Oleh :
KELOMPOK 10
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
BAB I
1.1 Pendahuluan
Tapai merupakan salah satu makanan populer di Indonesia yang sudah dikenal sejak
zaman dahulu. Harga yang murah, gizi yang baik, serta enak dan mudah diproses
menjadi salah satu alasan tapai dapat terkenal hingga saat ini. Dikarenakan mudah
nya pembuatan tapai, sehingga banyak tapai yang mulai di produksi di industri rumah
tangga. Umumnya bahan pembuatan tapai adalah singkong, beras ketan (hitam dan
putih), dan bahan lain yang memiliki banyak kandungan karbohidrat atau protein.
Karbohidrat atau protein yang terkandung dalam makanan tersebut mengalami proses
enzimatik untuk meningkatkan nilai gizi dan mengubah rasa dan warna melalui
proses yang disebut fermentasi (Afriani, 2020).
METODOLOGI PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan dalam penilitian ini yaitu beras ketan hitam, ragi tape, air, dan
daun pisang. Sedangkan untuk alat yang digunakan adalah baskom, panci, alat kukus,
wadah tertutup, pisau, sendok, saringan teh, dan kompor gas.
Prosedur pembuatan tape ketan hitam disajikan dalam diagram alir berikut :
Ketan Hitam
Ditimbang
Air dan
Air Dicuci sebanyak 2 kali
kotoran
Dikukus t= 2 jam
Didinginkan
Aroma, warna, tekstur, rasa, diamati secara sensori menggunakan metode skoring.
Sedangkan untuk penerimaan keseluruhan menggunakan uji hedonik.
3.1.1.1 Aroma
Hasil uji sensori menunjukkan bahwa skor rata-rata panelis terhadap aroma tape ketan
hitam dengan waktu fermentasi 24 jam dengan konsentrasi ragi 1% adalah 2,33 (agak
khas tape). Skor rata-rata panelis terhadap aroma pada tape ketan hitam lama
fermentasi 24 jam dengan konsentrasi ragi 1,5% adalah 3 (khas tape). Skor rata-rata
panelis terhadap aroma tape ketan hitam yang di fermenasi 120 jam dengan
konsentrasi ragi 1% adalah 2,33 (agak khas tape). Sedangkan skor rata-rata panelis
terhadap aroma tape ketan hitam yang di fermentasi 120 jam dengan konsentrasi ragi
1,5% adalah 2,33 (agak khas tape).
Menurut Winarno (1997) dalam Putri, (2007), aroma dapat menentukan kelezatan
dari suatu produk. Aroma terjadi karena adanya sejumlah komponen volatile yang
berasal dari produk tersebut yang dapat terdeteksi oleh indera pembau (Rachmawati,
2001). Menurut Supriyantono (1995) dalam Putri (2007), aroma tape yang kuat atau
menyengat disebabkan oleh sejumlah senyawa pembentuk aroma yang terdapat dalam
jumlah yang besar. Senyawa-senyawa pembentuk aroma tersebut banyak terbentuk
selama proses fermentasi berlangsung yaitu dari hasil hidrolisa glukosa dan oksidasi
alkohol pada tape dan mempunyai sifat yang volatil.
3.1.1.2 warna
Hasil uji sensori menunjukkan bahwa skor rata-rata panelis terhadap warna tape ketan
hitam dengan lama fermentasi 24 jam konsentrasi ragi 1% adalah 3 (hitam). Skor
rata-rata panelis terhadap warna pada tape ketan hitam lama fermentasi 24 jam
dengan konsentrasi ragi 1,5% adalah 2,66 (agak hitam). Skor rata-rata panelis
terhadap warna tape ketan hitam yang di fermenasi 120 jam dengan konsentrasi ragi
1% adalah 1 (tidak hitam). Skor rata-rata panelis terhadap warna tape ketan hitam
yang di fermenasi 120 jam dengan konsentrasi ragi 1,5% adalah 1 (tidak hitam).
3.1.1.3 Tekstur
Hasil uji sensori menunjukkan bahwa skor rata-rata panelis terhadap tekstur tape
ketan hitam dengan lama fermentasi 24 jam konsentrasi ragi 1% adalah 2 (agak
lunak). Skor rata-rata panelis terhadap warna pada tape ketan hitam lama fermentasi
24 jam dengan konsentrasi ragi 1,5% adalah 2,33 (agak lunak). Skor rata-rata panelis
terhadap tekstur tape ketan hitam yang di fermenasi 120 jam dengan konsentrasi ragi
1% adalah 1 (sangat lunak). Skor rata-rata panelis terhadap tekstur tape ketan hitam
yang di fermenasi 120 jam dengan konsentrasi ragi 1,5% adalah 1 (sangat lunak).
Ragi tape merupakan inokulum yang umum digunakan dalam pembuatan tape yang
selanjutnya untuk difermentasi. Fermentasi merupakan tahap terjadinya hidrolisis
bahan berpati menjadi gula sederhana melalui serta diikuti perubahan gula menjadi
alcohol (Fauziah dkk, 2020). Pada proses fermentasi semakin lama proses fermentasi
maka mikroorganisme yang berkembang akan semakin banyak pula sehingga yang
mendegradasi pati menjadi dekstrin dan gula juga semakin banyak, maka semakin
lembek bahkan berair.
3.1.1.4 Rasa
Hasil uji sensori menunjukkan bahwa skor rata-rata panelis terhadap rasa tape ketan
hitam dengan lama fermentasi 24 jam konsentrasi ragi 1% adalah 1,66 (tawar). Skor
rata-rata panelis terhadap warna pada tape ketan hitam lama fermentasi 24 jam
dengan konsentrasi ragi 1,5% adalah 3 (manis asam khas tape). Skor rata-rata panelis
terhadap tekstur tape ketan hitam yang di fermenasi 120 jam dengan konsentrasi ragi
1% adalah 1 (tawar). Skor rata-rata panelis terhadap tekstur tape ketan hitam yang di
fermenasi 120 jam dengan konsentrasi ragi 1,5% adalah 1 (tawar).
Rasa tape berhubungan dengan alkohol, asam, dan gula yang dihasilkan selama
proses fermentasi. Pada suhu ruang, keasaman yang terjadi lebih cepat dibandingkan
dengan pada suhu dingin, karena pada suhu ruang proses fermentasi terus
berlangsung, sehingga pembentukan asam terus berlanjut. (Putri, 2007). Semakin
lama waktu fermentasi tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan semakin banyak.
Namun jika terlalu lama maka terjadi over fermentasi dan menjadi rusak. Prinsip
dasar pada fermentasi pangan berpati adalah degradasi komponen pati menjadi
dekstrin dan gula, selanjutnya diubah menjadi alkohol atau asam sehingga
menghasilkan makanan fermentasi berasa manis, alkoholik dan sedikit asam atau
manis sedikit asam (Fauziah dkk, 2020).
3.1.1.5 Penerimaan
Skor
Parameter
1 2 3
Tawar
Rasa Asam Manis Asam Khas Tape
(tidak khas tape)
Aroma Tidak Khas Tape Agak Khas Tape Khas Tape
Warna Tidak Hitam Agak Hitam Hitam
Tekstur Sangat Lunak Agak Lunak Lunak
Penerimaan Tidak Suka Agak Suka Suka
24 jam fermentasi
Konsentrasi
Panelis Aroma Warna Tekstur Rasa Penerimaan
(%) (b/b)
1% Bapak 2 3 2 1 3
Ibu 3 3 2 3 2
Tetangga 2 3 2 1 1
Rata- 2,33 3 2 1,66 2
rata
1,5% Bapak 3 3 2 3 3
Ibu 3 2 3 3 3
Tetangga 3 3 2 3 2
Rata- 3 2,66 2,33 3 2,66
rata
Tabel 2. Data sensori tape ketan hitam 120 jam fermentasi
Tabel 3. Foto hasil praktikum tape dengan konsentrasi ragi 1,5% selama 5 hari
Konsentrasi 1,5%
Hari pertama Hari kedua Hari ketiga Hari keempat Hari kelima
Tabel 3. Foto hasil praktikum tape dengan konsentrasi ragi 1% selama 5 hari
Konsentrasi 1%
Hari pertama Hari kedua Hari ketiga Hari keempat Hari kelima
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah K. N., Kurnia K., Nita A., Abrori A. 2020. Pengaruh Pemberian Dosis Ragi
Tape (Kapang Amilolitik) Terhadap Pembuatan Tape Pisang Kepok. Jurnal
Pangan Dan Gizi. Vol 10. 1: 11-17.
Putri Y. N., 2007. Mempelajari Pengaruh Penyimpanan Tape Ketan (Oryza Sativa
Glutinosa) Terhadap Daya Terima Konsumen. (Skripsi). Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sahratullah, Jekti D.S.D., dan Zulkifli L. 2017. Pengaruh Konsentrasi Ragi Dan Lama
Fermentasi Terhadap Kadar Air, Glukosadan Organoleptik Pada Tape
Singkong. Jurnal Biologi Tropis. Volume 17 (1).
Suhartatik, N., Karyantina, M., Mustofa, A., Cahyanto, M.N., Raharjo, S. dan
Rahayu, E.S. 2013. Stabilitas ekstrak antosianin beras ketan (oryza sativa var.
Glutinosa) hitam selama proses pemanasan dan penyimpanan. Agritech. 33(4):
384-390.