Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pewarna alami merupakan warna yang dapat dihasilkan dari berbagai jenis

tumbuhan penghasil pewarna alami yang dapat diperoleh dari bagian-bagiannya

seperti pada daun, kulit batang, kulit buah, biji, akar dan bunga yang telah melalui

beberapa proses yaitu direbus, dibakar, ditumbuk atau langsung digunakan.

Terdapat berbagai jenis pewarna alami di Indonesia yang telah diidentifikasi dan

digunakan secara luas dalam berbagai industri seperti pada komoditas kerajinan,

tekstil, makanan dan batik (Berlin dkk., 2017).

Penggunaan warna alam memiliki banyak kelemahan antara lain proses

pembuatannya memerlukan waktu yang panjang, tidak tahan lama jika disimpan

sebelum proses pewarnaan, cenderung mudah pudar, dan proses pewarnaan

memerlukan waktu yang panjang. Namun, banyak hal yang menjadi keraguan bila

terus menggunakan bahan warna sintetis karena limbah pewarna sintetis

membahayakan kesehatan manusia dan secara tidak langsung meracuni

lingkungan (Handayani dan Maulana, 2013). Pewarna alami selain tidak

mencemari lingkungan juga memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak adanya efek

samping bagi kesehatan, dapat berperan sebagai bahan pemberi flavor/ menambah

rasa pada masakan, dapat bertindak sebagai anti mikroba, warna lebih menarik,

terdapat nilai gizi dan mudah didapat dari alam. Zat pewarna alami mempunyai

warna yang indah dan khas yang sulit ditiru dengan zat pewarna sintetik, sehingga

banyak disukai (Bahri, 2017). Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah

makalah ini untuk mengetahui beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan

sebagai pewarna alami.


I.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pewarna

alami.

2. Mengetahui manfaat dari pewarna alami dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengetahui proses pengolahan untuk memperoleh pewarna dari tumbuhan.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Mengkudu (Morinda Citrifolia Linn)

Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia Linn) memiliki ciri umum yaitu

pohon dengan tinggi 4-6 meter. Batang berkelok-kelok, dahan kaku, kulit

berwarna coklat keabu-abuan dan tidak berbulu. Daun tebal berwarna hijau,

berbentuk jorong lanset dengan ukuran 15-50 x 5-17 cm, tepi daun rata, daun

menyirip dan tidak berbulu. Akar tanaman mengkudu berwarna coklat kehitaman

dan merupakan akar tunggang. Bunga tanaman mengkudu yang masih kuncup

berwarna hijau, saat mengembang akan berubah menjadi berwarna putih dan

harum. Buah mengkudu berbentuk bulat lonjong dengan diameter mencapai 7,5-

10 cm, permukaan terbagi dalam sel-sel polygonal berbintik-bintik. Buah

mengkudu muda berwarna hijau, saat tua warna akan berubah menjadi kuning.

Buah yang matang akan berwarna putih transparan dan lunak. Aroma buah

mengkudu (Morinda citrifolia Linn) seperti keju busuk karena percampuran asam

kaprik dan asam kaproat (Sari, 2015).

Gambar 1. Mengkudu (Morinda Citrifolia Linn)


Mengkudu (Morinda citrifolia) telah lama dimanfaatkan sebagai pewarna

batik. Mengkudu dimanfaatkan kulit akarnya sebagai pewarna karena

mengandung senyawa morindin dan morindon. Senyawa morindin akan

menghasilkan warna kuning. Sedangkan morindon yang merupakan hasil

menghasilkan warna merah (Farida dkk., 2015).

Gambar 1. Hasil pencelupan kain katun dan sutera dengan ekstrak akar
mengkudu (Farida dkk., 2015).

a. Proses pewarnaan kain dengan menggunakan pewarna dari akar mengkudu

menurut Thomas dkk., 2013 sebagai berikut:

1. Ekstraksi zat warna kulit akar mengkudu

Ekstraksi zat warna alam dari kulit akar mengkudu dilakukan dengan

menghaluskan kulit akar mengkudu hingga menjadi serbuk, kemudian serbuk


kulit akar mengkudu diekstrak dengan menggunakan pelarut air dan metanol yang

akan menghasilkan ekstrak berwarna coklat kehitaman dari pelarut air dan

berwarna merah kecoklatan dari pelarut matanol. Pemilihan pelarut air dan

metanol dikarenakan kedua pelarut tersebut merupakan pelarut polar, dimana

pelarut tersebut dapat melarutkan atau mengekstrak senyawa polar atau yang

mempunyai kepolaran yang hampir sama yang terdapat dalam kulit akar

mengkudu.

2. Aplikasi zat warna kulit akar mengkudu pada kain katun dengan

menggunakan mordan.

Larutan kapur digunakan sebagai larutan mordan yang berfungsi membantu

meningkatkan penyerapan zat warna oleh kain katun. Kain katun terlebih dahulu

direndam dengan larutan mordan selama 30 menit pada suhu 27 ºC lalu

dikeringkan sampai massanya konstan. Kain katun yang telah kering direndam

dalam larutan zat warna (ekstrak akar mengkudu). Perendaman dilakukan selama

24 jam dengan pengulangan 2 kali. Kemudian kain tersebut dikeringkan dibawah

sinar matahari. Kain yang sudah diwarnai kemudian difiksasi lagi dengan cara

direndam pada larutan kapur 1% selama 30 menit kemudian dikeringkan. Fiksasi

ini merupakan proses penguncian warna pada kain agar warna memiliki ketahanan

luntur yang baik.

Proses pengolahan pewarna secara tradisional oleh Suku Dayak Bidayuh yaitu

Akar dicuci bersih dan dimemarkan, direbus hingga mengeluarkan warna merah.

Warna merah yang pekat dapat ditambahkan dengan tawas secukupnya, kemudian

kain langsung dicelup dan diaduk merata (Berlin dkk., 2017).


2.

Buah jamblang (Syzygium cumini) merupakan salah satu hasil perkebunan yang

cukup berlimpah namun masih kurang dalam pemanfaatannya. Masyarakat pada

umumnya mengkonsumsi buah jamblang tersebut secara langsung tanpa diolah terlebih

dahulu. Buah jamblang masak yang memiliki penampakan warna kulit ungu kehitaman

merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan antosianin yang dapat dijadikan

sebagai zat warna alami. Antosianin dapat memberikan warna violet, merah dan ungu.

Antosianin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan

antioksidan.

DAFTAR PUSTKA

Farida, Atika, V., dan Haerudin, A., 2015. Pengaruh Variasi Bahan Pra Mordan
pada Pewarnaan Batik Menggunakan Akar Mengkudu (Morinda
citrifolia). Dinamika Kerajinan dan Batik.Vol. 32 (1): 1-8.

Thomas, M., Manurung, M., dan Asih, I. A. R. A., 2013. Pemanfaatan Zat Warna
Alam dari Ekstrak Kulit Akar Mengkudu (Morinda Citrifolia Linn) pada
Kain Katun. Jurnal Kimia. Vol. 7 (2): 119-126.

Sari, C. Y., 2015. Penggunaan buah mengkudu (Morinda citrifolial) Untuk


menurunkan tekanan darah tinggi. J Majority. Vol. 4(3): 34-40.

Berlin, S. W., Linda, R., dan Mukarlina. 2017. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai
Bahan Pewarna Alami Oleh Suku Dayak Bidayuh Di Desa Kenaman
Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau. Protobiont. Vol. 6 (3) : 303 –
309.

Handayani, P. A. dan Maulana, I., 2013. Pewarna Alami Batik dari Kulit Soga
Tingi (Ceriops tagal) dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan. Vol. 2(2): 1-6.

Anda mungkin juga menyukai