Anda di halaman 1dari 44

IBADAH

DAN
MUAMALAH
PENGERTIAN IBADAH

Etimologi (lughatan)
 Kata al-'abdiyah, al-'ubûdiyah, al-’ubûdah dan al-'ibâdah
berasal dari satu akar kata yang sama yaitu 'abida yang
berarti taat atau tunduk (al-thâ’ah).[1]
 kata al-'ubûdah atau al-'ubûdiyyah adalah bermakna
tunduk (al-khudhû') dan merendah atau menghinakan diri
(al-dzull).[2]
 kata al-'ibâdah, menurut muhammad al-râzî, berarti
ketaatan.[3]
 kata al-ta’abbud berarti al-tanasuk, artinya melakukan
pengabdian.[4]
PENGERTIAN IBADAH

Terminologi (ishtilahan)
ْ َ َ ُّ
ُ‫جامعُ ُِلما ي ِحبهُ هللاُويرضاه‬ ‫م‬
ُ ْ
‫إس‬ ‫ي‬
ُ َ َ
‫ِالعبادةُ ِه‬
ِ
‫اَ َا ُْو َخف ّي ُاا‬
َ َ ‫ا‬ ّ َ ‫ا‬ ْ َ ‫ا‬ ْ َ
ِ ُ ‫قو ُل و ِفع ُل ج ِلي ُا ُك‬
Berbagai macam bentuk aktivitas manusia yang
dicintai dan diridhai allah, baik berupa perkataan
maupun perbuatan yang dilakukan secara terang-
terangan maupun tersembunyi
DASAR HUKUM

ْ ْ َ َ َّ َ َ َّ ْ َ ْ ّ ْ َ ْ َ َْ ْ َْ ْ َ
ُِ ْ‫ناُمنُقب ِلك ُِمنُرسو ٍلُإلُنو ِحى إلي ِهُانهُلُإلهُإلُاناُفاعبُُد‬
ِ ‫وماُارسل‬
Dan tidaklah kami utus rasul sebelummu melainkan kami wahyukan
kepadanya bahwa tidak ada tuhan melainkan aku, maka sembahlah
Aku (Al-Anbiya' [21]: 25).
َ‫ت‬ ْ َّ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ ‫ا‬ ْ َ َّ ُ ّ َ ْ َ َ ْ َ ََ
ُ ‫ُأعبُدْأُهللاُواجت ِنبواُالطاغو‬
ُ ِ‫ولقدُبعثن ِاُفىُك ِلُام ٍةُرسولُأ‬
Dan sungguh telah kami utus pada setiap umat itu seorang rasul yang
menyeru mereka supaya menyembah Allah dan menjauhi thaghut
(sesembahan selain allah). (Al-Nahl [16]: 36)
ّ ‫َ َ َ َ ْ ْ ج َّن َُواإل ْن َس‬
َُْ‫ُُإلُل َي ْعبُد ُِْْ َماُا ْريد ُِم ْنه ْم ُِم ْنُر ْز ٍق َُو َماُاُر ْيد َُا‬
ِ ِ ْ ِ ِ ‫ُال‬ ‫ت‬ ‫ق‬‫ل‬ ‫اُخ‬‫م‬ ‫و‬
ْ
َُ ِ ‫يط ِعمو‬
Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya
menyembah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rejeki dari mereka
dan tidak pula agar mereka memberi-Ku makan. (Al-Dzariyah [51]: 56-
57)
TUJUAN IBADAH

1. Ibadah sebahagian daripada keperluan Roh.


manusia bukan sahaja dijadikan daripada unsur tanah/fisik tetapi ia
wujud hasil daripada kesinambungan antara Roh dan Jasad. Roh
memerlukan makanannya yang tersendiri — lapar dan menyimpang.
2. Ibadah memberi kebebasan dan kesahteraan.
Ini adalah kerana manusia akan hanya menyembah, tunduk, patuh dan
sujud kepada Allah satu-satunya.
3. Ibadah adalah ujian.
Ibadah adalah ujian Allah keatas manusia untuk melihat sejauhmana
kepatuhan dan keyakinan manusia kepada Allah. Maka dengan itu
Allah akan memberikan ganjaran dan balasan setimpal dengan apa
yang dilakukan manusia.
4. Ibadah adalah hak Allah ke atas manusia.
HAKIKAT IBADAH

 Apa hakikat ibadah itu?


ُّ َّ َ َ
1. Puncak penghinaan diri (ُ‫ُالت َذل ِل‬ ‫)غاية‬
ْ َ
2. Puncak kecintaan (ُ‫)غ َايةُال َم َح َّب ِة‬
di hadapan
ْ َ
3. Puncak ketundukan (ُ‫)غ َايةُالخض ْو ِع‬
ALLAH
 Ketiga keadaan ini mesti ada saat kita beribadah
kepada Allah SWT, kalau tidak, maka ibadah kita
tidak sempurna (cacat)
Puncak Penghinaan Diri
ُّ َ َّ َ َ
(ُ‫)غايةُألتذلل‬

 Sujud adalah tanda penghinaan diri yang paling


nyata  dilarang untuk ruku’ dan sujud kepada
selain Allah
 karena manusia adalah makhluk yang mulia (17:70)
 Batu, kuburan, pohon angker, bintang, matahari, malaikat, dll
bukan makhluk yang mukarram
 Kepada sesama manusia pun tidak boleh
Doa Ruku’ dan Sujud

 Doa ruku’ dan sujud juga menunjukkan bahwa kita


ini sangat hina dan kecil di hadapan Allah
 Ada yang membaca dalam sujud:
‫ك‬ ُ َ ُ‫ َفق ْير َكُب َف َنائ‬,‫ك‬
ُ َ ‫ َسائل َكُب َف َنائ‬,‫ك‬ ُ َ ‫ م ْسك ْين َكُب َف َنائ‬,‫ك‬
ُ َ ‫ع َب ْيُد َكُب َف َنائ‬
HambaMu yang kecil ini ada di halamanMu, yang miskin
kepadaMu ini ada di halamanMu, yang faqir (perlu)
kepadaMu ini ada di halamanMu, dan yang minta kepadaMu
kepadaMu ini ada di halamanMu
Puncak Kecintaan
َّ َ َ ْ َ َ
(ُ‫)غايةُألمحبة‬

 2:165 orang beriman itu sangat amat cintanya


kepada Allah
 Ibadah dengan penuh cinta akan terasa indah
dan ni’mat
 Ibadah menjadi suatu yang dirindukan, bukan
beban
َّ ‫قُ ْم يَا ِب ََل ُل فَأ َ ِر ْحنَا ِبال‬
‫ص ََل ِة‬
Berdirilah wahai Bilal, hiburlah kami dengan
shalat (HR Abu Dawud)
Puncak Ketundukan
ْ ْ َ َ
(ُ‫)غايةُألخضوع‬

 Proses menuju ketundukan (22:54)


ILMU  IMAN  TUNDUK
 Makin tinggi ilmunya, maka kuat imannya, dan
makin tunduk (bagai padi dan pisang)
 Bukan, makin tinggi ilmunya, makin membangkang
 Tunduk kepada perintah Allah dengan
melaksanakannya, dan tunduk kepada
laranganNya dengan menjauhinya
Cinta dan Tunduk

 Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ibadah itu cinta


dan tunduk (‫ المحبة والخضوع‬:‫)العبادة‬
 Cinta tanpa tunduk: perintah tertentu dilakukan dengan
penuh cinta, giat, khusyu’, tapi TIDAK SEMUA perintahNya
dilaksanakan (ini disebut juz’iyyah, parsial)
 Tunduk tanpa cinta: semua kewajiban dilakukan tapi beberapa
atau semuanya dilakukan dengan terpaksa (ini sifat munafik
tulen)
Raja’ dan Khauf

 Ibadah yang dilakukan mesti disertai rasa harap


َّ َ ‫ )ا‬dan cemas (‫)ا َ ْلخ َْوف‬
(‫لر َجاء‬
 Imam Nawawi: “Sebaiknya seorang dalam masa
sehat seimbang antara rasa cemas terhadap siksa
Allah dan mengharap rahmat Allah. Tetapi pada
masa sakit, hendaknya hanya mengharap rahmat
Allah, sebagaimana tuntunan al-Qur’an dan Hadits.”
DUA MACAM IBADAH

 Semua ibadah yang telah dijelaskan dapat dibagi


menjadi dua:
1. Ibadah ritual atau khusus (ٌ‫ضة‬ َ ‫) َم ْح‬
2. Ibadah umum (ٌ‫ضة‬ َ ‫) َغي ُْرٌ َم ْح‬
 Agar kedua ibadah itu diterima oleh Allah, maka
mesti memenuhi syarat-syaratnya
Ibadah Ritual/Khusus
َ ‫) َم ْح‬
(ٌ‫ضة‬

 Contoh-contohnya
 Thaharah (istinja’, wudhu, mandi janabat, tayammum,
mengusap pembalut luka)
 Shalat (fardhu dan sunnah, termasuk adzan)

 Zakat (fardhu dan sunnah)

 Puasa (fardhu dan sunnah, termasuk i’tikaf)

 Mengurus jenazah

 Haji dan umrah

 Pernikahan
Syarat Diterimanya Ibadah Mahdhah

1. Niat yang benar (ٌ‫ص ْحبَةٌُالنِّيَّ ِّة‬ ُ ), maksudnya ikhlas


karena Allah
ِّ ‫ )ا َ ْل َم ْش ُر ْو‬oleh Allah
2. Disyari’atkan (ٌُ‫عيَّة‬
3. Mengikuti tatacaranya (ٌُ‫)ا َ ْل َك ْي ِّفيَّة‬
 Ketiga syarat di atas mesti terpenuhi semuanya,
tidak boleh ada yang kurang
Niat yang Benar
ِّ ُ‫ص ْحبَة‬
(ٌ‫ٌالنيَّ ِّة‬ ُ )

 Niat dalam al-Qur’an menggunakan dua istilah:


 Iradah (kehendak) 3:152, 8:67, 42:20, 17:18-19, 11:15-16

 Ibtigha’ (mencari) 2:265,272, 4:114

 Hadits yang terkenal dalam masalah ini:


‫ت و ِإنَّما ِلك ُِل امريءٍ ما نَ َوى‬
ِ ‫إنَّ َما األع َمال بالنِيَّا‬
 Ada 3 niat yang termasuk ikhlas
1. Beramal karena mencari pahala. Disebut amalnya
PEDAGANG (‫)التاجر‬
2. Beramal karena takut siksa. Disebut amalnya HAMBA
(‫)العابد‬
3. Beramal karena rasa syukur (‫)الشكور‬
Memelihara Niat

 Niat yang ikhlas mesti dipelihara dalam setiap


keadaan: awal, saat, dan setelah beramal
 Syaitan memiliki target yang bertahap
1. Tidak berniat baik (karena niat baik saja sudah mendapat
satu pahala)
2. Tidak jadi beramal
3. Beramal tapi tidak berkualitas
4. Membanggakan amalnya
Disyari’atkan
(ٌُ‫ش ُر ْو ِّعيَّة‬
ْ ‫)ا َ ْل َم‬

 Pedoman dalam masalah ini


“Dalam ibadah mahdhah selama TIDAK ADA
PERINTAH, maka TIDAK BOLEH DILAKUKAN.
Sedangkan dalam ibadah umum selama TIDAK ADA
LARANGAN, maka BOLEH DILAKUKAN.”
 Tidak ada kreativitas dalam ibadah mahdhah, mesti
menerima apa adanya
Contoh-contoh

 Puasa
 Berpuasa sesuai dengan yang sudah ditentukan:
Ramadhan, puasa nadzar, Senin-Kamis, sehari atau dua
hari atau tiga hari setiap bulan, puasa Dawud (lihat buku-
buku FIQH)
 Tidak boleh puasa: pati geni, wishal (tanpa ifthar), puasa
hari lahir, dll
 Shalat
 Tidak boleh shalat di luar yang telah ditentukan syari’at
 Tidak boleh menambah atau mengurangi rakaat yang
sudah ditentukan
Mengikuti Tatacaranya
(ٌُ‫)ا َ ْل َك ْي ِّفيَّة‬

 Mengikuti tatacara ibadah seperti yang dilakukan


oleh Rasul SAW

ُ
‫َصلوأُكماُرأيتمونىُأصلى‬
َ ْ َ َ َ َ ُّ
َ‫ىَُذأ‬ َ ‫ىُم َناس َكك ْم َُل َعل‬
َ ‫ىُال َُأ َرأك ْم َُُب ْع َُد َُعام‬ َ ‫ْأُعن‬
َ ‫خذ‬

 Dalam Fiqh biasanya disebut RUKUN


Skema Peran Hidup
MASUK
ILMU SURGA
IKHLAS
AMAL BERKUMPUL
DG KLG
TA’AT
HABLUM JIHAD DIAMPUNI
MINALLAH

HABLUM KOMPETENSI BAHAGIA


MINANNAS ILMU
SEJAHTERA
PROFESIONAL
BERKECUKU
INTEGRITAS PAN
KETERAMPILAN
MANAJEMEN SOSIAL
PENGERTIAN MUAMALAH

Menurut Etimologi

 Muamalah berasal dari kata‫معاملة‬


‫ معاملة‬-‫عامل – يعامل‬
 Artinya : Saling bertindak, saling berbuat, saling
mengamalkan
PENGERTIAN MUAMALAH

Menurut Terminologi
 Arti luas : aturan-aturan (hukum) Allah untuk
mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan
duniawi dalam pergaulan sosial
 Arti Sempit: aturan-aturan Allah yang wajib ditaati
yang mengatur hubungan manusia dalam kaitannya
dengan cara memperoleh dan mengembangkan
harta benda
PENGERTIAN MUAMALAH

Perbedaan Pengertian Muamalah


dalam arti sempit dan luas adalah
dalam cakupannya Pengertian luas
mencakup munakahat, warisan,
politik, pidana.
Sedangkan dalam makna sempit
cakupannya hanya tentang
ekonomi (iqtishadiyah).
PERBEDAAN PRINSIP IBADAH DAN
MUAMALAH

No IBADAH MUAMALAH
1 Bersifat tetap (‫(ثابتة‬ Bersifat Elastis (‫(متغيرة‬

2 Tidak bisa berkembang Dapat berkembang sesuai


dengan zaman & tempat

3 Bersifat khusus,eksklusif Bersifat universal, inklusif

4 Nash-nash lebih terinci Nash-nash umumnya general


(tafshili)
5 Peluang Ijtihad sempit Peluang ijtihad luas
MASLAHAT SEBAGAI PRINSIP
MUAMALAH
 Hukum-hukum muamalat memberikan perhatian
sangat besar terhadap ke-maslahat-an manusia
dan maqashid syari’ahnya bisa ditemukan akal
manusia.
 Dalam muamalat, dijelaskan secara luas illat,
rahasia dan tujuan kemaslahatan suatu hukum
muamalat. Ini mengandung indikasi agar manusia
memperhatikan kemaslahatan dalam bidang
muamalat dan tidak hanya berpegang pada
tuntutan teks nash semata, karena mungkin suatu
teks ditetapkan berdasarkan kemaslahatan
tertentu, kondisi, adat, waktu dan tempat tertentu.
KONSEP DASAR FIQH MUAMALAH

 Hukum asal dalam muamalah adalah mubah


(diperbolehkan)
 Konsep Fiqh Muamalah untuk mewujudkan
kemaslahatan
 Menetapkan harga yang kompetitif
 Meninggalkan intervensi yang dilarang
 Menghindari eksploitasi
 Memberikan kelenturan dan toleransi
 Jujur dan amanah
PRINSIP MUAMALAH

1. Bolehnya segala bentuk usaha


2. Haramnya segala kezaliman dengan memakan
harta secara bathil, seperti : riba, ghasab,
korupsi, monopoli, penimbunan , dll
3. Jujur dan saling menasehati
4. Asas manfaat yang diakui syara’ dalam setiap
akad
5. Tidak ada penipuan & manipulasi, MAGHRIB (
Maysir, Ghoror, Riba )
6. Tidak melalaikan dan meninggalkan kewajiban
atau bertentangan dengan manhaj Allah
7. Asas akuntabilitas
JUAL BELI
 PENGERTIAN JUAL BELI
Bahasa : saling menukar
Istilah : pertukaran harta atas dasar saling rela atau ridho dengan cara
dan syarat tetentu.
Penjual = Ba’ialah
Pembeli = Musytari
Dasar Hukum Jual Beli = Mubah (boleh)

Dalil Jual Beli :


1. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisaa : 29)

2. “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-
Baqoroh : 275)
KETENTUAN JUAL BELI

 Rasulullah saw. Bersabda : “sesungguhnya daging yg


tumbuh (yg berasal) dari yg haram, maka api lebih
baik untuknya”. (HR. At.tirmidzi)
 Umar ra. Berkata : “tdk boleh ada yg berjualan di
pasar kami ini, kecuali mereka yg memahami
hukum. Jika tidak (memahami hukum), maka sadar
atau tdk sadar berarti memakan riba”.
RUKUN JUAL BELI

 Penjual
 Pembeli
 Barang yg diperjual belikan
 Ijab Qabul
SYARAT SAH JUAL BELI

a. Syarat Penjual dan Pembeli :


* berakal sehat
* balig, kecuali nilainya tdk besar

b. Syarat barang yg diperjualbelikan :


* suci
* bermanfaat
* diketahui kadar, jenis, sifat, dan harganya
* milik sendiri, atau milik orang lain yg
dikuasakan
c. Bentuk ijab Qabul
* Lisan, seperti : “saya menjual …. Atau saya
membeli …”
* tulisan, seperti label harga
* isyarat, seperti orang yg cacat
PERBUATAN HARAM DALAM JUAL BELI

 Membeli untuk menimbun


 Menghadang penjual sebelum penjual mengetahui harga
pasar
 Membeli utk disimpan agar dpt dijual dg harga yg lebih
mahal
 Menjual barang utk tujuan maksiat
 Jual beli yg terdapat unsur penipuan
 Jual beli rampasan perang sebelum dibagikan
 Menjual anggur kpd yg biasa membuat minuman keras
 Menjual senjata yg diketahui utk tujuan jahat
 Jual beli barang yg bercampur dg barang haram
 Jual beli dg banyak sumpah disertai dusta
 Jual beli di dalam masjid
 Jual beli waktu adzan shalat jumat
JUAL BELI YG TIDAK SAH

 Membeli barang yg sudah dibeli orang lain tetapi


belum diambil barangnya
 Jual beli secara ijon
 Jual beli binatang ternak yg masih dalam perut
induknya
 Menjual barang milik orang lain tanpa
sepengetahuan yg punya
KHIYAR DALAM JUAL BELI

 Pengertian dan Hukum Khiyar


Khiyar : Memilih
Hukum : Mubah / Boleh
 MACAM-MACAM KHIYAR
 Khiyar Majlis : Hak memilih antara meneruskan atau
membatalkan aqad jaul beli pd tempat berlangsungnya jual
beli. Bila telah berpisah, khiyar tdk berlaku lagi.
 Khiyar Syarat : Hak memilih antara meneruskan atau
membatalkan dg syarat tertentu. Berlakunya khiyar syarat
selama 3 hari.
 Khiyar ‘Aib : Hak memilih antara meneruskan atau
membatalkan karena ada cacat.
UTANG PIUTANG

 PENGERTIAN DAN HUKUM


 Pengertian :
Utang : yang dipinjam dari orang lain
Piutang : yg dipinjamkan kpd oang lain
Utang Piutang = Addain
 Hukum :

- Sunat
- wajib, spt kelaparan, utk menebus obat, dll
KETENTUAN UTANG PIUTANG

 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-
orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka
yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil
maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai
yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan
saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS. Al-Baqoroh:282)
QS. AL-BAQOROH : 282

UTANG PIUTANG DITULIS DENGAN BAIK DAN


BENAR
NOTULEN JANGAN ENGGAN MENULIS PINJAMAN
UTANG, BAIK JUMLAH BESAR ATAUPUN KECIL
YG BERUTANG MEMBACAKAN APA YG DITULIS
ATAU DIBACAKAN OLEH WALINYA DG JUJUR
YG BERUTANG TDK BOLEH MENGURANGI
UTANGNYA SEDIKITPUN
DISAKSIKAN OLEH 2 ORANG SAKSI LAKI-LAKI
ATAU 1 ORANG LK DAN 2 ORANG PEREMPUAN,
ATAU 4 ORANG PR
ANTARA SAKSI DAN NOTULEN SALING
MEMUDAHLAN
MELEBIHKAN UTANG

 Melebihkan bayaran dengan kemauan yg berutang


tanpa ada perjanjian dg yg memberi utang, maka
kelebihannya halal dan merupakan amal baik yg
membayar
 Apabila ada tambahan pada utang karena sudah
dijanjikan sebelumnya yg berpiutang, maka
hukumnya haram, sama dengan riba
GADAI
 Gadai ialah pinjam meminjam uang dalam batas waktu
tertentu dg menyerahkan barang sebagai tanggungan
utang (agunan)
 Hukum gadai = Mubah
 Ketentuan Gadai :
* yg melakukan gadai berakal sehat
* agunan/gadaian hrs ada saat transaksi
* agunan dipegang oleh yg terima gadaian
* tdk boleh memanfaatkan agunan mati
* boleh memanfaatkan agunan hidup
* jika batas waktu habis, yg pegang gadai boleh
menjualnya
* anak barang gadaian(sapi,dsb) jadi milik yg
menggadaikan (biaya jadi tanggungan penggadai)
UPAH
 Upah (Ajru) = gaji / imbalan : ialah uang/harta yg dibayarkan sbg
balas jasa atau sbg pembayar tenaga yg sdh dikeluarkan utk
mengerjakan sesuatu.
 Dalilnya :
1. Jika mereka menyusukan (anak-anak)mu utkmu, maka berikanlah
kepada mereka upahnya(QS.Ath-tholaq:6)
2. “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering” (HR. Ibnu
Majah)
 Rukun dan Syarat Upah :
1. Ijab dan Qabul
2. Pengupah atau penerima Upah dg syarat :
- Berakal
- kehendak sendiri
- balig
3. Bermanfaat
SEWA

 Sewa / Ijaroh : ialah uang yg dibayarkan karena


memakai/meminjam sesuatu.
 Rukun dan Syarat sewa :
1. Ijab dan Qabul
2. Penyewa atau yg menyewakan
3. Bermanfaat
* Sewa yg Haram : menyewa pembunuh bayaran,
menyewa utk menyebar fitnah
RIBA
 Riba (tambahan) : yaitu keuntungan yg diperoleh dengan
meminjamkan uang atau benda yg disyaratkan pengembaliannya
harus lebih
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan
jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS.
2:279)
 Riba hukumnya : HARAM termasuk dosa besar
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman”. (QS.2 : 278)
 Macam-macam Riba :
* Riba Fadhal : tukar menukar barang yg sejenis dengan ada
kelebihan di salah satu pihak
* Riba Yad : antara penjual dan pembeli belum serah terima, lalu
barang tsb dijual kpd orang lain
* Riba Qiradh : kelebihan pembayaran
* Riba Nasiah : jual beli atau pinjaman uang yg dilambatkan
pembayarannya dg pembayaran lebih
Wallahu A’lam

Anda mungkin juga menyukai