Oleh
CITRA PRATIWI
NPM : 5416221079
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun makalah ini dibuat
karena untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manfaat dan Keamanan Kosmetik,
tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………….……….1
Daftar Isi…………………………………………………………………..…….……2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………3
A.Latar Belakang……………………………………………………..……...……….3
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………..……4
A. Evaluasi Sensori………….…………………………………………………..…...5
D. Kontol Panelis……………………………………………………………………12
E. Kontrol Produk…………………………………………………………………...12
F. Kontrol Uji……….……………………………………………………………….13
Daftar Pustaka…………………….………………………………………………....15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kualitas produk kosmetik ditentukan dengan cara yang sama seperti jenis
produk lainnya, pada awalnya ditentukan oleh produsen yang memilih fitur yang
harus disajikan. Di sisi lain, kontrol kualitas suatu produk bertujuan untuk
memverifikasi apakah semua fitur yang diinginkan ini sesuai dengan definisi standar
dan dapat dipertahankan selama masa simpan dari produk.
Kontrol kualitas kosmetik merupakan hal penting untuk memastikan keefektifan dan
keamanan produk dan bahan bakunya. Karena pesatnya pertumbuhan industri
kosmetik di dunia, metode yang efisien, rendah biaya dan cepat merupakan hal yang
utama. Beberapa teknik saat ini yang digunakan oleh industri kosmetik dapat
diterapkan pada evaluasi kosmetik. Analisis sensori merupakan hal yang penting,
dimana sampai saat ini belum ada alat yang dapat mengukur perasaan manusia
dengan menggunakan desain eksperimen dan analisis statistik untuk mendapatkan
informasi tentang suatu produk dalam kaitannya dengan apa yang orang rasakan saat
menggunakan atau mengkonsumsi produk, dengan kata lain digunakan untuk
3
menunjukkan penerimaan konsumen terhadap produk tertentu. Hal ini dapat
dipahami sebagai Disiplin yang menafsirkan, menilai dan mengukur karakteristik
suatu produk, setelah merangsang orang-orang yang terkait dengan indra vital
mereka, sebagai penglihatan, sentuhan, aroma dan rasa. Banyak digunakan di
industri makanan dan baru-baru ini, juga telah diaplikasikan di industri kosmetik (2)
B. TUJUAN PENULISAN
Untuk memberikan informasi mengenai pengertian, manfaat, dan metode
evaluasi sensorik dengan menggunakan panca indera manusia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi Sensori
"Sensorial evaluation” adalah ilmu disiplin yang digunakan untuk
mengukur ukuran, menganalisis dan menginterpretasikan reaksi terhadap
karakteristik produk tersebut atau bahan, seperti yang dirasakan oleh indra
penglihatan, bau, rasa, kulit dan pendengaran ". Setiap keputusan terkait dengan
evaluasi sensorik Dimulai dengan mengidentifikasi apa yang ingin dicapai oleh
peneliti. Tujuan yang paling umum berkaitan dengan pengembangan produk dan
kualitas. Fungsi spesifiknya bisa meliputi pencocokan produk, peningkatan
spesifikasi bahan, penentuan umur simpan dan optimasi biaya. Setiap panellis harus
kompeten dalam menggunakan metode sensoris, terminologi, skala penilaian, dan
evaluasi voting atau program tes deskriptif mengungkapkan rasa latar belakang Dan
tekstur serta intensitas yang menjelaskan pilihan konsumen. Analisis gabungan data
konsumen dan deskriptif menunjukkan kunci penentu dari kesukaan konsumen dan
cara membuat produk yang sesuai, standar penerimaan dari panelis indra sangat
penting. Banyak kelompok digunakan sebagai sampel penilaian. Uji sensorik berbeda
dari pengujian konsumen. Uji sensoris digunakan sebagai panduan pengembangan
produk sementara uji konsumen membantu pasar Penerimaan (1)
Hal penting lain adalah bahwa karakteristik sensorik yang diinginkan ini harus
dipertahankan selama masa simpan. Untuk memenuhi hal tersebut, bahan baku yang
digunakan harus berkualitas baik, praktik pembuatan harus sesuai, bahan pengawet
yang digunakan perlu efisien dan formulasi harus stabil.
Sebuah ruangan dituju kepada analis yang memimpin tim (Gambar 1a)
Ruang konferensi (Gambar 1b)
Ruang untuk persiapan sampel (Gambar 1c)
Area untuk analisis dengan relawan (Gambar 1d)
Laboratorium harus ditempatkan di tempat yang mudah diakses.
Area harus dipisah oleh sekat, dan diberikan jendela untuk komunikasi antara analis
penguji dengan sukarelawan. kabin harus berventilasi dan bebas bau, untuk
menghindari gangguan dalam analisis.Temperatur dan kelembaban harus dikontrol
sekitar 22 º C dan kelembaban 45% (Isaac et Al., 2012).Disarankan agar dinding dan
perabot ruangan diwarnai dengan warna netral, tidak mengganggu perhatian relawan.
Relawan seharusnya tidak merokok, harus sehat, mudah menghafal dan
berkomunikasi. Dalam studi tersebut dapat digunakan relawan berpengalaman atau
tidak. Dalam kasus Pemanfaatan analisis sensoris dalam pengendalian mutu
kosmetik, biasanya para relawan adalah pengguna reguler produk dalam analisis,
6
karena mereka perlu dibiasakan dengan karakteristik produk dan memiliki
sensibilitas untuk merasakan sedikit modifikasi terhadapnya. Tujuan analisis sensoris
adalah untuk mengevaluasi penerimaan suatu produk yang seharusnya diluncurkan di
pasaran, dianjurkan agar para sukarelawan berpotensi menjadi pengguna produk baru
ini, mengorientasikan formulator untuk membuat perubahan dalam perumusan dan
pembinaan Perusahaan untuk mengevaluasi apakah biaya peluncuran produk
direkomendasikan atau tidak (2)
7
karakteristik sensor produk dan untuk"Evaluasi subjektif karakteristik kulit" setelah
aplikasi(Kemerahan, gatal dll)
Tahap 2:
Pada fase ini, konsumen biasa yang tidak terlatih diminta untuk menggunakan
produk dan menjawab kuesioner berdasarkan hal yang sama parameter seperti yang
dijelaskan di atas.
Berdasarkan umpan balik setelah tahap 1, formulasi yang sesuai dibuat (formulasi
fase-1b) selanjutnya dilakukan dimana formulasi yang dimodifikasi kembali diuji
pada panel yang sama dan tanggapan mereka dicatat. Setelah membenarkan hasil
positif, tahap 2 dilakukan yang terdiri dari kedua "uji aplikasi" dan "uji
penggunaan"dan hasilnya dicatat. Pendapat konsumen juga dilaporkan dalam hal
"kemauan untuk membeli" dan perbandingan dengan produk yang saat ini digunakan
oleh para relawan.
Uji Sensor juga bisa dimanfaatkan dalam manajemen mutu proses dan lebih sesuai
untuk penilaian berkala.Keuntungan dari uji sensor:
• Panelis membantu produsen, ilmuwan, makanan teknolog dll mendapatkan
persepsi yang jelas tentang apa yang konsumen biasa rasakan.
• Pengujian sensorik bisa jauh lebih cepat daripada metode non sensoris lainnya.
• Uji sensoris menggunakan lebih dari satu panca indera, sehingga membuatnya lebih
fleksibel
• Uji sensoris bisa sangat sensitif dan bagus dalam mendeteksi perbedaan
karakteristik produk
• Uji sensorik dapat diterima untuk dalam penulisan spesifikasi kualitas produk
• Fasilitas laboratorium tidak diharuskan melakukan deskriptif analisis produk. Hal
ini membuat panel indra layak dilakukanproposisi untuk mempelajari produk.
Kekurangan:
• Penguji sensoris bisa menjadi lelah dengan keseluruhan proses pengujian dan
menilai data deskriptif.
• Penilai mungkin sebagian atau bias karena kehilangan minat.
• Untuk memastikan ketepatan dalam analisis dan interpretasi data deskriptif,
beberapa penilai mungkin membutuhkan biaya mahal
8
• Seluruh proses rekrutmen dan pelatihan sensorik bisa memakan waktu dan biaya
• Mungkin tidak mudah mengganti asesor dengan cepat saat masuk Asesor harus
diberi pelatihan intensif untuk dikembangkan Keahlian yang dibutuhkan dari
pekerjaan
• Metode panel sensorik bisa lebih mahal daripada beberapa Metode tidak sensorik
• Para panelis mungkin tidak pandai mengukur persepsi
• Interpretasi hasil mungkin bermasalah.
9
Metode afektif memberikan data kuantitatif dan memungkinkan lebih dari satu
atribut di masing-masing sampel pada saat bersamaan.Tes diskriminatif lebih baik
diwakili oleh uji Triangular. Hal ini memungkinkan pembedaan Satu di antara tiga
sampel yang berbeda dan sangat berguna dalam studi umur simpan dan jaminan
mutu kosmetik. Yang ideal adalah melakukan evaluasi ini dengan dua belas sampai
empat puluh sukarelawan, Siapa yang akan menerima tiga sampel dan harus
menunjukkan perbedaannya di antara keduanya (Zenebon et al., 2008).
Tes deskriptif memberikan deskripsi sensorik yang luas tentang produk yang sedang
dievaluasi (Almeida et al., 2008), membantu memprediksi penerimaan konsumen
dan mengetahui apa yang konsumen pikirkan mengenai produk kita (Almeida et al.,
2006; Aust et al., 1987).
10
2. Analisis Deskriptif (3)
D. Kontrol panel
Peserta dalam tes konsumen harus mendapat instruksi hati-hati mengenai apa yang
diminta di Uji, yaitu penilaian / evaluasi apa yang harus dilakukan (preferensi,
penerimaan, Deskripsi atau perbedaan), penanganan sampel dan penggunaan
kuesioner. Sebelum Tes mereka harus diinformasikan mengenai jumlah sampel yang
akan diuji, Sistem pengiriman sampel dan bagaimana mengevaluasi sampel dan
menggunakan timbangannya Mengungkapkan penilaian mereka Mempersiapkan
peserta untuk tugas dan apa yang mereka harapkan Meminimalkan risiko peserta
merasa tidak nyaman, cemas atau menjadi terganggu, Yang pada gilirannya
meminimalkan variasi dalam desain uji dan variabel asing yang bisa Bias hasilnya.
Bergantung pada produk yang diuji, pemilihan individu yang berpartisipasi untuk tes
konsumen Dapat didasarkan pada faktor demografi yang berbeda, seperti: usia, jenis
kelamin, asal negara, pendidikan Tingkat, pendapatan, budaya, status perkawinan,
ukuran keluarga dll. Aturan dasarnya saat merakit Panel untuk tes konsumen yaitu
memutuskan kriteria partisipasi adalah peserta Harus mencerminkan target pasar (4).
E. Kontrol produk
Merupakan hal penting bahwa peralatan, penanganan dini, persiapan, dan penyajian
Produk dilakukan dengan cara yang terstruktur dan terkendali. Saat memilih
peralatan untuk Persiapan dan penyajian sampel penting untuk memastikan bahwa
bahannya Tidak boleh mentransfer apapun volatile (bau atau rasa) ke produk.
Penting agar ukurannya Penyajiannya sama untuk semua sampel. Saat melakukan
konsumen 12 Preferensi / uji penerimaan produk harus disajikan dengan cara yang
sama sebagaimana adanya, biasanya digunakan dan sesuai dengan preferensi
konsumen. Mengembangkan prosedur persiapan standar sangat penting, atau
alternatif pemeriksaan setiap sampel harus dilakukan sebelum disajikan. Urutan,
pengkodean dan jumlah sampel juga harus Dipantau. Urutan di mana sampel
disajikan harus seimbang dan masing-masing sampel Harus tampil dalam posisi yang
sama banyaknya waktu. Presentasi harus acak. Huruf dan angka tunggal dan ganda
12
harus dihindari karena orang mungkin memiliki Angka atau huruf favorit tertentu
(4).
F. Kontrol Uji.
Saat menentukan lokasi area uji, ada beberapa aspek praktis yang perlu
dipertimbangkan.Lokasinya mudah dijangkau para peserta dan bebas dari keramaian.
Menghilangkan variabel sekitarnya yang tidak berasal dari produk itu sendiri
meminimalkan peserta bias dan memaksimalkan kepekaan mereka. Dengan demikian
lingkungan harus bebas sedemikan mungkin dari faktor yang bisa membingungkan
atau mengalihkan perhatian peserta, dan dirancang sedemikian rupa sehingga
memaksimalkan fokus dan kepekaan terhadap produk yang diuji. Oleh karena itu
antara lain sangat penting bahwa area uji bebas dari bau dan kebisingan. Aspek
lainnya adalah warnanya dan petir, AC, kelembaban dan suhu relatif. Bergantung
pada jenisnya teknik evaluasi sensorik yang digunakan untuk tata letak optimal area
uji dapat bervariasi.
13
BAB III
14
DAFTAR PUSTAKA
15