Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Hari / Tanggal : Senin / 15 April 2013

Teknologi Penyimpanan dan Gol/Kelompok: P2 / 1


Penggudangan Dosen : Dr. Ir. Indah Yuliasih, M.Sc
Asisten :
1. Ariska Duti Lina (F34090101)
2. Dimas Hendryanto (F34090135)

PENGARUH GAS ETHYLENE DAN BAHAN PENYERAP


OKSIGEN (OXYGEN SCAVENGER) PADA BEBUAHAN
SELAMA PENYIMPANAN

Oleh :
1. Aryosan Tetuko ( F34110032)
2. Suwindi Saragih ( F34110035)
3. Iis Solihat ( F34110045)

2013
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesayuran dan buah-buahan hasil dari pertanian pada umumnya setelah
dipanen jika dibiarkan begitu saja akan mengalami perubahan akibat pengaruh
fisiologis, fisik, kimia dan mikrobiologis. Perubahan-perubahan tersebut ada yang
menguntungkan, tetapi kalau tidak dikendalikan akan sangat merugikan. Beberapa
perlakuan yang dilakukan setelah buah dipanen di antaranya adalah pemeraman
dan penghambatan respirasi dengan penambahan bahan penyerap. Pemeraman
merupakan upaya yang dilakukan untuk mempercepat proses pematangan buah.
Sedangkan pemberian bahan penyerap bertujuan untuk menghambat proses
metabolisme dan respirasi pada buah sehingga pematangan berjalan lambat. Pada
sesayuran dan buah-buahan ada suatu zat khususnya pada buah-buahan yang
disebut etilen. Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana dan diproduksi pada
tumbuhan tingkat tinggi. Etilen ini menyebabkan sesayuran dan buah-buahan
menjadi matang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pematangan
bebuahan setelah pemanenan antara lain gas etilen dan kadar oksigen lingkungan.
Untuk mengetahui gas etilen dan kadar oksigen yang dihasilkan oleh
sesayuran dan buah-buahan maka pada praktikum kali ini praktikan menggunakan
karbit, KMnO4 dan vitamin C. karbit digunakan sebagai indikator untuk
mempercepat pematangan buah dan sayur. KMnO4 dan vitamin C digunakan
untuk mengatur kadar oksigen dalam buah dan sayur. Oleh karena itu, untuk
mengetahui mekanisme kerja dan akibat apa saja yang akan terjadi pada buah dan
sayuran, maka dari itu praktikum ini sangatlah penting untuk dilakukan.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penambahan
bahan penghasil gas etilen dan bahan penyerap oksigen terhadap mutu bebuahan
selama proses penyimpanan.
II. METODOLOGI

2.1 Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah neraca analitik, colortec
colormeter, penetrometer, pH meter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
pisang, alpukat, tomat, nanas mengkal, salak, karbit, KMnO4, (ethylene
scavenger), vitamin C (oxygen scavenger).

2.2 Metode

Disiapkan bebuahan utuh


dengan ukuran yang sama

Buah dicuci dengan larutan deterjen

Buah dikemas dengan plastik LDPE

Karbit atau KMnO4, atau vitamin C yang


dibungkus dengan kertas saring dimasukkan ke
dalam plastik berisi buah

Kantung plastik ditutup dengan rapat

Bebuahan yang telah dikemas, disimpan di


suhu ruang dan dilakukan pula untuk
kontrol

Diamati perubahan mutu setiap hari sekali


selama satu minggu
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
[Terlampir]

3.2 Pembahasan
Penyimpanan buah pada praktikum kali ini yaitu dengan menambahkan
karbit, KMnO4, dan vitamin C dengan perbandingan tertentu. Penggunaan ketiga
bahan tersebut untuk mengetahui efek atau akibat adanya bahan tersebut dalam
penyimpanan. Dari ketiga bahan tersebut KMnO4 dianggap mempunyai potensi
yang paling besar karena KMnO4 bersifat tidak menguap sehingga dapat
disimpan berdekatan dengan buah tanpa menimbulkan kerusakan buah. Tetapi
dengan adanya penyerap etilen (KMnO4) maka kegiatan respirasi tersebut akan
dikurangi. Lama penyimpanan juga mempengaruhi respirasi. Semakin lama buah
disimpan maka respirasi akan terus berlanjut. Menurut Yang (1985), kalium
permanganat sering digunakan untuk memanipulasi kondisi atmosfer sebagai
penyerap gas etilen dan CO2 yang dihasilkan dari proses penyerapan gas etilen
oleh kalium permanganat dapat mencegah atau menunda pengaruh etilen terhadap
komoditas. Kalium permanganat mengoksidasi etilen menjadi etanol dan asetat,
dan didalam proses ini terjadi perubahan warna KMnO4 dari warna ungu menjadi
coklat yang menandakan proses penyerapan etilen. Pada aplikasinya, KMnO4
tidak boleh terkontak langsung dengan bahan pangan karena KMnO4 bersifat
racun.
Di dalam buah terdapat zat kimia yang disebut etilen, zat alami tersebut
yang berperan dalam proses pematangan buah. Aktifitas zat etilen dalam
pematangan buah lama kelamaan akan menurun dengan turunnya suhu, misalnya
pada tomat dan pisang yang disimpan dalam kemasan LDPE tertutup, penggunaan
etilen dengan konsentrasi tinggi tidak memberikan pengaruh yang jelas baik pada
proses pematangan maupun pernapasan. Ketersediaan etilen (karbit) akan
meningkatkan laju respirasi pada buah-buahan. Etilen adalah suatu senyawa kimia
yang mudah menguap yang dihasilkan selama proses masaknya hasil pertanian
terutama bebuahan dan sayuran (Hadiwiyoto, 1981). Pada bidang pertanian etilen
digunakan sebagai zat pemasak buah. Etilen mempengaruhi pemasakan buah
dengan mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula. Sedangkan Karbit
atau kalsium karbida (CaC2) yang bila terkena air/uap yang mengandung air akan
menghasilkan gas asetilen (tidak alami) yang menghasilkan panas dan berfungsi
sama seperti etilen sehingga buah cepat matang, dengan cara buah ditempatkan di
tempat tertutup.
Cara pengarbitan dapat dilakukan dengan cara menempatkan karbit
secukupnya didalam kain yang sedikit basah. Lalu masukan karbit yang telah
dibungkus kain tersebut ke dalam wadah besar tempat buah yang akan
dimatangkan. selanjutnya tutup rapat tunggu hingga 2-3 hari. Buah-buahan yang
biasa dimatangkan dengan pengarbitan yaitu seperti mangga, pisang, alpukat,
nanas dll. Dalam pengarbitan, buah yang dihasilkan terkadang kurang manis dan
lebih cepat membusuk ketimbang buah yang matang dari pohonnya. dan
ditakutkan dalam proses pengarbitan karbit atau gas yang dihasilkan akan
menempel pada kulit buah dan dalam pemakaiannya apabila buah tidak dicuci
maka ditakutkan karbit yang biasa untuk las akan tertelan dan pastinya akan
berbahaya bagi tubuh kita.
Bahan pengemas yang digunakan mengandung kalsium karbida, sehingga
ketika kalsium karbida terkena kelembaban, akan menghasilkan gas asetilen (yang
sifatnya mirip gas etilen) sehingga dapat mempercepat pematangan buah.
Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer (penambahan gas etilen dan karbon
dioksida serta pengurangan kadar gas oksigen dalam gudang) juga banyak
dilakukan di negara maju dalam mempercepat pematangan sekaligus
memperpanjang usia simpan karena pematangan dilakukan di ruang tertutup jauh
dari bahan oksidan.
Parameter yang akan diamati meliputi perubahan bobot, perubahan warna,
kekerasan, pH juice, sensori, dan tanda-tanda fisiologis. Perubahan bobot
mengalami penurunan namun pada minggu selanjutnya ada peningkatan. Hal ini
dipengaruhi oleh bertambahnya kadar air yang keluar walau buah makin lama
makin matang dan membusuk. Namun menurut Wills et al. (1981), proses
respirasi dan transpirasi dapat mengakibatkan kehilangan substrat sehingga terjadi
kehilangan berat. Buah-buahan yang telah dipanen merupakan struktur hidup yang
masih tetap melakukan aktifitas metabolism, seperti respirasi. Proses ini akan
mengakibatkan pelepasan CO2 dan air buah sehingga berat buah akan berkurang.
Respirasi akan semakin meningkat sampai puncak klimakterik dan selanjutnya
akan terjadi pembusukan buah yang akan menurunkan mutu buah, termasuk berat
buah.
Parameter pertama yaitu susut bobot. Susut bobot merupakan besarnya
bobot komoditi pertanian yang hilang akibat adanya reaksi enzimatis selama
penanganan pasca panen.Menurut Wills et al. (1981) ketersediaan karbit akan
meningkatkan laju respirasi pada buah-buahan. Respirasi yang tinggi lajunya akan
mempercepat pematangan buah dan pembusukan yang mengakibatkan
menyusutnya bobot buah.
Menurut Widodo (1997) yang mengatakan bahwa asam askorbat atau
vitamin C berfungsi sebagai penyerap oksigen dan yang dapat mengurangi
oksigen sehingga laju respirasi dapat ditekan. Hal yang dapat menyebabkan bobot
buah berkurang saat penyimpanan komoditi pertanian yaitu pelepasan air dan
karbondioksida melalui proses transpirasi dan respirasi. Terlihat dari
perbandingan antara percobaan dan teori bahwa karbit merupakan suatu bahan
yang memacu timbulnya gas etilen dan pematangan buah, sedangkan vitamin C
merupakan zat yang menyerap oksigen disekitar penyimpanan sehingga menekan
laju respirasi. Namun pada penyimpanan tomat dengan vitamin C belum
membuktikan teori tersebut karena kekurangberhasilan praktikan dalam
percobaan.
Untuk mengendalikan pemasakan tersebut maka gas etilen harus segera
dikurangi disekitar kumpulan buah. Untuk mengurangi gas etilen tersebut
diantaranya dapat menggunakan zat penyerap gas. Senyawa penyerap etilen telah
dicoba beberapa macam seperti karbon aktif yang diberi Brom dan Selit dengan
KMnO4 kemudian berkembang menjadi KMnO4 Vermikulit. Apabila KMnO4
dimasukan kedalam kemasan pisang maka dapat menambah umur simpan pisang
selama 2 minggu. Preparasi komersial zat penyerap etilen adalah “Purafil”
(KMnO4 alkaslis dengan silikat) produksi Marbon Chemical Company ternyata
mampu menyerap seluruh C2H4 yang dikeluarkan buah pisang yang disimpan
dalam kantong polietilen tertutup rapat.
Parameter yang kedua yaitu perubahan warna. Menurut Apandi (1984),
terjadinya warna kuning pada pisang disebabkan karena hilangnya klorofil dan
menyebabkan tampaknya karetonoidyang kuning. Sedangkan pada pengamatan
fisiologis timbul bercak hitam yang terjadi pada semua sampel uji.
Untuk menciptakan kemasan bebas etilen, KMnO4 sebagai senyawa
penyerap etilen dimasukan kedalam kemasan untuk membentuk kemasan aktif.
Asam L-askorbat (vitamin C) dimasukan ke dalam MAP dan berfungsi sebagai
penyerap oksigen. Perlu diketahui bahwa kontak langsung dengan KMnO4
dengan produksi pertanian sangat tidak direkomendasikan. Selain itu, sifat cair
kedua bahan penyerap tersebut juga dapat menyulitkan pengaplikasian dalam
teknologi pengemasan aktif. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian guna
mengetahui informasi jenis penyerap (batu apung, spon, silica gel, dan vermikulit)
yang paling efektif untuk KMnO4 dan asam L-askorbat. Penelitian ini ditujukan
untuk mendapatkan inforemasi mengetahui jumlah dan konsentrasi KMnO4 dan
asam L-askorbat serta jenis serta jenis adsorbenya yang paling efektif untuk
memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah. Suatu penelitian
telah dilakukan penggunaan KMnO4 dan asam L-askorbat untuk mengendalikan
etilen pada buah dukuh.
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang pada suhu kamar
berbentuk gas. Kemudian etilen juga merupakan hormon yang aktif dalam proses
pematangan buah. Secara tak disadari, penggunaan etilen dalam proses
pematangan sudah lama dilakukan, jauh sebelum senyawa ini diketahui nama dan
peranannya. Walaupun sekarang telah ada bukti-bukti mengenai etilen itu
merupakan hormon pematangan, namun dalam penelitian dijumpai kesukaran,
seperti sejauh ini orang-orang belum berhasil menghilangkan semua etilen yang
ada pada jaringan untuk menunjukkan bahwa proses pematangan akan tertunda
apabila etilen tidak ada. Usaha-usaha untuk mengungkapkan atau mengetahui
lebih lanjut tentang biogenesis pembentukan etilen terus berlangsung dengan
dimulai penelitian-penelitian oleh para pakar, kali ini penelitian dengan
memanfaatkan etilen itu sendiri dengan aktifitas yang khas pada jaringan beberapa
buah-buahan yang kemungkinan akan dapat menjelaskan suatu tanda tanya
berkaitan dengan biogenesis pembentukan etilen. Etilen diproduksi oleh
tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial pada seluruh
jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada tipe jaringan, spesies
tumbuhan dan tingkat perkembangannya. Etilen dibentuk dari metionin melalui
tiga proses, yakni: ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP
dan air akan membuat metionin kehilangan tiga gugus fosfat, kemudian asam 1-
aminosiklopropana-1-karboksilat sintase (ACC-sintase) lalu memfasilitasi
produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin). Selanjutnya, oksigen dibutuhkan
untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi ini dikatalisasi
menggunakan enzim pembentuk etilen.
Kondisi penyimpanan yang sesuai untuk pisang adalah disimpan pada
suhu di bawah 10 derajat celcius agar pisang tetap memiliki mutu yang baik dan
tidak mengalami chilling injury. Selain itu untuk menjaga kualitas pisang dan
memperpanjang umur simpan pisang dapat dilakukan juga dengan teknik
pelapisan lilin disertai pestisida, penggunaan KMNo4, dan pencelupan pisang ke
dalam larutan CaCl2.
Kondisi penyimpanan untuk buah tomat yang baik adalah disimpan di
tempat yang terdapat udara dingin,. Lalu di lemari pendingin pada suhu di bawah
10 derajat celcius dengan kelembabannya yang berkisar antara 85-90 persen
untuk menghindari terjadinya fenomena chilling injury. Selain itu untuk
memperpanjang umur simpan tomat dan menjaga kesegarannya dapat dilakukan
juga dengan cara penyimpanan dengan controlled atmosphere dan modified
atmosphere.
Bahan vitamin C, karbit dan KMnO4 disarankan agar tidak bersentuhan
langsung dengan komoditi karena bahan-bahan tersebut memiliki reaksi dan
kandungan yang berbeda-beda. Seperti untuk membuat buah agar cepat matang
biasanya petani menggunakan etilen atau yang umum di pasaran disebut dengan
karbit. Akan tetapi pada kondisi lain pemasakan buah merupakan kerugian,
sehingga tak diharapkan. Apabila buah buah tersebut tak segera dikonsumsi
karena masih mengalami periode transportasi yang jauh dan memakan waktu yang
tidak singkat, maka buah yang akan dijual tersebut malah rusak dan tak dapat
dijual. Oleh karena itu, para pengelola buah-buahan baik petani, pedagang
ataupun industri pengelola berusaha semaksimal mungkin agar buah tidak kontak
langsung dengan bahan yang akan digunakan agar mengalami pemasakan pada
waktu yang tepat atau sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Proses pemasakan buah pada etilen dapat menyebabkan perubahan yang
terjadi pada buah meliputi perubahan bobot, warna, tingkat kekerasan, pH juice,
sensori dan tanda-tanda fisiologis. Susut bobot merupakan salah satu indikasi
parameter yang dilakukan penilaian terhadap kesegaran buah dan mutu buah.
Semakin lama waktu penyimpanan pada buah, pada umumnya susut bobot akan
mengalami peningkatan. Adanya proses respirasi pada buah waktu penyimpanan
akan mengubah gula menjadi karbondioksida dan air, kemudian mengalami
penguapan (transpirasi) sehingga susut bobot pun meningkat (Kader 1992). Pisang
dan tomat merupakan suatu buah klimakterik yang akan mengalami gejala
kenaikan respirasi dan kenaikan produksi etilen selama penyimpanan. Karena
peningkatan etilen mengakibatkan umur penyimpanan buah pisang dan tomat
menjadi lebih singkat.
Pada praktikum kali ini menggunakan buah pisang dan tomat yang
diberikan beberapa perlakuan berbeda. Pemilihan lima buah dengan ukuran yang
sama, lalu dimasukkan ke dalam sebuah plastik LDPE yang di dalamnya terdapat
karbit pada kelompok pertama, untuk kelompok kedua menggunakan KMnO4 dan
kelompok ketiga menggunakan vitamin C. Sebelumnya buah dicuci dengan
menggunakan larutan detergen dan buah dikeringkan. Kemudian diukur susut
bobot, kekerasan, perubahan warna, sensori, dan pH. Kelompok pertama
menggunakan pisang dengan menggunakan karbit, hasil pengamatan selama
praktikum yang diperoleh adalah pisang mengalami peningkatan susut bobot
hingga tiga gram. Pada kelompok kedua dengan menggunakan KMnO4, pisang
mengalami peningkatan susut bobot hingga pengamatan yang keempat dan
mengalami penurunan bobot pada pengamatan yang kelima karena keadaan buah
telah penyok dan lembek. Pada kelompok tiga dengan menggunakan vitamin C,
pisang mengalami peningkatan susut bobot hingga 1.15 gram. Pada buah kontrol
yang dibungkus dengan plastik mengalami susut bobot yang naik-turun. Pada
kontrol yang tidak menggunakan plastik mengalami peningkatan susut bobot
hingga 8.12 gram. Selain perubahan susut bobot, pisang juga mengalami
perubahan warna, perubahan yang terjadi ialah akibat dari karbit yang dapat
mempercepat umur pisang, cepatnya umur pisang mengakibatkan perubahan
warna, warna enzim yang semula hijau, kini menjadi kuning dan terdapat bercak
hitam, ciri-ciri dari pematangan menurut literatur yaitu warna yang semula cerah
kehijauan kemudian menjadi kuning yang menghitam. Bobot yang menyusut juga
mempengaruhi keempukan dari pisang. Gas etilen yang keluar dari pisang,
mengakibatkan pisang yang keras menjadi empuk. Hasilnya dapat terbukti dari
percobaan ini, pisang yang diberi perlakuan etilen, kekerasannya menjadi lebih
empuk. Gas etilen termasuk senyawa hidrokarbon yang merupakan golongan
asam, sehingga apabila gas etilen keluar dari buah, maka buah tersebut yang
semula asam berubah mendekati basa. Hasil dari semua kelompok belum sesuai
dengan literatur karena pH hanya berubah pada 4-5, yang seharusnya adalah
perubahan pH terjadi dari 5 menjadi 7 berdasarkan literatur.
Tomat merupakan sayur klimakterik, tomat mempunyai kandungan yang
sangat bermanfaat bagi tubuh seperti protein, fosfor, zat besi, belerang, vitamin A,
B1, C dan beta karoten jenis likopen. Berdasarkan data hasil praktikum yang telah
dilakukan dengan perlakuan yang sama pada komoditi seperti perubahan bobot,
warna, tingkat kekerasan, pH juice, sensori, dan tanda fisiologis. Pada susut bobot
kelompok 4 menggunakan karbit sebagai perlakuannya dan mengalami
peningkatan susut bobot hingga 0.59 gram. Pada kelompok lima dengan
menggunakan KMnO4 mengalami peningkatan susut bobot hingga 0.33 gram.
Disini mungkin terjadi kesalahan dari kelompok yang bersangkutan. Seharusnya
KMnO4 bertugas sebagai penyerap etilen, sehingga semestinya susut bobotnya
menurun. Untuk indikator yang dapat mempercepat proses pematangan adalah
karbit. Karbit digunakan pada kelompok lain yang menyebabkan tomat menjadi
cepat matang. Hal tersebut dapat dilihat dari buah tomat yang menjadi lebih
matang dengan ciri-ciri warnanya menjadi merah, lebih empuk dan lunak
tentunya. Kekerasan menjadi lebih empuk, skala pH tetap yaitu 4 (asam).
Kelompok enam yang menggunakan vitamin C tidak memperlihatkan perubahan
secara signifikan, karena bahan penyerap mengikat gas etilen, sehingga
penguapan gas etilen cenderung menurun dan pH tetap. Pada kontrol (tanpa
plastik), susut bobot semakin meningkat, warna tomat menjadi merah, kekerasan
menjadi lebih empuk dan berkerut. Perubahan pada buah tomat hanya terjadi pada
fisiknya yang semakin memerah akan tetapi tidak mengalami pembusukan seperti
yang terjadi pada perlakuan etilen.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang pada suhu kamar
berbentuk gas. Kemudian etilen juga merupakan hormon yang aktif dalam proses
pematangan buah. Pada praktikum kali ini digunakan karbit, KMnO4, dan vitamin
C dengan perbandingan tertentu dalam penyimpanan buah. Penggunaan ketiga
bahan tersebut berfungsi untuk mengetahui efek atau akibat adanya bahan tersebut
dalam penyimpanan. Dari ketiga bahan tersebut KMnO4 dianggap mempunyai
potensi yang paling besar karena KMnO4 bersifat tidak menguap sehingga dapat
disimpan berdekatan dengan buah tanpa menimbulkan kerusakan buah. Tetapi
dengan adanya penyerap etilen (KMnO4) maka kegiatan respirasi tersebut akan
dikurangi. Berikutnya vitamin C yang bertugas sebagai oxygen scavenger
berfungsi untuk menyerap oksigen yang nantinya akan menyebabkan respirasi
pada buah selama masa penyimpanan. Lalu oksigen yang diserap oleh vitamin C
digunakan untuk mengoksidasi L-askorbat yang terkandung pada vitamin C.
Pada praktikum ini, untuk buah pisang yang diberi etilen mengalami
peningkatan susut bobot, lalu mengalami juga perubahan warna yakni dari yang
asalnya cerah kehijauan menjadi kuning dan sedikit menghitam. Kemudian pada
parameter kekerasan, semakin mendekati hari akhir pengamatan tingkat
kekerasannya semakin menurun atau berkurang dan itu mempengaruhi kelunakan
pada pisang. Untuk KMnO4 sebagai pengatur kadar oksigen dalam buah dan
sayur mempunyai kemampuan yang baik dalam mengikat gas etilen dibandingkan
dengan vitamin C. Lalu vitamin C yang berfungsi sebagai oxygen scavenger bisa
mengikat gas etilen yang menyebabkan tingkat keasaman dan kekerasan pada
buah pisang relatif konstan. Selanjutnya untuk buah tomat, adanya gas etilen
dapat mempercepat proses pematangan pada buah tomat, hal tersebut dapat
diamati dengan ciri-ciri tomat menjadi berwarna merah dan kekerasannya
menurun. Kemudian penggunaan indikator vitamin C dan KMnO4 menghasilkan
perubahan yang konstan atau tetap dikarenakan bahan penyerap mengikat gas
etilen, sehingga terjadilah penurunan pada penguapan gas etilen.

4.2 Saran
Diharapkan pada praktikum berikutnya, semua komponen yang terlibat
dalam pelaksanaan praktikum lebih bisa kembali untuk mengefektifkan dan
mengefisiensikan waktu, sehingga waktu yang digunakan tak terbuang dengan
sia-sia. Kemudian alat-alat yang ada pada laboratorium sebisa mungkin untuk
dilengkapi dan diperbarui lagi, agar praktikum dapat berjalan dengan baik,
tentram dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Apandi M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung: Alumni.


Hadiwiyoto dan Soehardi. 1981. Penanganan Lepas Panen 1. Departemen
pendidikan dan kebudayaan direktorat pendidikan menengah
kejuruan.
Widodo KH, Suyitno, AD Guritno. 1997. Perbaikan Teknik Pengemasan Buah-
buahan Segar untukMengurangi Tingkat Kerusakan Mekanis Studi
Kasus di Provinsi Jawa Tengah. Agritech, 17(1):14-17.
Wills, R. B. H., T. H. Lee, W. B. Mc Glasson and D. Graham. 1989. Postharvest,
and Introduction to the Physiology and Handling Fruit and
Vegetables. Van Nostand. New York. 150 p.
Yang, S.F. 1985. Biosynthesis and Action of Ethylene. Hort Science, 21:41-45.
San Francisco

Anda mungkin juga menyukai