1, April 2015
Pendahuluan
Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang dilakukan oleh mikroorganisme,
terutama kapang dan khamir. Tape biasanya dapat dibuat dari bahan dasar singkong atau
beras ketan, dan mikroba yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae yang biasanya
terdapat dalam ragi tape. Kualitas tape sangat tergantung pada kondisi lingkungan yaitu
suhu dan kondisi anaerob, jenis bahan yang digunakan dan lama fermentasi.
Tape mempunyai rasa yang spesifik yaitu manis, alkoholis dan kadang-kadang
asam. Hal ini karena terjadi perubahan pada bahan dasar menjadi tape. Mula-mula pati
yang ada dalam bahan dipecah oleh enzim menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana. Gulagula yang terbentuk selanjutnya dihidrolisis menjadi alkohol, pada fermentasi lebih lanjut,
alkohol dioksidasi menjadi asam-asam organik antara lain asam asetat, asam suksinat dan
asam malat. Asam-asam organik dan alokohol membentuk ester yang merupakan
komponen cita rasa (Srimaryati, 1978).
Pembuatan tape akan berhasil apabila ditambahkan dengan ragi. Hal ini karena ragi
merupakan starter yang digunakan dalam proses fermentasi tape. Cara pembuatan ragi
yaitu mencampur tepung beras dengan bermacam-macam bumbu seperti lada, laos,
bawang putih, dan kayu manis. Fungsi dari bumbu-bumbu tersebut berperan penting
disamping merupakan penghambat jasad renik atau mikroorganisme tertentu juga dapat
memberikan aroma pada tape yang dihasilkan. Kayu manis mengandung aldehit sinamat
yang aktif melawan bakteri. Kayu manis juga dapat menyumbang rasa manis, mampu
mencegah germinasi bakteri yang tidak diinginkan. Selain itu, kayu manis juga mengandung
euganol aktif (Sudigdo, 1978).
Sterilisasi 10 menit
Diambil 2,5 ml
Didinginkan
+ aquadest steril 1020ml
Percampuran adonan
Dibuat bulatan pipih
Inkubasi 40C, 48 jam
Dikeringkan
Pembuatan starter tape atau yang biasa disebut ragi dilakukan dengan dua perlakuan.
Perlakuan pertama menggunakan kayu manis sebanyak 1,5 gram untuk menghindari
kontaminasi dengan mikroba lain yang ditambahakan dengan 23,75 gram tepung beras
pada beaker glass. Kemudian dilakukan sterilisasi selama 10 menit untuk membunuh
mikroba kontaminan. Selanjutnya didinginkan dan ditambah dengan aquadest sebanyak 1020 ml. Adonan lalu dicampur agar homogen dan dibuat bulatan pipih. Setelah itu dilakukan
inkubasi selama 48 jam dengan suhu 40C dan dikeringkan.
Perlakuan kedua dengan ragi sebanyak 1,25 gram ditambahakan dengan 10ml
aquadest steril untuk mengencerkan. Kemudian diambil sebanyak 2,5 ml dan adonan
dicampur. Selanjutnya dibuat bulatan pipih dan diinkubasi pada suhu 40C selama 48 jam.
Lalu dilakukan pengeringan.
2.
Produksi Tape
2.1 Beras putih, ketan putih dan ketan hitam
Perendaman
Pengukusan
Pendinginan
+ 5 gram starter
Inkubasi
T kamar, 24 dan 48 jam
Produksi tape dengan menggunakan bahan utama beras putih sebanyak 200 gram.
Tahap pertama dilakukan perendaman yang bertujuan untuk menaikkan kadar air beras
menjadi dua kali berat semula. Selanjutnya dilakukan pengukusan untuk membunuh
mikroba kontaminan lalu didinginkan agar saat ditambahkan starter dapat digunakan untuk
produksi tape secara maksimal dan agarsuasana beras tidak lembab yang dapat digunakan
segabai tempat tumbuh kembang mikroba. Kemudian ditambahkan starter dengan dua
perlakuan yaitu ragi pasar dan buatan. Tape kemudian dibungkus dengan wadah tertutup
seperti daun pisang agar suasananya anaerob dan diinkubasi pada suhu kamar diamati
pada 24 dan 48 jam.
Singkong
Pengupasan
Perendaman atau pencucian
Pengukusan
Pendinginan
+ 5 gram starter
Dimasukkan dalam wadah tertutup
Inkubasi
T kamar, 24 dan 48 jam
Singkong yang digunakan pada produksi tape pertama-tama dikupas untuk
penghilangan bagian yang tidak diinginkan. Kemudian dilakukan perendaman atau
pencucian dan pengukusan untuk mengilangi kontaminasi mikroba. Setelahnya dilakukan
pendinginan agar tidak dalam kondisi lembab saat dibuat menjadi tape sehingga tidak
menjadi tempat tumbuh bagi mikroba kontaminan. Tape kemudian di tambahakan starter
yaitu starter buatan dan pasar. Lalu tape dimasukkan wadah tertutup karena
Saccharomyces dapat tumbuh pada suasana anaerob. Tapi selanjutnya diinkubasi pada
suhu kamar dan diamati pada jam ke 24 dan 48.
48 jam
pasar
++++
+++++
+++++
++
buatan
++
++++
++
+++
48 jam
pasar
Buatan
++++
+++++
+++++
++++
++
++
++
+++++
48 jam
pasar
buatan
+++++
+++++
++
+++++
+++++
+++
++++
++++
Hasil organoleptik tekstur tape menunjukkan nilai tertinggi yakni pada tape beras,
singkong dan beras ketan putih yang difermentasi selama 48 jam yang ditandai dengan
jumlah + yang semakin banyak. Menurut Simbolon (2008) semakin lama waktu fermentasi
mempengaruhi kadar alkohol yang semakin meningkat sehingga menghasilkan tekstur yang
semakin lunak. Saat proses fermentasi terjadi perubahan-perubahan biokimia dan fisik yang
mengubah penampilan bahan pangan, yang meliputi bentuk, tekstur, rasa, aroma dan
warna. Perubahan kimia yang terjadi dalam bahan pangan tidak seluruhnya sebagai akibat
kerja mikroorganisme, diperkirakan enzim-enzim yang terdapat di dalam bahan pangan
tersebut juga ikut berperan akibat adanya proses pemasakan dan pematangan (Buckle et al
, 1985).
Menurut Cicik (2014) kandungan karbohidrat (zat pati) pada masing-masing bahan
fermentasi akan menghasilkan kadar alkohol yang berbeda. Beras mempunyai kadar
karbohidrat paling banyak (360 kal per 100 g bahan) bila dibandingkan karbohidrat pada
ketan hitam (142 kal per 100 g) dan singkong (140 kal per 100 g bahan), sehingga tape
beras memiliki kadar alkohol tertinggi yang menyebabkan teksturnya paling lunak baik pada
starter pasar maupun starter buatan. Tingkat kematangan bahan juga mempengaruhi tingkat
tekstur pada tape. Tape ketan merah memiliki nilai tekstur paling rendah karena tingkat
kematangan saat pemasakan kurang dibandingkan bahan yang lainnya. Adapun
penggunaan starter yang berbeda yakni starter pasar dan buatan tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
4. Karakteristik Rasa Tape
Hasil praktikum menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan starter dalam
pembuatan tape memberikan pengaruh pada rasa tape yang dihasilkan.
Tabel 4. Hasil pengujian rasa tape
24 jam
Bahan
pasa
buatan
r
Singkong putih
+++
+
Beras putih biasa
++
+
Beras ketan putih
+++
+
Beras ketan merah
++
+
48 jam
pasar
Buatan
+++++
+++++
+++++
+++
++
++
+
+
Dari table diatas disimpulakan bahwa pembuatan tape dengan bahan dasar
singkong, beras putih, ketan hitam dan ketan putih menggunakan ragi pasar rasanya jauh
lebih manis dan baik daripada pembuatan tape dengan ragi buatan. Hal ini karena ragi
pasar lebih optimal dalam memfermentasi gula menjadi alcohol daripada ragi buatan.proses
produksi tape dilakukan selama 48 jam, hal ini menurut literatur karena proses fermentasi
akan berhenti dengan sendirinya karena ragi akan mati bila kadar alkohol lebih tinggi (Rufiati
E.M., 1995). Selanjutnya proses fermentasi tape dilakukan pada suhu ruang karena menurut
Zubaidah (1998), pengendalian pada proses fermentasi dilakukan dengan mengatur kondisi
optimal untuk pertumbuhan khamir dan kapang. Khamir dapat hidup pada bahan pangan
yang mempunyai kadar air yang cukup. Pada awal fermentasi khamir bersifat aerobik dan
pada akhir proses fermentasi bersifat anaerobik dengan menghasilkan alkohol dan bersifat
fermentatif. Kapang dapat tumbuh optimum pada bahan pangan dengan aw 15% dengan
suhu 25-27C.
Pada pengamatan 24 jam hasil yang didapatkan, rasa tape dengan dengan
singkong, beras putih, ketan hitam dan ketan putih ragi pasar jauh lebih baik daripada ragi
buatan karena pada ragi buatan proses fermentsi mikrobanya kurang optimal sehingga saat
digunakan untuk memproduksi tape hasil yang didapatkan kurang maksimal dan alcohol
yang dihasilkan kurang baik. Tetapi pada pengamatan 24 jam rasa yang didapatkan kurang
maksimal karena pada awal fermentasi masih dimulainya perombakan karbohidrat (pati)
oleh bakteri pada masing-masing tape menuju pembentukan karbohidrat yang sederhana
(glukosa) sehingga alkohol yang terbentuk hanya sedikit. Terdapat rasa asam pada tape
karena perlakuan-perlakuan (proses) yang kurang teliti, seperti penambahan ragi yang
berlebihan dan penutupan yang kurang rapat pada saat fermentasi.
Pada pengamatan 48 jam hasil yang didapatkan, rasa tape dengan penambahan
ragi pasar jauh lebih terasa manis daripada saat pengamatan 24 jam, karena pada
pengamatan 48 jam proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba sudah berlangsung
secara optimal sehingga alcohol yang dihasilkan juga semakin baik. Pada tape dengan
penambahan ragi pasar juga mengalami peningkatan rasa manis dari pengamatan 24 jam
karena Menurut Zubaidah (1998), selama proses fermentasi, pembentukan gula sederhana
akan meningkat setelah 24 jam kedua dan akan menurun setelah 24 jam ketiga. Jika proses
fermentasi terus berlanjut maka bakteri asam laktat dan amilolitik akan merombak alcohol
menjadi asam organik. Rasa yang ada pada tape disebabkan karena adanya aktifitas dari
mikroorganisme yang terkandung dalam ragi. Ragi dalam inokulum dalam pembuatan tape
yang berupa kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang masing-masing memberi
kontribusi dalam pembuatan produk (Supriyanto, 1995). Selain itu, proses fermentasi juga
turut menciptakan rasa tape yang khas. Menurut Harris dan Karmas (1989), fermentasi
menimbulkan perubahan tekstur, cita rasa, aroma, nilai cerna dan nilai gizi. Ditambahkan
pula menurut Winarno (1982), pada proses fermentasi tape, gula diubah menjadi alkohol,
asam-asam organik, gliserol, dan gas CO2. Esterifikasi antara asam dan alkohol
menghasilkan ester yang membentuk cita rasa khas tape.
Kesimpulan dan Saran
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah di laksanakan maka, dapat kita ketahui bahwa tiaptiap perlakuan pada tape memiliki pengaruh yang berbeda-beda, di antaranya:
a. Tape ragi pasar lebih baik daripada tape ragi buatan.
b. Aroma tape ragi pasar lebih khas tape dibandingkan aroma tape ragi buatan.
c. Tape ragi pasar mempunyai rasa manis, sedangkan tape ragi buatan mempunyai rasa
yang masam.
d. Tape ragi pasar memiliki warna khas tape sedangkan warna tape ragi buatan memiliki
warna yang sangat cerah.
e. Tape ragi pasar pada bahan beras dan ketan memiliki hasil yang bagus dengan waktu
fermentasi 48 jam
Daftar Pustaka