X. PENGUJIAN DESKRIPTIF
Pendahuluan
Pada metode pengujian sebelumnya, penilaian sensori didasarkan pada satu
uji sifat sensori, pada pengujian diskriptif maka penilaian sifat sensori berdasarkan
sifat-sifat sensorik yang lebih komplek dan meliputi banyak sifat sensori.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang
analisis deskriptif dan beberapa metode yang termasuk di dalamnya.
Pengertian
Uji deskriptif merupakan pengujian sensori yang melibatkan uji pembedaan
dan deskripsi sifat sensori produk baik secara kuantitatif maupun kualitatif oleh
panelis terlatih yang berjumlah 5 – 12 orang. Panelis pada pengujian deskriptif harus
mempunyai kemampuan untuk membedakan dan mendiskripsikan atribut sensori
sampel. Semua aspek kualitatif tersebut dikombinasikan untuk mendefinisikan
produk, termasuk didalamnya adalah penampakan, flavor, tekstur atau sifat yang
menimbulkan suara tertentu (misalnya kerenyahan kerupuk) yang semuanya itu akan
membedakannya dengan produk lain. Sebagai tambahan panelis juga harus belajar
untuk dapat membedakan dan mengukur intensitas aspek kualitatif suatu sampel dan
mendefinisikan tingkatan karakteristik atau sifat kualitatif tersebut. Sebagai contoh
berikut ini pada dua jenis produk keripik kentang yang keduanya memiliki deskripsi
kualitatif yang sama tetapi secara kuantitatif untuk tiap karakteristik mempunyai
tingkat/intensitas yang berbeda.
121
Penerapan
Pengujian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atribut sensori suatu
produk, misalnya aroma, flavor, tekstur dan penampakan secara mendetail.
Gambaran sifat sensori tersebut digunakan oleh bagian R dan D untuk :
- Mendefinisikan sifat sensori produk yang diinginkan dalam rangka
pengembangan produk baru.
- Menetapkan karakteristik/spesifikasi produk baku/control untuk diterapkan
pada QA/QC atau R & D
- Dokumentasi atribut produk yang diperlukan dalam pembuatan kuesioner
yang akan digunakan pada uji konsumen.
- Mengukur perubahan intensitas atribut spesifik produk sepanjang waktu
( time-intensity analysis)
2. Texture profiling
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Margaret Brandt dan Alina
Szczesniak pada tahun 1963. Pada metoda ini klasiofikasi tekstur tidak hanya
didasarkan pada kualitas secara mekanik dan geometrik tetapi juga dihubungkan
dengan kandungan lemak dan kelembaban ( moisture). Deskripsi kualitatif dan
kuantitatif diperoleh dengan informasi tentang intensitas setiap paramenter tekstur .
Seleksi panelis didasarkan pada kemampuan membedakan dan
mendeskripsikan tekstur. Selama pelatihan, panelis diperkenalkan dasar-dasar
123
Pada awalnya metode texture profiling melibatkan suatu diskusi kelompok seperti
pada metode flavor profiling. Tetapi sekarang lebih banyak dilakukan dengan car
setiap panelis menilai sampel secara individu untuk setiap karakteristik tekstur
dengan menggunakan skala yang sudah banyak dikembangkan dan selanjutnya data
yang diperoleh dapat diolah secara statistic.
wujud ekspresi terhadap sampel /contoh, pemberian skor pada contoh dan akhirnya
data yang diperoleh secara statistik. Unsur-unsur pada metode QDA meliputi
kesepakatan panel dalam pengembangan atribut sensori, urutan kemunculan atribut,
pengukuran intensitas relatif dari masing-masing atribut dan analisis statistik.
Metoda QDA memerlukan panelis terlatih. Panelis diseleksi dari sejumlah
besar kandidat menurut kemampuan mereka untuk mendeteksi perbedaan sensori di
antara contoh dari jenis produk yang dilatih. Pada pelatihan panelis, panelis
memerlukan produk atau ingridient acuan untuk melatih bahasa flavor dan skala
tidak terstruktur dalam berlatih menilai intensitas. Penilaian contoh dilakukan pada
skala tidak terstruktur sepanjang 6 inci atau 15 cm. Evaluasi dilakukan beberapa kali
untuk produk yang sama oleh panelis yang sama ( dilakukan pada waktu yang
berbeda).
Data QDA diolah secara statistik, yaitu analisis varian (ANOVA) untuk
masing-masing atribut dan mulivariate analysis, hasilnya harus ditampilkan dalam
bentuk yang mudah dimengerti. Hasil QDA umumnya ditampilkan dalam bentuk
grafik jaring laba-laba ( spider web) dengan nilai nol pada titik pusat untuk setiap
atribut. Selain ditampilkan dalam spider web dapat juga menggunakan Principal
Component Analysis (PCA) yang termasuk dalam multivariate analysis.
Tabel13. Hasil analisis sidik1 ragam jelly jeruk dengan metode QDA
1
Mean berasal dari 50 pengamatan ; 5 ulangan, 10 panelis
2
Standar error mean berdasarkan derajt bebas =76
3
Probabilitas merk A dan B sama intensitasnya
Dari data di atas dapat dibuat grafik majemuk yang disusun secara radial
(Gambar 28 ). Masing-masing garis menggambarkan himpunan nilai atribut
sensori . Titik pusat menyatakan nilai nol dan ujung garis menyatakan nilai tertinggi.
Jarak antara titik pusat dengan titik penilaian atribut merupakan nilai rata-rata atribut
tersebut .
Biasanya sudut antara dua garis sama dan ditetapkan dengan mebagi sudut
keliling dengan jumlah atribut sensori. Jarak antara titik pusat dengan titik penilaian
atribut merupakan nilai rata-rata atribut tersebut . Grafik majemuk sebagai kerangka
analisis deskriptif disajikan pada Gambar 27 .
129
Ringkasan
Uji deskriptif merupakan pengujian sensori yang melibatkan uji pembedaan
dan deskripsi sifat sensori produk baik secara kuantitatif maupun kualitatif oleh
131
Daftar Pustaka
1. Meilgaard, MGV. Civille dan B.T.Carr. 1999. Sensory Evaluation Techniques.
Third Edition. CRC Press. New York.
2. Linda, M. P et.al. 1991. Laboratory Methods for Sensory Analysis of Food.
Research Program Service. Canada.
3. Setyaningsih, D., Apriyantono, A., Sari, M.P.2009. Analisis Sensori untuk
Industri pangan dan Agro. IPB Press. Bogor.
4. Rapid Profiling Technique : Flash Profiling.
http://www.sensorydimensions.com/files/3014/1227/7777/What_is_Flash_Profi
ling.pdf. diakses pada 20 Maret 2020.