KATARAK
A. DEFINISI
Menurut arif mansyur Dkk (kapita selekta jilid 1) katarak adalah istilah kedokteran untuk
setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi
( penambahan cairan lensa), denaturasi protein atau dapat juga akibat dari kedua-duanya.
Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak
melihat dengan jelaskarena dengan lenda yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa
dapat bervariasi.
B. EPIDEMOLOGI
Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 – 1996, angka kebutaan di Indonesia
mencapai 1,5%. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah
kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. Sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di Indonesia,
78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat
melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda
ketika mengemudi di malam hari, merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru
merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.
C. ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia
rata-rata terjasinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas . akan tetapi, katarak dapat pula
terjadi pada bayi karena ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak antara lain meliputi :
- Faktor keturunan
- Cacat bawaan sejak lahir (kongenital)
- Masalah kesehatan misalnya diabetes
- Penggunaan obat tertentu , khususnya steroid
- Gangguan metabolisme seperti DM
- Gangguan pertumbuhan
- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
- Rokok dan alkohol
- Operasi mata sebelumnay
- Trauma / kecelakaan pada mata
- Faktor faktor lain yang belum diketahui
D. PATOFISIOLOGI
katarak traumatic
katarak senilis
Katarakcongenital
katarak juvenile
katarak komplikata
katarak
traumatic
otot(distrofi miotonuik)
Katarakmetabolic
E. MANIFESTASI KLINIS
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa muncul yaitu :
a. Yang terjasi berupa : visus tidak akan mencapai 5/5 a ambipobia
b. Komplikasi yang terjasi nistagmus dan strabismus.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa ,
akuekus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapangpenglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : TIO ( 12-15 mmHg)
4. Pengukuran gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoa
5. Tes provolkatif : menentukan adanya tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler atrofi lempeng optik papiledema dan
perdarahan
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik /infeksi
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : Kontrol DM
H. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi obat utnuk katarak , dan tidak dapat diambil dengan pembesaran laser.
Namun, masih terus dilakukan penelitianmengenai kemajuna prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula
( pokalu, 1992)
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat samapai titik
dimana pasien melakukan aktivitas hisup seharihari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pentingnya dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat
gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktivitas rekseasi, menyetir mobil,
kemampuan bekerja sangan penting untuk menentuka terapi mana yang paling cocok bagi
masing-masing penderita.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang seirng dilakukan pada orang berusia lebih
dari 65 tahun. Sekarang ini, katarak paling seirng diangkat dengan anastesi lokal berdasar pasien
rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian
penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.
Pengembalian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya.
Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena
sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesi lokal (retrobulbar atau peribulbar), yang
dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan
claustreofobia sehubungan dengan grapping bedah. Anastesi umum diperlukan bagi yang tidak
bisa menerim anastesi lokal, yang tidak mampu bekerja sama dengan alasan fisik atau psikologis,
atau yang tidak bersepon dengan anastesi lokal.
Ada 2 macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi
intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intevensi bedah adalah hilangnya penglihatan yagn
mempengaruhi aktivitas normal. Pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.
I. PENGKAJIAN
1. Data subyektif
a. Nyeri
b. Mual
c. Diaporesis
d. Riwayat jatuh sebelumnya
e. Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f. Sistem pendukung, lingkungan dan rumah
2. Data objektif
a. Perubahan tanda-tanda vital
b. Respon yang lazim terhadap nyeri
c. Tanda-tanda infeksi
- Kemerahan
- Edema
- Infeksi konjungtiva
- Drainase pada kelopak mata ( pembuluh darah konjungtiva menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Zat purulen
- Peningkatan suhu tubuh
- Nilai laboratorium : peningkatan SDP, perubahan SDP , hasil pemeriksaan kultur sensivitas
abnormal
d. Ketajaman penglihatan masing masing mata
e. Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya
f. Kemungkinan penghalang lingkungan seperi ;
- Kaki kursi, perabot yang rendah
- Tiang infus
- Tempat sampah
- Sandal
g. Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.
K. PERENCANAAN
Perencanaan
Diagnosa kep
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Nyeri teratasi 1. Bantu klien dengan 1. Membantu dalam
1. Nyeri akut b.d dengan KH : mengidentifikasi tindakan membuat diagnosa dan
interupsi klien penghilangan nyeri yang efektif kebutuhan terapi
pembedahan melaporkan
jaringan tubuh penurunan nyeri2. Jelaskan bahwa nyeri akan 2. Nyeri post operasi dapat
progresif dan terjadi sampai beberapa jam terjadi sampai 6 jam post
penghilangan setelah pembedahan operasi
nyeri setelah
intervensi
3. Lakukan tindakan penghilang 3. Beberapa tindakan
nyeri non invasif atau non penghilang nyeri non
farmakologik seperti berikut : invasif adalah tindakan
- Posisi : tinggikan bagian kepala mandiri yang dapat
temapt tidur, berubah- ubah dilaksanakan perawat
antara berbaring pada punggung dalam usaha meningkatkan
dan pada sisi yang tidak kenyamanan pada pasien.
dioperasi.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
8. Instruksi tertulis
memberikan klien dan
keluarga sumber informasi
yang dapat merekam rujuk
jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
1. La Ode syarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika : Yogyakarta.
Diposting oleh dara puspita di 20.38
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Posting Komentar
ASUHAN KEPERAWATAN
SAP
Entri Populer
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KASUS KATARAK
SAP TERAPI BERMAIN PADA USIA TODLER Satuan Acara Pembelajaran Pokok
bahasan : terapi bermain Sub Pokok Bahasan : t...
TRIP TO MATANTIMALI
Fiuhhhh... capekk banget cyinnnn... Minggu kemaren anak-anak ipa 4 smansa palu
ketemu lagi untuk yg kesekian kalinya.. karena kebetulan...
Asuhan Keperawatan KLIEN dengan ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) Pre
Acut / Post Acut Care
Arsip Blog
▼ 2015 (10)
o ► Juli (1)
o ▼ Mei (2)
o ► Januari (7)
World Clock
Mengenai Saya
dara puspita
Seorang wanita yang menyukai berbagai Hal, berproses dalam ketaatan kepada
Nya,buku, senja, Dan teh hijau adalah dunianya.. :)
Lihat profil lengkapku
Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.