoleh dari pengujian hedonic yaitu tingkat kesukaan crackers
yaitu crackers dengan kode 456 memiliki tingkat kesukaan yang berbeda nyata
dengan crackers berkode 783 dan 901, namun tidak berbeda nyata dengan
crackers dengan kode 324.
DAFTAR PUSTAKA
Handbook, J. dan Chichester, W. 2010. Sensory Analysis for Food and Beverage
Quality Control: A Practical Guide. Woodhead Publishing Limited.
Cambridge. U.K.
Hough, G. 2010. Sensory Shelf Life Estimation of Food Products. CRC Press
Taylor & Francis Group. Boca Raton USA.
Rahayu, Winiati, P., dan Siti, N. 2001. Evaluasi Sensori. Universitas Terbuka.
Jakarta
Rakhmah, Y. 2012. Studi Pembuatan Bolu Gulung dari Tepung Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L.). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Setyaningsih, Dwi, Anton, A., dan Maya, P. S. 2010. Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Argo. IPB Press. Bogor.
Silvana, D. 2010. Efek Penambahan Ekatrak Air Jahe (Zingiber officinale R.) dan
Penyimpanan Dingin Terhadap Mutu Sensori Ikan Tuna (Thunnus
albacores). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 6(1):34-40.
Smith, W.P. 1972. Biskuit, Crackers and Cookies Tecnology Produktion and
Management. Aplied Science Publisher : LTD. London.