BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convulvulaceae
Genus : Ipomea
Ubi ungu (Ipomea batatas L.) diduga merupakan tanaman yang berasal dari
benua Amerika. Beberapa varietas ubi jalar ungu yang ditemukan di Indonesia
adalah Antin 1, Antin 2, dan Antin 3 (Balitkabi, 2015). Selain itu, varietas ubi
murasaki, Naka murasaki, dan Purple Sweet (Montilla et al., 2011). Tanaman Ubi
ungu merupakan tumbuhan merambat yang dapat tumbuh di segala macam tanah,
tetapi yang paling cocok pada tanah dengan pH 5,6-6,6 dan suhu 24-25oC
tumbuh baik di daerah berikilim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27o C.
Bentuk umbi ubi jalar ungu biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata
8
9
hingga tidak rata. Kulit ubi jalar ungu berwarna ungu kemerahan, dan daging
Ubi jalar ungu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, dan juga
mengandung beberapa vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B6, C dan E. Ubi jalar
ungu juga mengandung mineral yang baik bagi tubuh diantara fosfor, kalsium,
mangan dan zat besi (Cardenas et al., 1993; Koeswara, 2008). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Masuda et al. (2017), ekstrak etanol ubi ungu
dalam Ipomoea batatas adalah triterpen atau steroid, alkaloid, saponin, tanin,
Tabel 2.1. Kandungan Fitokimia Ubi Jalar Ungu (Milind and Monika, 2015).
No Golongan Senyawa Nama Senyawa
1. Alkaloid Calystegine B1
2. Flavonoid Antosianin
3. Terpenoid 6-myoporol
9
10
ungu pada umbi Ipomoea batatas (Montilla et al., 2011). Kandungan antosianin
dari ubi jalar ungu berkisar antara 51,50 sampai dengan 174,70 mg/100 gram
(Steed dan Truong, 2008). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa kandungan
antosianin pada ubi ungu berkisar antara 110,51 mg/100g. Semakin tinggi kadar
karena diketahui banyak pewarna sintetis bersifat toksik dan karsinogenik. Joint
yang mengandung antosianin memiliki efek toksik yang rendah.. Efektivitas dari
yang terjadi di dalam tubuh. Semua jenis antosianin merupakan turunan dari
glikosilasi maka jenis antosianin lain terbentuk. Ubi ungu sendiri mengandung 10
jenis antosianin, seperti pada tabel 2.2 (Montilla et al., 2011). Antosianin
membawa muatan positif yang terdapat pada struktur cincin pusat (cincin C)
10
11
Tabel 2.2. Jenis-jenis antosianin dalam ubi ungu (Montilla et al., 2011).
No. Senyawa Antosianin R1 R2 R3
1. Cyanidin-3-sophoroside-5-glucoside OH H H
2. Peonidin-3-sophoroside-5-glucoside OCH3 H H
dicaffeolsophoroside)-5-glucoside
4. Cyanidin-3-(6”-caffeoyl-6”’-p- OH Caffeoyl p-
hydroxybenzoylsophoroside)-5- hydroxybe
glucoside nzoyl
5. Cyanidin-3-(6”- OH Caffeoyl H
caffeoylsophoroside)-5-glucoside
feruloylsophoroside)-5-glucoside
dicaffeoylsophoroside)-5-glucoside
caffeoylsophoroside)-5-glucoside
hydroxybenzoylsophoroside)-5- hydroxybe
glucoside nzoyl
feruloylsophoroside)-5-glucoside
11
12
Akan tetapi, ketika antosianin sudah masuk ke dalam tubuh, antosianin akan
lebih hidrofobik dan ukuran molekulnya lebih kecil daripada bentuk glikosida,
sehingga lebih mudah melewati membran lipid double layer melalui mekanisme
potensi efek yang dihasilkan juga lebih besar (Speciale et al., 2014). Aglikon
Antosianidin yang paling banyak terkandung dalam ubi ungu yaitu sianidin
al., 2012). Struktur kedua antosianidin mayor ini sama-sama tersusun dari 2-
yang membedakan struktur kedua antosianidin ini terletak pada posisi gugus
Pada tumbuhan, sianidin dan peonidin lebih sering dijumpai dalam bentuk
senyawa glikosida yang menempel atau terikat pada gula (Montilla et al., 2011).
Sianidin dan peonidin yang memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi saat
12
13
2016)
Antosianidin R1 R2 Warna
Pelargonidin H H Jingga
Sianidin OH H Jingga-merah
(a) (b)
Gambar 2.4. Struktur Kimia Sianidin (a) dan Peonidin (b) (Martin et al., 2017).
13
14
2.3. Kulit
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan melanin
untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan
perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan
Latifah, 2007). Kulit manusia terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis dan lapisan subkutan. Epidermis merupakan jaringan epitel yang
berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang
berasal dari mesoderm. Lapisan subkutan merupakan lapisan paling dalam dari
kulit. Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
Kulit memiliki fungsi yang cukup vital bagi tubuh kita, beberapa fungsi
kulit yaitu, fungsi proteksi atau perlindungan dan fungsi pembentukaan pigmen.
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri, atau virus. Gangguan sinar ultra violet diatasi dengan sel melanin yang
epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah
melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna
14
15
2.4. Hiperpigmentasi
paling umum dialami oleh orang-orang di Asia (Kurita et al., 2009). Selain itu
peningkatan sintesis melanin secara lokal atau tidak merata dapat menyebabkan
pigmentasi lokal atau noda hitam pada bagian tertentu dari kulit (Cayce et al.,
utama melanin yaitu proteksi terhadap radiasi UV. Peningkatan sintesis melanin
15
16
yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal
gabungan dari 3-4 buah partikel lebih kecil yang mempunyai membran disebut
melalui rangkaian oksidasi dari asam amino tirosin dengan melibatkan tirosinase.
Tirosinase berperan sebagai katalis pada dua reaksi yang berbeda yaitu proses
DOPA menjadi dopaquinon (Fais et al., 2009). Dengan adanya dopakuinon ini
akan terdapat dua jalur pembentukan melanin yakni jalur eumelanin dan jalur
feomelanin.
coklat) (Gillbro dan Alsson, 2010). Sedangkan pada jalur feomelanin, adanya
sistein atau glutation akan bereaksi dengan dopakuinon menjadi sisteinil dopa,
16
17
(pigmen berwarna kuning) (Parvez et al., 2006; Ebanks et al., 2009). Mekanisme
Proporsi jumlah eumelanin dan feomelanin ini akan menentukan warna pada
kulit yang bermacam-macam sehingga kulit manusia tidak hanya hitam atau putih
saja. Selain hal tersebut warna kulit seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Dari dalam tubuh misalnya faktor
genetik dan hormonal, faktor genetik ini paling berpengaruh bukan karena jumlah
sel melanosit yang berbeda, melainkan bergantung pada jumlah dan bentuk
melanosom. Sedangkan faktor dari luar tubuh seperti sinar matahari, makanan,
ataupun obat. Perpaduan faktor ini akan menghasilkan warna kulit tertentu.
17
18
(Ismaya et al., 2011). Fraksi antosianin dari ekstrak etanol ubi ungu (Ipomoea
aktivitas antioksidan yang kuat melalui mekanisme ion chelating secara in vitro
terhadap ion Fe2+ yang merupakan logam berat (Laksmiani et al., 2016). Cu2+ ini
juga merupakan salah satu jenis logam berat, sehingga kemungkinan sianidin dan
peonidin dari ubi ungu juga mampu mengkelating Cu2+ tersebut dan dapat
menyebabkan enzim tirosinase menjadi tidak aktif. Hal ini akan dapat mengurangi
merupakan suatu teknik yang bisa digunakan untuk mempelajari interaksi yang
terjadi dari suatu kompleks molekul antara biomolekul dengan molekul kecil atau
kestabilan. Prinsip docking adalah teknik penempatan ligand ke dalam sisi aktif
struktur dan sifat elektrostatik (Kroemer, 2007). Tujuan dari molecular docking
tepat (Kitchen et al., 2004), serta untuk memperkirakan konformasi ikatan yang
18
19
paling baik antara ligan dengan protein dalam struktur 3 dimensi (Morris and
Marguerita, 2008).
farmakologi, sehingga dapat diketahui struktur senyawa yang paling baik untuk
dapat berikatan dengan reseptor. Metode ini juga dapat digunakan untuk
mempelajari interaksi yang terjadi antara senyawa dengan reseptor atau protein
target dengan mengidentifikasi situs aktif yang cocok pada protein, serta
protein target sehingga dapat dijadikan dasar dalam merancang ligan atau
senyawa yang lebih efektif sebelum disintesis sebagai bahan obat. Metode
molecular docking secara in silico ini juga juga dapat menggambarkan proses
validasi dan optimasi antara protein dengan ligan dalam mengevaluasi posisi
mengkaji hal yang tidak dapat dijangkau dalam skala laboratorium, seperti
kondisi folding dan unfolding suatu protein/enzim, melihat panjang ikatan dan
jenis ikatan kimia yang terlibat dalam reaksi pada desain molekul obat, dan
melakukan simulasi molekuler pada suhu dan waktu tertentu. Keuntungan lainnya
adalah desain molekul obat dengan metode molecular docking dapat menekan
19
20
kandidat molekul obat (Arwansyah dkk., 2014; Sawitri dkk., 2014; Syahputra,
2015). Namun terdapat pula kelemahan dari metode molecular docking ini adalah
interaksi suatu senyawa atau molekul obat dengan reseptor (Mukesh dan Rakesh,
2011). Metode molecular docking ini hanya dapat digunakan untuk memprediksi
afinitas dan mekanisme molekuler dari senyawa uji terhadap protein target,
Validasi dari metode molecular docking dilihat dari nilai RMSD (Root
Mean Square Deviation) yag dihasilkan pada proses validasi. RMSD merupakan
dibandingkan dengan situs yang berikatan native ligand pada protein. Semakin
semakin kecil nilai RMSD menunjukkan bahwa pose ligan yang diprediksi
semakin baik karena semakin mendekati konformasi native (Nauli, 2014). Nilai
Terdapat dua aspek dalam molecular docking, yaitu fungsi scoring dan
memperhitungkan kekuatan ikatan atau afinitas antara ligan dengan protein dan
20
21
dimana semakin kecil score docking yang dihasilkan maka afinitas dari senyawa
untuk mengeksplorasi konformasi ruang pada ligan atau senyawa uji dan protein
(MVD), dan AutoDock (Korb et al., 2006). Autodock merupakan aplikasi docking
terdiri dari dua program utama, yaitu autodock dan autodock grid. Autodock untuk
melakukan penambatan molekuler ligan dan protein target degan set grid yang
pencarian dalam sistem kordinat dimana posisi ligan dianggap akan terikat yang
disebut dengan grid box. Pendeskripsian grid dan pengaturan grid box dilakukan
21