i. Definisi
Analisis sensori deskriptif adalah metode analisis sensori di mana atribut sensori suatu
produk atau bahan pangan diidentifikasi, dideskripsikan, dan dikuantifikasi dengan
menggunakan panelis yang dilatih khusus untuk tujuan ini. Analisis ini dapat dilakukan
untuk semua parameter sensori dan beberapa aspek dalam penentuan profil cita rasa (flavor)
atau profil tekstur (texture profiling). Panelis yang digunakan harus dipilih secara hati-hati,
dilatih, dan dipertahankan kemampuannya di bawah pengawasan pengawas yang
berpengalaman.
pengujian. Akan tetapi bila atribut sensori yang terpilih dan definisi yang berhubungan
dengan atribut ini dapat dikaitkan dengan sifat fisik atau kimia produk, data deskripsi yang
diperoleh akan lebih mudah dalam intepretasi dan lebih berguna dalam pembuatan
keputusan. Misalnya intensitas rasa manis pada suatu minuman, dapat berkaitan dengan
kadar gula. Panelis dapat dilatig secara khusus sehingga parameter intensitas rasa manis
dapat dikonversi menjadi kadar gula dari suatu minuman.
lntensitas atau aspek kuantifikasi dari analisis deskripsi menunjukkan tingkatan dari
tiap karakteristik atribut. Tingkatan ini digambarkan dengan menggunakan skala
pengukuran, dapat berupa garis, kategori atau rasio keabsahan. Tingkat kepercayaan dari
hasil pengukuran intensitas bergantung pada pemilihan teknik penskalaan. Skala yang
ditetapkan harus cukup luas untuk mampu mencakup keseluruhan kisaran intensitas
parameter namun juga cukup mampu mendeteksi perbedaan intensitas yang kecil antar
contoh yang diuji.
iii. Penggunaan
Analisis deskriptif dapat digunakan dalam:
1) Mendefinisikan sifat sensori dari suatu produk baru yang sedang dikembangkan
2) Mendefinisikan karakter dan spesifikasi dari produk standar dalam penjaminan mutu
(quality assurance), pengawasan mutu atau aplikasi dari hasil litbang (R&D)
3) Dokumentasi atribut dari suatu produk sebelum uji penerimaan konsumen guna
membantu dalam pemilihan atribut yang akan dimasukkan dalam kuesioner dan
membantu dalam penjelasan hasil dari kuesioner
4) Melacak perubahan sensori suatu produk dari waktu ke waktu guna memahami problema
selama masa simpan
5) Pemetaan atribut yang diamati dengan tujuan menghubungkannya dengan sifat-sifat
instrumental, kimia, dan fisika.
dapat dinyatakan dalam istilah teknis. Atribut ini akan berguna secara konsisten dalam
evaluasi produk selanjutnya, dan dapat digunakan sebagai pendekatan pendekatan sistematik
untuk meningkatkan daya terima konsumen terhadap produk.
Analisis deskriptif dapat dilakukan secara monadic (analisis terhadap satu produk),
dan secara komparatif (analisis terhadap beberapa produk untuk mendapatkan perbandingan
deskripsi antar produk, baik persamaan, maupun perbedaannya).
v. Panelis
Panelis yang melakukan analisis sensori deskriptif terdiri dari beberapa orang yang telah
dilatih secara khusus. Di antara responden yang umumnya dilibatkan dalam analisis
kualitatif, yaitu: pengguna produk, bukan pengguna produk, lifestyle group/ psychographic,
orang yang memiliki kefasihan verbal, orang yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi,
serta para ahli di bidangnya,
Sesi analisis dapat berupa:
1) Grup fokus: Terdiri dari kelompok kecil berjumlah 10 - 12 orang yang dipilih
berdasarkan kriteria khusus, misalnya pengguna produk, faktor demografis, dan lain-
lain, khususnya untuk Uji Afektif Kualitatif. Panelis harus bersedia meluangkan waktu
selama kurang lebih 1-2 jam dengan moderator. Panelis dipilih oleh seorang moderator
yang profesional. Moderator menginformasikan tujuan uji dan memfasilitasi diskusi agar
berjalan secara dinamis untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari panelis
dan juga untuk mengarahkan panelis agar tetap fokus pada diskusi. Ide dan bahasa
sensori dikembangkan bersama-sama dan merupakan suatu konsensus.
2) Wawancara mendalam (In-Depth Interviews): Metode ini mirip dengan grup fokus,
tetapi dilakukan secara satu per satu (individual). Kelebihan dari penelitian kualitatif ini
dapat menghilangkan pengaruh bias dari peer (sejawat) dalam suatu kelompok, juga
memunculkan pendapat yang lebih bersifat personal dan jujur.
3) Grup Mini: Terdiri dari 4 - 5 responden, merupakan kompromi antara grup fokus dan
wawancara ..Biasanya digunakan untuk meneliti sejumlah kelompok responden.
4) Grup Maksi: Terdiri dari 15 - 30 orang responden dan berguna untuk rangkaian
pertanyaan yang lebih terstruktur di mana tindak lanjut yang bersifat segera dan fleksibel
masih diperlukan.
5) Grup Ganda dengan Moderator (Dual-Moderated Groups): Berupa grup fokus yang
terdiri dari dua grup yaitu perwakilan klien (orang-orang ahli yang berasal dari R&D)
4
dan kelompok konsumen. Digunakan moderator profesional dan tugas perwakilan klien
adalah menjelaskan hal-hal teknis.
6) Grup Responden-Plus-Klien: Melibatkan kelompok konsumen dan perwakilan klien
pada sesi yang terpisah. Mula-mula permasalahan yang ada didiskusikan dengan
kelompok konsumen untuk memperoleh latar belakang dan informasi yang lebih dalam,
misalnya tingkah laku atau kebiasaan dan perbendaharaan kata-kata. Selanjutnya,
moderator memimpin diskusi dengan grup perwakilan klien untuk mengkaji ulang bahan
dan hasil-hasil yang diperoleh dari kelompok konsumen.
vi. Moderator
Analisis sensori ini memerlukan moderator yang menjadi fasilitator pada saat pelatihan, dan
memimpin panelis dalam analisis sensori. Karakteristik moderator yang dipilih harus:
1) Berpengalaman dalam pemasaran,
2) Mempunyai pengetahuan teknis tentang proses produksi dan produk yang diuji
3) Memahami dinamika psikologi,
4) Memiliki kepribadian yang fleksibel, dan
5) Mampu memotivasi panelis untuk melakukan tugas dengan baik.
Agar hasil yang diperoleh valid dan tidak bias, beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah:
1) Kemampuan moderator menjelaskan dan mengarahkan panelis untuk menjalani sesi
pelatihan dan pengujian sesuai dengan tujuan analisis
2) Suasana pelatihan pelatihan bersifat formal, tapi penelis tidak merasa tegang dan tetap
merasa santai
3) Kondisi ruangan senyaman mungkin,
4) Kemapuan panelis mengembangkan teknik penciuman dan pencicipan yang standar
5) Ketersedian bahan referensi untuk meltih penciuman dan pencicipan yang standar
ix. Panelis
Panelis dipilih berdasarkan kemampuannya dalam membedakan bau dan rasa, mampu
berkomunikasi mengenai persepsi di samping kemampuan spesifik lainnya. Rekrutmen
dilakukan untuk menilai kecocokan calon penelis untuk melakukan analisis sensori dengan
kriteria:
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Tidak perokok
3) Tidak mengalami ketergantungan obat
4) Sensitif panca indera normal
5) Mempunyai waktu untuk pelatihan dan analisis
sesuai dengan yang diharapkan, Es krim B akan di-brandiung1 dan dipromosikan sebagai es
krim alternatif bagi yang ingin mengurangi konsumsi llemak hewani, kholesterol dan gula.
Analisis profil flavor dilakukan melalui tahap sebagai berikut:
1) Rekrutmet panelis
2) Pelatihan panelis
3) Penetapan panelis yang lulus pelatihan
4) Analisis sensori
sama lain. Panelis diminta menentukan bahan yang aroma menteganya paling lemah
sampai bahan yang aroma menteganya paling kuat. Hal yang sama juga dilakukan
untuk pelatihan yang berkaitan dengan rasa, tekstur dan after taste.
c) Selanjutnya dilakukan ujian untuk mengientifikasi jenis aroma, rasa dan tekstur, serta
mendeskripsikan tektur dengan baik (mendapat skor minimal atau lebih tinggi) akan
dinyatakan lulus sebagai panelis dan akan dilibatkan pada analisis profil flavor.
Calon panelis yang diloloskan untuk menjadi panelis berjumlah 4 – 6 orang,
d) Panelis terpilih diminta berlatih melakukan analisis profil flavor terhadap produk
yang sama dengan produk yang akan dianalisis nantinya: Misalnya produk yang akan
dianalisis nantinya adalah es krim yang sedang dikembangkan formulanya. Produk
ini disiapkan dan disajikan sama dengan cara konsumen menggunakan produk
tersebut. Selanjutnya panelis ini melakukan hal berikut:
e) Menentukan sekuens (urutan kemunculan) persepsi sensori, mulai dari pengenalan
awal sampai aftertaste yang diterima ketika produk ditelan. Urutan impresi sensori
yang harus dikenali urutan kemunculannya adalah aroma, flavor (gabungan rasa dan
aroma), tekstur (mouthfeel) dan after taste (kesan / impresi setelah produk ditelan
dan tidak bersisa di dalam mulut)
f) Aroma dan flavor produk pangan biasanya berasal dari bahan-bahan penyusunnya,
Aroma-dan flavor dari bahan penyusun inilah yang bercampur (blending) untuk
membentuk aroma dan flavor produk. Panelis diminta menilai apakah aroma-aroma
dan flavor-flavor bahan penyusun tersebut tercampur menjadi satu kesatuan yang
serasi menjadi aroma produk, akan tetapi kompoenen masing-masing aroma masih
utuh sehingga masih dapat dikenali. Pencampuran (blend) dan keutuhan (fullness)
aroma dan flavor tersebut dikuatifikasi sebagai amplitudo dengan tujuh skala
(termasuk angka ½):
0 = tidak pencampuran dan kutuhan
1 = pencampuran dan keutuhan rendah
2 = pencampuran dan keutuhan sedang
3 = pencampuran dan keutuhan tinggi
g) Panelis diminta menuliskan characteristic notes yang menjelaskan aroma, flavor dan
after taste apa saja yang dapat dikenali oleh penelis pada produk yang mereka
analisis. Berdasarkan characteristic notes ini maka panelis menyepakati apa saja
jenis aroma, flavor dan after taste yang terdeteksi oleh mereka.
9
h) Panelis juga diminta menuliskan characteristic note yang menjelaskan kesan apa saja
yang dapat menjelaskan tekstur produk (es krim). Kesan tersebut harus dijelaskan
dengan kata atau frasa singkat, dan akhirnya panelis menyepakati (konsensus)
kesan / impresi mengenai tekstur.
i) Selanjutnya panelis diminta mengenali intensitas dari masing-masing komponen
aroma, flavor, after taste dan tekstur. Dalam hal ini, panelis menyepakatai terlebih
dahulu kuantifikasi intensitas sebagai berikut:
0 = tida ada
1 = sedikt kuat
2 = kuat sedang
3 = kuat
Pengenalan profil flavor di atas selama pelatihan dilakukan secara konsensus yaitu
berupa pemahaman dan kesepakatan bersama di antara panelis.
Berikut ini adalah hasil konsensus panelis:
1) Urutan kemunculan persepsi sensori adalah berturut-turut sebagai berikut:
Aroma
Flavor
Tekstur
After taste
2) Characteristic note untuk persepsi sensori di atas adalah sebagai berikut:
a) Aroma: terdeteksi aroma vanila, buttery (mentega) dan sereal
b) Falvor: terdeteksi flavor vanila, buttery (mentega), sereal, dan manis
c) Tekstur: nerkaitan dengan kesan yang terasa dimulut berupa kelembutan, kemudahan
dikunyah, kecepatan meleleh dan kesan berpasir
d) After taste: hanya satu kesan yang terasa, yaitu rasa manis
3) Berdasarkan analisis di atas, moderator merancang borang analisis, kemudian
mendiskusikannya dengan panelis untuk mendapatkan masukan dan perbaikan.:
Nama: ________________________________
Hari, Tanggal: _________________________
Produk: _______________________________
1) Aroma
a) Amplitudo
Amplitudo Es Krim A Es Krim B
0 = tidak pencampuran dan kutuhan
10
2) Flavor
a) Amplitudo
Amplitudo Es Krim A Es Krim B
0 = tidak ada pencampuran dan keutuhan
1 = pencampuran dan keutuhan rendah
2 = pencampuran dan keutuhan sedang
3 = pencampuran dan keutuhan tinggi
b) Intensitas komponen flavor
Produ Intensitas
Komponen
k 0 (Tidak ada) 1 (Sedikit) 2 (Sedang) 3 (Kuat)
Vanile
Buttery
A
Sereal
Manis
Vanile
Buttery
B
Sereal
Manis
3) Tekstur
Intensitas komponen tekstur
Intensitas
Produk Komponen
0 (Tidak ada) 1 (Sedikit) 2 (Sedang) 3 (Kuat)
Kelembutan
Kemudahan dikunyah
A
Kecepatan meleleh
Kesan berpasir
Kelembutan
Kemudahan dikunyah
B
Kecepatan meleleh
Kesan berpasir
4) After taste rasa manis
11
xii. Moderator
Analisis ini membutuhkan seorang moderator atau pimpinan panel yang bertanggung jawab
pada:
1) Rekrutmen dan pelatihan panelis
2) Persiapan sampel,
3) Pendokumentasian data
4) Pelaksanaan analisis dengan aktif sebagai anggota panel, sekaligus moderator shingga
tercapai konsensus mengenai profil flavor
Produk: _______________________________
1) Aroma
a) Amplitudo
Es Krim A Es Krim B
3 1
a) Intensitas komponen aroma
Kompone Es Krim A Es Krim B
n
Vanile 2 0,8
Buttery 1,5 0
Sereal 0 2
2) Flavor
a) Amplitudo
Es Krim A Es Krim B
2 1,5
b) Intensitas komponen flavor
Kompone Es Krim A Es Krim B
n
Vanile 2 1,5
Buttery 2 0,5
Sereal 0 2,5
Manis 3 2
xv. Tugas
Jelaskan pembahasan dan kesimpulan Anda mengenai hasil analisis di atas!