Anda di halaman 1dari 16

BAB 2.

Ketidakpastian Pengukuran
Alat Ukur Dasar
Konsep pengukuran suatu besaran merupakan kegiatan membandingkan
besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
Pengukuran dikatakan akurat jika kesalahan sistematik kecil, dan pengukuran
dikatakan presisi jika kesalahan acak kecil. Untuk mengukur panjang suatu benda
dapat digunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengunaan alat
ukur panjang harus disesuaikan dengan benda yang akan diukur.
Mistar :
Umumnya memiliki skala terkecil (skt) = 1 mm
Ketelitian pengukuran = ½ skala terkecil = 0,5 x 1 mm = 0,5 mm = 0,05 cm
Untuk satu kali pengukuran atau pengukuran tunggal, maka pelaporannya yaitu :
Misal hasil pengukuran dilaporkan = (8,30 ± 0,05) cm atau (83,0 ± 0,5) mm
Jangka Sorong :
Umumnya memiliki skala terkecil = 0,1 mm atau 0,05 mm
Ketelitian pengukuran = ½ skala terkecil = 0,5 x 0,1 mm = 0,05 mm
Ketelitian pengukuran = ½ skala terkecil = 0,5 x 0,5 mm = 0,025 mm
Misal, hasil pengukuran dilaporkan = (8,30 ± 0,05) mm
Misal. hasil pengukuran dilaporkan = (8,300 ± 0,025) mm
Contoh : Pengukuran suatu benda dengan jangka sorong (skt =
0,1 mm), memberikan pengukuran seperti gambar di
samping. Laporkan hasil pengukuran !!
= Nilai pengukuran = (31,0 + 0,9) mm = 31,9 mm
= Laporan hasil pengukuran = (31,90± 0,05) mm
Mikrometer Sekrup :
Umumnya memiliki skala terkecil = 0,01 mm
Ketelitian pengukuran = ½ skala terkecil = 0,5 x 0,01 mm = 0,005 mm
Misal, hasil pengukuran = (8,5 + 0,01x14) mm = 8,64 mm
maka, Laporan hasil pengukuran = (8,640 ± 0,005) mm
Contoh soal :
01. Hasil pengukuran tebal kertas dengan mikrometer sekrup dari data di bawah
ini yang tepat adalah …cm
A. 4,1 B. 4,110 C. 4,11 D. 4,10 E. 4
02. Pengukuran suatu benda dengan jangka sorong,
memberikan pengukuran seperti gambar di
samping. Hasil pengukurannya adalah …. cm
A. 1,36 C. 1,34 E. 1,32
B. 1,20 D. 1,19
03. Pengukuran suatu benda dengan mikrometer
sekrup, memberikan pengukuran seperti gambar
di samping. Hasil pengukurannya adalah….mm
A. 4,45 C. 4,46 E. 4,96
B. 4,20 D. 4,19
04. Pengukuran suatu benda dengan mikrometer
sekrup, memberikan pengukuran seperti gambar
di samping. Hasil pengukurannya adalah….mm
A. 2,50 C. 4,20 E. 4,04
B. 4,12 D. 4,62

1
Angka Penting
Angka yang didapat dari hasil pengukuran terdiri atas angka pasti dan satu
angka taksiran. Angka-angka hasil pengukuran tersebut, baik angka pasti
maupun angka taksiran disebut Angka Penting.
Aturan-aturan Angka Penting (AP)
– Semua angka bukan angka nol adalah angka penting.
12,3 → 3 AP sesuai dengan 1,23.101 → 3 AP
Angka paling belakang yang bukan angka nol adalah angka taksiran
– Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan angka nol adalah angka
penting.
12,03 → 4 AP sesuai dengan 1,203.101 → 4 AP
– Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan angka nol setelah
koma desimal adalah angka penting.
123,00 → 5 AP sesuai dengan 1,2300.102 → 5 AP
2
123,000 → 6 AP sesuai dengan 1,23000.10 → 6 AP
– Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan angka nol adalah
bukan angka penting jika tidak ada koma desimal.
12300 → 3 AP sesuai dengan 1,23.104 → 3 AP
– Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan angka nol adalah angka
penting jika ada tanda garis bawah.
12300 → 5 AP sesuai dengan 1,2300.104 → 5 AP
angka 0 yang berada antara angka 3 dan 0 merupakan angka penting
angka 0 yang digarisbawahi merupakan angka taksiran
12,300 → 4 AP sesuai dengan 1,230.101 → 4 AP
angka 0 yang berada paling belakang bukan angka penting
– Semua angka nol yang terletak di depan angka bukan angka nol (pada bilangan
desimal < 1) adalah bukan angka penting.
0,01230 → 4 AP sesuai dengan 1,230.10–2 → 4 AP
– Dalam notasi ilmiah, semua angka sebelum orde pangkat adalah angka penting.
1,20.105 → 3 AP
5
1,200.10 → 4 AP
1200.105 → 4 AP
1
1230.10 → 4 AP sesuai dengan 1,230.104 → 4 AP
12300 → 3 AP
– Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dengan angka-angka penting hanya
boleh terdapat satu angka taksiran saja.
2,34 + 0,345 = 2,685 = 2,69
Angka 4 dan 5 sebagai angka taksiran (huruf tebal)
Angka hasil 8 dan 5 sebagai angka taksiran (huruf tebal)
2,34 + 0,335 = 2,675 = 2,68
– Hasil operasi perkalian dan pembagian hanya boleh memiliki angka penting
yang paling sedikit.
8,141 x 0,22 = 1,79102 = 1,8
– Hasil operasi pemangkatan dan pengakaran hanya boleh memiliki angka penting
sebanyak yang dipangkatkan atau diakarkan.
(2,4)2 = 5,76 = 5,8 atau √6,25 = 2,5 = 2,50

2
“Jika jumlah angka penting dalam hasil penambahan atau pengurangan
harus dikurangi, ada aturan umum untuk membulatkan angka, yang
menyatakan bahwa digit terakhir yang dipertahankan harus ditingkatkan
sebesar 1 jika angka terakhir yang dijatuhkan lebih besar dari 5. Jika digit
terakhir yang dijatuhkan kurang dari 5, digit terakhir tetap seperti apa
adanya. Jika angka terakhir yang dijatuhkan sama dengan 5, digit yang
tersisa harus dibulatkan ke angka genap terdekat. (Ini membantu
menghindari akumulasi kesalahan dalam proses aritmatika yang panjang.)”
(Serway, R.A, 2010, Physics for Scientists and Engineers 8th Edition)
2,33 + 0,335 = 2,665 = 2,66
2,34 + 0,335 = 2,675 = 2,68
Dalam situasi di mana data diketahui tiga digit signifikan, kami menulis 6,379 m
= 6,38 m dan 6,374 m = 6,37 m. Ketika angka berakhir pada 5, kita secara
sewenang-wenang memilih untuk menulis 6,375 m = 6,38 m. Kita bisa juga
menulis 6,375 m = 6,37 m, "membulatkan ke bawah" alih-alih "mengumpulkan,"
karena kita akan mengubah angka 6,375 dengan kenaikan yang sama dalam kedua
kasus. Sekarang pertimbangkan perkiraan urutan-besarnya, di mana kami
mempertimbangkan faktor daripada kenaikan. Kami menulis 500 m ~ 103 m
karena 500 berbeda dari 100 dengan faktor 5 sementara itu berbeda dari 1.000
hanya dengan faktor 2. Kami menulis 437 m ~ 103 m dan 305 m ~ 102 m. Berapa
jarak yang berbeda dari 100 m dan dari 1.000 m oleh faktor-faktor yang sama,
sehingga kita dapat memilih untuk mewakili urutan besarnya baik sebagai ~ 102
m atau ~ 103 m?

Contoh soal :
01. Sebuah pita diukur, ternyata lebarnya 12,3 mm dan panjangnya 125,5 cm.
Luas pita tersebut mempunyai angka penting sebanyak..
A. 6 B. 5 C. 4 D. 3 E. 2
02. Selembar karpet dengan panjang 12,71 m dan lebar 3,46 m, akan dipasang di
ruang tamu. Tentukan luas karpet menurut aturan angka penting adalah.….m 2
A. 43,9766 B. 43,97 C. 43,98 D. 43,9 E. 44,0
03. Selembar kertas mempunyai panjang 20,01 cm dan lebar 10,1 cm. Menurut
aturan angka penting, maka luas kertas tersebut adalah …..cm 2
A. 202 B. 202,1 C. 202,10 D. 202,101 E. 200

3
Ketidakpastian Pada Pengukuran
Semua cabang ilmu pengetahuan baik ilmu sosial maupun ilmu eksakta
umumnya selalu memerlukan pengamatan untuk memahami segala sesuatu yang
berhubungan dengan ilmu tersebut. Ilmu eksakta khususnya Fisika, pengamatan
atas suatu besaran umumnya berupa pengamatan kuantitas atau pengukuran. Hasil
pengukuran yang diperoleh diolah dan disintesiskan menjadi sebuah model atau
teori atas suatu gejala alam. Model atau teori tersebut harus dapat menerangkan
atau meramalkan suatu peristiwa sama tetapi dalam kondisi yang berbeda. Contoh
pada percobaan bandul matematis di bumi, hasil percobaan diperoleh model atau
persamaan yang dapat menentukan nilai gravitasi bumi dengan cara mengukur
panjang tali dan menentukan periode ayunan bandul tersebut. Persamaan tersebut
dapat digunakan juga untuk menentukan gravitasi di planet Mars melalui desain
percobaan yang sama.
Hasil pengamat dan pengukuran dapat dijadika model atau teori, lalu
digunakan untuk meramalkkan suatu peristiwa di alam yang diuji kebenaran
dengan melalui percobaan baru. Percobaan baru dapat berperan sebagai balikan
terhadap suatu model atau teori, jika hasil pengukuran pada suatu percobaan baru
tidak sesuai dengan teori, maka gugurlah teori tersebut. Jadi pengukuran
memegang peranan penting sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu
ilmu.
Ketidakpastian pengukuran didefinikan sebagai suatu perbedaan antara
harga yang terukur dengan harga sesungguhnya/yang benar (x 0) atau selisih harga
antara harga terukur dengan nilai rata-rata sekelompok hasil pengukuran.
Berdasarkan dari jenisnya, istilah ketidakpastian terdiri atas tiga macam yaitu:
a. Ketidakpastian alat, yaitu kemampuan alat dalam melakukan pengukuran
secara baik dan benar. Ketidakpastian alat merupakan batas terbesar atau
terkecil dari nilai rentang pengukuran alat.
b. Ketidakpastian ukur, yaitu ketidakpastian yang terbawa sebagai akibat
pengukuran langsung dari perlakuan secara berulang pada benda yang sama
dan menggunakan alat ukur yang sama pula.
c. Ketidakpastian hasil ukur, yaitu ketidakpastian yang disertakan pada hasil
pengukuran.

A. Hasil Pengukuran Selalu Dihinggapi Ketidakpastian


Pengukuran suatu besaran fisis umumnya tidak untuk diri sendiri tetapi
diteruskan ke dunia luar agar orang lain dapat memanfaatkan hasil pengukuran
tersebut. Karena pengukuran untuk dunia luar, maka
1. Bagaimanakah cara melaporkan hasil pengukuran itu ?
2. Apakah jaminan hasil pengukuran itu tidak salah ?
3. Jika kurang tepat, berapakah simpangannya ?
4. Sampai seberapa jauh hasil pengukuran dapat dipercaya ?
Pelaporan hasil pengukuran umumnya menggunakan lambang besaran
yang diukur dan menggunakan bilangan untuk melaporkan hasil pengukuran. Dari
hasil pengukuran juga memerlukan satuan untuk melaporkannya dan umumnya
menggunakan satuan Sistem Internasional (SI) sebagai standar pelaporan satuan.
Misal : pengukuran tebal papan kayu menggunakan jangka sorong yaitu : 2,43

4
Penulisan pelaporan pengukuran yaitu : t = 2,43 cm
t adalah lambang besaran fisika yang diukur, angka 2,43 adalah hasil pengukuran,
dan cm adalah satuan besaran yang diukur.
Hasil pengukuran tersebut belum dapat memberikan jaminan bahwa hasil
pengukuran tersebut tepat tanpa suatu ketidakpastian atau kesalahan. Nilai hasil
pengukuran 2,43 cm jika diukur ulang maka ada kemungkinan memperoleh nilai
yang berbeda, misal 2,44 cm atau 2,42 cm. Jika memperoleh hasil pengukuran
yang sama, maka orang lain belum tentu juga memperoleh hasil yang sama walau
menggunakan alat yang serupa dan dalam kondisi lingkungan yang serupa. Ini
berarti hasil pengukuran tidak seluruhnya terjamin ketepatanya.
B. Beberapa Jenis Ketidakpastian
Oleh karena ketidakpastian (ralat) merupakan penyimpangan nilai
ukur dari nilai benar, beberapa penyebab ketidakpastian pengukuran yaitu :
1. Pengukur (pengamat).
2. Alat ukur sendiri.
3. Faktor lingkungan dan sekitarnya.
4. Benda (obyek) yang ukur.
5. Kondisi pengukur (pengamat).
6. Model teoritis (konsep)
Sumber ketidakpastian (ralat) di atas dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam pengukuran. Dalam pengukuran besaran fisika menggunakan
alat ukur atau instrumen, hasilnya tidak mungkin memperoleh nilai yang benar.
Namun, selalu mempunyai ketidakpastian yang disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran dapat
digolongkan menjadi 3 kesalahan yaitu : kesalahan umum, kesalahan acak dan
kesalahan sistematis. Beberapa jenis kesalahan pengukuran yaitu:
a. Kesalahan umum atau keteledoran (grass error). Kesalahan ini kebanyakan
disebabkan oleh manusia dalam hal ini sebagai pengukur atau pengamat
karena faktor kurang terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipakai.
Selama manusia terlibat dalam pengukuran baik langsung maupun tidak
langsung, kesalahan jenis ini tidak dapat dihindari, namun jenis kesalahan
ini tidak mungkin dihilangkan begitu saja secara kesuluruhan dan harus ada
usaha untuk mencegah dan memperbaikinya. Beberapa contoh yang
termasuk kesalahan umum antara lain:
1) kekeliruan dalam penaksiran dan pencatatan skala.
2) kekurangan keterampilan menggunakan alat
3) kalibrasi tidak tepat.
4) kesalahan dalam membaca skala.
5) posisi mata saat membaca skala yang tidak benar.
6) kesalahan dalam penyetelan yang tidak tepat.
7) pemakaian dan penguasaan instrumen yang tidak sesuai.
8) kurang tajamnya mata membaca skala yang halus.
9) pengaturan atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat
10) metode yang salah dan sebagainya.
Kesalahan umum yang fatal dan sering terjadi adalah bagi
pengamat/pengukur pemula yang baru menggunakan instrumen sehingga
dalam memakai instrumen tersebut menjadi tidak punya keahlian dan

5
bahkan rusak karena faktor penggunaan yang salah total. Pada umumnya
instrumen-instrumen yang menggunakan jarum penunjuk berubah kondisi
sampai batas tertentu setelah digunakan dalam mengukur sebuah rangkaian
yang lengkap dan kompleks, sehingga akibatnya besaran yang diukur akan
berubah pula. Kebanyakan instrumen sekarang ini yang masuk dalam
laboratorium sains berbasis teknologi tinggi serta memerlukan keterampilan
dan pengetahuan yang luas
Pengukuran dengan menggunakan alat di atas memerlukan
keterampilan yang sangat tinggi, sebab banyak hal yang perlu diperhatikan
sebelum menggunakan alat ini antara lain, alat tersebut peletakannya di
tempat yang gelap dalam pengamatan dan harus berada di meja mendatar,
cara membaca skala termasuk noniusnya harus dikuasai, teknik memutar
dan menggerakkan teleskop, meja prisma, okuler dan sebagainya harus
diketahui, teknik pemasangan kisi antara celah harus jelas, fungsi dan
bagian-bagian alat perlu dijelaskan dan sebagainya.
b. Kesalahan acak (random error), yaitu kesalahan yang tidak disengaja dan
tidak dapat dikendalikan atau diatasi semuanya sekaligus dalam pengukuran
karena adanya sedikit fluktuasi gangguan kecil (naik turun) pada kondisi-
kondisi pengukuran. Kesalahan acak juga menghasilkan hamburan data di
sekitar nilai rata-rata. Data mempunyai kesempatan yang sama menjadi
positif atau negatif. Sumber kesalahan acak sering tidak dapt diidentifikasi.
Kesalahan acak sering dapat dikuantitasi melalui analisis statistik, sehingga
efek kesalahan acak terhadap besaran atau hukum fisika dapat ditentukan.
Kesalahan acak dapat juga dihasilkan dari ketidakmampuan pengamat
untuk mengulangi pengukuran secara presisi. Ada metode statistik baku
untuk mengatasi kesalahan acak. Hal ini dapat memberikan simpangan baku
untuk serangkaian bacaan, tetapi ketika jumlah bacaan tidak terlalu besar
maka metode ini jadi bermanfaat untuk mendapatkan nilai pendekatan dari
kesalahan tanpa melakukan analisis statistik formal, yaitu perbedaan mutlak
antar nilai individual dan nilai rata-rata. Ini merupakan faktor yang dapat
mengubah dalam waktu yang sangat cepat sehingga pengontrolannya di luar
kemampuan pengamat. Selain kesalahan pengamat di atas, kondisi
lingkungan yang tidak menentu bisa menyebabkan kesalahan pengukuran.
Kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh kondisi lingkungan disebut
kesalahan acak.
Yang termasuk kesalahan acak antara lain:
1) Terjadinya fluktuasi tegangan listrik, misalnya sumber tegangan dari
PLN atau generator AC dan bahkan aki (baterai), hal ini dapat
mengalami fluktuasi akibat perubahan kecil yang tidak teratur dan berlalu
sangat cepat.
2) Terjadi bising elektronik (noice), berupa fluktuasi pada tegangan dalam
alat yang sangat cepat karena komponen alat yang bergantung pada suhu.
3) Gerak Brown molekul udara (N2, O2, CO2 dan lain-lain), gerak ini
sifatnya rambang karena sewaktu-waktu tidak dapat ditentukan dan tidak
teratur kapan terjadinya fluktuasi misal pada kondisi penunjukan jarum
pada galvanometer yang sangat halus terganggu akibat tumbukan
molekul udara, fluktuasi-fluktuasi kecil pada saat pengukuran nisbah e/m
(perbandingan muatan dan massa elektron), dan sebagainya.

6
4) Radiasi latar-belakang, misal radiasi gelombang elektromagnetik hand
phone, sinar X, kamera digital, radiasi kosmos dari luar angkasa, radiasi
gelombang radio, radiasi dari sebuah antena dan sebagainya. Beberapa
radiasi ini dapat menggangu pengukuran dengan menggunakan alat
pencacah karena akan terhitung sewaktu kita mengukurnya.
5) Getaran landasan, misal pada alat pengukur gempa (seismograf). Alat ini
sangat peka dan dapat terganggu apabila landasan telah bergetar.
c. Kesalahan sistematik (systematic error) yaitu kesalahan yang disebabkan
pada alat ukur sendiri. Kesalahan sistematik juga merupakan kesalahan
yang sebab-sebabnya dapat diidentifikasi dan secara prinsip dapat
dieliminasi. Kesalahan sistematis akan menghasilkan setiap bacaan yang
diambil menjadi salah dalam satu arah. Kesalahan sistematis dapat
menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari hasil sebenarnya dan
simpangan tersebut mempunyai arah tertentu. Beberapa contoh kesalahan
sistematis antara lain:
1) kesalahan titik nol, artinya kesalahan yang terjadi karena titik nol skala
tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk, atau jarum penunjuk
pada alat ukur tidak kembali tepat pada angka nol. Bila sudah diatur
maksimal tetapi tidak tepat pada skala nol, maka untuk mengatasinya
harus diperhitungkan selisih kesalahan tersebut setiap kali melakukan
pembacaan skala.
2) adanya penafsiran nilai skala terkecil (least count) yang ditimbulkan oleh
keterbatasan alat ukur tersebut.
3) adanya ketidakteraturan obyek ukur menyebabkan kesalahan hasil
pengukuran.
4) kesalahan kalibrasi (faktor alat), kesalahan ini terjadi pada saat pembuat -
an produk dimana cara memberi nilai skala alat tidak sesuai sehingga
berakibat setiap kali alat digunakan. Hal ini dapat diketahui dengan cara
membandingkan alat yang tidak sesuai skalanya dengan alat standar yang
baku.
5) kelelahan alat, dikarenakan alat sering dipakai terus menerus sehingga
tidak akurat lagi hasilnya dan bahkan tidak berfungsi kembali dengan
baik. Contohnya pegas yang mulai mengendur dan melembek pada
percobaan konstanta pegas, jarum penunjuk pada voltmeter bergesekan
dengan garis skala, penggunaan baterai sebagai sumber tegangan pada
multimeter digital yang kalah dan haus, melemahnya pegas yang
digunakan pada neraca pegas sehingga dapat memengaruhi gerak jarum
penunjuk dan sebagainya.
6) kondisi saat mengukur dan mengamati atau sering disebut kesalahan
karena lingkungan (environmental errors). Penggunaan alat ukur pada
saat keadaan yang berbeda dengan keadaan pada waktu alat dikalibrasi
(misal efek perubahan suhu, kelembaman udara, tekanan udara luar,
ruang yang berbeda, medan elektromagnetik) akan menyebabkan
terjadinya kesalahan. Kesalahan karena lingkungan (environmental
errors) yakni jenis kesalahan akibat dari keadaan luar yang berpengaruh
terhadap instrumen seperti contoh tersebut.
7) kesalahan paralaks (arah pandang), pada saat membaca nilai skala,
pengamat berpindah tempat/tidak tepat melihatnya/obyek yang dilihat

7
berbeda dengan obyek pertama yang diamati sehingga menyebabkan
hasil pengukurannya berbeda dari keadaan awal.
8) Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
9) Waktu respon yang tidak tepat, artinya waktu pengukuran (pengambilan
data) tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya
diukur, sehingga data yang diperoleh bukan data yang sebenarnya.
Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu beban yang
digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu
yang diukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat
menekan tombol stopwatch saat kejadian berlangsung.
10) Kondisi alat yang tidak sesuai spesifikasi,
Dari beberapa sumber kesalahan baik kesalahan dari pengamat, alat
ukur maupun kondisi lingkungan, semuanya harus diketahui terlebih dahulu
sebelum melakukan percobaan dan harus dicegah. Namun mengelakkanya
sama sekali jelas tidak mungkin karena ini di luar kemampuan manusia yang
terbatas. Sehingga kenyataan ini akan berpengaruh bahwa tidak ada hasil
pengukuran yang benar-benar 100%, tidak ada yang pasti dan sempurna,
melainkan pasti memiliki sifat keterbatasan. Inilah alasan kita sebagai
pengamat (pengukur), mengapa pengukuran itu selalu dihinggapi
ketidakpastian.
Sumber kesalahan sistematis secara umum antara lain :
• Kesalahan Alat
• Kesalahan Pengamatan
• Kesalahan Lingkungan
• Kesalahan Teoretis

Konsep pengukuran suatu besaran merupakan kegiatan


membandingkan besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan
sebagai satuan. Akurasi pengukuran berhubungan dengan kesalahan sistematik.
Pengukuran dikatakan akurat jika kesalahan sistematik kecil. Presisi
pengukuran berhubungan dengan kesalahan acak atau random. Pengukuran
dikatakan presisi jika kesalahan acak kecil. Untuk mengukur panjang suatu
benda dapat digunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
Pengunaan alat ukur panjang harus disesuaikan dengan benda yang akan
diukur.

 Akurasi (ketelitian) adalah ukuran yang menyatakan nilai maksimum


keseluruhan eror yang diperkirakan muncul dalam pengukuran suatu
variabel
- Akurasi biasanya dinyatakan sebagai inakurasi (ketidaktelitian)
- Akurasi didefinisikan sebagai kedekatan dari kesesuaian antara hasil
pengukuran dengan nilai benar besaran ukur
- Akurasi merupakan suatu konsep kualitatif
- Ketelitian adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari
nilai yang diukur terhadap nilai benar x0.
 Ketepatan (akurasi) adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan
hasil pengukuran yang sama. Dengan memberikan suatu nilai tertentu pada

8
besaran fisis, ketepatan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
perbedaan hasil-hasil pengukuran pada pengukuran berulang.

 Akurasi dinyatakan dalam bentuk variabel yang diukur


- Dalam bentuk persentase terhadap pembacaan skala penuh (Full
Scale/FS)
- Dalam bentuk persentase terhadap span (kisaran/range pengukuran)
- Dalam bentuk persentase terhadap nilai pembacaan

o Akurasi + 2oC menyatakan adanya ketidak pastian sebesar + 2oC dalam


setiap nilai suhu yang diukur
o Akurasi + 0,5% FS (Full Scale) pada sebuah volmeter yang mempunyai
kisaran skala penuh 5 volt, berarti dalam setiap pengukuran terdapat
ketidakpastian sebesar + 0,025 volt.
o Akurasi +3% untuk kisaran pengukuran tekanan antara 20 – 50 psi
adalah (0,03)(50-20)psi = 0,9 psi
o Akurasi +2% dari pembacaan pada hasil pengukuran 2 volt menyatakan
ketidakpastian sebesar +0,04 volt.

 Presisi (ketepatan) adalah tingkat kedekatan antara hasil pengukuran


individual dan nilai rata-ratanya
- Presisi adalah kedekatan dari kesesuaian antar hasil pengukuran bebas
yang dilakukan dalam kondisi tertentu.
- Presisi berhubungan dengan distribusi kesalahan acak, tidak
berhubungan dengan kedekatan terhadap nilai benar x0

 Sensitivitas (Kepekaan) adalah ukuran yang menyatakan hubungan antara


perubahan keluaran dan perubahan masukan sensor
- Dinyatakan oleh fungsi alih
- Kepekaan adalah ukuran minimal yang masih dapat dikenal oleh
instrumen/alat ukur.
- Contoh: sensitivitas sebuah sensor suhu, 10 mV/oC .

 Resolusi adalah perubahan variabel masukan terkecil yang dapat diukur


- Dinyatakan sebagai persentase terhadap kisaran skala penuh
- Threshold adalah masukan terkecil yang dapat diukur.

 Linieritas didefinisikan sebagai simpangan maksimum kurva kalibrasi


terhadap suatu garis lurus.
- Linieritas didefinisikan sebagai simpangan maksimum kurva kalibrasi
terhadap suatu garis lurus.

 Histerisis adalah perbedaan nilai pembacaan sensor untuk suatu nilai


masukan tertentu bila nilai masukan tersebut didekati dari nilai yang lebih
rendah dan yang lebih tinggi.
- Histerisis dinyatakan sebagai persentase deviasi maksimum (antara
kurva naik dan kurva turun) terhadap nilai skala penuh.

9
C. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan
sekali saja. Pada pengukuran tunggal, nilai yang dijadikan pengganti nilai
benar adalah hasil pengukuran itu sendiri. Sedangkan ketidakpastiannya
diperoleh dari setengah nilai skala terkecil instrumen yang digunakan. Pada
pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya (Δx) disebut ketidakpastian
mutlak. Semakin kecil ketidakpastian mutlak yang dicapai pada pengukuran
tunggal, maka hasil pengukurannya pun makin mendekati kebenaran. Nilai
ketidakpastian tersebut juga menentukan banyaknya angka yang boleh
disertakan pada laporan hasil pengukuran. Bagaimana cara menentukan
banyaknya angka pada pengukuran berulang?. Cara menentukan banyaknya
angka yang boleh disertakan pada pengukuran berulang adalah dengan mencari
ketidakpastian relatif pengukuran berulang tersebut. Ketidakpastian relatif
dapat ditentukan dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai
rata-rata pengukuran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
Ketidakpastian Relatif (KR) =
Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, dapat digunakan aturan
yang telah disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya angka yang
boleh disertakan dalam laporan hasil pengukuran berulang. Aturan banyaknya
angka yang dapat dilaporkan dalam pengukuran berulang adalah sebagai
berikut.
Misalnya : panjang sebuah benda diukur menggunakan mistar. Ketidakpastian
Pengukuran Tunggal, ketidakpastian pengukuran, kesalahan pengukuran,
penyebab kesalahan pengukuran, mengetahui pengukuran salah

0 1 mistar
1 mm

Gambar 2.1 Panjang suatu benda yang diukur dengan


menggunakan mistar
Pada gambar 2.1 di atas panjang ujung benda terlihat pada tanda 0,7
cm lebih sedikit. Berapa nilai lebihnya? Ingat, skala terkecil mistar adalah 1
mm. Telah disepakati bahwa ketidakpastian pada pengukuran tunggal
merupakan setengah skala terkecil alat. Jadi, ketidakpastian pada pengukuran
tersebut adalah sebagai berikut.
x = 0,7 cm
∆x = ½ skt = 0,5 x 1 mm = 0,5 mm = 0,05 cm
 x  5
KR   100%   7,14%
 x  0,7
Karena nilai ketidakpastiannya 0,05 cm, maka nilai Kesalahan Relatif hasil
pengukuran KR = (0,05/0,7)x100% = 7,14%. Artinya, nilai x harus mempunyai
3 Angka Penting (AP) dan penulisan ketidakpastian harus menyesuaikan
dengan Angka Penting x. Karena ujung benda lebih sedikit dari 0,7 cm, maka
nilai taksirannya adalah 0 di belakang angka 7. Jadi, pengukuran benda
menggunakan mistar tersebut dapat dilaporkan sebagai berikut.

10
Panjang benda (x)
x0 = x ± Δx = (0,700 ± 0,050) cm
Arti dari laporan pengukuran tersebut adalah kita tidak tahu nilai x (panjang
benda) yang sebenarnya. Namun, setelah dilakukan pengukuran sebanyak satu
kali kita mendapatkan nilai 0,7 cm lebih sedikit atau antara 0,65 cm sampai
0,75 cm. Secara statistik ini berarti ada jaminan 100% bahwa panjang benda
terdapat pada selang 0,65 cm sampai 0,75 cm atau (0,65 ≤ x ≤ 0,75) cm.
Pengunaan alat ukur panjang harus disesuaikan dengan benda yang akan diukur
dan penentuan ketidakpastian pengukuran dapat menggunakan nilai skala
terkecil alat. Setiap pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian dan penentuan
jumlah Angka Penting pengukuran dapat memgunakan Kesalahan Relatif (KR)

D. Pengukuran Berulang
Dalam praktikum fisika, terkadang pengukuran besaran tidak cukup
jika hanya dilakukan satu kali. Ada kalanya kita mengukur besaran secara
berulang kali (2 atau 3 kali saja) dan pengulangan yang cukup sering yaitu 10
kali atau lebih. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai terbaik dari
pengukuran tersebut. Sehingga, pengukuran berulang adalah pengukuran yang
dilakukan beberapa kali atau berulang-ulang (2 atau 3 kali dan bahkan 10 kali
atau lebih dari itu). Dalam pengukuran berulang, pengganti nilai benar adalah
nilai rata-rata dari hasil pengukuran. Jika suatu besaran fisis diukur sebanyak N
kali, maka nilai rata-rata dari pengukuran tersebut dihitung. Agar mendapatkan
hasil pengukuran yang akurat, dapat dilakukan pengukuran secara berulang.
Lantas bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran berulang? Pada
pengukuran akan mendapatkan hasil pengukuran sebanyak n kali. Berdasarkan
analisis statistik, nilai terbaik untuk menggantikan nilai benar x 0 adalah nilai
rata-rata dari data yang diperoleh ( ). Sedangkan untuk nilai ketidakpastiannya
(Δx) dapat digantikan oleh nilai simpangan baku nilai rata-rata sampel. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.

 (x n x i   xi   x 
2 2
 x)2 1
x 
i
 dan KR   100%
n(n  1) n n 1  x 

Jika menggunakan persamaan pertama

x 
 (x  x )
i
2

n(n  1)
Contoh : Pengukuran berulang Hambatan Listrik
No V (volt) I (A) R = V/I (Ω)
1 1,5 0,03 50,00 0,50 0,2497
2 2,0 0,04 52,63 2,13 4,5451
3 3,0 0,06 48,39 2,11 4,4629
4 4,2 0,08 52,50 2,00 4,0014
5 4,8 0,10 48,98 1,52 2,3106
∑ 252,50 15,5696

11
R
R i 252,5
  50,499654
n 5

R 
 ( Ri  R )2  15,5696  0,778481462  0,882316
n(n  1) 5(5  1)
 R   0,882316 
KR   100%   100%  1,7472 % hasilkan 3 AP
 R   50,499654 
R  R  R   50,5  0,9  
Jika menggunakan persamaan kedua
n Ri    Ri 
2 2
1
R 
n n 1
No V (volt) I (A) Ri = V/I (Ω) R2
1 1,5 0,030 50,00 2500,00
2 2,0 0,038 52,63 2770,08
3 3,0 0,062 48,39 2341,31
4 4,2 0,080 52,50 2756,25
5 4,8 0,098 48,98 2399,00
∑ 252,50 12766,64
 Ri   63755,3751
2
R  50,49965351
1 5 12766,6447    63755,3751
R   0,882316
5 4
 R   0,882316 
KR   100%   100%  1,7472 % 3 AP
 R   50,499654 
R  R  R   50,5  0,9  

E. Ketidakpastian pada fungsi satu perubah


Ketidakpastian pada suatu fungsi yang mempunyai satu variabel.
 dy 
y   x
 dx 
Misal ketidakpastian pada volume suatu kubus, yaitu
maka atau atau
Untuk pengukuran satu kali, maka ∆x = ½ skt dan V = x3
1. , ,
2. , ,
3. , ,
4. , ,
5. ,
6. ,

12
10
dy log e 1 1 1
  e  
dx x  log10 x  ln10 x x ln10
Contoh :
Diameter kawat silinder didapati d = (2,00 ± 0,05) mm. Berapakah
ketidakpastian pada penampangnya ?
d 2 A d 0, 05
A maka 2 2  0, 05
4 A d 2, 00
 A 
KR   100%   0, 05100%  5% 3 angka penting
 A 
 (2) 2
A    3,1419 dan A  0,05xA  0,05x3,1416  0,15708
4
Penulisan luas penampang yaitu
A = (3,14 ± 0,16) mm2

F. Ketidakpastian pada fungsi dua perubah atau lebih


Ketidakpastian pada suatu fungsi yang mempunyai dua variabel atau
lebih dengan ditentukan melalui 3 jenis pengukuran, yaitu pengukuran tunggal,
pengukuran berulang, atau berupa gabungan pengukuran tunggal dan
pengukuran berulang.
1. Pengukuran tunggal
z z z
z  x  y atau z   xi dengan i = 1, 2, 3, ...
x y xi
dengan Δx dan Δy berupa ½ nilai sekali terkecil( ½ nst )
Contoh :
a. z  2 x  y
z z 2x  y
 2 dan z  1 sehingga 
x y z 2x  y
b. z  2 x  y 2

z z z 2x  2 yy
 2 dan  2y sehingga 
x y z 2x  y 2
c. z  2 x y
m n

z z m n1 z 2mxm1 y n x  2nx m y n1y


m1 n
 2mx y dan  2 nx y sehingga 
x y z 2xm y n
z mx ny
 
z x y

2. Pengukuran berulang
2 2
z z
2
z
z   x    y    xi 
2 2
atau z 
2
dengan i = 1, 2,...
x y xi
dengan Δx dan Δy berupa nilai standar deviasi

13
 (x  x ) n xi    xi 
2 2
2
1
x  i
atau x 
n(n  1) n n 1

3. Gabungan pengukuran tunggal dan berulang


dengan data x satu kali ukur dan y beberapa kali ukur.
Δx berupa ½ nilai sekali terkecil( ½ nst )
Δy berupa nilai standar deviasi
2
z  2x  z
2 2

z     y 
2

x  3  y

G. Cara Menentukan Garis Lurus Melalui Sejumlah Titik Perconbaan


Metode Kuadrat Terkecil
1.1 Menentukan garis lurus terbaik y  mx  n
Nilai terbaik suatu besaran antara sekumpulan nilai lain adalah nilai yang
sedemikian rupa sehingga jumlah simpangan semua nilai terhadapnya, setelah
masing – masing dikuadratkan, menjadi sekecil – kecilnya.
N   x i yi    x i  yi  x i2  yi   x i   x i yi 
m dan n
N x i2    x i  N x i2    x i 
2 2

1.2 Ketidakpastian pada m dan n



 x i2   yi   2 x i   x i yi  yi  N   x i yi  
2 2
1 
sy 
2
 yi 
2 
N 2   i  i  
2

 N x 2
 x 
N s 2y s 2y  x i2
m  dan n 
N x i2    x i  N x i2    x i 
2 2

2
 z   z 
2

z     x      y 
2 2

 x   y 
Contoh :
Pengukuran periode dan panjang tali pada percobaan bandul matematis, sebagai
berikut : Panjang Tali = ℓ dan Periode Ayunan = T
ℓ (m) T (s) T2 (s2) ℓ2 T4 ℓT2
No 2 2
x y x y xy
1 0,50 2,58 6,6564 0,2500 44,3077 3,3282
2 0,55 2,64 6,9696 0,3025 48,5753 3,8333
3 0,60 2,68 7,1824 0,3600 51,5869 4,3094
4 0,65 2,72 7,3984 0,4225 54,7363 4,8090
5 0,70 2,75 7,5625 0,4900 57,1914 5,2938
6 0,75 2,78 7,7284 0,5625 59,7282 5,7963
7 0,80 2,80 7,8400 0,6400 61,4656 6,2720
∑x ∑y ∑ x2 ∑ y2 ∑(xy)
4,55 51,3377 3,0275 377,5914 33,6419

14
N   x i yi    x i  yi 7  33,6419    4,55  51.3377  1,9070
m    3,891786
N x i2    x i  7  3,0275   4,55 
2 2
0, 4900

n
 x  y   x   x y   3,027551.3377    4,5533,6419   2,3541  4,804296
2
i i i i i

N x    x  7  3,0275   4,55 
2 2
2 0, 4900
i i

 x  y  2 x

     x y  y  N   x y  
2 2 2
1 
    
2 2 i i i i i i i i
s y
N 2  N x    x  
y i 2
2
   i i

1  7979,1562  15716,6037  7922,4562  


s y2  377,5914   
5  21,1925  20,7025 
1 1
s y2   377,5914  377,5687    0,0226  0,004527783
5 5

N s 2y 0,03169448 0,03169448
m     0,254328
N x i2    x i  21,1925  20,7025
2
0,4900

s 2y  x i2 0,013707862 0,013707862
n     0,167258
N x i2    x i  21,1925  20,7025
2
0,4900

4π 2 4π 2
T  2π atau T2  atau T2  m dan g
g g m
 g   g 
2 2

  m      n 
2 2
g  
 m   n 
 m   m 
2 2 2 2
 4π 2   4π 2 
g    2   m    0   n      g 
2 2 2 2
 
 m   m  m2 m2

g  m  m
2

   
g  m  m

15
4  22 
2
4π 2 1936
g    10,152204 m/s 2
m  7   3,891786  190, 697514
2

g m 0,254328
   0, 0653499
g m 3,891786
Kesalahan Relatif (KR)
g m
KR  x100%  x100%  0, 0653499x100%  6,53499%
g m
6,53499 % memberikan 3 Angka Penting (AP)
g   0,0653499 g   0,065349910,152204  0,6634455 m/s2
Pelaporan nilai gravitasi dari hasil perhitungan
g   g  g   10,2  0,7  m/s2
Kesalahan dari nilai kenyataan gravitasi di suatu lokasi di kota Surakarta, yaitu
Ketinggian kota Solo 110 m dari permukaan laut
GM  6,6740.10  5,97219.10 
-11 +24

g 2   9,797656 m/s2
 6.378.210
2
R
10, 2  9,8
KM  x100%  4,1%
9,8

16

Anda mungkin juga menyukai