VISKOSITAS
(Makalah Teknologi Hasil Hewani)
Oleh
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .......................................................................................3
1.1 Latar Belakang .......................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................4
2.6.2 Mayonnaise………………………………………………11
2
III. PENUTUP .................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................12
3.2 Saran………………………………………………………………….12
LAMPIRAN…………………………………………………………………..…13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
3
I. PENDAHULUAN
4
II. PEMBAHASAN
Sifat-sifat fungsional yaitu sekumpulan sifat dari pangan maupun bahan pangan
yang memengaruhi penggunaannya seperti daya koagulasi, daya buih, daya
emulsi, serta kontrol kristalisasi. Sifat-sifat fungsional telur dipengaruhi oleh sifat
fisika dan kimia protein yang meliputi komposisi asam amino, ukuran molekul,
konformasi dan ikatan serta gaya yang berperan dalam struktur molekul protein
tersebut (Siregar,2012). Selain itu, perubahan fisika dan kimia telur juga akan
berpengaruh terhadap sifat fungsional telur. Sifat-sifat fungsional telur tersebut
adalah sebagai berikut:
5
Kuning telur juga merupakan emulsi minyak dalam air. Kuning telur
mengandung bagian yang bersifat surface active yaitu lesitin, kolesterol
dan lesitoprotein. Lesitin mendukung terbentukya emulsi minyak dalam
air (o/w), sedangkan kolesterol cenderung untuk membentuk emulsi air
dalam minyak (w/o).
Kuning telur mempunyai kandungan bahan padat segar sebesar 50%, dimana
terdiri atas lemak dan protein. Lemak di dalam kuning telur tidak bersifat bebas,
tetapi dalam bentuk partikel lipoprotein. Lipoprotein dalam kuning telur terdiri
atas 85% lemak dan 15% protein. Lemak dari lipoprotein ini terdiri atas 20%
6
fosfolipid (lecithin, fosfatidil serin), 60% trigliserida dan 5% kolesterol (Tugiyanti
& Iriyanti, 2012). Hal yang menyebabkan kuning telur memiliki daya emulsifier
yang kuat adalah kandungan lesitinnya (fosfolipid) yang terdapat dalam bentuk
kompleks sebagai lesitin-protein. Lesitin dalam kuning telur berfungsi sebagai
emulsifier yang memiliki kemampuan mengikat air dan lemak.
2.3.1 Temperatur/Suhu
Tekstur kental pada makanan disebabkan oleh adanya panas yang digunakan
selama proses pemasakan. Saat pemasakan, protein telur akan terdenaturasi dan
enzimnya akan mengalami hidrolisis. Pada saat terdenaturasi, struktur dari protein
akan berubah. Rantai protein akan terbuka dan saling bergabung melalui interaksi
kovalen maupun interaksi non kovalen. Interaksi ini akan akan membentuk tekstur
pada makanan. Kemampuan membentuk gel ditentukan oleh struktur protein dan
juga faktor lain yang dapat mempengaruhi karakteristik fisik (Garces, 2015).
Koswara (2009) menyatakan bahwa koagulasi protein telur dapat terjadi karena
panas, garam, asam, basa, atau pereaksi lain (misalnya urea). Koagulasi
7
merupakan perubahan struktur protein telur yang mengakibatkan peningkatan
kekentalan dan hilangnya kelarutan, atau bentuk dari cairan menjadi bentuk padat
atau semi padat. Ditambahkan pula oleh Soderberg (2013) yang menyatakan
bahwa protein albumen telur terkoagulasi pada suhu mulai dari 61,5o C hingga 73o
C terkoagulasi secara lengkap. Protein ovalbumin berperan dalam pebentukan gel
ketika albumen telur dipanaskan.Sebagian besar jenis protein dalam isi telur
mempunyai daya koagulasi terutama evoglobulin dan ovalbumin, kecuali
ovomusin. Semua jenis protein telur mengikat air lebih rendah daripada jenis
protein lainnya. Penambahan garam pada pangan dengan penambahan telur dalam
konsentrasi yang tinggi dapat merubah protein menjadi menggumpal. Koagulasi
oleh asam basa terjadi saat pH menurun sehingga protein terdenaturasi.
Viskositas dalam pangan yang dipengaruhi oleh penambahan telur tidak hanya
mempengaruhi sifat organoleptik, tetapi juga akan mempengaruhi daya
simpan produk (Rusalim et al., 2017). Sifat telur sebagai pengental dan
pembentuk gel ini sangat bermanfaat dalam pembuatan produk pangan.
Kandungan protein yang terdapat pada kuning telur membuat kuning telur
memiliki sifat pengental dan pembentuk gel. Protein apabila terkena panas
akan mengalami denaturasi yang menyebabkan penggumpalan protein dan
terbentuknya gel. Salah satu contoh pemanfaatan telur dalam produk pangan
sebagai pengental atau pengatur viskositas adalah pembuatan mayonaiss.
Sedangkan pada bagian putih telur memiliki daya ikat yang kuat. Fungsi ini
dimanfaatkan dalam proses pembuatan bakso, dimana putih telur merekatkan
semua bahan dan menjaga kestabilan kekentalan yang digunakan dalam
pembuatan bakso.
Telur dapat digunakan sebagai senyawa pengental dan pembentuk gel karena
mengandung protein yang dapat terdenaturasi dengan adanya panas.
8
Perubahan komponen alami molekul protein karena pemanasan
mengakibatkan terjadinya penggumpalan protein atau pembentukan gel. Suhu
terjadinya penggumpalan protein dipengaruhi beberapa faktor seperti ph,
adanya garam dan kecepatan kenaikan suhu. Pemberian panas pada putih telur
juga mengakibatkan perubahan telur dari yang semula kental dan jernih
menjadi keruh serta mempunyai sifat sebagai padatan yang elastis. Kuning
telur juga meningkat kekentalannya pada saat dipanaskan, akan tetapi
sensitivitas kuning telur terhadap pemanasan ini lebih rendah dibandingkan
dengan putih telur (Charley and Weaver, 1998).
9
Kuning telur adalah salah satu emulsifer terbaik, karena daya emulsifiernya kuat.
Namun, emulsifier yang menggunakan kuning telur memiliki kelemahan. Bahan
pangan yang menggunakan emulsifier kuning telur akan memiliki kandungan
lemak dan kolesterol yang tinggi. Kandungan kolestrol dalam satu butir telur
adalah sekitar 185-200 mg. Kadar kolestrol yang besar inilah yang membuat
produk pangan yang menggunakan banyak telur sebagai emulsifier juga akan
mengandung banyak lemak dan kolestrol (Raymundo, 2002).
Viskositas mayones standar dipasaran 3,346 Pa.s (Al Bachir dan Zeinou, 2006).
Hasil viskositas reduced fat mayonnaise dari penelitian yang dilakukan oleh
(prabwati.,dkk, 2015) viskositas reduced fat mayonnaise terendah pada
penambahan jenis kuning telur ayam kampung dan tertinggi pada kuning telur
ayam omega 3. Viskositas reduced fat mayonnaise pada penambahan
maltodekstrin 82,43% tinggi disebabkan maltodekstrin dapat meningkatkan total
padatan, serta sifatnya mengikat air sehingga menjadikan reduced fat mayonnaise
teksturnya kental.
10
2.6.2 Mayonnaise
Hasil penelitian (Agus.,dkk, 2012) bahwa kuning telur yang ditambahkan pada
pembuatan mayonnaise memengaruhi viskositas mayonnaise yang dihasilkan.Hal
ini dikarenakan semakin banyak lapisan molekul pengemulsi (fosfotidilkolin)
yang berasal dari telur khususnya pada kuning telur,larut dalam lapisan luar butir-
butir minyak dan menghadap ke pelarut maka mayonnaise tersebut menjadi
semakin kental, sehingga nilai viskositas mayonnaise juga semakin meningkat.
Hal ini sejalan dengan Amertaningtyas dan Jaya (2011) bahwa dengan
penggunaan kuning telur 12% nilai viskositas mayonnaise semakin meningkat
dibandingkan dengan penggunaan kuning telur 9% dan 6%, karena permukaan
molekul minyak dapat semakin dilapisi dengan baik, sehingga dapat bersatu
dengan air.Nilai viskositas mayonnaise yang terdapat dipasaran berkisar 9.360
sampai 10.450 mpa.s.
11
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kandungan protein yang terdapat pada kuning telur membuat kuning telur
memiliki sifat pengental dan pembentuk gel. Protein apabila terkena panas akan
mengalami denaturasi yang menyebabkan penggumpalan protein dan
terbentuknya gel. Salah satu contoh pemanfaatan telur dalam produk pangan
sebagai pengental atau pengatur viskositas adalah pembuatan mayonaiss.
Sedangkan pada bagian putih telur memiliki daya ikat yang kuat. Fungsi ini
dimanfaatkan dalam proses pembuatan bakso, dimana putih telur merekatkan
semua bahan dan menjaga kestabilan kekentalan yang digunakan dalam
pembuatan bakso.
2. Kental pada makanan disebabkan oleh adanya panas yang digunakan selama
proses pemasakan. Saat pemasakan, protein telur akan terdenaturasi dan enzimnya
akan mengalami hidrolisis. Pada saat terdenaturasi, struktur dari protein akan
berubah. Rantai protein akan terbuka dan saling bergabung melalui interaksi
kovalen maupun interaksi non kovalen. Interaksi ini akan akan membentuk tekstur
pada makanan.penambahan garam, asam, dan basa , koagulasi protein telur dapat
terjadi karena panas, garam, asam, basa, atau pereaksi lain (misalnya urea).
Koagulasi merupakan perubahan struktur protein telur yang mengakibatkan
peningkatan kekentalan dan hilangnya kelarutan, atau bentuk dari cairan menjadi
bentuk padat atau semi padat.
3.2 Saran
Selain digunakan sebagai bahan pengental pada mayonaise kuning telur juga
dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan : cake , waffles , bolu , dan
pie.
12
LAMPIRAN
Video 1 : https://youtu.be/WoWOlqia8Lc
Video 2 : https://youtu.be/h2x6xeRURQ4
13
DAFTAR PUSTAKA
New Jersey.
14
Laporan Penelitian DIPA Program Pascasarjana Fakultas Peternakan, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Mine, Y. (1996). Effect of pH during the dry heating on the gelling properties of
Raymundo, A., J.M Franco, J. Empis, dan I. Sousa. 2002. Optimization Of The
Rusalim, M., et al. 2017. Analisis Sifat Fisik Mayonnaise Berbahan Dasar Putih
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Edisi Revisi. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
15
Faculty of Natural Resources and Agricultural Science Departement of
Food Science, Swedish University: Swedia
16