Disusun oleh:
4. Kusnaningsih (201812099)
2018-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan baik secara individu, keluarga dan masyarakat. Terapi infus
merupakan tindakan yang paling sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat inap
sebagai jalur terapi intravena, pemberian obat, cairan, dan pemberian produk darah atau
sampling darah (Alexander , 2010). Peran perawat dalam melakukan pemasang infus
merupakan tugas delegasi. Menurut Potter bahwa pemberian terapi infus diinstruksikan
oleh dokter tetapi perawat yang bertanggungjawab pada pemberian serta
mempertahankan terapi tersebut pada pasien. Perawat harus memiliki komitmen dalam
memberikan terapi infus yang aman, efektif dalam pembiayaan, serta melakukan
perawatan infus yang berkualitas. Komplikasi lokal terapi infus antara lain phlebitis,
infiltrasi, extravaksasi, sementara komplikasi sistemik antara lain emboli, kelebihan
cairan, reaksi alergi, sepsis.
Pemberian terapi infus sebagai tindakan delegasi memungkinkan terjadinya
kesalahan pada perawat sebagai pihak penerima delegasi. Menurut buku pedoman pasien
safety standar III, keselamatan pasien adalah dimana Rumah Sakit menjamin
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan. Semua profesi pemberi asuhan pelayanan hendaknya mengikuti pedoman
sasaran keselamatan pasien khususnya dalam melakukan ketepatan identifikasi pasien
dan peningkatan komunikasi yang efektif.
B. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang
konsep teori caring Kristen Swanson dengan kasus keperawatan saat ini.
2. Mahasiswa mampu menerapkan pada asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan konsep teori caring Kristen Swanson.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Infus
Infus cairan intra vena (intravenous fluid infusion) adalah pembeian sejumlah
cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum kedalam sebuah pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat makanan dari tubuh.
Secara umum, keadaan yang memerlukan pemberian cairan infus :
1. Perdarahan dalam jumlah besar (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah )
2. Trauma abdomen berat
3. Fraktur khususnya pelvis ( panggul ) dan femur (Paha)
4. “ Serangan Panas”
5. Diare dan demam
6. Luka bakar luas
7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung.
1. Cairan Hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum sehingga larut dalam serum.
2. Cairan isotonic
Osmolaritas cairannya mendekati serum sehingga kepekatannya mendekati serum.
3. Cairan hipertonik
Osmoliratasnya lebih tinggi dibandingkan serum.
B. Definisi Kelalaian
Kelalaian adalah sikap kurang hati hati yaitu tidak melakukan apa yang seseorang
dengan sikap hati hati melakukannya dengan wajar atau sebaliknya melakukan
apayang tidak seseorang dengan sikap hati hati tidak akan melakukannya dalam situasi
tersebut ( Amir dan Hanafiah, 1998). Kelalaian adalah melakukan sesuatu yang
harusnya dilakukan pada tingkat keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan
tindakan dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah
seorang perawat tidak mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu keperawatan
1
yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut
orang orang dilingkungan yang sama.
Seperti yang telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan
melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama seharusnya
dapat dilakukan dalam situasi yang sama terjadi akibat kegagalan menerapkan
pengetahuan dalam praktek dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.
C. Konsep Pasien Safety
Standar keselamatan pasien rumah sakit mengacu pada “Hospital Patient
Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commisin on Accrediation of
Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, telah disesuaikan dengan
situasi dan kondisi rumah sakit di Indonesia. Standar Keselamatan Pasien wajib
diterapkan rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen
Akreditasi Rumah Sakit. Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu
yang jauh lebih penting dari pada sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku perawat
dengan kemampuan perawat sangat berperan penting dalam pelaksanaan keselamatan
pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya perhatian/ motivasi, kecerobohan,
tidak teliti dan kemampuan yang tidak memperdulikan dan menjaga keselamatan
pasien berisiko untuk terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan cedera pada
pasien, berupa Nearmis (Kejadian Nyaris Cedera/KNC) atau Adverse Event (Kejadian
Tidak Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan
memodifikasi perilaku. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif dan tindakan yang
mengutamakan keselamatan pasien menurut World Health Organization (WHO),
2014 Keselamatan pasien merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang
serius.
D. Konsep Caring
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda,2011). Dalam keperawatan, caring
merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Caring
adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan
sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
1
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999). Ada
beberapa definisi caring menurut ahli keperawatan salah satu nya menurut Sister Simone
Roach. Sister Simone Roach mendefinisikan caring dalam kategori 6 C, yaitu:
1. Compassion (kasih sayang)
Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain dapat
berupa membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan kesempatan
untuk berbagi, dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, serta
memberikan dukungan secara penuh. Compassion juga mencoba untuk mengerti apa yang
pasien alami dan keluarga menyesuaikan diri dengan mengenali kebutuhan
keluarga dan pasien. Artinya perawat mempunyai rasa cinta dan perhatian
terhadap orang lain sehingga memungkinkannya untuk menghayati pengalaman
orang lain. Memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, membantu
seseorang untuk tetap bertahan disaat terluka, sedih, takut dan bingung. Memiliki
empati dan kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain serta memberi
dukungan. Compassion adalah unsur penting dari relasi antara pasien dengan
perawat.
2. Competence (kemampuan)
Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap profesi. Compassion
tanpa competence akan terjadi kelalaian klinis, sebaliknya competence tanpa
compassion menghasilkan suatu tindakan. Competence dapat diperoleh dengan
belajar terus untuk memenuhi tingkat keahlian yang dibutuhkan perawat dalam
berperan sebagai pendidik, manajer, peneliti, dan praktisi. Kemampuan untuk
memperoleh dan menggunakan petunjuk berdasarkan pengetahuan ilmiah dan
humanis serta keterampilan dalam menerapkan tindakan, kompeten tercermin
pada segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Confidence (kepercayaan diri)
Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar manusia
dengan penuh percaya diri. Confidence dapat berupa ekspresi caring yang
meningkatkan kepercayaan tanpa mengabaikan kemampuan orang lain untuk
tumbuh dan menyampaikan kebenaran. Kepercayaan diri akan kemampuan seorang perawat
1
untuk merawat dan peduli pada orang lain. Dengan pelayanan yang profesional,
kepercayaan diri akan kemampuan seorang perawat dalam keterampilan dapat
membuat perbedaan. Kepercayaan diri dibutuhkan untuk menerapkan secara
efektif peran perawat sebagai pemelihara, guru, konselor, pemimpin, manajer
dan peneliti. Kepercayaan diri juga memampukan kita dan orang lain untuk
menentukan dan mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Ekspresi caring dalam
confidence, yaitu:
a. Meningkatkan kepercayaan tanpa ketergantungan
b. Membuat lingkungan yang memungkinkan orang lain untuk tumbuh
c. Menyampaikan kebenaran tanpa pelanggaran.
4. Concience (suara hati)
Perawat memiliki standar moral yang tumbul dari sistem humanistik, altruistik
(peduli kesejahteraan orang lain) yang dianut dan direfelksikan pada tingkah
lakunya. Suara hati terkait dengan mengambil keputusan yang bermoral etika
dan keputusan yang legal, mengarahkan kita untuk menanggapi ketidakadilan
sosial, rasa tanggung jawab dan rasa kepemimpinan bagi kepedulian pada
pasien. Memahami hak pasien, selalu menjadi pelindung untuk pasien, dan
mengerti apa yang pasien butuhkan untuk mengetahui kondisinya dan
membantu dia memutuskan bagaimana menanganginya. Perawat caring juga waspada
bahwa pengetahuan dan keterampilan dalam pertimbangan moral diperlukan
untuk tanggung jawab keputusan etik atau dalam menerapkan prinsip- prinsip
moral etik.
5. Commitmen (komitmen)
Melakukan tugas secara konsekuen dan berkualitas terhadap tugas, orang atau
pasien, dan karir yang dipilih. Commitmen adalah usaha memelihara dan
mengangkat standar keperawatan dan memastikan adanya pelayanan terbaik
dalam merawat pasien. Commitmen juga merupakan usaha yang terus menerus dalam
membaktikan diri pada kesejahteraan pasien, dengan membina hubungan yang baik pada
keluarga, dan menghadirkan diri untuk mendegarkan keluhan-keluhan pasien.
Dalam commitmen perawat harus memasukkan nilai- nilai human care
1
kedalam praktik profesionalnya, dan nilai dalam diri seorang perawat untuk
melaksanakan kewajiban tanpa beban.
6. Comportment (penampilan)
Comportment adalah menunjukan penampilan kita sebagai perawat kepada
orang lain dalam bersikap, bertindak, berpakaian, sikap penampilan, dan
bertutur kata yang diberikan perawat dengan sopan dan hormat, penghargaan
dan respek terhadap pasien.
1
BAB III
PEMBAHASAN
1
B. Pembahasan kasus dalam konsep pasien safety
Insiden pasien meninggal akibat salah memberikan therapi cairan infus akibat perawat
melakukan kelalaian saat memberikan asuhan keperawatan, dalam kasus ini perawat dan
rumah sakit belum mampu menerapkan konsep pasien safety sehingga terjadi insiden
KTD ( kejadian tidak diharapkan ) Sentinel yang menyebabkan pasien meninggal.
Perilaku petugas yang tidak aman, lupa, kurangnya perhatian/ motivasi, kecerobohan,
tidak teliti dan kemampuan yang tidak memperdulikan dan menjaga keselamatan pasien
berisiko untuk terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan cedera pada pasien, berupa
Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan kesalahan
dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif
dan tindakan yang mengutamakan keselamatan pasien
1
mempergunakan keilmuan keperawatan dengan baik. Seharusnya perawat mampu
berpikir kritis sehingga mampu menjalankan tugas secara kompeten.
5. Commitmen (komitmen)
Commitmen adalah usaha memelihara dan mengangkat standar keperawatan dan
memastikan adanya pelayanan terbaik dalam merawat pasien. Commitmen juga
merupakan usaha yang terus menerus dalam membaktikan diri pada kesejahteraan pasien, dengan
membina hubungan yang baik pada keluarga, dan menghadirkan diri untuk mendegarkan
keluhan-keluhan pasien. Pada kasus ini perawat tidak memberikan pelayanan terbaik
dalam merawat pasien dan tidak memperhatikan kesejahteraan pasien. Seharusnya
perawat mempunyai sikap bertanggung jawab, dan memperhatikan keluhan pasien.
1
6. Comportment (penampilan)
Merupakan sikap cara bertindak, berpakaian, bertutur kata yang diberikan perawat
dengan hormat, penghargaan dan respect pada pasien. Pada kasus ini perawat tidak
terlihat menyimpangan dengan teori.
1
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Simone Roach menyatakan bahwa caring adalah cara menjadi seorang manusia.
Caring adalah tindakan memelihara, memajukan pertumbuhan dan penyembuhan
kesehatan seseorang dan melindungi mereka yang terluka. Caring juga dapat
memberdayakan orang-orang yang diberikan perawatan. Menurut Simone Roach
“Dengan belarasa, seorang menjadi sahabat kemanusiaan”.
B. Saran
Perawat dalam bekerja harus mengutamakan Comportment (penampilan),
Commitmen (komitmen), Concience (suara hati), Confidence (kepercayaan diri),
Competence (kemampuan), Compassion (kasih sayang). Dengan memiliki sikap ini
diharapkan perawat mampu memperikan pelayanan yang terbaik bagi pasien.
1
DAFTAR PUSTAKA
Wahyunah, Nurachmah, E., & Mulyono, S. (2013). Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus
Mempengaruhi kejadian Plebitis dan Kenyamanan Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 16
no. 2, 128-137.