PENDAHULUAN
Pewarna alami merupakan warna yang dapat dihasilkan dari berbagai jenis
seperti pada daun, kulit batang, kulit buah, biji, akar dan bunga yang telah melalui
Terdapat berbagai jenis pewarna alami di Indonesia yang telah diidentifikasi dan
digunakan secara luas dalam berbagai industri seperti pada komoditas kerajinan,
pembuatannya memerlukan waktu yang panjang, tidak tahan lama jika disimpan
memerlukan waktu yang panjang. Namun, banyak hal yang menjadi keraguan bila
mencemari lingkungan juga memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak adanya efek
samping bagi kesehatan, dapat berperan sebagai bahan pemberi flavor/ menambah
rasa pada masakan, dapat bertindak sebagai anti mikroba, warna lebih menarik,
terdapat nilai gizi dan mudah didapat dari alam. Zat pewarna alami mempunyai
warna yang indah dan khas yang sulit ditiru dengan zat pewarna sintetik, sehingga
makalah ini untuk mengetahui beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan
alami.
PEMBAHASAN
pohon dengan tinggi 4-6 meter. Batang berkelok-kelok, dahan kaku, kulit
berwarna coklat keabu-abuan dan tidak berbulu. Daun tebal berwarna hijau,
berbentuk jorong lanset dengan ukuran 15-50 x 5-17 cm, tepi daun rata, daun
menyirip dan tidak berbulu. Akar tanaman mengkudu berwarna coklat kehitaman
dan merupakan akar tunggang. Bunga tanaman mengkudu yang masih kuncup
berwarna hijau, saat mengembang akan berubah menjadi berwarna putih dan
harum. Buah mengkudu berbentuk bulat lonjong dengan diameter mencapai 7,5-
mengkudu muda berwarna hijau, saat tua warna akan berubah menjadi kuning.
Buah yang matang akan berwarna putih transparan dan lunak. Aroma buah
mengkudu (Morinda citrifolia Linn) seperti keju busuk karena percampuran asam
Gambar 1. Hasil pencelupan kain katun dan sutera dengan ekstrak akar
mengkudu (Farida dkk., 2015).
Ekstraksi zat warna alam dari kulit akar mengkudu dilakukan dengan
akan menghasilkan ekstrak berwarna coklat kehitaman dari pelarut air dan
berwarna merah kecoklatan dari pelarut matanol. Pemilihan pelarut air dan
pelarut tersebut dapat melarutkan atau mengekstrak senyawa polar atau yang
mempunyai kepolaran yang hampir sama yang terdapat dalam kulit akar
mengkudu.
2. Aplikasi zat warna kulit akar mengkudu pada kain katun dengan
menggunakan mordan.
meningkatkan penyerapan zat warna oleh kain katun. Kain katun terlebih dahulu
dikeringkan sampai massanya konstan. Kain katun yang telah kering direndam
dalam larutan zat warna (ekstrak akar mengkudu). Perendaman dilakukan selama
sinar matahari. Kain yang sudah diwarnai kemudian difiksasi lagi dengan cara
ini merupakan proses penguncian warna pada kain agar warna memiliki ketahanan
Proses pengolahan pewarna secara tradisional oleh Suku Dayak Bidayuh yaitu
Akar dicuci bersih dan dimemarkan, direbus hingga mengeluarkan warna merah.
Warna merah yang pekat dapat ditambahkan dengan tawas secukupnya, kemudian
Buah jamblang (Syzygium cumini) merupakan salah satu hasil perkebunan yang
umumnya mengkonsumsi buah jamblang tersebut secara langsung tanpa diolah terlebih
dahulu. Buah jamblang masak yang memiliki penampakan warna kulit ungu kehitaman
merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan antosianin yang dapat dijadikan
sebagai zat warna alami. Antosianin dapat memberikan warna violet, merah dan ungu.
antioksidan.
DAFTAR PUSTKA
Farida, Atika, V., dan Haerudin, A., 2015. Pengaruh Variasi Bahan Pra Mordan
pada Pewarnaan Batik Menggunakan Akar Mengkudu (Morinda
citrifolia). Dinamika Kerajinan dan Batik.Vol. 32 (1): 1-8.
Thomas, M., Manurung, M., dan Asih, I. A. R. A., 2013. Pemanfaatan Zat Warna
Alam dari Ekstrak Kulit Akar Mengkudu (Morinda Citrifolia Linn) pada
Kain Katun. Jurnal Kimia. Vol. 7 (2): 119-126.
Berlin, S. W., Linda, R., dan Mukarlina. 2017. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai
Bahan Pewarna Alami Oleh Suku Dayak Bidayuh Di Desa Kenaman
Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau. Protobiont. Vol. 6 (3) : 303 –
309.
Handayani, P. A. dan Maulana, I., 2013. Pewarna Alami Batik dari Kulit Soga
Tingi (Ceriops tagal) dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan. Vol. 2(2): 1-6.