Salah satu metode yang digunakan dalam karakterisasi profil sensori adalah analisis
sensori deskriptif. Analisis sensori deskriptif melibatkan 8-20 panelis terlatih dan melalui
tiga tahapan metodologi yaitu generasi deskripsi (description generation), pelatihan
panelis (assessor training) dan evaluasi sampel (evaluation of samples) (Lawless dan
Heymann, 2010). Analisis sensori deskriptif bersifat rinci, akurat, reliable dan konsisten
(Meilgaard et al., 2007), akan tetapi membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang
lama karena kosakata dan pelatihan panelis harus disesuaikan dengan masing-masing
tipe produk. Hal tersebut menyulitkan industri yang sering menghadapi keterbatasan
sumber daya dan waktu, tetapi harus secara rutin mengaplikasikan analisis sensori
deskriptif dalam pengembangan produk. Selama mengembangkan produk pangan,
produsen harus memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen,
sehingga persepsi konsumen mengenai produk tersebut dapat menjadi jaminan
kesuksesan pengembangan produk (Varela et al., 2010). Metode analisis deskripsi
kuantitatif (QDA/quantitative descriptive analysis) merupakan salah satu metode analisis
sensori deskriptif yang menggunakan kemampuan panelis dalam mengekspresikan
persepsi produk pangan dengan kata-kata.
Pada saat ini telah berkembang metode analisis profil sensori menggunakan pendekatan
konsumen. Panelis konsumen dapat menggambarkan potensi suatu produk baru yang
sedang dikembangkan masuk ke pasar (Belusso et al., 2016). Metode berbasis konsumen
untuk karasterisasi sensori produk telah berkembang seiring dengan meningkatnya
kebutuhan untuk mengurangi biaya dan waktu yang digunakan untuk melaksanakan uji
deskriptif dengan panelis terlatih, dan untuk langsung melibatkan konsumen dalam
proses pengembangan produk (Valentin et al., 2012). Metode evaluasi sensori berbasis
konsumen yang banyak digunakan saat ini adalah free-choice profiling (penetapan profil
sensori secara bebas), projective mapping (pemetaan proyeksi), flash profiling
(penetapan profil berdasarkan ranking), sorting (pemilahan) dan check-all-that-apply
(CATA). Metode CATA merupakan metode yang cepat dan sederhana dalam
mengumpulkan informasi mengenai profil sensori suatu produk pangan berdasarkan
persepsi konsumen melalui pemberian tanda ceklis untuk keberadaan atribut sensori
yang dimaksud (Ares et al., 2010, Giacalone et al., 2013). Keunggulan dari metode ini
adalah metode ini dapat digunakan untuk mengambil dan menganalisis data dari jumlah
konsumen yang besar secaracepat dan mudah dilakukan (Ares dan Varela, 2014), namun
metode ini juga memilik kelemahan karena data yang dihasilkan bersifat dikotomis yaitu
“1” untuk menggambarkan kehadiran suatu atribut sensori dalam produk dan “0” untuk
menggambarkan ketidakhadiran atribut sensori tersebut (Dooley et al., 2010). Dengan
demikian kelemahan utama dari data CATA yaitu tidak dapat membedakan produk-
produk yang memiliki profil atribut yang serupa (Ares et al., 2014).
Analisis sensori deskriptif adalah metode analisis sensori dimana atribut sensori
suatu produk atau bahan pangan diidentifikasi, dideskripsikan, dan dikuantifikasi dengan
menggunakan panelis terlatih (Adawiyah & Waysima 2009). Analisis ini dapat dilakukan
untuk semua parameter sensori dan beberapa aspek dalam penentuan profil cita rasa
(flavor) atau profil tekstur (tekstur profiling). Panelis yang digunakan harus dipilih secara
hati-hati, dilatih, dan dipertahankan kemampuannya (Setyaningsih et al. 2010)
Dalam mendeskripsikan sifat makanan terdapat beberapa metode, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan dan
mengembangkan bahasa, sehingga dapat menggambarkan sampel yang nantinya sangat
penting untuk analisis kuantitatif. Sedangkan metode kuantitatif mendeskripsikan
karakter sensori suatu produk dengan memberikan penilaian yang menggambarkan
sampel dalam suatu skala interval (Carpenter et al. 2000).
Metode dalam analisis deskriptif terus berkambang. Tiga metode yang digunakan
dalam analisis deskriptif, yaitu flavor profile, texture profile, dan quantitative descriptive
analysis (Poste et al. 1991). Analisis deskriptif juga dapat dilakukan menggunakan
metode spectrum descriptive analysis, free choice profilling, dan time intensity analysis
(Meilgaard et al. 1999). Keseluruhan analisis tersebut menggunakan panelis terlatih,
kecuali free choice profilling.
Analisis sensori deskriptif dapat dilakukan pada berbagai produk (baik pangan
maupun nonpangan) untuk mengetahui karakteristik bahan yang diujikan.
Menurut Gacula (1997), dalam perkembangannya analisis deskriptif digunakan
untuk keperluan Quality Control, yang bertujuan untuk: mempertahankan karakteristik
produk secara sensori, memahami respon konsumen yang berhubungan dengan atribut
sensori produk,serta mengeksplorasi pasar menggunakan pemetaan sensori untuk
mengetahui peluang kemungkinan pengembangan produk baru. Analisis deskriptif juga
dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui perbaikan produk.
Tujuan analisis sensori adalah untuk mengetahui respon atau kesan yang diperoleh
pancaindra manusia terhada suatu rangsangan yang ditimbulkan oleh suatu produk.
Analisis sensori umumnya digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai kualitas
suatu produk dan pertanyaan yang berhubungan dengan pembedaan, deskripsi, dan
kesukaan atau penerimaan (afeksi).
Tujuan analisis sensori dapat dibedakan berdasarkan tiga bidang, yaitu: penelitian
dan pengembangan (R&D), pengendalian mutu (QC/ QA), dan pemasaran. Pada bidang
penelitian dan pengembangan produk, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk:
• membandingkan beberapa macam prototipe yang sedang
dikembangkan
• memahami pengarh bahan baku, bahan tambahan, dan proses terhadap
karakteristik produk
• menghubungkan data sensori, data instrumen dengan data konsumen
• Pemetaan produk (product mapping), pencocokan produk (product
matching) dan reformulasi produk
Dapus
Koesoemawardani, D. (2012). Analisis sensori rusip dari Sungailiat-
Bangka. Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian, 12(2), 36-39.
Sudargo, T., Prameswari, A. A., Aulia, B., Aristasari, T., Alfionita, K., Muslichah,
R., ... & Putri, S. R. (2021). Analisis sensoris dan umur simpan makanan
selingan prediabetes berbasis tuna (Thunnus sp.) dan labu siam (Sechium
edule). Media Gizi Mikro Indonesia, 12(2), 153-164.