OLEH:
Puji syukur kami haturkan kehadirat Ida sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Hyang Maha
Esa yang selalu melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Tugas yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Sistem Muskuloskeletal dan
Persarafan”. Penyusunan tugas ini adalah merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh
setiap mahasiswa untuk memenuhi persyaratan di dalam mencapai nilai yang bagus pada
mata kuliah Keperawatan Kritis Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa tugas ini masih banyak kekurangannya. Meskipun
demikian kami berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Hyang Maha Esa melimpahkan rahmat-
Nya kepada kita semua.
Penulis
Konsep Asuhan Keperawatan Kritis Pada Gangguan Sistem Muskuloskeletal (Open
Fraktur Os. Femur 1/3 Distal Dextra)
Dukungan Mobilasi
Observasi
Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah
sebelum memulai
mobilisasi
Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar tempat
tidur)
Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di sis
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis yang tepat , diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Potter dan Perry, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak dengan
klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subyektif dan obyektif dari
klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain. Selain itu, evaluasi juga dapat meninjau
ulang pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya pemulihan,
dan hasil yang diharapkan. (Potter dan Perry, 2010).
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
Alamat : Jalan Pulau Moyo No. 33, Pedungan Denpasar
Telp/Faksimile : (0361) 725273/724563
Laman (website) :www.poltekkes-denpasar.ac.id
Nyeri
Keluhan utama saat pengkajian :
Nyeri karena adanya luka pada paha kanan
Riwayat penyakit saat ini :
Pasien mengeluh paha sebelah kanan sakit terutama pada saat digerakan dan disertai keluaran darah.
Hasil wawancara diperoleh pasien tersebut mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 19 Januari
2022 pukul 18.30 WITA. Motor yang dikendarainya menabrak pembatas jalan sehingga terjatuh dan
menimpa bagian kaki kanan. Hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran komposmentis GCS 15,
tekanan darah 90/60mmHg, nadi 125x/menit, frekuensi nafas 28x/ menit. Pada paha yang sebelah
kanan tampak bengkak (mengalami perubahan bentuk) disertai luka terbuka dan mengeluarkan
darah.
Riwayat Allergi :
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi pada makanan, minuman atau obat – obatan.
Riwayat Pengobatan
Ceftriaxone 2 gr IV
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga:
Sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit. Di dalam anggota keluarga klien tidak ada
yang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan tulang seperti osteoporosis maupun asam urat.
Jalan Nafas : Paten
Nafas : Spontan
Obstruksi : Tidak
Ada
Gerakan dinding dada: Simetris
RR : 22 x/mnt
Irama Nafas : Normal
Pola Nafas : Teratur
Sesak Nafas : Tidak Ada
BREATHING
Sianosis : Tidak
CRT : > 2 detik
Akral : Dingin S: 36 C
Pendarahan : Ya, Lokasi: Femur
dextra
Turgor : Elastis
Diaphoresis: Ya
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: -
Suara jantung: S1 S2 reguler
IVFD : Ya Jenis cairan: Ringer Lactat
Masalah Keperawatan:
- Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan atau vena
ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, akral teraba dingin, warna kulit pucat.
- Risiko Hipovolemia dibuktikan dengan kehilangan cairan secara aktif
Kesadaran: Composmentis
GCS : Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Pupil : Isokor
Refleks Cahaya: Ada (+/+)
Refleks Muntah: Ada
Refleks fisiologis: Patela (+/-)
Refleks patologis : Babinzky (-/-) Kernig (-/-)
BRAIN
Bicara : Lancar
Tidur malam : 7 jam Tidur siang : 4 jam
Ansietas : Ada
Nyeri : Ada
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:
- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik berhubungan dengan (mis. trauma)
ditandai dengan adanya keluhan nyeri, tampak meringis, diaforesis.
Nyeri pinggang: Tidak
BAK : Lancar
Nyeri BAK : Tidak ada
BLADDER
Contusio : Tidak
Abrasi : Tidak
Penetrasi : Tidak
Laserasi : Ya Lokasi : di paha kanan
Edema : Tidak
Luka Bakar: Tidak
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka : luka terbuka dengan luas 25x10cm warna merah, berbau, tidak terdapat pus
Warna dasar luka: Merah
Kedalaman : 0,5-2 cm
Aktivitas dan latihan :3 Keterangan:
0; Mandiri
Makan/minum :0
1; Alat bantu
Mandi :2 2; Dibantu orang
lain 3; Dibantu
orang lain
Toileting :2 dan alat
4; Tergantung total
Berpakaian 2
Mobilisasi di tempat tidur 2
Berpindah 2
Ambulasi 2
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:
- Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas ditandai dengan
kerusakan jaringan dan lapisan kulit, nyeri, perdarahan.
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, program
pembatasan gerak, nyeri ditandai dengan kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)
menurun, gerakan terbatas
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Kepala dan wajah :
a. Rambut : Hitam, agak ikal, tebal, agak kotor
b. Mata : Bereaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri), konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada sekret pada
mata.
c. Hidung : Bersih, tidak ada sputum deviasi, tidak ada sekret, tidak ada
epistaksis, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak menggunakan oksigen
d. Telinga : Mampu mendengar dengan jelas pada jarak yang normal, tidak
ada nyeri, tidak ada sekret telinga, tidak ada pembengkakan, tidak menggunakan alat bantu
e. Mulut : Selaput mukosa lembab dan berwarna merah muda, bersih, gigi utuh,
agak kuning, dan bersih, gusi tidak bengkak, tidak ada bau mulut, bibir lembab dan berwarna
merah kehitaman
Leher :
Leher dan Tenggorokan : Posisi trakea simetris, tidak ada benjolan pada leher, tidak ada alat
HEAD TO TOE
yang terpasang, tidak ada nyeri waktu menelan, tidak ada pembesaran tonsil, vena jugularis tidak
menonjol, tidak ada obstruksi jalan nafas
Dada :
1. Dada dan Thorak : Bentuk simetris, pergerakan simetris dan sama kanan-kiri, tidak ada
luka, dan tidak menggunakan otot bantu pernapasan
a. Paru-Paru
1) Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka, tidak ada jejas,
nafas teratur
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, taktil fremitus kanan dan
kiri simetris
3) Perkusi : Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
4) Auskultasi : Suara irama jantung teratur, terdengar S1 & S2 normal, tidak
ada bunyi jantung tambahan.
Masalah Keperawatan:
1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan :
[ - ] kaca mata [ -] alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami :
[ - ] sering pusing, mudah lelah
[ - ] menurunnya sensitifitas terhadap panas dingin
[ - ] membaca/menulis
2. Persepsi diri
PsikoSosialKultural
Hal yang dipikirkan saat ini : keluarga pasien mengatakan ingin pasien cepat sembuh dan ingin
pasien agar segera bisa kembali pulang ke rumah
Harapan setelah menjalani perawatan : Keluarga pasien mengatakan ingin pasien dapat kembali
normal seperti sebelumnya.
Perubahan yang dirasakan setelah sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien tampak lebih
lemas dari sebelum sakit
Suasana hati : Baik, tenang dan tidak gelisah
pembuatan keputusan dalam keluarga : Keluarga
pola komunikasi : Terbuka, musyawarah
keuangan : [√ ] memadai[ ] kurang
3. Hubungan/komunikasi : verbal dan non verbal
a. Bicara
[-] jelas bahasa utama : Bahasa Indonesia
[ -] relevan bahasa daerah : -
[-] mampu mengekspresikan
[ -] mampu mengerti orang lain
b. Tempat tinggal
[ ] sendiri
[ √ ] bersama orang lain, yaitu anak, menantu
c. Kehidupan keluarga
adat istiadat yang dianut : Bali
pembuatan keputusan dalam keluarga : Keluarga
pola komunikasi : Terbuka, musyawarah
keuangan : [√ ] memadai [ ] kurang
d. Kesulitan dalam keluarga
[ - ] hubungan dengan orang tua
[ - ] hubungan dengan sanak keluarga
[ - ] hubungan dengan suami/istri
4. Kebiasaan Sosial
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
[ - ] fertilitas [ - ] menstruasi [ - ] libido
[ - ] kehamilan [ - ] ereksi [ - ] alat kontrasepsi
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual : Pasien mengatakan mengetahui dan mengerti fungsi
organ reproduksi
5. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan
[ ] sendiri [√ ] dibantu orang lain; sebutkan :keluarga
b. Yang disukai tentang diri sendiri : Tidak ada
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : keluarga pasien mengatakan ingin lebih menjaga
kesehatan pasien dan anggota keluarga lainnya.
d. Yang dilakukan jika sedang stress :
[ √ ] pemecahan masalah [ ] cari pertolongan
[ ] makan [ ] makan obat
[ ] tidur
[√] lain-lain (misalnya marah, diam dll) sebutkan keluarga pasien mengatakan jika sedang
stress pasien lebih sering pergi sendiri
Pemeriksaan Penunjang
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Trauma langsung Perfusi perifer tidak
Pasien mengeluh nyeri di paha efektif
kanan atas diarea luka terbuka Fraktur
DO :
Pasien tampak pucat Terapi Konservatif
CRT >3 detik
Akral teraba dingin
TTV:
Traksi
TD : 80/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36
Perfusi perifer tidak efektif
DS : Trauma langsung Gangguan integritas
Pasien mengeluh merasakan nyeri jaringan
di paha kanan atas diarea luka Fraktur
terbuka
DO : Luka terbuka
Terdapat luka terbuka di paha
kanan atas pasien, luas luka
25x10cm dengan kedalaman luka
Kerusakan integritas kulit
±0,5 sampai 2cm.
Terjadi perubahan bentuk di area
paha
DS : Trauma langsung Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri
P : Nyeri dirasakan saat pasien Fraktur
menggerakkan kaki kanannya
Q : Nyeri yang dirasakan seperti Cedera sel
tertusuk – tusuk
R : Nyeri dirasakan di paha kanan Degranulasi sel mast
atas di area luka
S : Nyeri dirasakan dalam skala 6 Pelepasan mediator kimia
(0-10)
T : Nyeri hilang timbul Nyeri akut
DO :
Pasien tampak meringis menahan
nyeri
Pasien tampak mengalami
diaphoresis
DS : Trauma langsung Gangguan mobilitas
Pasien mengatakan tidak berani fisik
menggerakan kaki pasien Fraktur
DO :
Rentang gerakan pasien terbatas Cedera sel
karena adanya open fraktur
Kekuatan otot pasien menurun di Spasme otot
ektremitas bawah bagian kanan
dengan nilai 2 Gangguan mobilitas fisik
MASALAH KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan atau vena
ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, akral teraba dingin, warna kulit pucat.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas ditandai
dengan kerusakan jaringan dan lapisan kulit, nyeri, perdarahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik berhubungan dengan (mis.
trauma) ditandai dengan adanya keluhan nyeri, tampak meringis, diaforesis.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, program
pembatasan gerak, nyeri ditandai dengan kekuatan otot menurun, rentang gerak
(ROM) menurun, gerakan terbatas.
INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
1. Perfusi Perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
Tidak Efektif keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
maka perfusi perifer Periksa sirkulasi perifer (mis.
meningkat dengan kriteria nadi perifer, edema,
hasil : pengisian kapiler, warna,
Warna kulit pucat menurun suhu, ankle-brachial index)
(5) Identifikasi faktor risiko
Edema perifer menurun (5) gangguan sirkulasi (mis.
Nyeri ekstremitas menurun diabetes, perokok, orang tua,
(5) hipertensi dan kadar
Kelemahan otot menurun kolesterol tinggi)
(5) Monitor panas, kemerahan,
Pengisian kapiler membaik nyeri atau bengkak pada
(5) ekstremitas
Dukungan Mobilasi
Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
Monitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (mis. pagar
tempat tidur)
Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
duduk di tempat tidur, duduk
di sis tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)
IMPLEMENTASI
Hari,
No. Tanggal, No DX Implementasi Hasil TTD
Waktu
1 Rabu,19 1,2,3,4 Melakukan pemeriksaan DS :
Januari TTV Pasien mengatakan sakit pada
2022 paha kanan setelah mengalami
Pukul kecelakaan kemarin, pasien
14.00 sulit menggerakan kakinya
WITA
DO :
- GCS : 15
- TD : 90/60 mmHg
- Nadi :125x/menit
- Pernapasan : 22x/menit
- Terdapat luka terbuka
dengan luas 25x10x2cm
- CRT > 2 detik, warna kulit
pucat, akral dingin
2 Pukul 3 Melakukan pengkajian DS :
14.15 nyeri secara Pasien mengeluh nyeri
WITA komprehensif - P : Nyeri dirasakan saat
pasien menggerakkan kaki
kanannya
- Q : Nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk–tusuk
- R : Nyeri dirasakan di
paha kanan atas di area
luka
- S : Nyeri dirasakan dalam
skala 6 (0-10)
- T : Nyeri hilang timbul
DO :
- Pasien tampak meringis
menahan nyeri
- Pasien tampak mengalami
diaphoresis
3 Pukul 3 Melakukan perawatan DS :
14.20 luka Pasien mengatakan nyeri di
WITA paha kanan
DO :
Terdapat luka jahitan di paha
kanan
4 Pukul 1,3 Melakukan pemasangan DS :
14.30 infus RL 30 tpm dan -
WITA kolaborasi pemberian DO :
toradol 1 ampul (IV), Terpasang infus RL di tangan
ranitidine 1 ampul (IV) kanan, tidak ada reaksi alergi
obat
5 Pukul 1,4 Melakukan pemasangan DS : -
14.45 traksi Pasien mengatakan sedikit
WITA nyeri
DO :
Pasien kooperatif
6 Pukul 3 Kolaborasi pemberian DS :
15.10 ceftriaxone 2 gr (IV) Dokter mengatakan pasien
WITA diteruskan diberikan dextrose
10% 20 tpm
DO :
Perawat meneruskan intruksi
dokter hasil kolaborasi
7 Pukul 4 Mengajarkan teknik DS :
15.35 ROM pada telapak kaki Pasien mengatakan susah
WITA kanan serta jari kaki menggerakkan kaki
kanan
DO :
Telapak kaki kanan serta jari
kaki kanan bisa digerakkan
sedikit demi sedikit
8 Pukul 1 Mengkaji sirkulasi DS :
15.40 perifer secara Pasien mnegatakan terkadang
WITA komprehensif kakinya kesemutan
DO :
Kulit perifer teraba dingin,
tampak pucat dan bengkak,
CRT > 2 detik
9 Pukul 2 Mengkaji keluhan pasien DS :
16.00 dan pemeriksaan TTV Pasien mengatakan kakinya
WITA pasien masih terasa kesemutan
DO :
- GCS : 15
- TD : 100/60 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Kaki kanan teraba dingin
dan pucat
EVALUASI
No Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Nama
Dx perawat
1 Kamis 20 Januari S : Pasien mengeluh merasakan kaki kanan
2022 terasa dingin dan pasien mengeluh
16.30 WITA kesemutan dikaki
O : Pasien tampak pucat,. Pasien hanya
bisa menggerakkan telapak kaki kanan dan
jari kaki kanannya sedikit demi sedikit.
Akral pasien teraba dingin
TD : 100/60 mmHg
CRT > 2detik
A : Tujuan belum tercapai
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
- Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
2 Kamis 20 Januari S :Pasien mengeluh merasakan kaki kanan
2022 terasa dingin dan pasien mengeluh
16.30 WITA kesemutan dikaki.
O : Pasien tampak terpasang traksi
tidak terdapat perdarahan aktif.
A : Tujuan tercapai sebagian
Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Monitor karakteristik luka
- Pertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
- Berikan suplemen vitamin dan
mineral, sesuai indikasi
3 Kamis 20 Januari S : Pasien mengatakan nyeri yang
2022 dirasakan berkurang
16.30 WITA P : Nyeri saat menggerakkan kaki
Q : Nyeri seperti tertusuk – tusuk
R : Nyeri di area luka yakni di paha
kanan atas
S : Nyeri dalam skala 4 (0-10)
T : Nyeri dirasa sekitar 5 menit
O : Pasien tampak tenang, tidak
mengalami diaphoresis
TD : 100/60mmHg
N : 90x/menit
A : Tujuan tercapai
Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kolaborasi pemberian analgesic
bila diperlukan
4 Kamis 20 Januari S : Pasien mengatakan kaki kanannya
2022 merasa kesemutan, pasien mengatakan
16.30 WITA telapak kaki dan jarinya sudah bisa
digerakkan sedikit demi sedikit
O : Pasien tampak bisa menggerakkan
telapak kakinya dan jari kaki kanan
pasien.
A : Tujuan tercapai sebagian
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF PADA
GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN
1. Pengkajian
dari fungsi kortikal yang lebih tinggi hingga logis dan diiukur dari tingkat integritas
saraf perifer.
a. Identitas klien
kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, Pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluahan uatama pada asien yang memiliki gangguan persyarafan biasanya akan
terlihat bila sudah terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yangs erring didapatkan
meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepaa yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk,
sakit punggung, tingkat kesadaran enurun (GCS < 15), akral dingin, dan ekspresi rasa
takut.
c. Riwayat penyakit
meliputi adanya Riwayat trauma, Riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh pada saat
gangguan fungsi otak yang lain yaitu, gelisah, etargi, Lelah apatis, perubahan pupil,
pemakaian obat-obatan.
neurologis.
d. Pemeriksaan neurologis
a) Status mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
b) Fungsi intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus
klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan
c) Kemampuan Bahasa
dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari
girus temporalis superior (area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien
tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian
posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu
klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha
d) Lobus frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika kerusakan telah
terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang
lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan
klien ini menghadapi masalah frustrasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi
umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respons alamiah klien terhadap penyakit
katastrofik ini. Masalah psikologis lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh
emosi yang labil, bermusuhan, frustrasi, dendam, dan kurang kerja sama.
e) Hemisfer
Stroke hemisfer kanan didapatkan hemiparese sebelah kiri tubuh, penilaian buruk
sisi yang berlawanan tersebut. Pada stroke hemifer kiri, mengalami hemiparese kanan,
perilaku lambat dan sangat hati-hati, kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia
a) Saraf I: saraf kranial I yaitu saraf olfaktorius yang menghantarkan bau menuju
oak. Saraf ini tidak diperiksa secara rutin. Jika klien mengeluh tidak dapat
kemungkinna lesi pada lobus forontal atau temproral maka saraf ini harus
diperiksa.
b) Saraf II: saraf kranial II yaitu saraf sensorik murni yang dimulai diretina
(penglihatan).
c) Saraf III, IV, dan VI: saraf okulomotoris, troklearis, abdusens diperiksa secara
mata atas dan memersarafi otot konstriktor yang mengubah ukuran pupil.
atau pensil dengan mata bergerak ke atas, bawah, medial, dan lateral. Kelemahan
otot diketahui jika mata tidak dapat mengikuti gerakan pada arah tertentu.
d) Saraf V: saraf trigeminus terdiri atas serabut sensorik dan serabut motoric.
Nucleus motoric dan nucleus sensorik untuk sensai raa terletak di ons, nucleus
dengan sensasi nyeri dan temperature terletak sepanjang batang otak sampai
e) Saraf VII: saraf fasialis mempunyai fungsi sensorik maupun fungsi motoric.
bagian anterior lidah, dan serabut motoric yang mempersarafi semua otot
sebagainya.
pengecapan dari bagian posterior lidah, mempersarafi sinus karotikus dan korpus
motoric utama bagi faring, yang merangsang peranan penting dlaam mekanisme
h) Saraf XII: saraf hipoglosus mengatur otot-otot lidah. Fungsi idah yang normal
menelan. Kelemahan berat menyebabkan klien hampr tidak bisa menelan dan
berbicara.
Sistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di corteks cerebri,
b) Tonus otot: Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada
berbagai persendian secara pasif. Bila tangan / tungkai klien ditekuk secara
berganti-ganti dan berulang dapat dirasakan oleh pemeriksa suatu tenaga yang
agak menahan pergerakan pasif sehingga tenaga itu mencerminkan tonus otot.
Bila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi. Keadaan otot disebut
kaku. Bila kekuatan otot klien tidak dapat berubah, melainkan tetap sama. Pada tiap
gerakan pasif dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana kekuatan otot tidak
tetap tapi bergelombang dalam melakukan fleksi dan ekstensi extremitas klien.
Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji tahanan
terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan sendi pergelangan tangan.
c) Kekuatan otot:
Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif
menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya dapat
dilihat dan diraba. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s
(memiliki nilai 0 – 5)
1 = gerakan kontraksi.
2 =Normal ( ++ )
a) Refleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang lebih 30 0.
Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks
hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
b) Refleks biceps
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan lengan bawah
ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m.
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi
sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps diketok dengan
refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas olekranon).
Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi
ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai otot-otot
d) Refleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan
e) Refleks abdominal
digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.
f) Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting . Ia hanya dijumpai pada penyakit traktus
kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak
kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki.
Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya
tersebar. Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
5) Pengkajian system sensorik
geli (tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning), rasa dingin
(coldness) atau perasaan-perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak jarang keluhan
disajikan oleh klien sebagai keluhan sensorik. Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan
sensorik meliputi:
a) Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada
c) Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.
pemeriksaan stereognosis
6) Pemeriksaan khusus
pemeriksaan :
a) Kaku kuduk
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak
b) Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada
klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien difleksikan
kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai bawah akan fleksi
c) Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul
secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
d) Tanda Kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi
lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap tungkai atas.
Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap
hambatan.
e) Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri
sepanjang m. ischiadicus.
kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua pergelangan tangan
dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar kedalam dan kaki plantar
fleksi.
b. Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau
ekstensi dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi.
e. Pemeriksaan diagnostic
1) Foto rontgen
Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis sering kali digunakan
udara dalam tulang tengkorang juga merupakan suatu indikasi adanya fraktur kepala
terbuka seperti fraktur tengkorak frontal atau basiar yang mungkin tidak tampak
secara jelas dari luar. Foto rontgen polos kepala juga dapat memperlihatkan adanya
infeksi atau neoplasma yang ditandai oleh peubahan densitas tulang atau kalsifikasi
intrakarnial lainnya.
dari sinar-X untuk memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Lesi-lesi pada
otak terlihat sebagai variasi kepadatan jaringan yang berbeda dari jaringan otak
berdasarkan computer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi organ secara actual.
Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksi dengan zat radioaktif yang memberikan
bermuatan engatif, resultan niar gamma dapat dideteksi oleh alat pemindai. PET
Otak adalah salah satu organ yang paling aktif metabolismenya, yang mengonsumsi
80% dari glukosa yang digunakan tubuh. PET mengukur aktivitas ini dengan spesifik
Uji ini digunakan untuk melihat perubahan metabolic otak (penyakit Alzheimer),
metabolism oksigen pada klien stroke, mengevaluasi terapi baru tumor otak. Dan
mental.
MRI dapat memebrikan informasi tentang perubahan kimia dalam sel, juga
5) Angiografi serebri
EEG adalah uji yang bermnafaat untuk mediagnosis gangguan kejang seperi
epilepsy dan merupakan prosedur scanning untuk koma atau sindrom otak organic.
EEG juga bertindak sebagai indicator kematian otak, tumor, abses, jaringan parut
otak, bean darah, dan infeksi dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari ola
7) Elektromigrafi
(perubahan fungsi atau patologis system saraf perifer) dengan kelemahan akibat
penyakit lain.
Tujuan memperoleh CSS adalah untuk diuji, diukur, dan menurunkan tekananan
CSS, menentukan ada atau tidaknya darah di dalam CSS, mendeteksi sumbatan
subarachnoid spinal, dan pemberian antibiotic intratekal, yaitu ke dalam kanal spinal
peningkatan tekanan pada saat hasil dibaca. Jarak normal tekanan cairan spinal
dengan posisi rekumben adalah 70-200 mmH2O. tekanan sampai 200 mmH2O
dikatakan abnormal. Lumbal pungsi sangat berbahaya nila dilakukan ada lesi
meninggi cepat pada tekanan vena jugularis dan menurun cepat sampai normal bila
hambatan Sebagian karena penekanan sebuah lesi pada jalur subarachnoid spinal. Jika
tidak ada perubahan tekanan merupakan indikasi adanya hambatal total. Uji ini tidak
CSS harus jernih dan tidak berwarna. Warna merah muda, adanya darah, atau
perdarahan subarachnoid.
a. Pengkajian
Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain :
1) Primary survey
a) Airway
Menurut Jackson, (2009), tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah
memeriksa responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan
ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan
jelas maka jalan nafas pasien terbuka. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan
bantuan airway dan ventilasi. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh
obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar. Perlu diperhatikan dalam pengkajian
airway pada pasien antara lain :
(1) Kepatenan jalan nafas pasien
(2) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain: Adanya
snoring atau gurgling, Agitasi (hipoksia), Penggunaan otot bantu pernafasan,
Sianosis
(3) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
(4) Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai
indikasi :Chin lift/jaw thrust, Lakukan suction (jika tersedia), Oropharyngeal
airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway, Lakukan intubasi
b) Breathing
Pada kasus stroke mungkin terjadi akibat gangguan di pusat napas (akibat stroke)
atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran napas. Pedoman konsensus
mengharuskan monitoring saturasi O2 dan mempertahankannya di atas 95% (94-
98%). Pada pasien stroke yang mengalami gangguan pengendalian respiratorik atau
peningkatan TIK, diperlukan untuk melakukan ventilasi.
c) Circulation
d) Disability
Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam
artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai membaik.
a) Anamnesis
Menurut (Mansjoer dkk. 2000), anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE
yang bisa didapat dari pasien dan keluarga:
P: Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa
jam sebelum kejadian).
b) Aktivitas/istirahat
(1) Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
hemiplegia, merasa mudah lelah, nyeri/kejang otot.
(2) Tanda : Paralitik, terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan, ganggauna
tingkat kesadaran.
c) Sirkulasi
(1) Gejala : Adanya penyakit jantung, polisitemia.
(2) Tanda : Hipertensi arterial berhubungan dengan adanya embolisme, nadi
bervariasi karena ketidakstabilan fungsi jantung, obat-obatan, efek stroke pada
pusat vasomotor, disritmia.
d) Integritas Ego
(1) Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
(2) Tanda : Emosi yang labil, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
e) Eliminasi
Gejala : Inkontinensia urine.
f) Makanan/cairan
(1) Gejala : Nafsu makan hilang, mual muntah karena peningkatan TIK, kehilangan
sensasi/rasa kecap.
(2) Tanda : kesulitan menelan.
g) Neurosensori
(1) Gejala : pusing, sakit kepala, kelemahan/kesemutan, penglihatan
menurun/penglihatan ganda, hilangnya rangsangan sensorik kontralateral,
gangguan rasa pengecepan dan penciuman.
(2) Tanda : Pada tingkat kesadaran biasanya terjadi koma, letargi, gangguan fungsi
kognitif seperti penuruna memoriterjadi kelemahan/paralisis pada ekstremitas,
afasia, kehilangan kemampuan untuk mengenali masuknya rangsangan visual
dan pendengaran, kehilangan kemampuan motorik (apraksia), ukuran/reaksi
pupil tidak sama, kejang.
h) Nyeri/kenyamanan
(1) Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda.
(2) Tanda : Gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
i) Pernapasan
(1) Gejala : Sulit bernapas.
(2) Tanda : Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas.
j) Keamanan
Tanda : Masalah penglihatan, perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh,
tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang peranah dikenalnya
dengan baik, gangguan berespon terhadap panas/dingin, kesulitan menelan.
k) Pola hubungan dan peran
Tanda : Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
l) Pola persepsi dan konsep diri
Tanda : Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
m) Pola reproduksi seksual
Gejala : Penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti
obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum
Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran.
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara.
Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.
(2) Pemeriksaan integumen
Kulit : jika klien kekurangan oksigen, kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit
akan buruk. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-
tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3
minggu.
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
Rambut : umumnya tidak ada kelainan.
(3) Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik.
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu
sisi.
Leher : kaku kuduk jarang terjadi.
(4) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
(5) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
(6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.
(7) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
(8) Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis : Umumnya terdapat gangguan nervus
cranialis VII dan XII central.
Pemeriksaan motorik : Hampir selalu terjadi
kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan sensorik : Dapat terjadi hemihipestesi.
Pemeriksaan refleks : Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang
lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.
a. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan subdural hematoma
akibat perdarahan ditandai dengan gangguan aliran darah ke otak, terjadi
perubahan dalam fungsi sensorik dan motorik, perubahan status mental klien dan
perubahan tingkat kesadaran klien.
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan faktor fisiologis:
disfungsi neuromuscular ditandai dengan klien tampak tidak sadar, suara napas
ronchi (+), napas irreguler.
3) Nyeri akut berhubungan dengan pembuluh darah pada otak tertekan ditandai
dengan sakit kepala.
4) Deficit nutrisi berhubungan dengan disfagia sekunder akibat paralisis serebral
ditandai dengan menurunnya asupan makanan, penurunan berat badan,
kelemahan otot-otot mengunyah, muntah proyektil, albumin menurun.
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
ditandai dengan terjadi hemiparese pada ekstremitas.
6) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara.
C. Rencana Keperawatan
Observasi
Kondisi Klinis Terkait: Identifikasi penyebab peningkatan TIK
Stroke (mis. Lesi menempati ruang, gangguan
metabolisme, edema serebraltekann vena,
Cedera kepala
obstruksi aliran cairan serebrospinal,
Aterosklerotik aortic
hipertensi, intracranial idiopatik)
Infark miokard akut Monitor peningkatan TD
Diseksi arteri Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih
Embolisme TDS dan TDD)
Endocarditis infektif Monitor penurunan frekuensi jantung
Fibrilasi atrium Monitor ireguleritas irama napas
Hiperkolesterolemia Monitor penurunan tingkat kesadaran
Hipertensi Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan
Dilatasi respon pupil
kardiomiopati Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam
Koagulasi rentang yang diindikasikan
intravascular Monitor tekanan perfusi serebral
diseminata Monitor jumlah, kecepatan, dan
Miksoma atrium karakteristik drainase cairan serebrospinal
Neoplasma otak Monitor efek stimulus lingkungan terhadap
Segmen ventrikel kiri TIK
akinetic
Sindrom sick sinus Terapeutik
Stenosis karotid Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
Stenosis mitral Kalibrasi transduser
Hidrosefalus Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
Infeksi otak (mis. Pertahankan posisi kepala dan leher netral
Meningitis, Bilas sistem pemantauan, jika perlu
ensefalitis, abses Atur interval pemantauan sesuai kondisi
serebri) pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
□ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk efektif
efektif (D.0001) keperawatan selama
Observasi
…… x...............maka bersihan Identifikasi kemampuan batuk
jalan nafas tidak efektif teratasi Monitor adanya retensi sputum
Definisi : dengan kriteria hasil :
Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
Secret ketidakmampuan Produksi sputum menurun (5) nafas
membersihkan atau obstruksi Mengi menurun (5) Monitor input dan output cairan ( mis.
jalan nafas untuk Jumlah dan karakteristik )
Wheezing menurun (5)
mempertahankan jalan nafas
Mekonium menurun (5)
tetappaten
Dispnea menurun (5) Terapeutik
Ortopnea menurn (50 Atur posisi semi-fowler atau fowler
Tidak sulit bicara (5) Pasang perlak dan bengkok letakan di
Penyebab : Sianosis menurun (5) pangkuan pasien
Fisiologis Gelisah menurun (5) Buang secret pada tempat sputum
Frekuensi napas membaik (5)
Spasme jalan nafas Pola nafas membaik (5) Edukasi
Hipersekresi jalan Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
nafas Anjurkan tarik nasaf dalam melalui hidung
Disfungsi selama 4 detik, ditahan selam 2 detik,
neuromuskular kemudian keluarkan dai mulut dengan bibir
Benda asing dalam mencucu (dibulatkan) selam 5 detik
jalan nafas Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam
Adanya jalan nafas hingga 3 kali
buatan Anjurkan batuk dengan kuat langsung
Sekrresi yang setelah tarik nafas dalam yang ke-3
tertahan Kolaborasi
Hyperplasia dinding Kolaborasi pemberian mukolitik atau
jalan nafas ekspektoran, jika perlu.
Proses infeksi
Respon alergi Manajemen Jalan Nafas
Efek agen Observasi
farmakologias ( mis. Monitor posisi selang endotraceal (EET),
Anastesi terutama setelah mengubah posisi
Monitor tekanan balon EET setiap 4-8 jam
Monitor kulit area stoma trakeostomi (mis.
Situasional Kemerahan, drainase, perdarahan)
Merokok aktif
Terapeutik
Merokok pasif
Kurangi tekanan balon secara periodic
Terpajan polutan
setiap Shift
Pasang oropharingeal airway (OPA) untuk
Gejala dan Tanda Minor mencegah EET tergigit
Cegah EET terlipat (kinking)
Subjektif : - Beriak pre-oksigenasi 100% selama 30 detik
(3-6 kali ventilasi) sebelum dan sesudah
Objektif :
penghisapan
Batuk tidak efektif Beriak volume pre-oksigen (bagging atau
Tidak mampu batuk ventialasi mekanik) 1,5 kali volume tidal
Sputum berlebih Lakukan penghisapan lender kurang dari 15
Mengi,wheezing detik jika diperlukan (bukan secara
dan/atau ronkhi berkala/rutin)
Ganti fiksasi EET setiap 24 jam
kering Ubah posisi EET secara bergantian (kiri dan
kanan) setiap 24 jam
Lakukan perawatan mulut (mis. Dengan
sikat gigi, kasa, plembab bbir)
Gejala dan Tanda Mayor Lakukan perawatan stoma trakeostomi
Subjektif : Kolaborasi
Jelaksan pasien dana/atau keluarga tujuan
Dispnea dan prosedur pemasangan jalan nafas
Sulit bicara buatan.
Ortopnea Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk
Objektif : mucous plug yang tidak dapat dilakuikan
penghisapan
Gelisah
Sianosis Pemantaun Respirasi
Bunyi nafas menurun
Frekuensi nafas Observasi
berubah Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
Pola nafas berubah upaya nafas
Monitor pola nafas (seperti bradipnea.
Kondisi Klinis Terkait : Takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
Stoke,Biot, atasik)
Gullian Barre Monitor kemampuan batuk efektif
Syndrome Monitor adanya produksi sputum
Skelrosis multipel Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Myasthenia gravis Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Prosedur diagnostik Auskultasi bunyi nafas
( mis. Bonkoskopi, Monitor saturasi oksigen
transesophageal, Monitor nilai AGD
echocardiography Monitor hasil x-ray toraks
(TEE)
Depresi system saraf Terapeutik
pusat Atur interval pemantauan respirasi sesuai
Cedera kepala kondisi pasien
Stroke Dokumentasikan hasil pemantauan
Kuadriplegia
Sindrom aspirasi
mekonium
Infeksi saluran nafas Kolaborasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informaskan hasil pemantauan, jika perlu
3 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama .... X.......jam
menit diharapkan Nyeri Akut Observasi
Definisi: Berkurang dengan kriteria hasil : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Tingkat nyeri : frekuensi, kualitas , intensitas nyeri
Pengalaman sensorik atau Identifikasi skala nyeri
emosional yang berkaitan Keluhan nyeri (5) Identifikasi respons nyeri non verbal
dengan kerusakan jarigan Meringis (5) Identifikasi faktor yang memperberat
actual atau fungsional, Sikap protektif (5) nyeri dan memperingan nyeri
dengan onset mendadak atau Gelisah (5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
lambat dan berintensitas Kesulitan tidur (5) tentang nyeri
ringan hingga berat yang Menarik diri (5) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
berlangsung kurang dari 3 Berfokus pada diri sendiri respon nyeri
bulan (5) Identifikasi pengaruh nyeri pada
Diaforesis (5) kualitas hidup
Perasaan depresi (tertekan) Monitor keberhasilan terapi
(5) komplementer yan sudah diberikan
Penyebab: Perasan takut mengalami Monitor efek samping penggunaan
cedera berulang (5) analgetik
Agen pencedera
Anoreksia (5)
fisiologis (mis.
Perineum terasa tertekan (5) Terapeutik
Inflamai,iskemia,
Uterus teraba membulat (5)
neoplasma Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Ketegangan otot (5)
Agen pencedera Pupil dilatasi (5) mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
kimiawi (mis. Muntah (5) hypnosis, akupresur, terapi music,
Terbakar, bahan Mual (5) biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
kimia iritan) Frekuensi nadi (5) teknik imajinasi terbimbing, kompres
Agen pencedera fisik Pola napas (5) hangat/dingin, terapi bermain)
(mis. Abses, Kontrol lingkungan yang memperberat
Tekanan darah (5)
amputasi, terbakar, rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
Proses berpikir (5)
terpotong, pencahayaan, kebisingan)
mengangkat berat, Fokus (5)
Fasilitas istirahat dan tidur
prosedur operasi, Fungsi kemih (5)
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
trauma, latihan fisik Perilaku (5) dalam pemilihan strategi meredakan
berlebih) Nafsu makan (5) nyeri
Pola tidur (5) Edukasi
Gejala dan Tanda Mayor
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
Subjektif Kontrol Nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri
Melaporkan nyeri terkontrol Anjurkan memonitor nyeri secara
Mengeluh nyeri
Objektif (5) mandiri
Kemampuan mengenali Anjurkan menggunakan analgetik
Tampak meringis onset nyeri (5) secara tepat
Bersikap protektif Kemampuan mengenali Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
(mis. Waspada, posisi penyebab nyeri (5) mengurangi rasa nyeri
menghindari nyeri) Kemampuan menggunakan
Gelisah teknik non-farmakologis (5) Kolaborasi
Frekuensi nadi Dukungan orang terdekat
meningkat (5) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
Sulit tidur Keluhan nyeri (5) perlu
Penggunaan analgesic (5)
Pemberian Analgesik
Observasi
Gejala dan Tanda Minor Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Subjektif Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis analgesic
Objektif (mis. Narkotika, non narkotika, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan
Tekanan darah
nyeri
meningkat
Monitor tanda tanda vital sebelum dan
Pola napas berubah
sesudah pemberian analgesik
Nafsu makan berubah
Monitor efektifitas analgesik
Proses berpikir
terganggu
Menarik diri Terapeutik
Berfokus pada diri
sendiri Diskusikan jenis analgesic yang disukai
Diaforesis untuk mencapai analgesia optimal, jika
perlu
Pertimbangkan penggunaan infus
Kondisi klinis terkait kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
Kondisi pembedahan Tetapkan target efektifitas analgesik
Cedera traumatis untuk mengoptimalkan respon pasien
Infeksi Dokumentasikan respons terhadap efek
Sindrom koroner akut analgesik dan efek yang tidak
Glaukoma diinginkan
Edukasi
Cepat kenyang
setelah makan
Kram/nyeri abdomen
Nafsu makan
menurun
Objektif :
Stroke
Parkinson
Mobius syndrome
Cerebral palsy
Cleft lip
Cleft palate
Amyotropic lateral
sclerosis
Keruskan
neuromuscular
Luka bakar
Kanker
Infeksi
AIDS
□ Penyakit Crohn’s
5. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan Dukungan Mobilisasi
keperawatan selama …….x……. Observasi
(D.0054) maka gangguan mobilitas fisik Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
Definisi: meningkat dengan kriteria hasil : fisik lainnya
Identifikasi toleransi fiik melakukan
Keterbatasan dalam gerakan Pergerakan ekstremitas (3) pergerakan
fisik dari satu atau lebih Kekuatan otot (3) Monitor frekuensi jantung dan tekanna
ekstremitas secara mandiri. Rentang gerak (ROM) (3) darah sebelum memulai monilisasi
Kaku sendi (3) Monitor kondisi umum selama melakukan
Penyebab: Gerakan terbatas (3) mobilisasi
Kelemahan fisik (3)
Kerusakan integritas
Terapeutik
struktur tulang
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
Perubahan metabolism
bantu 9mis. Pagar tempat tidur)
Ketidakbugaran fisik
Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Penurunan kendali otot
Libatkan keluarga untuk membantu pasien
Penuruna massa otot alam meningkatkan pergerakan
Penurunan kekuatan otot
Keterlambatan Edukasi
perkembangan Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Kekuatan sendi Anjuran melakukan mobilisasi dini
Kontraktur Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
Malnutrisi dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur,
Gangguan
muskoloskeletal duduk disisi tempat tidur, pindah dari
Gangguan neuromuscular tempat tidur ke kursi)
Indeks massa tubuh
diatas persentil ke-75
sesuai usia
Efek agen farmakologis
Nyeri
Kurang terpapar
informasi tentang
aktivitas fisik
Kecemasan
Gangguan kognitif
Keengganan melakuka
pergerakan
Gangguan
sensoripersepsi
Mengeluh sulit
menggerakkan
ekstremitas
Objektif
Sendi kaku
Gerakan tidak
terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah
Stroke
Cedera medulla spinalis
Trauma
Fraktur
Osteoarthritis
Ostemalasia
Keganasan
Hambatan psikologis
(mis. Gangguan psikotik,
gangguan konsep diri,
harga diri rendah,
gangguan emosi)
Hambatan lingkungan
(mis. Ketidakcukupan
informasi, ketiadaan
orang terdekat,
ketidaksesuaian budaya,
Bahasa asing)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: -
Objektif;
Menunjukkan respon
tidak sesuai.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: -
Objektif;
Afasia
Disfasia
Apraksia
Disleksia
Disartria
Afonia
Dislalia
Pelo
Gagap
Sulit memahami
komunikasi
Sulit mempertahankan
komunikasi
Sulit menggunakan
ekspresi wajah atau
tubuh.
Tidak mampu
menggunakan ekspresi
wajah atau tubuh
Sulit mengungkapkan
kata-kata
Disorientasi orang,
ruang, waktu
Deficit pengliahatan
Delusi
b. Implementasi
Implementasi dilaksanakan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat.
c. Evaluasi
No.
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Dx
1. Resiko perfusi cerebral tidak efektif Perfusi jaringan serebral kembali
berhubungan dengan subdural efektif :
hematoma akibat perdarahan ditandai - Perbaikan tingkat kesadaran
dengan gangguan aliran darah ke otak, - Perbaikan status mental dan fungsi
terjadi perubahan dalam fungsi sensorik motorik/sensori
dan motorik, perubahan status mental - tanda-tanda vital dalam rentang
klien dan perubahan tingkat kesadaran normal
klien.
JURUSAN KEPERAWATAN
Alamat : Jalan Pulau Moyo No. 33, Pedungan Denpasar
NIM :-
Keluarga mengatakan pasien tidak dapat menggerakan tangan sebelah kirinya dan tidak merespon saat
berkomunikasi/berbicara serta tidak sadar dengan keadaan sekitar.
Keluarga pasien mengatakan pasien tisdak bisa menggerakan anggota tubuh sebelah kiri sejak tgl 16 januari
2022 lalu tiba-tiba tidak bisa bangun dari tempat tidur, mata tidak bisa membuka, susah menelan dan tidak
bicara. Pada tgl 16 januari 2022 pasien langsung dibawa ke UGD Rs T pukul 12.45 wita dengan TD : 160/110
mmhg, S : 37,5 , N: 98x/mnt , RR : 28x/mn. Kemudian diberikan
terapi infus NaCl 0,9% 15tpm, injeksi citicolin 2x500mg, sohobion 2x1 amp, mecobelamine 2x1 amp, NGT
(+), DC(+), seetelah diobservasi selama 2 jam pasien dipindahkan ke ICU.
Riwayat Allergi : -
Riwayat Pengobatan
RR : 26x/mnt
Sputum: Ya , Warna: ... ... ... Konsistensi: ... ... ... Volume:..........Bau: … …
Tidak
Emfisema S/C : Ada Tidak Ada
Alat bantu nafas: OTT ETT Trakeostomi Ventilator, Keterangan: ... ... ...
Oksigenasi : ... ... lt/mnt Nasal kanul Simpel mask Non RBT mask RBT Mask Tidak
ada
Drainase : DC (+)
Kondisi trakeostomi:
Lain-lain: … …
Irama Jantung :
BLOOD
Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak
Diaphoresis: Ya Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare Muntah Luka bakar Tidak ada
CVP:
Suara jantung:
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan: -
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:
TB : 162cm BB : 48 kg
NGT: +
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:
Makan/minum :0 1 2 3 4
Mandi :0 1 2 3 4
Toileting :0 1 2 3 4
Berpakaian :0 1 2 3 4
Berpindah : 0 1 2 3 4
Ambulasi : 0 1 2 3 4
Lain-lain: … …
Leher :
Dada :
dada tampak simetris, tidak ada lesi, tampak terpasang monitor bed side
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan subdural hematoma akibat
perdarahan ditandai dengan gangguan aliran darah ke otak, terjadi perubahan dalam
fungsi sensorik dan motorik, perubahan status mental klien dan perubahan tingkat
kesadaran klien
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan faktor fisiologis: disfungsi
neuromuscular ditandai dengan klien tampak tidak sadar, suara napas ronchi (+),
napas irregular
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular ditandai
dengan terjadi hemiparese pada ekstremitas
C. RENCANA KEPERAWATAN
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti
konvulsan, jika
perlu
Kolaborasi
pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
Kolaborasi
pemberian
pelunak tinja , jika
perlu
Pemantauan
Tekanan
Intrakranial
Observasi
Identifikasi
penyebab
peningkatan TIK
(mis. Lesi
menempati ruang,
gangguan
metabolisme,
edema
serebraltekann
vena, obstruksi
aliran cairan
serebrospinal,
hipertensi,
intracranial
idiopatik)
Monitor
peningkatan TD
Monitor pelebaran
tekanan nadi
(selisih TDS dan
TDD)
Monitor
penurunan
frekuensi jantung
Monitor
ireguleritas irama
napas
Monitor penurunan
tingkat kesadaran
Monitor
perlambatan atau
ketidaksimetrisan
respon pupil
Monitor kadar
CO2 dan
pertahankan
dalam rentang
yang
diindikasikan
Monitor tekanan
perfusi serebral
Monitor jumlah,
kecepatan, dan
karakteristik
drainase cairan
serebrospinal
Monitor efek
stimulus
lingkungan
terhadap TIK
Terapeutik
Ambil sampel
drainase cairan
serebrospinal
Kalibrasi
transduser
Pertahankan
sterilitas sistem
pemantauan
Pertahankan posisi
kepala dan leher
netral
Bilas sistem
pemantauan, jika
perlu
Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
2 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan Latihan Batuk
efektif (D.0001) asuhan keperawatan efektif
selama
…… x...............maka
Definisi : bersihan jalan nafas Observasi
Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
Gejala dan Tanda Mayor
ekspektoran, jika
Subjektif : perlu.
Dispnea
Manajemen Jalan
Ortopnea Nafas
Sulit bicara
Objektif : Observasi
Kolaborasi
Jelaksan pasien
dana/atau keluarga
tujuan dan
prosedur
pemasangan jalan
nafas buatan.
Kolaborasi
intubasi ulang jika
terbentuk mucous
plug yang tidak
dapat dilakuikan
penghisapan
Pemantaun
Respirasi
Observasi
Monitor frekuensi,
irama, kedalaman
dan upaya nafas
Monitor pola
nafas (seperti
bradipnea.
Takipnea,
hiperventilasi,
kussmaul,
Cheyne-
Stoke,Biot, atasik)
Monitor
kemampuan batuk
efektif
Monitor adanya
produksi sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan
nafas
Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi
nafas
Monitor saturasi
oksigen
Monitor nilai
AGD
Monitor hasil x-
ray toraks
Terapeutik
Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemantauan
Kolaborasi
Informaskan hasil
pemantauan, jika
perlu
3 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Dukungan
asuhan keperawatan Mobilisasi
(D.0054) selama …….x…….
Observasi
Definisi: maka gangguan
mobilitas fisik Identifikasi
Keterbatasan dalam gerakan meningkat dengan adanya nyeri
fisik dari satu atau lebih kriteria hasil : atau keluhan
ekstremitas secara mandiri. fisik lainnya
Pergerakan Identifikasi
Penyebab: ekstremitas (3) toleransi fiik
melakukan
Kerusakan integritas Kekuatan otot (3)
pergerakan
struktur tulang Monitor
Perubahan metabolism Rentang gerak
frekuensi jantung
(ROM) (3)
Ketidakbugaran fisik dan tekanna
Penurunan kendali otot Kaku sendi (3)
darah sebelum
Gerakan terbatas
Penuruna massa otot memulai
(3)
Penurunan kekuatan otot monilisasi
Keterlambatan Kelemahan fisik (3) Monitor kondisi
perkembangan umum selama
Kekuatan sendi melakukan
Kontraktur mobilisasi
Malnutrisi
Gangguan
Terapeutik
muskoloskeletal
Gangguan neuromuscular Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
Indeks massa tubuh diatas alat bantu 9mis.
persentil ke-75 sesuai Pagar tempat
usia tidur)
Efek agen farmakologis
Nyeri Fasilitasi
Kurang terpapar melakukan
informasi tentang pergerakan, jika
aktivitas fisik perlu
Kecemasan Libatkan keluarga
Gangguan kognitif untuk membantu
Keengganan melakuka pasien alam
pergerakan meningkatkan
Gangguan sensoripersepsi pergerakan
Sendi kaku
Gerakan tidak
terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah
Stroke
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari,
No
No. Tanggal, Implementasi Hasil TTD
DX
Waktu
S : 37,90C
R : 28 x/menit
SpO2 = 78%
S : 37,50C
R : 26 x/menit
SpO2 = 85%
5 Pukul 2 -Memonitor pola napas - Upaya nafas ada
14.35 - RR : 26 x/ menit
(frekuensi, kedalaman,
WITA - suara ronchi masih terdengar
usaha napas) - SpO2 = 85%
- R : 26 x/menit
- SpO2 = 85%
HARI,
NO
TANGGAL, CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
DX
WAKTU
- TD : 150/100 mmHg,
- N : 92 x/menit
- S : 37,50C
- R : 26 x/menit
- SpO2 = 85%
- Upaya nafas ada
- suara ronchi berkurang
- Pasien tampak lemah
- GCS E2M5V2
P : lanjutkan intervensi
O:
- TD : 150/100 mmHg,
- N : 92 x/menit
- S : 37,50C
- RR : 26 x/ menit
- SpO2 : 85%
- Upaya nafas ada
- Irama nafas normal
- Masih terdengar suara ronchi
A : Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- TD : 150/100 mmHg,
- N : 92 x/menit
- S : 37,50C
- RR : 26 x/ menit
- SpO2 : 85%
P : lanjutkan intervensi
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi
Kontraksi Otot Rangka. Medan: Fakultas Kedokteran USU.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan holistic.(Edisi VI). Jakarta:
EGC
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung:
Yrama Widya.
Mansjoer dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 2. Media
Aesculapius.Jakarta.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
System Persarafan. Https:// Books. Google. Co.Id/ Books?Hl=En&Lr=
&Id=8uiijrjz95ac&Oi=Fnd&Pg=Pa40&Dq=Konsep+Dasar+Asuhan+Kep
erawatan+Komprehensif+Pada+Gangguan+Sistem+Persarafan&Ots=_Mz
kkqej6v&Sig=Chookdxazdirfrjznvdaosvuhs&Redir_Esc=Y#V=Onepage
&Q=Konsep%20dasar%20asuhan%20keperawatan%20komprehensif%20
pada%20gangguan%20sistem%20persarafan&F=True Diakses pada
tanggal 1 Juli 2021.
Nur, Iis. 2013. Sistem Saraf Pada Manusia. Bandung: Sekolah Tinggi Farmasi
Smeltzer & Bare. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume 3.
EGC. Jakarta.
Sari, Mega. 2004. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Medan: Fakultas
Kedokteran USU.
Doenges M.E. 1989. Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care
(2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Doenges M.E. 1989. Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care
(2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Smeltzer,S.C & Bare B.G. 2006. Buku ajar keperawatan medical bedah ,
Edisi 8. EGC : Jakarta